1. i
Kata Pengantar
Puji dan syukur saya ungkapkan kepada Allah SWT yang telah memberikan
kami kesehatan jasmani dan rohani sehingga bisa menyelesaikan makalah yang
berjudul Nahdhatul Ulama. Tidak lupa, shalawat serta salam kita panjatkan
kepada Nabi Muhammad SAW yang telah membawa kita pada titian jalan yang
lurus.
Ucapan terima kasih juga saya sampaikan kepada semua pihak yang telah
membantu dalam penyusunan makalah ini, baik berupa materi maupun saran-
saran yang sangatlah bermanfaat.
Makalah ini saya susun dalam rangka memenuhi tugas Ujian Akhir pada Mata
Kuliah Dasar-Dasar Kependidikan pada Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri
(STAIN) Pontianak.
Meskipun telah seoptimal mungkin mengeluarkan pengetahuan dalam
makalah ini, tentunya masih terdapat banyak kekurangan. Oleh sebab itu,
diharapkan kritik dan tambahan dari pihak-pihak yang lebih cakap dalam materi
ini, sehingga ke depannya tidak terjadi penyimpangan.
Pontianak, Juli 2010
Penulis
2. ii
Daftar Isi
Kata Pengantar .......................................................................................... i
Daftar Isi .................................................................................................... ii
Bab I
PENDAHULUAN (Latar Belakang) ..................................................... 1
Bab II
PEMBAHASAN .................................................................................... 2
A. Sejarah Terbentuknya Nahdhatul Ulama ......................................... 2
B. Paham Keagamaan Nahdhatul Ulama ............................................. 3
C. Keorganisasian Nahdhatul Ulama ................................................... 3
D. Basis Pendukung Nahdhatul Ulama ................................................ 4
E. Peran Nahdhatul Ulama dalam Sejarah Bangsa Indonesia ............. 6
F. Kiprah Nahdhatul Ulama dalam Pendidikan ................................... 6
G. Nahdhatul Ulama dalam Dunia Politik Indonesia ........................... 8
Bab III
KESIMPULAN ..................................................................................... 9
Daftar Pustaka ........................................................................................... 10
3. 1
Bab I
Pendahuluan
(Latar Belakang)
Begitu banyak organisasi yang ada di Indonesia dengan berbagai basis baik
dari segi agama, profesi, kepentingan, dan sebagainya. Salah satu organisasi yang
besar di Indonesia adalah Nahdhatul Ulama yang biasa disingkat dengan NU
berpusat di Jakarta.
Yang menjadi pertanyaan disini, seperti apakah Nahdhatul Ulama tersebut?
Bagaimana Nahdhatul Ulama bisa terbentuk? Dan Bergerak dalam bidang apa
saja Nahdhatul Ulama? Tentu saja untuk mengenal Nahdhatul Ulama perlunya
jawaban dari pertanyaan tersebut.
Dalam makalah ini menyajikan secara singkat tentang Nahdhatul Ulama, sejak
awal Nahdhatul Ulama berdiri dan kiprah Nahdhatul Ulama dalam berbagai
bidang di Indonesia.
4. 2
Bab II
Pembahasan Materi
A. Sejarah Terbentuknya Nahdhatul Ulama
Keterbelakangan yang melanda bangsa Indonesia akibat penjajahan dan
batasan tradisi, telah menggugah kesadaran kaum terpelajar untuk
memperjuangkan martabat bangsa ini, melalui jalan pendidikan dan
organisasi. Gerakan mulai muncul sejak tahun 1908 yaitu yang dikenal
sebagai Kebangkitan Nasional. Semangat kebangkitan semakin menyebar
kemana-mana setelah masyarakat bangsa Indonesia sadar akan penderitaan
mereka. Konsekuensinya, muncullah berbagai organisasi pendidikan dan
pembebasan.
Kalangan pesantren yang selama ini gigih melawan kolonialisme,
merespon kebangkitan nasional tersebut dengan membentuk organisasi
pergerakan, seperti Nahdlatul Wathan (Kebangkitan Tanah Air) pada 1916.
Kemudian pada tahun 1918 didirikan Taswirul Afkar atau dikenal juga dengan
"Nahdlatul Fikri" (kebangkitan pemikiran), sebagai wahana pendidikan sosial
politik kaum dan keagamaan kaum santri. Dari situ kemudian didirikan
Nahdlatut Tujjar, (pergerakan kaum saudagar). Serikat itu dijadikan basis
untuk memperbaiki perekonomian rakyat. Dengan adanya Nahdlatul Tujjar
itu, maka Taswirul Afkar, selain tampil sebagai kelompok studi juga menjadi
lembaga pendidikan yang berkembang sangat pesat dan memiliki cabang di
beberapa kota.
Seiring bertambah banyaknya organisasi dengan berbagai aliaran dan
tujuan, maka kiranya perlu untuk membuat organisasi yang lebih mencakup
dan sistematis, agar mampu mengantisipasi perkembangan zaman. Akhirnya,
muncullah kesepakatan untuk membentuk organisasi yang bernama Nahdhatul
Ulama pada tanggal 16 Rajab 1344 H atau 31 Januari 1926 dan dipimpin oleh
K.H. Hasyim Asyari sebagai pemimpin pertama.
5. 3
B. Paham Keagamaan Nahdhatul Ulama
Nahdhatul Ulama menganut paham Ahlussunah waljama'ah, sebuah pola
pikir yang mengambil jalan tengah antara ekstrim aqli (rasionalis) dengan
kaum ekstrim naqli (skripturalis). Karena itu sumber pemikiran bagi
Nahdhatul Ulama tidak hanya al-Qur'an, sunnah, tetapi juga menggunakan
kemampuan akal ditambah dengan realitas empirik. Cara berpikir semacam itu
dirujuk dari pemikir terdahulu seperti Abu Hasan Al-Asy'ari dan Abu Mansur
Al-Maturidi dalam bidang teologi.
Kemudian dalam bidang fiqih, Nahdhatul Ulama lebih cenderung
mengikuti mazhab: imam Syafi'i dan mengakui tiga madzhab yang lain: imam
Hanafi, imam Maliki, dan imam Hambali. Sementara itu, dalam bidang
tasawuf mengembangkan metode Al-Ghazali dan Junaid Al-Baghdadi, yang
mengintegrasikan antara tasawuf dengan syariat.
C. Keorganisasian Nahdhatul Ulama
Dari sejak berdirinya hingga sekarang Nahdhatul Ulama sudah mengalami
tujuh kali pergantian kepemimpinan. Adapun daftar pimpinan Nahdhatul
Ulama sebagai berikut:
No Nama
Awal
Jabatan
Akhir
Jabatan
1 KH Mohammad Hasyim Asy'arie 1926 1947
2 KH Abdul Wahab Chasbullah 1947 1971
3 KH Bisri Syansuri 1972 1980
4 KH Muhammad Ali Maksum 1980 1984
5 KH Achmad Muhammad Hasan Siddiq 1984 1991
KH Ali Yafie (pjs) 1991 1992
6 KH Mohammad Ilyas Ruhiat 1992 1999
7 KH Mohammad Ahmad Sahal Mahfudz 1999 Sekarang
Struktur organisasi Nahdhatul Ulama terdiri dari:
1. Pengurus Besar (tingkat Pusat)
2. Pengurus Wilayah (tingkat Propinsi)
6. 4
3. Pengurus Cabang (tingkat Kabupaten/Kota) atau Pengurus Cabang
Istimewa untuk kepengurusan di luar negeri
4. Pengurus Majelis Wakil Cabang/MWC (tingkat Kecamatan)
5. Pengurus Ranting (tingkat Desa/Kelurahan)
Untuk Pusat, Wilayah, Cabang, dan Majelis Wakil Cabang, setiap
kepengurusan terdiri dari Mustayar (Penasihat). Syuriyah (Pimpinan
tertinggi), Tanfidziyah (Pelaksana Harian). Untuk Ranting, setiap
kepengurusan terdiri dari Syuriyah (Pimpinan tertinggi), Tanfidziyah
(Pelaksana harian).
D. Basis Pendukung Nahdhatul Ulama
Dalam menentukan basis pendukung atau warga Nahdhatul Ulama ada
beberapa istilah yang perlu diperjelas, yaitu anggota, pendukung atau
simpatisan, serta Muslim tradisionalis yang sepaham dengan Nahdhatul Ulama
Jika istilah warga disamakan dengan istilah anggota, maka sampai hari ini
tidak ada satu dokumen resmipun yang bisa dirujuk untuk itu. Hal ini karena
sampai saat ini tidak ada upaya serius di tubuh Nahdhatul Ulama di tingkat
apapun untuk mengelola keanggotaannya.
Apabila dilihat dari segi pendukung atau simpatisan, ada dua cara
melihatnya. Dari segi politik, bisa dilihat dari jumlah perolehan suara partai-
partai yang berbasis atau diasosiasikan dengan Nahdhatul Ulama seperti
PKBU, PNU, PKU, Partai SUNI, dan sebagian dari PPP. Sedangkan dari segi
paham keagamaan maka bisa dilihat dari jumlah orang yang mendukung dan
mengikuti paham kegamaan Nahdhatul Ulama Maka dalam hal ini bisa
dirujuk hasil penelitian Saiful Mujani (2002) yaitu berkisar 48% dari Muslim
santri Indonesia. Suaidi Asyari memperkirakan ada sekitar 51 juta dari Muslim
santri Indonesia dapat dikatakan pendukung atau pengikut paham keagamaan
Nahdhatul Ulama. Jumlah keseluruhan Muslim santri yang disebut sampai 80
juta atau lebih, merupakan mereka yang sama paham keagamaannya dengan
7. 5
paham kegamaan Nahdhatul Ulama Namun belum tentu mereka ini semuanya
warga atau mau disebut berafiliasi dengan Nahdhatul Ulama
Berdasarkan lokasi dan karakteristiknya, mayoritas pengikut Nahdhatul
Ulama terdapat di pulau Jawa, Kalimantan, Sulawesi dan Sumatra. Pada
perkembangan terakhir terlihat bahwa pengikut Nahdhatul Ulama mempunyai
profesi beragam, meskipun sebagian besar di antara mereka adalah rakyat
jelata baik di perkotaan maupun di pedesaan. Mereka memiliki kohesifitas
yang tinggi, karena secara sosial ekonomi memiliki problem yang sama, serta
selain itu juga sama-sama sangat menjiwai ajaran ahlus sunnah wal jamaah.
Pada umumnya mereka memiliki ikatan cukup kuat dengan dunia pesantren
yang merupakan pusat pendidikan rakyat dan cagar budaya Nahdhatul Ulama.
Basis pendukung Nahdhatul Ulama ini cenderung mengalami pergeseran.
Sejalan dengan pembangunan dan perkembangan industrialisasi, maka
penduduk Nahdhatul Ulama di desa banyak yang bermigrasi ke kota
memasuki sektor industri. Maka kalau selama ini basis Nahdhatul Ulama lebih
kuat di sektor petani di pedesaan, maka saat di sektor buruh di perkotaan, juga
cukup dominan.
Demikian juga dengan terbukanya sistem pendidikan, basis intelektual
dalam Nahdhatul Ulama juga semakin meluas, sejalan dengan cepatnya
mobilitas sosial yang terjadi selama ini. Belakangan ini Nahdhatul Ulama
sudah memiliki sejumlah doktor atau magister dalam berbagai bidang ilmu
selain dari ilmu ke-Islam-an baik dari dalam maupun luar negeri, termasuk
negara-negara Barat. Namun para doktor dan magister ini belum dimanfaatkan
secara maksimal oleh para pengurus Nahdhatul Ulama hampir di setiap
lapisan kepengurusan Nahdhatul Ulama.
E. Peran Nahdhatul Ulama dalam Sejarah Bangsa Indonesia
8. 6
Prinsip-prinsip dasar yang dicanangkan Nahdlatul Ulama telah
diterjemahkan dalam perilaku kongkrit. Nahdhatul Ulama banyak mengambil
kepeloporan dalam sejarah bangsa Indonesia. Hal itu menunjukkan bahwa
organisasi ini hidup secara dinamis dan responsif terhadap perkembangan
zaman. Prestasi Nahdhatul Ulama antara lain:
1. Menghidupkan kembali gerakan pribumisasi Islam, sebagaimana
diwariskan oleh para walisongo dan pendahulunya.
2. Mempelopori perjuangan kebebasan bermadzhab di Mekah, sehingga umat
Islam sedunia bisa menjalankan ibadah sesuai dengan madzhab masing-
masing.
3. Mempelopori berdirinya Majlis Islami A'la Indonesia (MIAI) tahun 1937,
yang kemudian ikut memperjuangkan tuntutan Indonesia berparlemen.
4. Memobilisasi perlawanan fisik terhadap kekuatan imperialis melalui
Resolusi Jihad yang dikeluarkan pada tanggal 22 Oktober 1945.
5. Berubah menjadi partai politik, yang pada Pemilu 1955 berhasil
menempati urutan ketiga dalam peroleh suara secara nasional.
6. Memprakarsai penyelenggaraan Konferensi Islam Asia Afrika (KIAA)
1965 yang diikuti oleh perwakilan dari 37 negara.
7. Memperlopori gerakan Islam kultural dan penguatan civil society di
Indonesia sepanjang dekade 90-an.
F. Kiprah Nahdhatul Ulama dalam Pendidikan
Ekonomi yang menjadi masalah utama di kebanyakan masyarakat
Indonesia, juga berpengaruh terhadap putusnya sekolah sang anak. Meskipun
pemerintah telah mengupayakan berbagai cara namun tetap saja belum bisa
membebaskan sepenuhnya biaya pendidikan mereka. Di sinilah dibutuhkan
9. 7
peran serta organisasi kemasyarakatan, seperti Nahdlatul Ulama, dalam
mengatasi persoalan yang dihadapi dunia pendidikan nasional saat ini.
Kiprah Nahdhatul Ulama dalam bidang pendidikan sudah berlangsung
sejak awal organisasi ini didirikan. Karena, sejarah pergerakan Nahdhatul
Ulama sebenarnya adalah sejarah pendidikan nusantara. Melalui lembaga-
lembaga pendidikan, seperti pesantren, madrasah, dan perguruan tinggi,
Nahdhatul Ulama merupakan salah satu penggerak perubahan pendidikan di
Indonesia.
Rintisan Nahdhatul Ulama di bidang pendidikan dapat dilihat dalam artikel
yang ditulis Didik Supriyanto yang bertajuk Mengenal Pendidikan Nahdlatul
Ulama, yang telah dimulai sejak setahun setelah berdirinya organisasi ini,
persisnya pada Muktamar ke-2 Nahdhatul Ulama tahun 1927. Dalam
muktamar tersebut, para pesertanya mengagendakan penggalangan dana
secara nasional untuk mendirikan dan membangun madrasah dan sekolah.
Kemudian, pada Muktamar berikutnya, muncul gerakan peduli pendidikan
dan membentuk sebuah organisasi khusus untuk menangani bidang ini. salah
satunya adalah Hoof Bestur Nahdlatul Oelama (HBNO). Pada perkembangan
selanjutnya, terbentuklah Lembaga Pendidikan Maarif Nahdlatul Ulama
(LPMNU) pada Muktamar ke-20 Nahdhatul Ulama (1959) di Jakarta. Meski
Nahdhatul Ulama tetap menjadikan sektor pendidikan sebagai mainstream
(pemikiran utama), baru dalam Munas Nahdhatul Ulama tahun 2002 di
Jakarta, organisasi ini mencoba mempertegas kembali posisi bidang
pendidikan untuk menjadi prioritas program Nahdhatul Ulama.
Hasil Munas tersebut ditindaklanjuti dengan diselenggarakannya rapat
kerja LPMNU dan Musyawarah Kerja Perguruan Tinggi Nahdhatul Ulama. Di
forum tersebut, Nahdhatul Ulama kembali mematangkan format, strategi, dan
guidlines (garis panduan) pengembangan pendidikan di lingkungan Nahdhatul
Ulama
10. 8
Dalam struktur organisasi Nahdhatul Ulama posisi Lembaga Pendidikan
Maarif ini adalah perangkat yang bertanggungjawab menangani pelaksanaan
kebijakan di bidang pendidikan dan pengajaran. Lembaga Pendidikan Maarif
yang memiliki peran strategis secara resmi baru berdiri pada 7 Februari 1961.
Tugas utama Lembaga Pendidikan Maarif adalah membina, mendirikan, dan
menyelenggarakan sekolah-sekolah ataupun madrasah-madrasah dari tingkat
pendidikan prasekolah sampai perguruan tinggi serta pendidikan nonformal,
seperti kursus-kursus dan pelatihan keterampilan.
G. Nahdhatul Ulama dalam Dunia Politik Indonesia
Pertama kali Nahdhatul Ulama terjun pada politik pada saat menyatakan
memisahkan diri dengan Masyumi pada tahun 1952 dan kemudian mengikuti
pemilu 1955. Nahdhatul Ulama cukup berhasil dengan meraih 45 kursi DPR
dan 91 kursi Konstituante. Pada masa Demokrasi Terpimpin, Nahdhatul
Ulama dikenal sebagai partai yang mendukung Sukarno. Setelah PKI
memberontak, Nahdhatul Ulama tampil sebagai salah satu golongan yang aktif
menekan PKI, terutama lewat sayap pemudanya GP Ansor.
Nahdhatul Ulama kemudian menggabungkan diri dengan Partai Persatuan
Pembangunan pada tanggal 5 Januari 1973 atas desakan penguasa orde baru.
Mengikuti pemilu 1977 dan 1982 bersama PPP. Pada muktamar Nahdhatul
Ulama di Situbondo, Nahdhatul Ulama menyatakan diri untuk Kembali ke
Khittah 1926 yaitu untuk tidak berpolitik praktis lagi.
Namun setelah reformasi 1998, muncul partai-partai yang
mengatasnamakan Nahdhatul Ulama, yang paling terkemuka adalah Partai
Kebangkitan Bangsa yang dideklarasikan oleh Abdurrahman Wahid. Pada
pemilu 1999 PKB memperoleh 51 kursi DPR dan bahkan bisa mengantarkan
Abdurrahman Wahid sebagai Presiden RI. Pada pemilu 2004, PKB
memperoleh 52 kursi DPR.
11. 9
Bab III
Kesimpulan
Dapat dirincikan bahwa, Nahdhatul Ulama merupakan organisasi yang
berdasarkan pada syariat Islam, sesuai dengan namanya yang menggunakan dasar
bahasa arab yang merupakan bahasa asli syariat Islam. Sejak pertama kali
dibentuk pun Nahdhatul Ulama merupakan organisasi yang terlahir dari kalangan
pesantren yang merupakan pusat pendidikan Islam.
Nahdhatul Ulama juga cukup berperan dalam perkembangan Bangsa
Indonesia. Dari segi pendidikan, Nahdhatul Ulama tentunya sangat berpengaruh
karena dari awal terbentuknya saja Nahdhatul Ulama terlahir dari kalangan
pesantren. Dari segi politik, Nahdhatul Ulama sering kali menjadi basis dari
sebuah partai, bahkan sempat mendirikan partai sendiri pada pemerintahan
Soekarno. Masih banyak lagi peran-peran Nahdhatul Ulama dalam perkembangan
Bangsa Indonesia yang tidak bisa terbilang banyaknya.
12. 10
Daftar Pustaka
_________ (2010). Dari http://id.wikipedia.org/wiki/Nahdhatul_Ulama. 27 Juni
2010.
_________ (2010). http://bataviase.co.id/node/138689. 27 Juni 2010.
_________ (2010). Dari http://www.nu.or.id/page.php. 27 Juni 2010.
Hasyim Mujadi (1999). NAHDHATUL ULAMA di Tengah Agenda Persoalan
Bangsa. Ciputat: PT Logos Wacana Ilmu.