Kain tenun memiliki peranan penting dalam upacara adat masyarakat Toraja, khususnya upacara pemakaman. Beberapa jenis kain yang digunakan antara lain kain porilonjong, seko mandi, dan ma'a. Kain-kain tersebut digunakan untuk menutupi jenazah atau sebagai hiasan pada upacara pemakaman. Selain itu, kain tenun ikat besar digunakan sebagai tanda tercapainya perdamaian antara golong
4. Masyarakat Toraja sangat mentakzimkan dan selalu berusaha mengambil hati
para leluhur mereka, dengan demikian upacara pemakaman menjadi sangat
diutamakan.
Dalam upacara pemakaman ini selimut yang terbuat dari kain ikat memegang
peranan yang sangat penting. Kain porilonjong (kain panjang) digantungkan
di sepanjang didinding rumah orang yang meninggal atau digunakan untuk
membentuk jalan tempat arwah orang tersebut berjalan menuju alam baka.
Sedangkan jenazahnya ditutupi oleh kain seko mandi yang berbentuk persegi
panjang. Selain itu kain seko mandi ini juga digantung menjadi semacam
canopy untuk memayungi jenazah atau digantung bersama kain lainnya untuk
menaungi tempat para tamu yang melayat.
Kain tenun selain memegang peranan yang penting dalam berbagai upacara
adat, juga berfungsi sebagai simbol kemakmuran dan kejayaan bagi para
pemiliknya.
Pada zaman dulu hanya orang-orang tertentu saja yang mampu memiliki
kain-kain tersebut misalnya kaum bangsawan atau orang-orang yang
tergolong mampu secara ekonomi. Untuk dapat memiliki kain-kain tersebut
mereka harus menukarnya dengan hewan ternak misalnya kerbau yang
secara ekonomi memiliki nilai yang sangat tinggi.
6. Pada masa lalu kain ikat yang berukuran besar digunakan
untuk membayar pajak dan sebagai tanda tercapainya
perdamaian antara golongan aristokrat yang berseteru.
Kain ini bercorak bidang-bidang segitiga dan corak menyerupai
panah yang sangat dramatis yang disusun berselang-seling
dengan garis-garis zig-zag, corak kait dan sekon yang
merupakan stilasi dari gambaran tubuh manusia.
Penghasil kain tenun ikat yang berukuran besar adalah To
Mangki dan To Rongkong. Kain-kain yang mereka buat
umumnya memiliki latar berwarna merah dengan motif-motif
geometris berwarna biru, hitam, dan putih.
Kain tenun ini sepintas memiliki kemiripan dengan kain tenun
ikat yang dibuat oleh suku Indian di Amerika. Meskipun motif-motif
pada kain tenun ikat Toraja ini adalah bentuk-bentuk
geometris tetapi para ahli dari Barat berhasil
menginterpretasikannya sebagai skema antromorfis yang
merupakan corak nenek moyang seperti dapat kita lihat pada
motif-motif beberapa kain tenun ikat lungsi yang terdapat di
Kalimantan dan Sumatera.
8. Kain maa yang berukuran panjang 2,25 meter
dan lebar 60 cm ini merupakan kain sakral yang
biasa dikenakan oleh para pemuka agama dan
pemuka adat pada berbagai upacara seperti pada
upacara peresmian rumah baru. Selain itu kain ini
pun digunakan sebagai kafan pembungkus
jenazah. Kain maa memiliki corak berupa kerbau
berbaris beriringan yang dikelilingi oleh bentuk-bentuk
salib yang menggambarkan bintang. Kalau
kita perhatikan, ragam hias yang terdapat pada
kain maa ini mirip dengan ragam hias yang
terdapat pada kain suku Maa yang hidup di
kawasan pegunungan Vietnam Selatan.
10. Perbedaan antara batik sarita dengan batik di Jawa selain pada corak dan
warna juga pada penggunaan bahan perintang warna. Sebagai perintang
warna, suku Toraja menggunakan malam lebah atau bubur tepung beras
mirip dengan pembuatan kain simbut dari Baduy.
Menurut legenda setempat, kain sarita maupun kain maa dibawa oleh
nenek moyang suku Toraja yang pertama kali datang ke bumi dari dunia
atas atau surga. Kain sarita yang memilik ragam hias yang unik ini dianggap
sakral dan digunakan sebagai penolak bala.
Selain itu kain inipun diyakini memiliki tuah untuk memberkati manusia
dan karenanya sering digunakan dalam berbagai upacara adat.
Kegunaannya dalam upacara adat itu antara lain sebagai media
penghubung antara manusia dengan nenek moyangnya.
Caranya : ialah dengan mengikatkan ujung kain sarita yang panjangnya 5
meter dengan lebar 30 cm ini pada tiang rumah dan ujung lainnya
diikatkan pada tiang tempat kerbau ditambatkan sebelum disembelih
sebagai persembahan.
Corak-corak yang terdapat pada kain ini menunjukkan tingkat sosial dan
kekayaan si pemilik kain.
11. Serat kapas bukanlah satu-satunya bahan yang
digunakan sebagai bahan pembuat kain tenun di
Toraja. Serat tumbuhan lainnya pun dapat
digunakan sebagai bahan dasar pembuatan kain.
Nenek moyang orang Toraja pernah menggunakan
serat daun nanas sebagai bahan pembuat kain yang
akan dijadikan tirai atau baju pada upacara tertentu.
Sedangkan zat warna yang mereka gunakan
semuanya terbuat dari bahan-bahan alami yang
diperoleh dari dedaunan, biji-bijian, akar-akaran,
tanah liat, maupun rempah-rempah. Warna-warna
yang dihasilkan dari bahan-bahan alami tersebut
antara lain ialah warna hijau, kuning, hitam, merah
dan biru.