Dokumen tersebut membahas tentang farmakokinetik nonlinier yang disebabkan oleh beberapa faktor seperti jenuhnya sistem enzim dan pembawa, serta adanya perubahan patologis dalam proses absorpsi, distribusi, dan eliminasi obat. Dokumen ini juga menjelaskan beberapa contoh perhitungan waktu eliminasi obat dengan menggunakan persamaan Michaelis-Menten dan kapasitas terbatas.
Faktor-Faktor yang Berpengaruh Terhadap Proses Pelepasan, Pelarutan dan Abso...Surya Amal
油
Absorpsi obat adaah peran yang terpenting untuk akhirnya menentukan efektifitas obat. Sebelum obat diabsorpsi,terlebih dahulu obat itu larut dalam cairan biologis. Kelarutan (serta cepat lambatnya melarut) menentukan banyaknya obat terabsorpsi.
Laporan akhir praktikum sediaan solid parasetamol dengan metode granulasi basah yang dilakukan oleh kelompok mahasiswa farmasi UMM. Granulasi basah digunakan untuk meningkatkan kompaktibilitas dan aliran parasetamol yang buruk dengan menambahkan zat pengikat air untuk membentuk granul."
Emulsi adalah sediaan yang mengandung dua fase yang tidak bercampur, dimana salah satu fase terdispersi dalam fase lainnya dengan bantuan bahan pengemulsi. Stabilitas emulsi dipengaruhi oleh ukuran partikel, konsentrasi fase dalam, dan viskositas fase luar. Emulsi dibuat dengan mencampurkan bahan obat, bahan pengemulsi, dan pembawa secara hati-hati.
Dokumen tersebut membahas tentang Biofarmasetika yang mempelajari hubungan antara sifat kimia fisika obat dengan absorbsi dan efek farmakologisnya. Dibahas pula korelasi percobaan in vitro-in vivo, pengaturan dosis ganda baik secara oral maupun intra vena, serta beberapa rumus untuk menghitung kadar obat dalam plasma.
BIOFARMASI SEDIAAN YANG DIBERIKAN MELALUI PARU : AEROSOLSurya Amal
油
Aerosol Farmasetik adalah sediaan yang dikemas di bawah tekanan, mengandung zat aktif terapetik yang dilepas pada saat sistem katup yang sesuai ditekan.
Dokumen tersebut membahas tentang eliksir sebagai sediaan farmasi cair yang mengandung alkohol sebagai pelarut utama. Eliksir biasanya mengandung 5-10% alkohol dan digunakan untuk menghantarkan obat dalam tubuh. Dokumen ini juga menjelaskan cara pembuatan eliksir dan contoh perhitungan konstanta dielektrik untuk campuran pelarut eliksir.
Dokumen tersebut membahas tentang penentuan dosis obat untuk mencapai kadar dalam rentang terapeutik. Secara singkat, dokumen menjelaskan bahwa (1) tujuan penetapan dosis adalah mencapai kadar dalam rentang terapeutik, (2) asumsi farmakokinetik diperlukan bila informasi terbatas, dan (3) pemberian obat jangka panjang harus menjaga kadar steady state dalam rentang tersebut.
Laporan ini membahas tentang pembuatan sediaan eliksir parasetamol. Terdapat tujuan pembuatan yaitu mahasiswa dapat membuat dan mengevaluasi sediaan eliksir parasetamol dengan baik serta membuat kemasannya. Dokumen ini juga menjelaskan teori, bahan, perhitungan, dan penetapan dosis eliksir parasetamol.
BIOFARMASI SEDIAAN YANG DIBERIKAN MELALUI KULITSurya Amal
油
Transdermal drug delivery system includes all topically administered drug formulations intended to deliver the active ingredients into the circulation. They provide controlled continuous delivery of drugs through the skin to the systemic circulation. The drug is mainly delivered through the skin with the aid of transdermal patch.
Laporan ini membahas tentang pembuatan gel piroksikam, termasuk tujuan praktikum, dasar teori tentang anatomi dan fisiologi kulit, absorpsi perkutan, definisi gel dan piroksikam, evaluasi produk referensi Feldene Gel, Scandene Gel dan Pirofel Gel, serta pemilihan bahan aktif.
Menurut FI edisi III
Kapsul adalah bentuk sediaan obat terbungkus dalam suatu cangkang kapsul keras dan lunak.
Menurut FI edisi IV
Kapsul adalah sediaan padat yang terdiri dari obat dalam cangkang keras dan lunak yang dapat larut. Cangkang umumnya terbuat dari gelatin, tetapi dapat juga dibuat dari pati atau bahan lain yang sesuai.
Biofarmasetika mempelajari hubungan antara sifat fisika kimia obat, bentuk sediaan, dan rute pemberian yang mempengaruhi kecepatan dan derajat absorpsi obat. Faktor-faktor seperti kelarutan, hidrofilisitas, bentuk garam, dan polimorfisme mempengaruhi proses disolusi dan absorpsi obat. Uji biofarmasetika penting untuk memprediksi bioavailabilitas dan memilih formulasi terbaik.
Dokumen tersebut membahas tentang perhitungan larutan isotonis, yaitu larutan yang memiliki tekanan osmotis sama dengan cairan tubuh. Terdapat beberapa cara untuk menghitung larutan isotonis yakni menggunakan penurunan titik beku air, ekivalensi NaCl, dan volume isotonik. Dokumen juga menjelaskan cara menghitung larutan isotonis dengan memperhatikan faktor pH tertentu.
Ekstraksi herba Putri Malu (Mimosa pudica L.) dilakukan menggunakan metode ekstraksi dingin berupa maserasi dengan pelarut metanol selama 3 hari. Tujuan ekstraksi ini adalah untuk memperoleh ekstrak dari herba tersebut.
Dokumen tersebut membahas tentang biofarmasetika, yang mempelajari hubungan antara sifat kimia fisika obat dengan absorbsi, bioavailabilitas, atau efek farmakologisnya. Dokumen ini juga membahas tentang korelasi percobaan in vitro dan in vivo, pengaturan dosis ganda baik secara oral maupun intra vena, serta beberapa rumus untuk menghitung besaran-besaran farmakokinetik seperti Css,maks dan Css,min
Dokumen tersebut membahas tentang eliksir sebagai sediaan farmasi cair yang mengandung alkohol sebagai pelarut utama. Eliksir biasanya mengandung 5-10% alkohol dan digunakan untuk menghantarkan obat dalam tubuh. Dokumen ini juga menjelaskan cara pembuatan eliksir dan contoh perhitungan konstanta dielektrik untuk campuran pelarut eliksir.
Dokumen tersebut membahas tentang penentuan dosis obat untuk mencapai kadar dalam rentang terapeutik. Secara singkat, dokumen menjelaskan bahwa (1) tujuan penetapan dosis adalah mencapai kadar dalam rentang terapeutik, (2) asumsi farmakokinetik diperlukan bila informasi terbatas, dan (3) pemberian obat jangka panjang harus menjaga kadar steady state dalam rentang tersebut.
Laporan ini membahas tentang pembuatan sediaan eliksir parasetamol. Terdapat tujuan pembuatan yaitu mahasiswa dapat membuat dan mengevaluasi sediaan eliksir parasetamol dengan baik serta membuat kemasannya. Dokumen ini juga menjelaskan teori, bahan, perhitungan, dan penetapan dosis eliksir parasetamol.
BIOFARMASI SEDIAAN YANG DIBERIKAN MELALUI KULITSurya Amal
油
Transdermal drug delivery system includes all topically administered drug formulations intended to deliver the active ingredients into the circulation. They provide controlled continuous delivery of drugs through the skin to the systemic circulation. The drug is mainly delivered through the skin with the aid of transdermal patch.
Laporan ini membahas tentang pembuatan gel piroksikam, termasuk tujuan praktikum, dasar teori tentang anatomi dan fisiologi kulit, absorpsi perkutan, definisi gel dan piroksikam, evaluasi produk referensi Feldene Gel, Scandene Gel dan Pirofel Gel, serta pemilihan bahan aktif.
Menurut FI edisi III
Kapsul adalah bentuk sediaan obat terbungkus dalam suatu cangkang kapsul keras dan lunak.
Menurut FI edisi IV
Kapsul adalah sediaan padat yang terdiri dari obat dalam cangkang keras dan lunak yang dapat larut. Cangkang umumnya terbuat dari gelatin, tetapi dapat juga dibuat dari pati atau bahan lain yang sesuai.
Biofarmasetika mempelajari hubungan antara sifat fisika kimia obat, bentuk sediaan, dan rute pemberian yang mempengaruhi kecepatan dan derajat absorpsi obat. Faktor-faktor seperti kelarutan, hidrofilisitas, bentuk garam, dan polimorfisme mempengaruhi proses disolusi dan absorpsi obat. Uji biofarmasetika penting untuk memprediksi bioavailabilitas dan memilih formulasi terbaik.
Dokumen tersebut membahas tentang perhitungan larutan isotonis, yaitu larutan yang memiliki tekanan osmotis sama dengan cairan tubuh. Terdapat beberapa cara untuk menghitung larutan isotonis yakni menggunakan penurunan titik beku air, ekivalensi NaCl, dan volume isotonik. Dokumen juga menjelaskan cara menghitung larutan isotonis dengan memperhatikan faktor pH tertentu.
Ekstraksi herba Putri Malu (Mimosa pudica L.) dilakukan menggunakan metode ekstraksi dingin berupa maserasi dengan pelarut metanol selama 3 hari. Tujuan ekstraksi ini adalah untuk memperoleh ekstrak dari herba tersebut.
Dokumen tersebut membahas tentang biofarmasetika, yang mempelajari hubungan antara sifat kimia fisika obat dengan absorbsi, bioavailabilitas, atau efek farmakologisnya. Dokumen ini juga membahas tentang korelasi percobaan in vitro dan in vivo, pengaturan dosis ganda baik secara oral maupun intra vena, serta beberapa rumus untuk menghitung besaran-besaran farmakokinetik seperti Css,maks dan Css,min
Teknik pengukuran kadar enzim secara kuantitatif meliputi pengukuran kecepatan reaksi yang dikatalisis enzim dengan menentukan menghilangnya substrat atau munculnya produk reaksi. Kadar enzim dapat diukur dengan membandingkan kecepatan reaksi yang dicapai oleh enzim yang diuji dengan enzim murni yang kadarnya telah diketahui, atau mengukur jumlah substrat yang bereaksi per satuan waktu.
Dokumen tersebut merangkum beberapa contoh soal ujian farmakokinetik yang meliputi penentuan parameter farmakokinetik seperti volume distribusi, laju eliminasi, dan waktu paruh eliminasi berdasarkan data kadar obat dalam plasma atau serum pada beberapa waktu.
Stoikiometri adalah ilmu yang mempelajari hubungan kuantitatif antara reaktan dan produk dalam reaksi kimia. Laporan ini mendeskripsikan percobaan stoikiometri menggunakan metode variasi kontinyu untuk sistem NaOH-CH3COOH dan NaOH-CuSO4. Percobaan menunjukkan titik maksimum pada larutan 15 ml NaOH dan 15 ml pereaksi lainnya, sedangkan titik minimum pada larutan yang berbeda komposisinya.
Dokumen tersebut membahas konsep distribusi obat dalam tubuh setelah absorpsi, termasuk proses ikatan obat dengan protein darah, nilai volume distribusi (Vd), dan faktor-faktor yang mempengaruhi distribusi seperti usia, kondisi patologis, dan sifat kimia obat.
Dokumen tersebut menjelaskan model kompartemen dua untuk distribusi obat setelah diberikan secara intravena, di mana obat akan terdistribusi ke kompartemen sentral (darah) dan kompartemen jaringan. Dokumen tersebut juga menjelaskan cara menentukan parameter farmakokinetika seperti konstanta distribusi, eliminasi, volume distribusi, dan persamaan farmakokinetika berdasarkan data konsentrasi obat dalam plasma.
Dokumen tersebut membahas konsep dan perhitungan dosis ganda pada farmakokinetik obat, termasuk faktor yang mempengaruhinya, bentuk relasi antar parameter, dan contoh soal perhitungannya. Secara khusus dibahas pula tentang pemberian ulang secara intravena dan oral serta konsep loading dose.
Aplikasi farmakokinetika dalam kepentingan klinisMelviana94
油
Prinsip dasar farmakokinetika , parameter farmakokinetika, berbagai tehnik pemberian obat, memperkirakan kadar suatu obat pada pasien, menyesuaikan dosis obat sesuai target terapi
Dokumen tersebut membahas farmakokinetika klinik dari carbamazepine, obat antiepilepsi. Secara ringkas:
1) Carbamazepine terutama dihilangkan melalui metabolisme hati dan menginduksi metabolisme dirinya sendiri.
2) Kisaran konsentrasi serum terapeutik adalah 4-12 亮g/mL, dengan efek samping mungkin terjadi di atas 8 亮g/mL.
3) Pemantauan pasien perlu dilakukan untuk mendeteksi efe
Farmakokinetik klinik digoksin, pengaruh kondisi dan keadaan penyakit gagal ginjal, hati, gagal jantung dan obesitas pada parameter farmakokinetik dan pengaturan dosis digoksin
PENGATURAN DOSIS PADA PEDIATRIK, GERIATRIK DAN OBESITASTaofik Rusdiana
油
Materi ini berisi tentang pengaruh kondisi dan keadaan penyakit pasien yakni kondisi pediatrik (bayi), geriatrik (lansia) dan penderita obesitas terhadap parameter farmakokinetik dan penyesuaian dosis
Dokumen tersebut membahas tentang konversi dosis infusi intravena menjadi dosis oral. Terdapat dua metode untuk menghitung dosis oral yang sesuai, yaitu dengan mempertimbangkan konsentrasi tunak obat dalam plasma harus sama antara infusi dan oral, atau dengan menyamakan kecepatan infusi dengan kecepatan dosis oral. Metode tersebut dijelaskan lewat contoh kasus pasien asma yang semula mendapat infusi aminofilin kemudian dik
Dokumen tersebut membahas tentang aplikasi farmakokinetika klinis dalam merancang aturan dosis obat secara individual untuk mencapai respon terapeutik optimal dan meminimalkan efek samping, dengan mempertimbangkan variasi antar individu dalam farmakokinetika dan farmakodinamika."
A group of frogs held a climbing competition to reach the top of a tall tower. Many frogs got tired and gave up along the way. Only one frog continued climbing higher and higher until it reached the top, while all the others gave up. It was then revealed that the winning frog was deaf, so it could not hear the other frogs saying it would not succeed. The story's message is to not listen to negative people who say you cannot achieve your dreams, and to instead focus on fulfilling what is in your own heart.
MATERI KE 3 BACAAN MAD (PANJANG) TAHSIN 2025BangZiel
油
Materi ini membahas hukum bacaan Mad (panjang) dalam ilmu tajwid, yang terjadi ketika ada huruf mad (悋, , ) dalam bacaan Al-Qur'an. Pembahasan mencakup jenis-jenis mad, hukum bacaan, serta panjangnya dalam harakat.
Masukan untuk Peta Jalan Strategis Keangkasaan IndonesiaDadang Solihin
油
Tujuan penyusunan naskah masukan untuk peta jalan strategis keangkasaan Indonesia ini adalah untuk meningkatkan kedaulatan dan pemanfaatan wilayah angkasa Indonesia dalam rangka memperkuat Ketahanan Nasional dan Visi Indonesia Emas 2045.
Restrukturisasi dan Redistribusi Ekonomi melalui Danantara: Pesimis atau Opti...Dadang Solihin
油
Dari perspektif optimis, Danantara dapat menjadi pilar utama dalam pembangunan ekonomi nasional. Dengan manajemen profesional dan tata kelola yang transparan, lembaga ini berpotensi mengoptimalkan pemanfaatan aset negara secara lebih produktif.
MODUL AJAR SENI MUSIK KELAS VIII " ALAT MUSIK TRADISIONAL"MUMUL CHAN
油
Semoga Modul Ajar Seni Musik Kelas VIII ini bisa menjadi referensi untuk kalian dan bermanfaat untuk bersama. Aamiin...
Salam Manis
Widya Mukti Mulyani
2. Pendahuluan
Modul-modul terdahulu dikategorikan sebagai
farmakokinetik linier
Dalam farmakokinetik linier : parameter farmakokinetik obat
[mis k, t 遜 , Vd, Cl ] tidak akan berubah bila dosisnya
berbeda atau dosisnya ganda.
Namun pada beberapa obat, kenaikan dosis dapat
menyebabkan penyimpangan dari profil farmakokinetik
linier.
Adanya sistem enzim dan sistem yang diperantari pembawa
dapat berpengaruh pada proses ADME obat sehingga
berperan dalam ketidak linieran farmakokinetik obat
tersebut
Farmakokinetik nonlinier ini disebut pula farmakokinetik
tergantung dosis [dose-dependent PK].
4. Beberapa Penyebab farmakokinetik non linier
Jenuhnya sistem enzim yang terlibat dalam proses ADME
Penjenuhan dari suatu sistem yang diperantarai pembawa
Adanya perubahan patologik dalam absorpsi, distribusi dan
eliminasi obat (contoh aminoglikosida : toksisitas pada
nefron ginjal)
Berkaitan dengan absorpsi yang diakibatkan kelarutan obat
yang rendah, disolusi yang rendah dan atau kecepatan
pelepasan sediaan obat yang rendah, menyebabkan
perubahan pergerakan usus selama proses transit dan di
dalam kasus absorpsi pasif yang disebabkan oleh
kejenuhan pembawa.
Berkaitan dengan distribusi jaringan yang terjadi apabila
sistem jaringan, sistem traspor aktif menjadi jenuh di dalam
kompartemen jaringan sehingga slope dari tetapan
kecepatan di dalam model dua kompartemen menjadi kecil.
Ikatan protein yang dapat terjadi apabila peningkatan ukuran
dosis mengalami kejenuhan di dalam tempat ikatan (binding
site) atau disebabkan karena tempat ikatan terbatas di
7. A. PROSES ELIMINASI ENZIMATIK YANG DAPAT JENUH
Kinetika Michaelis-Menten :
pm
pmp
CK
CV
dt
dC
+
==eliminasiLaju
Vm = laju eliminasi maksimum; Km = tetapan michaelis; harga Km dam Vm
tergantung pada sifat obat dan proses enzimatik yang terlibat.
Ada dua kemungkinan :
a. Bila Cp>>Km -------> maka Km diabaikan dan persamaan menjadi :
Vm
C
CV
dt
dC
p
pmp
== (persamaan reaksi orde nol)
b. Bila Cp<< Km -------> maka Cp diabaikan dan persamaan menjadi :
CpK
Km
CV
dt
dC pmp
'.==
(persamaan reaksi orde satu,
dimana K = Vm/Km)
9. Contoh 1
Dengan menggunakan obat hipotetik (diketahui Vm=0,5 袖g/ml, Km
= 0,1 袖g/ml) berapa lamakah waktu yang diperlukan untuk
menurunkan konsentrasi obat dalam plasma dari 20 menjadi 12
袖g/ml?
Jawab :
karena Cp (20 袖g/ml) >> km (0,1 袖g/ml) maka gunakan
persamaan :
Vm
C
CV
dt
dC
p
pmp
==
jam16
0,5
1220
Vm
CpCp
t
Vm
dt
dC
21
p
=
=
=
=
11. Contoh 2 :
Apabila diketahui Vm=0,9 袖g/ml dan Km= 0,8 袖g/ml, berapa lama
waktu yang diperlukan untuk menurunkan konsentrasi obat dari
0,05 menjadi 0,005 袖g/ml
Jawab :
Karena Cp<< km maka berlaku persamaan reaksi orde ke satu :
CpK
Km
CV
dt
dC pmp
'.==
jam2,09
1,1
005,0ln05,0ln
0lnln
.. 0
=
=
=
==
t
K
CpCp
t
eCpCpdtK
Cp
dCp kt
1,18,0/9,0 ===
m
m
K
V
K
12. B. ELIMINASI OBAT DENGAN KAPASITAS TERBATAS
Dari persamaan michaelis-menten :
pm
pmp
CK
CV
dt
dC
+
=
Integral :
t
0m
m
t0
C
C
ln
t
k
V
t
CC
=
t
0m
m
t0
D
D
ln
t
k
V
t
D
=
D
atau
錚件7
錚
錚
錚錚
錚
錚
+=
t
0
mt0
D
D
lnKD-D
1
mV
t
t = waktu yang diperlukan untuk penurunan dosis obat ke
suatu jumlah tertentu di dalam tubuh
(Intravena)
15. Contoh 3 :
Suatu obat dieliminasi dari tubuh dengan farmakokinetik
kapasitas terbatas, mempunyai km = 100 mg dan Vm = 50 mg/jam.
a) Jika 400 mg obat diberikan kepada seorang penderita melalui
injeksi IV bolus, hitung waktu yang diperlukan untuk
eliminasi obat 50%.
b) Jika dosis 320 mg obat diberikan melalui injeksi IV bolus,
hitung waktu yang diperlukan untuk mengeliminasi 50%
dosis.
Jawab :
錚件7
錚
錚
錚錚
錚
錚
+=
t
0
mt0
D
D
lnKD-D
1
mV
t
Dt = 50% D0
a. Untuk dosis 400 mg : jam5,39
200
400
ln100200-400
50
1
=錚
錚
錚
錚
錚
錚
+=t
b. Untuk dosis 320 mg : jam59,4
160
320
ln100160-320
50
1
=錚
錚
錚
錚
錚
錚
+=t
16. Contoh 4 :
Dengan menggunakan obat yang sama seperti
dalam contoh 3, hitung waktu yang diperlukan
untuk eliminasi 50% dari dosis 10 dan 5 mg.
Jelaskan mengapa waktu yang diperlukan untuk
eliminasi 50% obat adalah sama walaupun dosis
dikurangi separuhnya.
Jawab :
a. Untuk dosis 10 mg : jam1,49
5
10
ln1005-10
50
1
=錚
錚
錚
錚
錚
錚
+=t
b. Untuk dosis 5 mg : jam44,1
2,5
5
ln1002,5-5
50
1
=錚
錚
錚
錚
錚
錚
+=t
17. Jelaskan mengapa ada suatu perbedaan
waktu yang diperlukan untuk eliminasi
50% dari dosis 400 mg dibandingkan
dengan dosis 320 mg
Sedangkan pada dosis 10 dan 5 mg, tdk
terdapat perbedaan waktu yang
signifikan?
18. Penjelasan :
Contoh 3 :
t yang diperlukan untuk eliminasi 50% obat dari
dosis 400 dan 320 mg adalah berbeda, karena
sistem proses eliminasi mengalami penjenuhan,
sehingga perbedaan dosis sedikit saja dapat
mengakibatkan waktu paruh yang berbeda pula.
Contoh 4 :
t yang diperlukan untuk eliminasi 50% obat dari
dosis 10 dan 5 mg adalah sama karena sistem
belum jenuh. Dosis obat masih berada dibawah
harga Km.
19. Penentuan Km dan Vm Metode Tidak Langsung
Persamaan Umum :
pm
pm
CK
CV
V
+
=
Dibuat plot antara 1/v (sb Y) dan 1/C (sb X), maka :
Intersept = 1/Vmax
Slope = KM/Vmax
23. Penentuan Km dan Vm Metode Langsung
Persamaan Umum :
pm
pm
CK
CV
V
+
= Apabila dilakukan pada dua laju pemberian dosis :
1
1
1
CK
CV
R
m
m
+
=
2
2
2
CK
CV
R
m
m
+
=dan
Kombinasi kedua persaman menghasilkan :
2
2
1
1
12
C
R
C
R
RR
Km
=
C1 adalah konsentrasi tunak obat dalam plasma setelah dosis 1;
C2 adalah konsentrasi tunak obat dalam plasma setelah dosis 2;
R1 adalah laju pemberian dosis pertama; dan
R2 adalah laju pemberian dosis kedua
24. Contoh 5 :
Obat fenitoin diberikan kepada pasien dengan laju pemberian
dosis 150 mg/hari dan 300 mg/hari. Konsentrasi tunak plasma
didapat 8,6 mg/l dan 25,1 mg/l. Hitung km dan Vm dari pasien
ini. Berapakah dosis yang diperlukan untuk mencapai suatu
konsentrasi tunak 11,3 mg/l?
Jawab :
2
2
1
1
12
C
R
C
R
RR
Km
= mg/l27,3
1,25
300
6,8
150
150300
=
=mK
1
1
1
CK
CV
R
m
m
+
= mg/hari266
6,83,27
)6,8(
150 =
+
= Vm
Vm
CK
CV
R
m
m
+
= mg/hari183,3
)3,11(3,27
)3,11.(626
=
+
=R
Dosis yang diperlukan untuk mencapai kons. tunak 11,3 mg/l adalah :
25. Terima Aasih Atas Perhatian
Anda
Mohon maaf Apabila ada kesalahan dan hal-hal
yang kurang berkenan selama saya
menyampaikan materi kepada anda semua
Editor's Notes
#9: Pada PK linier kita bisa memperkitakan waktu perubahan kons dengan mudah menggunakan persamaan Linier
C1 t1
C2 t2
Perubahan waktu vs C nya linier. Sehingga k dan t 遜 tetap. Perubahan koncentr (dosis) tidak mengubah parameter utama k dan t 遜
Kalau pada PK non linierwaktu berubah tidak linier, sehingga perubahan konst (dosis) tidak bisa diprediksi dari asusmsi PK Linier
Akibatnya t 遜 berubah sesuai dengan dosis