ku kembali merenung, menarik nafas dalam dan mencoba mengaitkan koordinat – koordinat yang terus melintas di depanku, koordinat masa depan yang entah akan menemui puncaknya dan sketsa bayangan masa lalu yang kian menusuk – nusuk lembar – lembar ingatanku, ahh,,, percuma rasanya. Kuubek – ubek memoriku, tapi terlalu kecil kecepatan yang tersisa untuk menjalankan fungsi otakku.
Siluet yang tak pernah lupa mengunjungi ku di senja – senja terakhirku, benar – benar melegakan sedikit, yah walaupun hanya sedikit, tapi setidaknya, aku merasakan kehidupan masih bisa berpihak padaku.
Saat dukaku menjadi kilasan – kilasan yang tak berarti bagi orang lain, bahkan tak bisa terbaca karena