ºÝºÝߣ

ºÝºÝߣShare a Scribd company logo
PEGARUH MEDIA AUDIO VISUAL DAN MOTIVASI BELAJAR TERHADAP KEMAMPUAN PEMAHAMAN
     UNSUR INTRINSIK CERITA RAKYAT PADA SISWA KELAS V SD NEGERI 02 SLAWI KABUPATEN TEGAL
                                 TAHUN PELAJARAN 2009/2010

                    Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Penelitian Kuantitatif



                                         BAB I PENDAHULUAN



A.         Latar Belakang Masalah

         Kebudayaan merupakan salah satu hasil oleh pikir manusia yang mempunyai manfaat bagi
perkembangan suatuu bangsa. Bangsa yang baik adlaah bangsa yang menjaga kelestarian budayanya
karena di dalam kebudayaan terdapat nilai-nilai yang mampu memberikan kesejahtreraan dan
menjadikan suatu bangsa mendapat predikat bangsa yang berperadaban. Bangsa Inca di Peru terkenal
sebgaai salah satu bangsa berperadaban karena memiliki tradisi yang terjaga dengan baik sejak zaman
purba, begitu pula dengan bangsa Mesir dan Cina yang terkenal sejak dulu karena mereka memiliki
kebudayaan yang terjaga.

          Sebgaai bangsa yang terdiri dari berbagai macam suku, bangsa Indonesia mewarisi banyak
kebudayaan lokal yangmenjadi akar kebudayaan nasional. Jika bangsa Indonesia senantiasa menjaga
warisan budaya maka bangsa ini akan dikenal sebgaai bangsa yang mumpuni di dunia seperti halnya
bangsa Mesir dan Cina. Di dalam budaya terdapat substansi etika, moral, nilai pendidikan sehingga hal
itu secara tidak langsung akan mendidik bangsa Indonesia manjadi bangsa yang beradab.

         Bangsa yang beradab tidak tercipta secara instan, akan tetapi tercipta melalui proses yang
panjang. Proses ini dimulai pada tatanan pendidikan terkecil, yaitu keluarga. Kemudian berkembvangan
pada lingkungan yang lebih luas di masyarakat. Salah satunya dapat diciptakan melalui lingkungan
pendidikan formal yaitu sekolah. Kondisi ini memunculkan asumsi bahwa sekolah merupakan institusi
satu-satunya pencetak kader bangsa.

        Di era globalisasi ini, budaya merupakan salah satu warisan yang harus dlindungi sekaligus
bnenteng terhadap masuknya budaya dari luar yang berpengaruh negatif. Budaya yang sesuai dengan
norma dan nilai budaya asli dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari sedangkan budaya yang
memberikan dampak negatif harus ditinggalkan. Bangsa Indonesia boleh mengadposi budaya dari luar
selama budaya itu mampu memperkaya budaya Indonesia serta memberikan manfaat, misalnya
perkembangan ilmu pengetahuan dan kemajuan teknologi.

          Sastra sebagai salah satu warisan budaya dapat digunakan secara efektif untuk mendidik dan
membentengi bangsa dari pengaruh budaya asing yang tidak sesuai dengan nilai kehidupan masyarakat
Indonesia. Sastra dapat merekam nilai-niai yang dianggap penting oleh suatu bangsa, seperti nilai moral,
etka, sikap, keagaman, kemasyarakatan, keindahan, kebahasaan, dan sebagainya. Inilai yang membuat
sastra memiliki peranan penting dalam pengajaran.

         Pembelajaran cerita rakyat di sekolah dapat melestarikan cerita rakyat yang semakin lama
semakin ditinggalkan masyarakat. Masuknya cerita dari luar negeri menyebabkan cerita rakyat kurang
mendapat tempat di hati orang Indonesia. Melighat kenyataan bahwa kebudayaan yang ada di
Indonesia sangatlah banyak ragamnya, maka seharusnya masyarakat memandang bahwa cerita rakyat
bukan hanya sebagai cerita pengantar tidur, melainkan sebagai cerita yang sarat makna dan nilai-nilai
pekerti yang luhur. Pengenalan cerita rakyat dari seluruhpenjuru nusantara akan menjadikan siswa
memiliki pemahaman yang sama terhadap kebudayaan multikultural yang dimiliki bangsa
Indonesia.dengan dimikian kebanggaan dan rasa cinta tanah air terhadap bangsa akan semakin kuat.
Mengangkat cerita rakyat sebgaai materi pengajaran berarti juga mengangkat dan memajukan
kebudayaan nasional. Jadi, pada akhirnya pengetahuan siswa akan budaya Indonesia manjadi luas dan
menjaga cerita rakyat dan budaya daerah dari kepunahan.
Melalui pembelajaran cerita rakyat diharapkan siswa mampu mengambil nilai moral, nilai
etika, nilai religius yang menambah wawasan daninformasi tentang kepercayaan, pandangan hidup,
adat istiadat, dan peradaban bangsa serta nilai-nilai positif lainnya. Oleh karena itu, Pusat Kurikulum
Departemen Pendidikan Nasional mencantumkan materi cerita rakyat sebagai salah satu materi sastra
untuk diajarkan di SD kelas V.

          Demikian halnya dengan siswa kelas V SD Negeri 02 Slawi. Pada mata pelajaran Bahasa dan
sastra Indonesia, mereka mendapatkan materi tantang cerita rakyat. Seperti pada uraian sebelumnya
peserta didik diharapkan dapat mengambil nila-nilai yang terdapat dalam cerita rakyat dengan terlebih
dahulu mengidentifikasi unsur cerita rakyat. Secara singkat, pembelajaran cerita rakyat melatih mereka
memiliki kemampuan berbahasa yang memadai.

         Namun, kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa keterampilan kelas V SD Negeri 02 Slawi
Kabupaten Tegal tidak sesuai dengan yang diharapkan. Hal ini dapat dilihat pada proses meupun hasil
pembelajaran cerita rakyat. Dilihat pada proses pembelajaran yang dilakukan oleh guru kurang
menunjukkan suasana yang memungkinkan siswa dapat belajar dengan baik. Dari kegiatan
pembelajaran cerita rakyat sebelumnya, saat proses pembelajaran berlangsung siswa terlihat pasif.
Beberapa siswa memang tampak memperhatikan keterangan guru namun tidak sedikit pula siswa yang
menguap, menopang dagu, serta sibuk beraktivitas sendiri dan tidak memperhatikan penjelasan guru.
Sehingga hasil dari pembelajaran tersebut kurang maksimal.

          Pada dasarnya kemampuan untuk memahami sesuatu yang dimiliki oleh masing-masing siswa
tdak ada yang sama, hal ini menunjukkan bahwa pada masing-masing siswa terdapat banyak faktor yang
mempengaruhi kemampuan pemahaman tersebut. Di antara faktor tersebut secara garis besar dapat
terbagi menjadi dua faktor utama, yaitu faktor internal yang ada pada diri siswa meliputi kemampuan
awal, intelegensi, motivasi, dan bakat serta faktor eksternal yang meliputi lingkungan sekolah, sosial,
dan keluarga. Selain itu Gino (1999: 25-26) juga menambahkan bahwa ada unsur-unsur yang terkait
dalam proses belajar, salah satunya berupa alat belajar di antaranya alat peraga audio-visual. Dari
beberapa faktor yang berpengaruh terhadap kemampuan siswa untuk memahami unsur intrinsik adalah
motivasi dan alat peraga audi-visual.

          Dipilihnya media audio visual karena dalam pembelajaran cerita rakyat dibutuhkan sesuatu
untuk memotivasi siswa, daripada siswa hanya sekedar menyimak guru yang bercerita rakyat cenderung
monoton. Diharapkan dengan diterapkannya media pembelajaran audi visual dapat mengurangi
kebosanan, serta dapat menarik minat siswa sehingga mampu membangun motivasi untuk berpartisi
aktif dalam pembelajaran.



B.       Identifikasi Masalah

          Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dapat diidentifikasi masalah yang timbul,
antara lain :

         1. Cerita rakyat merupakan salah satu kebudayaan yang harus dilestarikan;
         2. Agar siswa dapat mengambil nilai-nilai yang terdapat dalam cerita rakyat dengan terlebih
            dahulu mengidentifikasi unsur intrinsik cerita rakyat;
         3. Motivasi belajar memberikan pengaruh terhadap partisipasi aktif dan kemampuan siswa
            memahami unsur intrinsik;
         4. Media audio visual mampu membangun motivasi siswa.

C.       Pembatasan Masalah

         Agar permasalahan yang diteliti dapat terarah dan tidak terlalu luas jangkauannya maka
penulis membatasi masalah ini sebagai berikut :

         1. Subjek Penelitian
            Subjeknya adalah siswa kelas V SD Negeri 02 Slawi Kabupaten Tegal tahun pelajaran
            2009/2010.
2. Objek Penelitian
              a. Penggunaan media audio visual untuk membangun motivasi siswa;
              b. Masalah motivasi belajar siswa pada mata pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia,
                 khususnya materi unsur intrinsik cerita rakyat;
              c. Kemampuan siswa memahami unsur intrinsik cerita rakyat, dalam hal Ini agar siswa
                 dapat mengambil nilai-nilai yang terdapat dalam cerita rakyat dengan terlebih dahulu
                 mengidentifikasi unsur intrinsik cerita rakyat.



D.         Perumusan Masalah

           Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka penulis dapat merumuskan masalah sebagai
berikut:

           1. Apakah terdapat perbedaan kemampuan pemahaman unsur intrinsik antara kelompok
              yang diberi media audio visual dan kelompok yang tidak diberi media?
           2. Apakah terdapat perbedaan kemampuan pemahaman unsur intrinsik antara siswa yang
              memiliki motivasi belajar tinggi dan yang memiliki motivasi belajar rendah?
           3. Apakah terdapat interaksi antara media audio visual dan motivasi belajar dalam
              mempengaruhi kemampuan pemahaman unsur intrinsik?



E.         Tujuan Penelitian

           Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui:

           1. Terdapat tidaknya perbedaan kemampuan memahami unsur intrinsik antara kelompok
              siswa yang diberi media audio visual dan yang tidak diberi media;
           2. Terdapat tidaknya perbedaan kemampuan memahami unsur intrinsik antara siswa yang
              memiliki motivasi belajar tinggi dan yang memiliki motivasi belajar rendah;
           3. Terdapat tidaknya interaksi antara media audio visual dan motivasi belajar dalam
              mempengaruhi kemampuan pemahaman unsur intrinsik.

F.         Manfaat Penelitian

           Adapun manfaat yang dapat diperoleh adalah:

           1.   Manfaat Teoritis
                Secara teoritis hasil penelitian dapat dimanfaatkan:
                a. sebagai fakta pembelajaran cerita rakyat menggunakan media audio visual dapat
                    meningkatkan kemampuan siswa memahami unsur intrinsik cerita rakyat;
                b. referensi penelitian selanjutnya yang berhubungan denga hal pembelajaran cerita
                    rakyat.
           2.   Manfaat Praktis
                Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat:
                a. bagi guru
                    1) memberikan masukan positif dalam pembelajaran cerita rakyat di sekolah dasar;
                    2) memberikan solusi pada kesulitan pelaksanaan pembelajaran cerita rakyat.
                b. bagi siswa
                    1) membantu mengatasi kesulitan pembelajaran cerita rakyat dengan
                        memanfaatkan media audio visual;
                    2) menambah motivasi belajar serta pemahaman siswa dalam pembelajaran.
                c. bagi sekolah
                     1) dapat digunakan sebagai alternative model pembelajaran cerita rakyat.
                     2) memberikan pengalaman bagi sekolah berkaitan dengan kegiatan penelitian.
d. bagi peneliti
   1) melakukan kajian-kajian lebih lanjut untuk menyusun suatu rancangan
       pembelajaran cerita rakyat dengan media audio visual yang dapat dilaksanakan
       sesuai dengan kondisi sekolah;
   2) sebagai penelitian sejenis di masa yang akan datang.]
BAB II LANDASAN TEORI

A.



Tinjauan Pustaka

1.



Hakikat Unsur Intrinsik dalam Cerita Rakyat

a.



Hakikat cerita rakyat cerita rakyat merupakan salah satu dari adat istiadat suatu daerah yang berupa
kisah atau dongeng dan penyebarannya secara lisan. Demikian pula yang diungkapkan James Danandjaja
(1991:5) bahwa folklore atau cerita rakyat merupakan sebagian kebudayaan yang penyebarannya pada
umumnya melalui tutur kata atau lisan

(oral tradition).

Kemudian ada juga yang menyatakan cerita rakyat adalah cerita yang disampaikan secraa lisan di dalam
suatu masyarakat, bisa berbentuk cerita, teka-teki, puisi rakyat, cerita prosa rakyat, dan nyanyian rakyat.
b.



Bentuk-bentuk cerita rakyat Cerita rakyat atau floklor memiliki tiga bentuk yang berbeda. Brunvand
(dalam James Danandjaja, 1991: 21) menggolongkan floklor ke dalam tiga kelompok besar berdasarkan
tipenya, yaitu: (a) floklor bukan lisan

(non verbal folklore),

(b) floklor sebagian lisan

(partly verbal folklore),

dan (c) floklor lisan

(verbal folklore).

Floklor bukan lisan biasanya berupa hasil kebudayan, seperti: material (benda atau kerajinan daerah)
dan bukan material (kesenian rakyat). Floklor sebagian lisan adalah campuran antara unsure lisan dan
bukan lisan. Floklor ini biasanya menyangkut adat istiadat dan sejenisnya. Sedangkan folklore lisan ialah
cerita yang disampaikan turun temurun secara tradisional dari mulut k mulut. Floklor ini dappat
berwujud nyanyian, puisi maupun prosa rakyat seperti mite, legenda, dan dongeng.

c.



Fungsi cerita rakyat Cerita rakyat memiliki fungsi yang beragam dalam kehidupan masyarakat, fungsi
tersebut berbeda-beda sesuai dengan sifatnya. (Bascom dalam James Danandjaja,1991:9). Fungsi utama
cerita rakyat adalah memberi nasihat. Oleh karena itu, diharapkan juga bahwa cerita asli Indonesia lebih
dikenal, lebih dipahami, dan lebih dihayati serta dapat diambil menfaatnya yang diantaranya siswa harus
mempelajari unsur-unsur yang terkandung dalam cerita rakyat. d.
Hakikat unsur intrinsik Sebuah kisah atau cerita rakyat itu mengandung unsur-unsur yang membangun.
Unsur pembangun tersebut dibagi menjadi dua, yaitu unsur intrinsik dan unsur ekstrinsik. Unsur intrinsik
adalah unsur-unsur yangmembangun karya itu sendiri. Secara umum Burhan (1995: 23) menyebutkan
hal-hal yang terdapat dalam unsur intrinsik adalah tema, amanat, plot atau alur cerita, tokoh dan
penokohan, sudut pandang, dan latar atau setting. Sedangkan menurut TIM Primagama (2007: 96) yang
dimaksud unsur ekstrinsik adalah unsur yang mendukung dari luar karya itu sendiri. Yang termasuk
unsur esktrinsik di antaranya ialah mengenai riwayat pribadi pengarang dan kehidupan masyarakat
tempat karya sastra itu diciptakan. 2.



Hakikat Media Pembelajaran

a.



Pengertian media Kata

media

berasal dari bahasa Latin yang merupakan bentuk jamak dari kata

medium

 yang secara harfiah berarti perantara. Media adalah perantara atau pengantar pesan dari pengirim ke
penerima pesan sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan minat serta perhatian
siswa sedemikian rupa sehingga proses belajar terjadi. (Arief Sadiman, 1993:6-7).

b.



Fungsi media Secara umum Arief Sadiman (1993:16-17) mengungkapkan media pendidikan mempunyai
kegunaan sebagai berikut: (1) memperjelas penyajian pesan agar tidak terlalu bersifat verbalisitis; (2)
mengatasi keterbatasan ruang, waktu, dan daya indera; (3) dapat mengatasi sikap pasif anak didik serta
menumbuhkan motivasi siswa. Schramm (dalam Gene L, 1984: 16) kemudian menyimpulkan bahwa
siswa yang telah bermotivasi dapat belajar dari media apa saja jika media itu dipakai menurut
kemampuannya dan disesuaikan dengan kebutuhan. c.



Media audio-visiual Menurut Gino (1999: 25-26) media pembelajaran dapat dibedakan berdasarkan
indera yang dirangsang, yaitu: alat peraga visual, alat peraga auditif, dan alat peraga audio-visual.
Basuki (2001: 67) juga menyebutkan bahwa dengan karakteristik yang lebih lengkap dibanding media
lain, media audio visual memiliki kemampuan untuk dapat mengatasi kekurangan dari media audio atau
media visual semata. Karena media ini dapat menampilkan gambar bergerak sekaligus dilengkapi
dengan suara agar pasan atau informasi yang disampaikan mudah ditangkap siswa dan menambah
pemahaman siswa dalam menyimak cerita rakyat. 3.



Motivasi Belajar

a.



Pengertian motivasi Menurut Henry (1986:103) motivasi merupakan salah satu butir penentu
keberhasilan seseorang. Karena menurut Gino (1999:23) motivasi adalah bentuk proses penggiatan
seseorang untuk memenuhi kebutuhan atau mencapai tujuan. Tanpa adanya motivasi, seorang manusia
enggan melakukan apapun termasuk mencapai tujuan hidupnya.
b.



Motivasi belajar Dalam kegiatan belajar, maka motivasi dapat dikatakan sebagai keseluruhan daya
penggerak di dalam siswa yang menimbulkan kegiatan belajar, yang menjalin kelangsungan dan
memberikan arah pada kegiatan belajar sehingga tujuan yang dikehendaki oleh siswa dapat dicapai.
(Sardiman dalam Gino, 1999: 37). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa seorang siswa yang
memiliki motivasi yang kuat maka akan memiliki energi positif untuk melakukan kegiatan belajar. c.



Fungsi motivasi Sudah diketahui bahwa motivasi sebagai daya penggerak di dalam siswa yang
menimbulkan kegiatan belajar. Senada dengan yang dipaparkan Oemar Hamalik (2003: 156) bahwa
fungsi motivasi adalah untuk mendorong, menggerakkan, dan mengarahkan kegiatan belajar.

B.



Kerangka Berpikir

Pembelajaran cerita rakyat yang selama ini dilakukan oleh guru masih secara konvensiaonal dan
berpusat pada guru. Guru tampil berbicara di depan kelas untuk bercerita, kemudian siswa diminta
menanggapi tentang kisah dan nilai yang ada dalam cerita rakyat tersebut. Metode di atas ternyata
masih kurang optimal untuk menumbuhkan minat dan motivasi siswa dalam memahami unsur intrinsik
yang terkandung dalam cerita rakyat. Akibatnya siswa tidak mengetahui maksud dan tujuan
pembelajaran cerita rakyat dengan maksimal. Oleh karena itu, dibutuhkan inovasi pembelajaran cerita
rakyat yang dapat meningkatkan motivasi siswa dalam pembelajaran. Pemanfaatn media audio-visual
dalam pembelajaran cerita rakyat yang hendak diterapkan diharapkan mampu memberikan stimulus
agar kemampuan siswa memahami unsur intrinsik dapat mencapai standar minimal yang ditetapkan SD
Negeri 02 Slawi Kabupaten Tegal.

Jika motivasi belajar tinggi didukung dengan penggunaan media audio visual diduga kemampuan siswa
memahami unsur intrinsik dalam pembelajaran cerita rakyat akan mencapai hasil yang memuaskan.
Demikian juga sebaliknya, jika pembelajaran tanpa menggunakan media audio visual diduga motivasi
siswa akanrendah dan hasil yang dicapai kurang memuaskan.

Dari kerangka pemikiran tersebut dapat dibuat paradigma berpikir sebagai berikut:


     Media Audio-Visual

                                                          Kemampuan pemahaman
                                                          unsur intrinsik cerita rakyat
       Motivasi Belajar




Keterangan: 1.



Pengaruh media audio visual terhadap kemampuan pemahaman unsur intrinsik cerita rakyat; 2.



Pengaruh motivasi belajar terhadap kemampuan pemahaman unsur intrinsik cerita rakyat; 3.
Pengaruh interaksi media audio visual dan motivasi belajar terhadap kemampuan pemahaman unsur
intrinsik cerita rakyat.

C.



Hipotesis

1.



Kemampuan pemahaman unsur intrinsik cerita rakyat pada siswa yang diberikan media audio visual
lebih baik daripada yang tidak diberi media;



2.



Kemampuan pemahaman unsur intrinsik cerita rakyat pada siswa yang memiliki motivasi belajar tinggi
lebih baik daripada yang memiliki motivasi belajar rendah;



3.



Terdapat interaksi antara media audio visual dan motivasi belajar dalam mempengaruhi kemampuan
pemahaman unsur intrinsik cerita rakyat pada siswa.




BAB III METODE PENELITIAN

A.



Tempat dan Waktu Penelitian

1.



Tempat Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Sekolah Dasar Negeri 02 Slawi Kabupaten Tegal. 2.



Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan selama lima bulan dari bulan Januari sampai Juni 2009. Berikut tabel rincian
waktu dan jenis kegiatan penelitian. Tebel 1. Rincian Waktu dan Jenis Kegiatan Penelitian




B.
Metode dan Desain Penelitian

1.



Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian eksperimen kuantitatif. 2.



Desain Penelitian

Desain penelitian yang digunakan adalah desain penelitian factorial (2 X 2). Dengan variabel bebas
media audio visual dan motivasi belajar.

More Related Content

Pegaruh media audio visual dan motivasi belajar terhadap kemampuan pemahaman unsur intrinsik cerita rakyat pada siswa kelas v sd negeri 02 slawi kabupaten tegal tahun pelajaran 2009

  • 1. PEGARUH MEDIA AUDIO VISUAL DAN MOTIVASI BELAJAR TERHADAP KEMAMPUAN PEMAHAMAN UNSUR INTRINSIK CERITA RAKYAT PADA SISWA KELAS V SD NEGERI 02 SLAWI KABUPATEN TEGAL TAHUN PELAJARAN 2009/2010 Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Penelitian Kuantitatif BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kebudayaan merupakan salah satu hasil oleh pikir manusia yang mempunyai manfaat bagi perkembangan suatuu bangsa. Bangsa yang baik adlaah bangsa yang menjaga kelestarian budayanya karena di dalam kebudayaan terdapat nilai-nilai yang mampu memberikan kesejahtreraan dan menjadikan suatu bangsa mendapat predikat bangsa yang berperadaban. Bangsa Inca di Peru terkenal sebgaai salah satu bangsa berperadaban karena memiliki tradisi yang terjaga dengan baik sejak zaman purba, begitu pula dengan bangsa Mesir dan Cina yang terkenal sejak dulu karena mereka memiliki kebudayaan yang terjaga. Sebgaai bangsa yang terdiri dari berbagai macam suku, bangsa Indonesia mewarisi banyak kebudayaan lokal yangmenjadi akar kebudayaan nasional. Jika bangsa Indonesia senantiasa menjaga warisan budaya maka bangsa ini akan dikenal sebgaai bangsa yang mumpuni di dunia seperti halnya bangsa Mesir dan Cina. Di dalam budaya terdapat substansi etika, moral, nilai pendidikan sehingga hal itu secara tidak langsung akan mendidik bangsa Indonesia manjadi bangsa yang beradab. Bangsa yang beradab tidak tercipta secara instan, akan tetapi tercipta melalui proses yang panjang. Proses ini dimulai pada tatanan pendidikan terkecil, yaitu keluarga. Kemudian berkembvangan pada lingkungan yang lebih luas di masyarakat. Salah satunya dapat diciptakan melalui lingkungan pendidikan formal yaitu sekolah. Kondisi ini memunculkan asumsi bahwa sekolah merupakan institusi satu-satunya pencetak kader bangsa. Di era globalisasi ini, budaya merupakan salah satu warisan yang harus dlindungi sekaligus bnenteng terhadap masuknya budaya dari luar yang berpengaruh negatif. Budaya yang sesuai dengan norma dan nilai budaya asli dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari sedangkan budaya yang memberikan dampak negatif harus ditinggalkan. Bangsa Indonesia boleh mengadposi budaya dari luar selama budaya itu mampu memperkaya budaya Indonesia serta memberikan manfaat, misalnya perkembangan ilmu pengetahuan dan kemajuan teknologi. Sastra sebagai salah satu warisan budaya dapat digunakan secara efektif untuk mendidik dan membentengi bangsa dari pengaruh budaya asing yang tidak sesuai dengan nilai kehidupan masyarakat Indonesia. Sastra dapat merekam nilai-niai yang dianggap penting oleh suatu bangsa, seperti nilai moral, etka, sikap, keagaman, kemasyarakatan, keindahan, kebahasaan, dan sebagainya. Inilai yang membuat sastra memiliki peranan penting dalam pengajaran. Pembelajaran cerita rakyat di sekolah dapat melestarikan cerita rakyat yang semakin lama semakin ditinggalkan masyarakat. Masuknya cerita dari luar negeri menyebabkan cerita rakyat kurang mendapat tempat di hati orang Indonesia. Melighat kenyataan bahwa kebudayaan yang ada di Indonesia sangatlah banyak ragamnya, maka seharusnya masyarakat memandang bahwa cerita rakyat bukan hanya sebagai cerita pengantar tidur, melainkan sebagai cerita yang sarat makna dan nilai-nilai pekerti yang luhur. Pengenalan cerita rakyat dari seluruhpenjuru nusantara akan menjadikan siswa memiliki pemahaman yang sama terhadap kebudayaan multikultural yang dimiliki bangsa Indonesia.dengan dimikian kebanggaan dan rasa cinta tanah air terhadap bangsa akan semakin kuat. Mengangkat cerita rakyat sebgaai materi pengajaran berarti juga mengangkat dan memajukan kebudayaan nasional. Jadi, pada akhirnya pengetahuan siswa akan budaya Indonesia manjadi luas dan menjaga cerita rakyat dan budaya daerah dari kepunahan.
  • 2. Melalui pembelajaran cerita rakyat diharapkan siswa mampu mengambil nilai moral, nilai etika, nilai religius yang menambah wawasan daninformasi tentang kepercayaan, pandangan hidup, adat istiadat, dan peradaban bangsa serta nilai-nilai positif lainnya. Oleh karena itu, Pusat Kurikulum Departemen Pendidikan Nasional mencantumkan materi cerita rakyat sebagai salah satu materi sastra untuk diajarkan di SD kelas V. Demikian halnya dengan siswa kelas V SD Negeri 02 Slawi. Pada mata pelajaran Bahasa dan sastra Indonesia, mereka mendapatkan materi tantang cerita rakyat. Seperti pada uraian sebelumnya peserta didik diharapkan dapat mengambil nila-nilai yang terdapat dalam cerita rakyat dengan terlebih dahulu mengidentifikasi unsur cerita rakyat. Secara singkat, pembelajaran cerita rakyat melatih mereka memiliki kemampuan berbahasa yang memadai. Namun, kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa keterampilan kelas V SD Negeri 02 Slawi Kabupaten Tegal tidak sesuai dengan yang diharapkan. Hal ini dapat dilihat pada proses meupun hasil pembelajaran cerita rakyat. Dilihat pada proses pembelajaran yang dilakukan oleh guru kurang menunjukkan suasana yang memungkinkan siswa dapat belajar dengan baik. Dari kegiatan pembelajaran cerita rakyat sebelumnya, saat proses pembelajaran berlangsung siswa terlihat pasif. Beberapa siswa memang tampak memperhatikan keterangan guru namun tidak sedikit pula siswa yang menguap, menopang dagu, serta sibuk beraktivitas sendiri dan tidak memperhatikan penjelasan guru. Sehingga hasil dari pembelajaran tersebut kurang maksimal. Pada dasarnya kemampuan untuk memahami sesuatu yang dimiliki oleh masing-masing siswa tdak ada yang sama, hal ini menunjukkan bahwa pada masing-masing siswa terdapat banyak faktor yang mempengaruhi kemampuan pemahaman tersebut. Di antara faktor tersebut secara garis besar dapat terbagi menjadi dua faktor utama, yaitu faktor internal yang ada pada diri siswa meliputi kemampuan awal, intelegensi, motivasi, dan bakat serta faktor eksternal yang meliputi lingkungan sekolah, sosial, dan keluarga. Selain itu Gino (1999: 25-26) juga menambahkan bahwa ada unsur-unsur yang terkait dalam proses belajar, salah satunya berupa alat belajar di antaranya alat peraga audio-visual. Dari beberapa faktor yang berpengaruh terhadap kemampuan siswa untuk memahami unsur intrinsik adalah motivasi dan alat peraga audi-visual. Dipilihnya media audio visual karena dalam pembelajaran cerita rakyat dibutuhkan sesuatu untuk memotivasi siswa, daripada siswa hanya sekedar menyimak guru yang bercerita rakyat cenderung monoton. Diharapkan dengan diterapkannya media pembelajaran audi visual dapat mengurangi kebosanan, serta dapat menarik minat siswa sehingga mampu membangun motivasi untuk berpartisi aktif dalam pembelajaran. B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dapat diidentifikasi masalah yang timbul, antara lain : 1. Cerita rakyat merupakan salah satu kebudayaan yang harus dilestarikan; 2. Agar siswa dapat mengambil nilai-nilai yang terdapat dalam cerita rakyat dengan terlebih dahulu mengidentifikasi unsur intrinsik cerita rakyat; 3. Motivasi belajar memberikan pengaruh terhadap partisipasi aktif dan kemampuan siswa memahami unsur intrinsik; 4. Media audio visual mampu membangun motivasi siswa. C. Pembatasan Masalah Agar permasalahan yang diteliti dapat terarah dan tidak terlalu luas jangkauannya maka penulis membatasi masalah ini sebagai berikut : 1. Subjek Penelitian Subjeknya adalah siswa kelas V SD Negeri 02 Slawi Kabupaten Tegal tahun pelajaran 2009/2010.
  • 3. 2. Objek Penelitian a. Penggunaan media audio visual untuk membangun motivasi siswa; b. Masalah motivasi belajar siswa pada mata pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia, khususnya materi unsur intrinsik cerita rakyat; c. Kemampuan siswa memahami unsur intrinsik cerita rakyat, dalam hal Ini agar siswa dapat mengambil nilai-nilai yang terdapat dalam cerita rakyat dengan terlebih dahulu mengidentifikasi unsur intrinsik cerita rakyat. D. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka penulis dapat merumuskan masalah sebagai berikut: 1. Apakah terdapat perbedaan kemampuan pemahaman unsur intrinsik antara kelompok yang diberi media audio visual dan kelompok yang tidak diberi media? 2. Apakah terdapat perbedaan kemampuan pemahaman unsur intrinsik antara siswa yang memiliki motivasi belajar tinggi dan yang memiliki motivasi belajar rendah? 3. Apakah terdapat interaksi antara media audio visual dan motivasi belajar dalam mempengaruhi kemampuan pemahaman unsur intrinsik? E. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui: 1. Terdapat tidaknya perbedaan kemampuan memahami unsur intrinsik antara kelompok siswa yang diberi media audio visual dan yang tidak diberi media; 2. Terdapat tidaknya perbedaan kemampuan memahami unsur intrinsik antara siswa yang memiliki motivasi belajar tinggi dan yang memiliki motivasi belajar rendah; 3. Terdapat tidaknya interaksi antara media audio visual dan motivasi belajar dalam mempengaruhi kemampuan pemahaman unsur intrinsik. F. Manfaat Penelitian Adapun manfaat yang dapat diperoleh adalah: 1. Manfaat Teoritis Secara teoritis hasil penelitian dapat dimanfaatkan: a. sebagai fakta pembelajaran cerita rakyat menggunakan media audio visual dapat meningkatkan kemampuan siswa memahami unsur intrinsik cerita rakyat; b. referensi penelitian selanjutnya yang berhubungan denga hal pembelajaran cerita rakyat. 2. Manfaat Praktis Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat: a. bagi guru 1) memberikan masukan positif dalam pembelajaran cerita rakyat di sekolah dasar; 2) memberikan solusi pada kesulitan pelaksanaan pembelajaran cerita rakyat. b. bagi siswa 1) membantu mengatasi kesulitan pembelajaran cerita rakyat dengan memanfaatkan media audio visual; 2) menambah motivasi belajar serta pemahaman siswa dalam pembelajaran. c. bagi sekolah 1) dapat digunakan sebagai alternative model pembelajaran cerita rakyat. 2) memberikan pengalaman bagi sekolah berkaitan dengan kegiatan penelitian.
  • 4. d. bagi peneliti 1) melakukan kajian-kajian lebih lanjut untuk menyusun suatu rancangan pembelajaran cerita rakyat dengan media audio visual yang dapat dilaksanakan sesuai dengan kondisi sekolah; 2) sebagai penelitian sejenis di masa yang akan datang.]
  • 5. BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Hakikat Unsur Intrinsik dalam Cerita Rakyat a. Hakikat cerita rakyat cerita rakyat merupakan salah satu dari adat istiadat suatu daerah yang berupa kisah atau dongeng dan penyebarannya secara lisan. Demikian pula yang diungkapkan James Danandjaja (1991:5) bahwa folklore atau cerita rakyat merupakan sebagian kebudayaan yang penyebarannya pada umumnya melalui tutur kata atau lisan (oral tradition). Kemudian ada juga yang menyatakan cerita rakyat adalah cerita yang disampaikan secraa lisan di dalam suatu masyarakat, bisa berbentuk cerita, teka-teki, puisi rakyat, cerita prosa rakyat, dan nyanyian rakyat. b. Bentuk-bentuk cerita rakyat Cerita rakyat atau floklor memiliki tiga bentuk yang berbeda. Brunvand (dalam James Danandjaja, 1991: 21) menggolongkan floklor ke dalam tiga kelompok besar berdasarkan tipenya, yaitu: (a) floklor bukan lisan (non verbal folklore), (b) floklor sebagian lisan (partly verbal folklore), dan (c) floklor lisan (verbal folklore). Floklor bukan lisan biasanya berupa hasil kebudayan, seperti: material (benda atau kerajinan daerah) dan bukan material (kesenian rakyat). Floklor sebagian lisan adalah campuran antara unsure lisan dan bukan lisan. Floklor ini biasanya menyangkut adat istiadat dan sejenisnya. Sedangkan folklore lisan ialah cerita yang disampaikan turun temurun secara tradisional dari mulut k mulut. Floklor ini dappat berwujud nyanyian, puisi maupun prosa rakyat seperti mite, legenda, dan dongeng. c. Fungsi cerita rakyat Cerita rakyat memiliki fungsi yang beragam dalam kehidupan masyarakat, fungsi tersebut berbeda-beda sesuai dengan sifatnya. (Bascom dalam James Danandjaja,1991:9). Fungsi utama cerita rakyat adalah memberi nasihat. Oleh karena itu, diharapkan juga bahwa cerita asli Indonesia lebih dikenal, lebih dipahami, dan lebih dihayati serta dapat diambil menfaatnya yang diantaranya siswa harus mempelajari unsur-unsur yang terkandung dalam cerita rakyat. d.
  • 6. Hakikat unsur intrinsik Sebuah kisah atau cerita rakyat itu mengandung unsur-unsur yang membangun. Unsur pembangun tersebut dibagi menjadi dua, yaitu unsur intrinsik dan unsur ekstrinsik. Unsur intrinsik adalah unsur-unsur yangmembangun karya itu sendiri. Secara umum Burhan (1995: 23) menyebutkan hal-hal yang terdapat dalam unsur intrinsik adalah tema, amanat, plot atau alur cerita, tokoh dan penokohan, sudut pandang, dan latar atau setting. Sedangkan menurut TIM Primagama (2007: 96) yang dimaksud unsur ekstrinsik adalah unsur yang mendukung dari luar karya itu sendiri. Yang termasuk unsur esktrinsik di antaranya ialah mengenai riwayat pribadi pengarang dan kehidupan masyarakat tempat karya sastra itu diciptakan. 2. Hakikat Media Pembelajaran a. Pengertian media Kata media berasal dari bahasa Latin yang merupakan bentuk jamak dari kata medium yang secara harfiah berarti perantara. Media adalah perantara atau pengantar pesan dari pengirim ke penerima pesan sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan minat serta perhatian siswa sedemikian rupa sehingga proses belajar terjadi. (Arief Sadiman, 1993:6-7). b. Fungsi media Secara umum Arief Sadiman (1993:16-17) mengungkapkan media pendidikan mempunyai kegunaan sebagai berikut: (1) memperjelas penyajian pesan agar tidak terlalu bersifat verbalisitis; (2) mengatasi keterbatasan ruang, waktu, dan daya indera; (3) dapat mengatasi sikap pasif anak didik serta menumbuhkan motivasi siswa. Schramm (dalam Gene L, 1984: 16) kemudian menyimpulkan bahwa siswa yang telah bermotivasi dapat belajar dari media apa saja jika media itu dipakai menurut kemampuannya dan disesuaikan dengan kebutuhan. c. Media audio-visiual Menurut Gino (1999: 25-26) media pembelajaran dapat dibedakan berdasarkan indera yang dirangsang, yaitu: alat peraga visual, alat peraga auditif, dan alat peraga audio-visual. Basuki (2001: 67) juga menyebutkan bahwa dengan karakteristik yang lebih lengkap dibanding media lain, media audio visual memiliki kemampuan untuk dapat mengatasi kekurangan dari media audio atau media visual semata. Karena media ini dapat menampilkan gambar bergerak sekaligus dilengkapi dengan suara agar pasan atau informasi yang disampaikan mudah ditangkap siswa dan menambah pemahaman siswa dalam menyimak cerita rakyat. 3. Motivasi Belajar a. Pengertian motivasi Menurut Henry (1986:103) motivasi merupakan salah satu butir penentu keberhasilan seseorang. Karena menurut Gino (1999:23) motivasi adalah bentuk proses penggiatan seseorang untuk memenuhi kebutuhan atau mencapai tujuan. Tanpa adanya motivasi, seorang manusia enggan melakukan apapun termasuk mencapai tujuan hidupnya.
  • 7. b. Motivasi belajar Dalam kegiatan belajar, maka motivasi dapat dikatakan sebagai keseluruhan daya penggerak di dalam siswa yang menimbulkan kegiatan belajar, yang menjalin kelangsungan dan memberikan arah pada kegiatan belajar sehingga tujuan yang dikehendaki oleh siswa dapat dicapai. (Sardiman dalam Gino, 1999: 37). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa seorang siswa yang memiliki motivasi yang kuat maka akan memiliki energi positif untuk melakukan kegiatan belajar. c. Fungsi motivasi Sudah diketahui bahwa motivasi sebagai daya penggerak di dalam siswa yang menimbulkan kegiatan belajar. Senada dengan yang dipaparkan Oemar Hamalik (2003: 156) bahwa fungsi motivasi adalah untuk mendorong, menggerakkan, dan mengarahkan kegiatan belajar. B. Kerangka Berpikir Pembelajaran cerita rakyat yang selama ini dilakukan oleh guru masih secara konvensiaonal dan berpusat pada guru. Guru tampil berbicara di depan kelas untuk bercerita, kemudian siswa diminta menanggapi tentang kisah dan nilai yang ada dalam cerita rakyat tersebut. Metode di atas ternyata masih kurang optimal untuk menumbuhkan minat dan motivasi siswa dalam memahami unsur intrinsik yang terkandung dalam cerita rakyat. Akibatnya siswa tidak mengetahui maksud dan tujuan pembelajaran cerita rakyat dengan maksimal. Oleh karena itu, dibutuhkan inovasi pembelajaran cerita rakyat yang dapat meningkatkan motivasi siswa dalam pembelajaran. Pemanfaatn media audio-visual dalam pembelajaran cerita rakyat yang hendak diterapkan diharapkan mampu memberikan stimulus agar kemampuan siswa memahami unsur intrinsik dapat mencapai standar minimal yang ditetapkan SD Negeri 02 Slawi Kabupaten Tegal. Jika motivasi belajar tinggi didukung dengan penggunaan media audio visual diduga kemampuan siswa memahami unsur intrinsik dalam pembelajaran cerita rakyat akan mencapai hasil yang memuaskan. Demikian juga sebaliknya, jika pembelajaran tanpa menggunakan media audio visual diduga motivasi siswa akanrendah dan hasil yang dicapai kurang memuaskan. Dari kerangka pemikiran tersebut dapat dibuat paradigma berpikir sebagai berikut: Media Audio-Visual Kemampuan pemahaman unsur intrinsik cerita rakyat Motivasi Belajar Keterangan: 1. Pengaruh media audio visual terhadap kemampuan pemahaman unsur intrinsik cerita rakyat; 2. Pengaruh motivasi belajar terhadap kemampuan pemahaman unsur intrinsik cerita rakyat; 3.
  • 8. Pengaruh interaksi media audio visual dan motivasi belajar terhadap kemampuan pemahaman unsur intrinsik cerita rakyat. C. Hipotesis 1. Kemampuan pemahaman unsur intrinsik cerita rakyat pada siswa yang diberikan media audio visual lebih baik daripada yang tidak diberi media; 2. Kemampuan pemahaman unsur intrinsik cerita rakyat pada siswa yang memiliki motivasi belajar tinggi lebih baik daripada yang memiliki motivasi belajar rendah; 3. Terdapat interaksi antara media audio visual dan motivasi belajar dalam mempengaruhi kemampuan pemahaman unsur intrinsik cerita rakyat pada siswa. BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan di Sekolah Dasar Negeri 02 Slawi Kabupaten Tegal. 2. Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan selama lima bulan dari bulan Januari sampai Juni 2009. Berikut tabel rincian waktu dan jenis kegiatan penelitian. Tebel 1. Rincian Waktu dan Jenis Kegiatan Penelitian B.
  • 9. Metode dan Desain Penelitian 1. Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian eksperimen kuantitatif. 2. Desain Penelitian Desain penelitian yang digunakan adalah desain penelitian factorial (2 X 2). Dengan variabel bebas media audio visual dan motivasi belajar.