Laporan Pertangung Jawaban Kelompok 2 Gunung Sibayak
1. TUGAS ANAK DIDIK SAYA USAHA WISATA ANGKATAN 2013 FAKULTAS
ILMU BUDAYA PROGRAM STUDI D3 PARIWISATA UNIVERSITAS
SUMATERA UTARA
MATA KULIAH EKOWISATA
PENGAMPU MATA KULIAH
DRS. HARIS SUTAN LUBIS, MSP
SAMERDANTA SINULINGGA
TENTANG TUGAS:
MEREKA SAYA SURUH UNTUK JUALAN PAKET TOUR ATAU PAKET WISATA. DENGAN BATAS MINIMAL
WISATAWAN YANG HARUS DI DAPATKAN ADALAH SEBANYAK 12 ORANG.
2. PENDAHULUAN
Deskripsi objek wisata
Gunung Sibayak yang terletak didataran tinggi Karo dengan ketinggian 2.094 m dari
permukaan laut. Gunung yang keadaan puncaknya yang sudah porak poranda karena
letusan di masa lalu ini bisa dicapai dari dua tempat yaitu: dari desa Raja Berneh
(Semangat Gunung) dan dari kota Brastagi. Gunung Sibayak ini merupakan gunung api
yang masih aktif, dan mempunyai kawah yang cukup landai untuk dituruni dan tampak
tidak terlalu berbahaya asalkan jangan terlalu dekat.
Orang Batak Karo sering menyebut Gunung Sibayak dengan sebutan “Gunung Raja”.
Sibayak berarti raja dalam bahasa Batak Karo.
Gunung Sibayak, yang meletus terakhir kali pada tahun 1600, merupakan gunung
vulkanik yang masih aktif mengeluarkan gumpalan asap dengan ketinggian hingga 2
km. Gumpalan asapnya berasal dari panas bumi dan berguna sebagai sumber energi
listrik. Di Kabupaten Karo telah terdapat sebuah kawasan pembangkit tenaga uap di
dekat Gunung Sibayak.
Ketinggian gunung itu sekitar 2.094 m dari permukaan laut. Dari Desa Sibayak,
terlihat jelas kondisi kawahnya yang agak landai (terlihat dari belakang kawasan
pembangkit tenaga uap), yang kelihatannya seperti membelah gunung. Sekitar pukul
15:00 WIB, kabut mulai kelihatan di sekitar puncak gunung hingga ke bagian
bawahnya, dan tidak lama kemudian, kabut mulai menyebar hingga ke Desa Semangat
Gunung. Kondisi kabut seperti ini, sama dengan kondisi kabut yang ada di dataran tinggi
Dieng, Jawa Tengah atau di Genting Highlands, Malaysia.
Route Pendakian:
Untuk mencapai gunung ini bisa kita daki dari dua tempat yaitu; dari Desa Raja
Berneh (Semangat Gunung) dan dari kota Brastagi. Kedua-duanya bisa dicapai dengan
angkutan dari kota Medan. Dari Brastagi pendakian dimulai dari jalan setapak yang
terletak dibelakang bukit Gundaling. Akan tetapi pendakian yang tercepat adalah dari
desa Raja Berneh yang terletak sekitar 7 km dari jalan raya Medan - Brastagi. Melewati
pemandian air panas Lau Sidebuk-debuk. Keadaan desa ini sangat heterogen dalam
beragama, dengan rumah-rumah ibadat, Katolik, Protestan dan Islam yang saling
berdampingan.
3. Desa Raja Berneh ini menghasilkan sayur dam buah-buahan. Tepat di kaki gunung
ditemui sebuah sumber air panas yang merupakan juga daerah pintu masuk jalan setapak
menuju puncak.
Jalan setapak ke puncak sangat jelas. Sepanjang jalan tidak ada ciri-ciri khusus, hanya
di pinggang gunung terdapat sebuah gua kecil yang menjorok satu meter kedalam.
Kemudian memasuki sebuah sungai kering, terus melewati daerah hutan bambu sebelum
memasuki hutan yang sebenarnya. Dari daerah ini ada sebuah jalan rintis yang berbelok
ke kanan kearah bukit Pertektekan.
Memasuki Daerah puncak tumbuhan mulai rendah dan mulai memasuki daerah
berkerikil dan berbatu yang tidak begitu kompak. Jalan setapak tidak begitu jelas dan ada
baiknya anda berhati-hati didaerah ini.
Selain pemandangan di puncak yaitu kawah dan pemandangan kota medan di kaki
gunung ini juga terdapat pemandian air panas yang biasa dikunjungi oleh para turis lokal
yaitu pemandian air panas Lau sidebuk-debuk.
Selain dua jalur yang di sebutkan diatas,ada satu lagi rute munuju puncak gunung
Sibayak. yaitu jalur 54. jalur ini terletak di kawasan tongkoh (bakaran jagung) yang
terletak di jalan raya Medan-Brastagi, rute di jalur 54 merupakan rute yang penuh
tantangan. Tanjakan yang curam merupakan tantangan yang wajib di lewati para
pendaki, selain itu hutan nya masih sangat asri. Di jalur menuju puncak banyak di jumpai
tanaman rotan, selain itu rute ini banyak di gunakan untuk diksar anggota mapala di
Medan dan sekitarnya. Setelah melewati hutan yang rindang, maka kita akan menjumpai
daerah cadas(hampir munuju puncak). Untuk mata air, jalur ini hanya memiliki sedikit
sumber mata air. Oleh karna itu diwajibkan untuk banyak membawa persediaan air dari
kaki gunung.
Dalam Pendakian ke gunung Sibayak kita akan melewati hutan belantara tropis dan
tebing yang penuh tantangan serta puncak gunung terdapat hamparan dataran tempat
berkemah. Dari puncak gunung terlihat kawah yang masih aktif mengeluarkan magma
dan pemandangan yang indah dan menawan. Jarak dari Kota Berastagi ke tempat awal
pendakian dari Desa Jaranguda 1,5 km dan dari Desa Raja Berneh 15 km. Lama
pendakian diperkirakan antara dua sampai tiga jam.
4. Catatan :
Untuk melakukan pendakian ke gunung sibayak dapat melalui :
1. Jalur 54 dgn titik awal pendakain dari perusahaan pabrik Aqua atau penatapan
jagung rebus.
2. Jalur Sibayak I, dgn titik awal pendakian berada dikaki gng Sibayak di desa Raja
Berneh 15 km dari kota Brastagi.
3. Jalur Sibayak II, dgn titik awal pendakian berada dikaki gng Sibayak didesa
Jaranguda 1,5 km.
Alasan membuat paket perjalanan wisata
Alasan kami untuk membuat dan melakukan paket perjalanan wisata ke Gunung
Sibayak pada awalnya adalah untuk sebagai syarat dan tugas yang diberikan oleh
dosen kami Pak Samerdanta Sinulingga dalam mata kuliah Ekowisata II dan
merupakan suatu praktek lapangan kami sebagai mahasiswa/mahasiswi dalam jurusan
Pariwisata khususnya Usaha Wisata.
Alasan pemilihan objek wisata
Alasan kami memilih Gunung Sibayak sebagai objek untuk membuat paket perjalanan
wisata kami karena kami melihat bagaimana kebutuhan mahasiswa yang bosan
terhadap rutinitas yang dijalaninya selama perkuliahan. Selain itu sekarang ini sedang
trend wisata yang berbau alam dan mengutamakan kebersamaan dalam perjalanan.
5. PENGALAMAN
Pengalaman yang kami dapatkan selama membawa wisatawan ke Gunung Sibayak adalah :
1. Wisatawan yang tidak on time membuat itinerary (jadwal kegiatan) tidak terlaksana
dengan baik.
2. Kerusakan pada transportasi yang menghambat perjalanan kami.
3. Kehilangan tas salah satu wisatawan yang sebenarnya bukan tanggungjawab panitia.
4. Prakiraan naik ke puncak gunung yang diperkirakan 4 jam menjadi 5,5 jam.
5. Waktu istirahat yang diperkirakan 5 jam menjadi 3 jam.
6. Lauk sarapan untuk wisatawan basi sehingga kami harus menambah biaya untuk
makanan tambahan yaitu pop mie.
7. Kekompakan yang terjadi antara panitia dengan wisatawan dan atau wisatawan satu
dengan yang lainnya.
8. Partisipasi wisatawan dalam membantu panitia untuk membereskan tenda.
9. Keseruan panitia dan wisatawan saat menaiki sutra diatas sutra tersebut.
10. Belajar untuk melatih kesabaran pada saat menaiki puncak serta tolong menolong
antarsesama panitia dan wisatawan maupun sebaliknya.