ºÝºÝߣ

ºÝºÝߣShare a Scribd company logo
Pengorganisasian
dalam Perspektif Islam
Dr. Hj. Nurotun Mumtahanah, M.PI
Pascasarjana Manajemen Pendidikan Islam
IAI Al Hikmah Tuban
Pengorganisasian dalam Perspektif
Islam
Pengorganisasian dalam perspektif Islam berbeda
dengan teori yang telah dibangun oleh pakar-pakar
manajemen Eropa yang muncul di abad 18- an.
Esensi konsep pengorganisasian dalam perspektif
Islam yang menjadi warna berbeda tersebut adalah
sebagai berikut:
1. Membebaskan diri dari belenggu keterbelakangan,
mengembalikan manusia kepada fitrahnya yaitu tauhid dan
kebebasan, serta nilai-nilai kemanusiaan. Artinya bahwa
upaya untuk memberdayakan sumber daya yang dimiliki
terikat dengan norma-norma Islam yang mulia, mengangkat
derajat manusia dengan mengembalikan kepada fitrahnya
sebagai hamba Tuhan, sebagaimana bahwa misi awal
perjuangan Nabi Muhammad SAW adalah mengajarkan
tauhid kepada Allah SWT.
2. Menguatkan karakter identias keummatan, yaitu
pengoranisasian yang dilakukan berdasar pada
asas kebersamaan dan persaudaraan yang diikat
oleh tali keimanan. Menjauhkan diri dari egoisme
dan kediktatoran. Hal ini terlihat bagaimana Islam
tidak mandang fisik dan penampilan seseorang
akan tatapi hati dan ketakwaannya. Konsep
ukhuwah islamiah yang bersandar pada ikatan
keimanan.
3. Membangun nilai solidaritas sosial: nilai iman, Islam
dan takwa, nilai egaliterisme dan universalitas, dengan
semangat kebersamaan, meyakini bahwa yang
menjadi tolak ukur kemuliaan manusia adalah iman
dan takwa seseorang. Hal ini dirasa mampu
menumbuhkan harmonisasi dalam
mengimplementasikan prinsip pengorganisasian dalam
kegaitan apapun. Poin-poin inilah yang membedakan
konsep Islam dengan konsep Barat. Memahami Islam
secara komprehensif dan tidak parsial.
Implikasi
Pengorganisasian
dalam Perspektif Islam
Terhadap Pendidikan
• Selanjutnya adalah implikasi pengorganisasian
perspektif Islam dalam pendidikan mengarah pada
kepemimpinan yang berorientasi pada nilai-nilai Islam,
seperti esensi kepemimpinan adalah menggantikan
misi kenabian, pemimpin adalah khalifah, imam, ulil
amri, amir dan juga seorang ra’in.
• Selain kepemimpinan, Islam memandang kekuasaan
wewenang dan tanggung jawab dalam pendidikan
yang merupakan amanah yang harus dipertanggung
jawabkan, konsekuensinya tidak selesai di dunia akan
tetapi hingga kehidupan di akhirat.
• Selanjutnya adalah dimensi rantai komando
dan kesatuan perintah dalam pendidikan
ditinjau dari perspektif Islam melahirkan
ketaatan kepada pemimpin, yang dalam Islam
merupakan sebuah kewajiban selama tidak
dalam maksiat kepada Allah swt.
• Selanjutnya adalah spesialisasi kerja yang dalam Islam
menjadi salah satu ukuran sukses tidaknya suatu urusan,
sebagaimana arahan Nabi Muhammad SAW bahwa sistem
pendidikan akan baik jika di jalankan oleh orang-orang yang
kompeten di bidangnya, jika tidak memiliki keahlian dan
spesialisasi maka tunggulah kehancuran.
• Hal ini juga dicontohkan oleh Nabi Yusuf As. yang sukses
meyakinkan raja Mesir hingga menjabat sebagai bendahara
mahir dan terpercaya. Seorang guru harus menguasai materi
yang akan disampaikan, metode pengajaran dan semua seluk
beluk tentang pendidikan. Kepala sekolah harus memiliki
kapabelitas manajerial yang mumpuni agar sumber daya yang
ada dalam pendidikan dapat di optimalkan.
• Selain itu adalah pembagian kerja dan pendelegasian tugas
dan wewenang yang dalam Islam melahirkan prinsip saling
memberi manfaat satu sama lain. Seorang pemimpin tentu
memiliki kemampuan terbatas dalam menjalankan
pekerjaannya, sehingga perlu bantuan orang lain. Seseorang
yang mendapatkan mandat tugas dan pendelegasian
wewenang harus memahami dengan benar jenis pekerjaan dan
tanggung jawab yang akan dipikulnya, oleh karena itu seorang
pemimpin yang mendelegasikan tugasnya perlu cerdas dalam
memilih siapa yang layak untuk memikul tugas yang akan di
delegasikannya.
• Sebagaimana Rasulullah SAW menguji Muadz bin jabal
sebelum diutus ke negeri Yaman dengan memberikan beberapa
pertanyan yang mewakili keinginan Rasululla SAW.
• Yang terakhir adalah musyawarah (syuro) yang perintahnya
langsung dari Allah SWT. Dimensi ini juga menjadi karakteristik
pengorganisasian dalam perspektif Islam yang berbeda dengan
pengorganisasian konvensional. Segala urusan dalam
pendidikan yang melibatkan unsur-unsur lain dalam pendidikan
perlu dimusyawarahkan. Selalu mengedepankan musyawarah
dalam berbagai hal, termasuk dalam urusan pendidikan.

More Related Content

Implikasi Pengorganisasian dalam Perspektif Islam Terhadap Pendidikan.pptx

  • 1. Pengorganisasian dalam Perspektif Islam Dr. Hj. Nurotun Mumtahanah, M.PI Pascasarjana Manajemen Pendidikan Islam IAI Al Hikmah Tuban
  • 2. Pengorganisasian dalam Perspektif Islam Pengorganisasian dalam perspektif Islam berbeda dengan teori yang telah dibangun oleh pakar-pakar manajemen Eropa yang muncul di abad 18- an. Esensi konsep pengorganisasian dalam perspektif Islam yang menjadi warna berbeda tersebut adalah sebagai berikut:
  • 3. 1. Membebaskan diri dari belenggu keterbelakangan, mengembalikan manusia kepada fitrahnya yaitu tauhid dan kebebasan, serta nilai-nilai kemanusiaan. Artinya bahwa upaya untuk memberdayakan sumber daya yang dimiliki terikat dengan norma-norma Islam yang mulia, mengangkat derajat manusia dengan mengembalikan kepada fitrahnya sebagai hamba Tuhan, sebagaimana bahwa misi awal perjuangan Nabi Muhammad SAW adalah mengajarkan tauhid kepada Allah SWT.
  • 4. 2. Menguatkan karakter identias keummatan, yaitu pengoranisasian yang dilakukan berdasar pada asas kebersamaan dan persaudaraan yang diikat oleh tali keimanan. Menjauhkan diri dari egoisme dan kediktatoran. Hal ini terlihat bagaimana Islam tidak mandang fisik dan penampilan seseorang akan tatapi hati dan ketakwaannya. Konsep ukhuwah islamiah yang bersandar pada ikatan keimanan.
  • 5. 3. Membangun nilai solidaritas sosial: nilai iman, Islam dan takwa, nilai egaliterisme dan universalitas, dengan semangat kebersamaan, meyakini bahwa yang menjadi tolak ukur kemuliaan manusia adalah iman dan takwa seseorang. Hal ini dirasa mampu menumbuhkan harmonisasi dalam mengimplementasikan prinsip pengorganisasian dalam kegaitan apapun. Poin-poin inilah yang membedakan konsep Islam dengan konsep Barat. Memahami Islam secara komprehensif dan tidak parsial.
  • 7. • Selanjutnya adalah implikasi pengorganisasian perspektif Islam dalam pendidikan mengarah pada kepemimpinan yang berorientasi pada nilai-nilai Islam, seperti esensi kepemimpinan adalah menggantikan misi kenabian, pemimpin adalah khalifah, imam, ulil amri, amir dan juga seorang ra’in. • Selain kepemimpinan, Islam memandang kekuasaan wewenang dan tanggung jawab dalam pendidikan yang merupakan amanah yang harus dipertanggung jawabkan, konsekuensinya tidak selesai di dunia akan tetapi hingga kehidupan di akhirat.
  • 8. • Selanjutnya adalah dimensi rantai komando dan kesatuan perintah dalam pendidikan ditinjau dari perspektif Islam melahirkan ketaatan kepada pemimpin, yang dalam Islam merupakan sebuah kewajiban selama tidak dalam maksiat kepada Allah swt.
  • 9. • Selanjutnya adalah spesialisasi kerja yang dalam Islam menjadi salah satu ukuran sukses tidaknya suatu urusan, sebagaimana arahan Nabi Muhammad SAW bahwa sistem pendidikan akan baik jika di jalankan oleh orang-orang yang kompeten di bidangnya, jika tidak memiliki keahlian dan spesialisasi maka tunggulah kehancuran. • Hal ini juga dicontohkan oleh Nabi Yusuf As. yang sukses meyakinkan raja Mesir hingga menjabat sebagai bendahara mahir dan terpercaya. Seorang guru harus menguasai materi yang akan disampaikan, metode pengajaran dan semua seluk beluk tentang pendidikan. Kepala sekolah harus memiliki kapabelitas manajerial yang mumpuni agar sumber daya yang ada dalam pendidikan dapat di optimalkan.
  • 10. • Selain itu adalah pembagian kerja dan pendelegasian tugas dan wewenang yang dalam Islam melahirkan prinsip saling memberi manfaat satu sama lain. Seorang pemimpin tentu memiliki kemampuan terbatas dalam menjalankan pekerjaannya, sehingga perlu bantuan orang lain. Seseorang yang mendapatkan mandat tugas dan pendelegasian wewenang harus memahami dengan benar jenis pekerjaan dan tanggung jawab yang akan dipikulnya, oleh karena itu seorang pemimpin yang mendelegasikan tugasnya perlu cerdas dalam memilih siapa yang layak untuk memikul tugas yang akan di delegasikannya. • Sebagaimana Rasulullah SAW menguji Muadz bin jabal sebelum diutus ke negeri Yaman dengan memberikan beberapa pertanyan yang mewakili keinginan Rasululla SAW.
  • 11. • Yang terakhir adalah musyawarah (syuro) yang perintahnya langsung dari Allah SWT. Dimensi ini juga menjadi karakteristik pengorganisasian dalam perspektif Islam yang berbeda dengan pengorganisasian konvensional. Segala urusan dalam pendidikan yang melibatkan unsur-unsur lain dalam pendidikan perlu dimusyawarahkan. Selalu mengedepankan musyawarah dalam berbagai hal, termasuk dalam urusan pendidikan.