2. Pengertian KPSW
KPSW adalah pecahnya ketuban sebelum mulainya persalinan yaitu
bila pada primipara pembukaan <3 cm dan pada multipara < 5 cm
(Mochtar, 1998).
KPSW adalah pecahnya ketuban sebelum waktunya tanpa disertai
tanda inpartu dan setelah satu jam tetap tidak diikuti dengan proses
inpartu sebagaimana mestinya. Sebahagian pecahnya ketuban secara
dini terjadi sekitar usia kehamilan 37 minggu ( Manuaba , Ida Bagus
Gde. 2007).
Ketuban dinyatakan pecah dini bila terjadi sebelum proses
persalinan berlangsung. KPSWdisebabkan oleh karena
berkurangnya kekuatan membrane atau meningkatnya tekanan
intar uterin atau oleh kedua factor tersebut. Berkurangnya
kekuatan membrane disebabkan adanya infeksi yang dapat
berasal dari vagina serviks. ( Sarwono Prawiroharjo,2002)
4. Etiologi KPSW
Etiologi terjadinya KPSW tetap tidak jelas, tetapi berbagai jenis
faktor yang menimbulkan terjadinya KPSW yaitu infeksi vagina dan
serviks, fisiologi selaput ketuban yang abnormal, inkompetensi
serviks, dan devisiensi gizi dari tembaga atau asam askorbat (vitamin
c). (manuaba, Ida Bagus Gde. 2007)
Inkompetensi serviks (leher rahim)
Peninggian tekanan inta uterin
Kelainan letak janin dan rahim : letak sungsang, letak lintang.
Kemungkinan kesempitan panggul : bagian terendah belum masuk PAP (sepalo pelvic disproporsi).
Korioamnionitis
Faktor keturunan (ion Cu serum rendah, vitamin C rendah, kelainan genetik)
Riwayat KPD sebelumya
Kelainan atau kerusakan selaput ketuban
Serviks (leher rahim) yang pendek (<25mm) pada usia kehamilan 23 minggu
5. C. TANDA DAN GEJALA
Tanda yang terjadi adalah keluarnya cairan ketuban
merembes melalui vagina. Aroma air ketuban berbau
amis dan tidak seperti bau amoniak, mungkin cairan
tersebut masih merembes atau menetes, dengan ciri
pucat dan bergaris warna darah. Cairan ini tidak akan
berhenti atau kering karena terus diproduksi sampai
kelahiran. Tetapi bila Anda duduk atau berdiri, kepala
janin yang sudah terletak di bawah biasanya
mengganjal atau menyumbat kebocoran untuk
sementara.
Demam, bercak vagina yang banyak, nyeri perut, denyut
jantung janin bertambah cepat merupakan tanda-tanda
infeksi yang terjadi.
6. D. DIAGNOSIS
Pastikan selaput ketuban pecah.
Tanyakan waktu terjadi pecah ketuban.
Cairan ketuban yang khas jika keluar cairan ketuban sedikit-sedikit, tampung cairan yang keluar
dan nilai 1 jam kemudian.
Jika tidak ada dapat dicoba dengan menggerakan sedikit bagian terbawah janin atau meminta
pasien batuk atau mengedan.
Penentuan cairan ketuban dapat dilakukan dengan tes lakmus (nitrazintes), jika lakmus merah
berubah menjadi biru menunjukan adanya cairan ketuban (alkalis). pH normal dari vagina
adalah 4-4,7 sedangkan pH cairan ketuban adalah 7,1-7,3. Tes tersebut dapat memiliki hasil
positif yang salah apabila terdapat keterlibatan trikomonas, darah, semen, lendir leher rahim,
dan air seni.
Tes Pakis, dengan meneteskan cairan ketuban pada gelas objek dan dibiarkan kering.
Pemeriksaan mikroskopik menunjukan kristal cairan amniom dan gambaran daun pakis.
Tentuka usia kehamilan, bila perlu dengan pemeriksaan USG.
Tentukan ada tidaknya infeksi.
Tanda-tanda infeksi adalah bila suhu ibu lebih dari 38OC serta cairan ketuban keruh dan
berbau.
Leukosit darah lebih dari 15.000/mm3.
Janin yang mengalami takikardi, mungkin mengalami infeksi intrauterin.
Tentukan tanda-tanda persalinan.
Tentukan adanya kontraksi yang teratur
Periksa dalam dilakukan bila akan dilakukan penanganan aktif ( terminasi kehamilan )
7. a. Ultrasonografi
Ultrasonografi dapat mengindentifikasikan
kehamilan ganda, anormaly janin atau melokalisasi
kantong cairan amnion pada amniosintesis.
b. Amniosintesis
Cairan amnion dapat dikirim ke laboratorium untuk
evaluasi kematangan paru janin.
c. Pemantauan janin
Membantu dalam mengevaluasi janin
d. Protein C-reaktif
Peningkatan protein C-reaktif serum menunjukkan
peringatan korioamnionitis
Pemeriksaan Diagnostik
8. . PENGARUH KPD
1. Terhadap Janin
Walaupun ibu belum menunjukan gejala-gejala infeksi tetapi janin
mungkin sudah terkena infeksi, karena infeksi intrauterin lebih
dahulu terjadi (amnionitis,vaskulitis) sebelum gejala pada ibu
dirasakan. Jadi akan meninggikan morrtalitas danmorbiditas
perinatal.
2. Terhadap Ibu
Karena jalan telah terbuka, maka dapat terjadi infeksi intrapartal,
apalagi bila terlalu sering diperiksa dalam. Selain itu juga dapat
dijumpai infeksi puerpuralis atau nifas, peritonitis dan septikemia,
serta dry-labor. Ibu akan merasa lelah karena terbaring di tempat
tidur, partus akan menjadi lama, maka suhu badan naik, nadi cepat
dan nampaklah gejala-gejala infeksi lainnya
9. KOMPLIKASI KPD
Komplikasi yang timbul akibat Ketuban Pecah Dini bergantung pada usia kehamilan. Dapat
terjadi Infeksi Maternal ataupun neonatal, persalinan prematur, hipoksia karena kompresi tali
pusat, deformitas janin, meningkatnya insiden SC, atau gagalnya persalinan normal.
Persalinan Prematur
Setelah ketuban pecah biasanya segera disusul oleh persalinan. Periode laten tergantung umur
kehamilan. Pada kehamilan aterm 90% terjadi dalam 24 jam setelah ketuban pecah. Pada
kehamilan antara 28-34 minggu 50% persalinan dalam 24 jam. Pada kehamilan kurang dari 26
minggu persalinan terjadi dalam 1 minggu.
Infeksi
Risiko infeksi ibu dan anak meningkat pada Ketuban Pecah Dini. Pada ibu terjadi
Korioamnionitis. Pada bayi dapat terjadi septikemia, pneumonia, omfalitis. Umumnya terjadi
korioamnionitis sebelum janin terinfeksi. Pada ketuban Pecah Dini premature, infeksi lebih
sering dari pada aterm. Secara umum insiden infeksi sekunder pada KPD meningkat sebanding
dengan lamanya periode laten.
Hipoksia dan asfiksia
Dengan pecahnya ketuban terjadi oligohidramnion yang menekan tali pusat hingga terjadi
asfiksia atau hipoksia. Terdapat hubungan antara terjadinya gawat janin dan derajat
oligohidramnion, semakin sedikit air ketuban, janin semakin gawat.
Syndrom deformitas janin
Ketuban Pecah Dini yang terjadi terlalu dini menyebabkan pertumbuhan janin terhambat,
kelainan disebabkan kompresi muka dan anggota badan janin, serta hipoplasi pulmonal