Dokumen tersebut membahas tentang manfaat pemakaian perangkat lunak open source bagi pemerintah Indonesia. Perangkat lunak open source dapat mengurangi biaya penerapan teknologi informasi, menghindari ketergantungan terhadap vendor tertentu, dan menghemat devisa negara karena biaya pemeliharaan dapat dilakukan secara lokal. Dokumen juga menjelaskan model kolaborasi terbuka dalam pengembangan perangkat lunak open source.
3. °±ð³¾±ð²Ô³Ù±ð°ù¾±²¹²ÔÌý±·±ð²µ²¹°ù²¹Ìý±Ê±ð³¾²ú²¹²Ô²µ³Ü²Ô²¹²ÔÌý¶Ù²¹±ð°ù²¹³óÌý°Õ±ð°ù³Ù¾±²Ô²µ²µ²¹±ô
PEMANFAATAN PERANGKAT LUNAK OPEN SOURCE1
T. Budiman, S.Si
1 PENDAHULUAN
Indonesia sebagai salah satu negara yang masih berkembang memiliki
kepentingan yang lebih besar untuk dapat mengejar ketertinggalan dari negara-
negara maju dalam berbagai bidang. Sayangnya memang untuk mengejar
ketertinggalan dibutuhkan upaya (dan biaya) yang lebih besar.
Namun bidang teknologi informasi adalah salah satu bidang di mana hal tersebut
tidak berlaku. Gerakan open source dapat kita manfaatkan untuk mendapatkan
transfer teknologi informasi dari negara-negara maju tanpa perlu mengeluarkan
biaya yang besar. Pemaparan berikut akan menjelaskan manfaat-manfaat apa
yang dapat diperoleh dengan menggunakan perangkat lunak open source.
2 MANFAAT EKONOMIS
2.1 Biaya Penerapan Teknologi Informasi
Teknologi Informasi dapat memberikan manfaat yang besar dalam kehidupan
sehari-hari sebagai perangkat bantu yang dapat memberi berbagai macam
1 Artikel ini berlisensi Creative Commons Attribution-Share Alike 3.0 Unported License.
PT Bina Persada Konsultan 3/16
4. °±ð³¾±ð²Ô³Ù±ð°ù¾±²¹²ÔÌý±·±ð²µ²¹°ù²¹Ìý±Ê±ð³¾²ú²¹²Ô²µ³Ü²Ô²¹²ÔÌý¶Ù²¹±ð°ù²¹³óÌý°Õ±ð°ù³Ù¾±²Ô²µ²µ²¹±ô
kemudahan, meningkatkan efisiensi dan efektivitas kerja, bahkan membantu
dalam pengambilan keputusan. Namun penerapan teknologi informasi juga bukan
tanpa biaya. Ada banyak hal yang perlu dilakukan agar teknologi informasi dapat
berfungsi sebagaimana seharusnya.
Dalam penerapannya dikenal istilah TCO (Total Cost of Ownership) yang mencakup
perhitungan biaya untuk semua hal yang terkait dengan penerapan Teknologi
Informasi.
Hal-hal tersebut antara lain adalah:
1.Perangkat keras dan perangkat lunak:
1.Perangkat keras jaringan
2.Perangkat keras server
3.Perangkat keras workstation
4.Perangkat lunak jaringan
5.Perangkat lunak server
6.Perangkat lunak workstation
7.Biaya instalasi dan integrasi
8.Biaya riset pembelian
9.Biaya jaminan dan lisensi
PT Bina Persada Konsultan 4/16
5. °±ð³¾±ð²Ô³Ù±ð°ù¾±²¹²ÔÌý±·±ð²µ²¹°ù²¹Ìý±Ê±ð³¾²ú²¹²Ô²µ³Ü²Ô²¹²ÔÌý¶Ù²¹±ð°ù²¹³óÌý°Õ±ð°ù³Ù¾±²Ô²µ²µ²¹±ô
10.Biaya kegiatan audit lisensi
11.Biaya migrasi
12.Biaya penanggulangan resiko keamanan, upgrade, kebijakan lisensi
masa depan, dll.
2.Biaya operasional
1.Infrastruktur (ruangan)
2.Listrik
3.Biaya pengujian
4.Kerugian yang muncul bila terjadi kegagalan fungsi
5.Kerugian yang muncul bila terjadi penurunan perfoma kerja
6.Biaya keamanan
7.Biaya proses backup dan recovery
8.Biaya pelatihan
9.Biaya audit
10.Biaya asuransi
11.Biaya sumber daya manusia di bidang teknologi informasi
3.Biaya jangka panjang
1.Biaya penggantian
PT Bina Persada Konsultan 5/16
6. °±ð³¾±ð²Ô³Ù±ð°ù¾±²¹²ÔÌý±·±ð²µ²¹°ù²¹Ìý±Ê±ð³¾²ú²¹²Ô²µ³Ü²Ô²¹²ÔÌý¶Ù²¹±ð°ù²¹³óÌý°Õ±ð°ù³Ù¾±²Ô²µ²µ²¹±ô
2.Biaya upgrade di masa depan atau penanggulangan masalah
skalabilitas
3.Biaya penghentian pemakaian
Melihat biaya-biaya yang perlu dikeluarkan tersebut, tentunya setiap organisasi
akan berusaha untuk melakukan penghematan bilamana memungkinkan.
Mengingat untuk bagian pertama (yaitu perangkat keras dan perangkat lunak) kita
masih banyak bergantung pada produsen luar negeri, maka umumnya biaya-biaya
ini memiliki nilai yang cukup signifikan.
Di sini perangkat lunak open source dapat menjadi solusinya. Perangkat lunak
open source umumnya tidak memerlukan biaya untuk pembelian lisensi. Selain itu
biaya-biaya dukungan untuk pemeliharaannya, mulai dari biaya instalasi,
perawatan, upgrade, dan pelatihan dapat dilakukan oleh perusahaan / konsultan
lokal yang tidak memerlukan hubungan kerja sama kontraktual secara khusus
2
dengan produsen aslinya sehingga biayanya dapat ditekan .
Menurut analisa IDC yang diterbitkan di tahun 2008, setidaknya jumlah dana yang
dapat dihemat dengan menggunakan lisensi open source di Indonesia adalah
3
sebesar US$523 juta di tahun 2010 dan US$765 juta di tahun 2011
2 Umumnya produk dan jasa luar negeri tidak mengalami penyesuaian ketika dijual di Indonesia. Akibatnya
(mengingat perbedaan PCI) produk luar negeri secara relatif terasa lebih mahal di Indonesia ketimbang di
negara asalnya.
3 BSA, Economic Benefit for Lowering PC Software Piracy (http://www.bsa.org/idcstudy/). BSA menghitung
PT Bina Persada Konsultan 6/16
7. °±ð³¾±ð²Ô³Ù±ð°ù¾±²¹²ÔÌý±·±ð²µ²¹°ù²¹Ìý±Ê±ð³¾²ú²¹²Ô²µ³Ü²Ô²¹²ÔÌý¶Ù²¹±ð°ù²¹³óÌý°Õ±ð°ù³Ù¾±²Ô²µ²µ²¹±ô
2.1 Ketergantungan Teknologi
Sistem-sistem informasi yang sekarang ini dibangun umumnya sudah semakin
lengkap dan memiliki banyak komponen-komponen yang saling berhubungan.
Seringkali sebuah organisasi pada mulanya hanya membeli beberapa komponen
dasar yang diperlukannya saja dengan harga yang semula dapat diterima. Namun
seiring dengan kebutuhan organisasi yang meningkat, maka organisasi ini
memerlukan komponen-komponen tambahan untuk sistem informasinya. Besar
kemungkinan komponen tambahan ini harus dibeli dari produsen yang semula
karena ada inkompatibilitas dengan produk dari produsen lain. Mengingat kondisi
ini, produsen pun dapat memasang strategi harga yang menguntungkannya,
mengingat konsumen tidak memiliki opsi lain yang lebih murah. Bahkan kalaupun
suatu ketika produsen ini tidak lagi dapat memberikan pelayanan yang
memuaskan, konsumen tidak dapat menunjuk produsen lain untuk
menggantikannya.
Dalam gambaran di atas, kita melihat sebuah efek dari ketergantungan teknologi
(vendor lock-in), yang berakibat juga pada ketergantungan ekonomi, di mana
konsumen tidak lagi memiliki posisi tawar terhadap produsen. Akibatnya
selisih penambahan pengeluaran TIK bila tingkat pembajakan tetap 85% seperti sekarang ini dengan
bisa tingkat pembajakan dapat ditekan menjadi 75% di tahun 2011, tentu dengan asumsi dilakukan
pembelian lisensi. Jumlah $765 juta dollar itu sebenarnya hanya setara dengan 10% pengeluaran lisensi.
Ini berarti Indonesia baru dapat menyetarakan tingkat pembajakannya dengan Jepang (di 20%) dengan
mengeluarkan $ 4,975 milyar dollar atau sekitar 1% dari GDP nasional kita.
PT Bina Persada Konsultan 7/16
8. °±ð³¾±ð²Ô³Ù±ð°ù¾±²¹²ÔÌý±·±ð²µ²¹°ù²¹Ìý±Ê±ð³¾²ú²¹²Ô²µ³Ü²Ô²¹²ÔÌý¶Ù²¹±ð°ù²¹³óÌý°Õ±ð°ù³Ù¾±²Ô²µ²µ²¹±ô
organisasi dapat secara terpaksa mengeluarkan biaya lebih besar dari pada yang
direncanakannya.
Skenario di atas dapat terjadi bila kita menggunakan produk proprietary. Namun
ini tidak dapat terjadi pada produk open source. Bila sebuah organisasi membeli
sebuah produk dari produsen tertentu dengan lisensi open source, maka produk
tersebut dapat dimodifikasi oleh pihak-pihak lain selain dari produsen itu. Bila saja
misalnya organisasi membutuhkan komponen tambahan untuk aplikasinya,
namun produsen semula menawarkan harga yang terlampau tinggi untuk
komponen itu atau tidak sanggup memenuhi kebutuhan, maka masih ada dua opsi
yang bisa dilakukan. Pertama, bila itu adalah produk open source, maka
kemungkinan ada perusahaan lain yang juga memiliki keahlian di produk tersebut,
sehingga konsumen bisa membandingkan pelayanan dan harga yang ditawarkan
oleh perusahaan lain tersebut dan memilih yang lebih menguntungkan bagi
konsumen. Kedua, bila memang tidak ada perusahaan lain, maka organisasi ini
juga berhak dan dapat menambahkannya sendiri. Organisasi dapat menyewa
sebuah tim dengan kemampuan pemrograman untuk mempelajari produk tersebut
dan kemudian menambahkan sendiri komponen yang dibutuhkan.
Dengan tidak terjadinya ketergantungan teknis, maka dimungkinkan adanya
berbagai opsi solusi ini, dan dengan sendirinya faktor kompetisi bisnis
menyebabkan solusi yang tersedia adalah solusi yang ekonomis.
PT Bina Persada Konsultan 8/16
9. °±ð³¾±ð²Ô³Ù±ð°ù¾±²¹²ÔÌý±·±ð²µ²¹°ù²¹Ìý±Ê±ð³¾²ú²¹²Ô²µ³Ü²Ô²¹²ÔÌý¶Ù²¹±ð°ù²¹³óÌý°Õ±ð°ù³Ù¾±²Ô²µ²µ²¹±ô
2.2 Penghematan Devisa
Seperti yang telah disebutkan di bagian pertama di atas, pengeluaran teknologi
informasi bukan hanya sekedar pengadaan barang dan pembelian lisensi, tetapi
juga berupa sejumlah jasa layanan lain. Untuk produk-produk proprietary luar
negeri besar kemungkinan jasa layanan ini pun harus dibeli dari produsen luar
negeri atau perusahaan lokal yang telah memiliki bentuk kerja sama khusus
dengan produsen aslinya. Ini berarti bahwa selain biaya pengadaan, biaya lisensi,
sebagian biaya jasa layanan pun akan mengalir ke luar negeri.
Sebagai kontrasnya untuk aplikasi open source kemungkinan hanya biaya
pengadaan perangkat keras saja yang masih mengalir ke luar negeri. Tidak ada
biaya lisensi, dan jasa layanan dapat disediakan oleh perusahaan lokal
sepenuhnya secara sah. Ini menyebabkan biaya-biaya jasa layanan dapat
sepenuhnya mengalir di dalam negeri dan menghidupkan industri teknologi
informasi nasional kita.
3 KOLABORASI TERBUKA
3.1 Model Pengembangan Bersama / Pemanfaatan Bersama
Pada tahun 1991 Linus Torvalds, seorang mahasiswa di Universitas Helsinki,
mulai membangun sebuah kernel sistem operasi. Dia mempublikasikan hasil
karyanya di internet dengan harapan untuk memperoleh masukan dari orang-
orang lain yang mungkin tertarik dengan proyek pribadinya tersebut. Saat itu dia
PT Bina Persada Konsultan 9/16
10. °±ð³¾±ð²Ô³Ù±ð°ù¾±²¹²ÔÌý±·±ð²µ²¹°ù²¹Ìý±Ê±ð³¾²ú²¹²Ô²µ³Ü²Ô²¹²ÔÌý¶Ù²¹±ð°ù²¹³óÌý°Õ±ð°ù³Ù¾±²Ô²µ²µ²¹±ô
menyebut bahwa proyeknya itu 'hanyalah hobby, tidak akan menjadi besar dan
profesional'.
Namun ternyata banyak orang lain yang juga tertarik dengan ilmu membuat kernel
sistem operasi tersebut yang banyak memberi masukan, bahkan mengirimkan
potongan-potongan source code untuk membantu Torvalds. Pada akhirnya
sesuatu yang berawal dari proyek satu orang menjadi sebuah proyek yang
dikerjakan oleh banyak orang yang bekerja secara sukarela melalui internet.
Apalagi ketika Linux, nama kernel tersebut, sudah bisa mulai digunakan maka
kombinasinya dengan aplikasi-aplikasi yang sudah dibuat dalam Proyek GNU
sudah dapat menghasilkan sebuah sistem operasi lengkap dengan aplikasi-
aplikasinya yang telah dapat digunakan.
Pekerjaan mengumpulkan, menyatukan, dan mempaketkan ribuan aplikasi yang
tersebar di internet juga bukanlah pekerjaan yang mudah. Muncullah proyek-
proyek khusus, yang juga berbasis sukarelawan untuk melakukan pekerjaan ini
seperti misalnya Proyek Debian ataupun yang sudah berupa perusahaan seperti
misalnya Red Hat.
Ini adalah contoh kolaborasi generasi pertama di mana sekumpulan individu
secara spontan membentuk sebuah komunitas kolaborasi dengan tujuan yang
sama, yaitu menyediakan sebuah sistem operasi open source untuk dapat
digunakan di PC. Motivasi para anggotanya berbeda-beda, mulai dari sekedar
PT Bina Persada Konsultan 10/16
11. °±ð³¾±ð²Ô³Ù±ð°ù¾±²¹²ÔÌý±·±ð²µ²¹°ù²¹Ìý±Ê±ð³¾²ú²¹²Ô²µ³Ü²Ô²¹²ÔÌý¶Ù²¹±ð°ù²¹³óÌý°Õ±ð°ù³Ù¾±²Ô²µ²µ²¹±ô
untuk belajar, hobby, idealisme, sampai motivasi bisnis, namun semuanya
terakomodasi dalam satu wadah bersama yang saat itu tidak memiliki entitas
4
hukum .
Contoh bentuk kolaborasi generasi kedua adalah Apache Software Foundation.
Apache Software Foundation dibentuk sebagai sebuah badan hukum non-profit
untuk mewadahi kebutuhan individu-individu dan organisasi yang berbeda untuk
melakukan kolaborasi bersama dalam membangun perangkat lunak (pada
awalnya adalah server web Apache, yang sampai kini paling banyak digunakan di
internet). Dengan adanya sebuah badan hukum, maka ASF dapat memberikan
perlindungan hukum bagi produk-produk open source yang dihasilkan oleh
anggota-anggotanya. Namun keanggotaan pada ASF masih berupa individu dan
bukan perusahaan.
Kolaborasi generasi ke-3 yang sekarang ini mulai banyak digunakan adalah
kolaborasi antar organisasi, bukan lagi antar individu. Berbeda dengan organisasi
standardisasi seperti ISO, organisasi ini berfokus pada pengembangan produk
5
secara bersama-sama .
4 Hak cipta Linux dipegang oleh Linus Torvalds dan banyak kontributor lainnya sesuai dengan bagian
pekerjaannya masing-masing. Nama dagang 'Linux' terdaftar atas nama Linus Torvalds, sekedar untuk
mencegah nama tersebut disalahgunakan oleh orang lain.
5 François Letellier, Open Source Software: the Role of Nonprofits in Federating Business and Innovation Ecosystems,
2008
PT Bina Persada Konsultan 11/16
12. °±ð³¾±ð²Ô³Ù±ð°ù¾±²¹²ÔÌý±·±ð²µ²¹°ù²¹Ìý±Ê±ð³¾²ú²¹²Ô²µ³Ü²Ô²¹²ÔÌý¶Ù²¹±ð°ù²¹³óÌý°Õ±ð°ù³Ù¾±²Ô²µ²µ²¹±ô
Pada akhir tahun 2001 IBM mengumumkan peluncuran proyek Eclipse sebagai
sebuah proyek open source. Eclipse adalah aplikasi Integrated Development
Environment (IDE) yang merupakan pembangunan ulang dari IDE seri VisualAge.
Keunikannya Eclipse didesain sebagai sebuah platform pembangun aplikasi yang
memungkinkan pihak lain menambahkan fungsionalitas dengan mudah dalam
bentuk plug-in. IBM bahkan mempercayakan pengelolaan proyek tersebut pada
sebuah organisasi non-profit bernama Eclipse Foundation yang beranggotakan
perusahaan-perusahaan lain yang berminat untuk mengembangkan aplikasi
berdasarkan Eclipse. Perusahaan-perusahaan lain menyambut inisiatif tersebut
dengan baik sehingga dalam waktu yang relatif singkat bermunculanlah beragam
plug-in Eclipse untuk berbagai keperluan yang dibangun oleh perusahaan yang
berbeda-beda. Sebagian dimanfaatkan untuk membuat IDE atau plug-in yang
komersial, dan sebagian menjadi plug-in yang juga open source. Kolaborasi antar
perusahaan ini memungkinkan terjadinya perkembangan yang amat pesat dan
mendorong vendor-vendor IDE yang sebenarnya telah memiliki platform IDE
6
sendiri seperti Borland JBuilder ikut beralih menggunakan platform Eclipse .
Pola kolaborasi semacam ini adalah pola yang cocok pula untuk digunakan dalam
konteks Indonesia. Organisasi-organisasi yang memiliki kebutuhan dasar
perangkat lunak yang sama dapat memilih untuk bekerja sama dengan
6 T. Budiman, Open Source: Kuda Hitam Teknologi Informasi, SDA Asia 2006
PT Bina Persada Konsultan 12/16
13. °±ð³¾±ð²Ô³Ù±ð°ù¾±²¹²ÔÌý±·±ð²µ²¹°ù²¹Ìý±Ê±ð³¾²ú²¹²Ô²µ³Ü²Ô²¹²ÔÌý¶Ù²¹±ð°ù²¹³óÌý°Õ±ð°ù³Ù¾±²Ô²µ²µ²¹±ô
mengembangkan perangkat lunak dasar yang kemudian dikelola, dikembangkan,
dan dapat digunakan bersama-sama.
Selain memberi dukungan dalam upaya komunitas untuk membentuk distro
nasional, kegiatan IGOS juga termasuk mencoba menfasilitasi terbentuknya
komunitas yang dapat bekerja sama membangun dan memanfaatkan aplikasi-
aplikasi sistem informasi untuk keperluan e-government.
Aplikasi-aplikasi jenis lain juga dapat dibangun dengan bentuk kolaborasi
semacam ini, sebagi contoh aplikasi manajemen koperasi, aplikasi manajemen
sekolah, atau bahkan upaya pengadaan laptop untuk anak-anak di daerah yang
belum memiliki listrik (Proyek OLPC – One Laptop Per Child).
3.2 Solusi yang Unik
Tidak ada dua buah organisasi yang tepat sama. Ada banyak sekali faktor yang
menentukan keadaan dan kondisi sebuah organisasi, mulai dari orang-orang di
dalamnya, kultur kerjanya, letak geografisnya, masyarakat di sekitarnya, proses
kerjanya, sampai tujuan dan visi organisasi tersebut. Oleh karena itu kebutuhan
atas teknologi informasi juga akan unik bagi organisasi tersebut.
Di dalam banyak hal muncul kebutuhan-kebutuhan khusus yang spesifik bagi
sebuah organisasi. Kebutuhan-kebutuhan khusus ini mungkin saja dapat dipenuhi
oleh solusi proprietary, tetapi dapat pula tidak. Dalam hal ini pihak produsen
menjadi satu-satunya pihak yang menentukan dan apa pun keputusannya
PT Bina Persada Konsultan 13/16
14. °±ð³¾±ð²Ô³Ù±ð°ù¾±²¹²ÔÌý±·±ð²µ²¹°ù²¹Ìý±Ê±ð³¾²ú²¹²Ô²µ³Ü²Ô²¹²ÔÌý¶Ù²¹±ð°ù²¹³óÌý°Õ±ð°ù³Ù¾±²Ô²µ²µ²¹±ô
terpaksa diterima.
Namun seperti kita lihat di bagian sebelumnya ketika kita menggunakan solusi
open source, maka pihak-pihak lain yang memiliki kemampuan yang dibutuhkan
dapat saja turut memberikan solusi tersebut.
Penggunaan solusi open source menjamin bahwa pengguna memiliki potensi
untuk mendapatkan solusi yang benar-benar sesuai dengan kebutuhannya.
Jaminan ini belum tentu terdapat dalam solusi proprietary.
4 TINDAKAN
Hal-hal yang dapat dilakukan sebagai individu a.l.:
1.Lakukan pengecekan apakah perangkat lunak yang biasa kita gunakan adalah
perangkat lunak dengan lisensi yang legal.
2.Pertimbangkan perangkat lunak mana saja yang sebenarnya tidak kita
butuhkan dan mana saja yang tidak dibutuhkan.
3.Bila masih terdapat perangkat lunak yang belum legal yang kita pergunakan,
carilah informasi mengenai biayanya.
4.Coba mulai mengenal penggunaan Linux. Ada distro Linux yang dapat dicoba
tanpa diinstall (LiveCD), dan ada juga yang dapat diinstall di sebagai aplikasi
Windows.
5.Bila Anda ingin mencoba menggunakan Linux secara reguler, dapat dicoba
PT Bina Persada Konsultan 14/16
15. °±ð³¾±ð²Ô³Ù±ð°ù¾±²¹²ÔÌý±·±ð²µ²¹°ù²¹Ìý±Ê±ð³¾²ú²¹²Ô²µ³Ü²Ô²¹²ÔÌý¶Ù²¹±ð°ù²¹³óÌý°Õ±ð°ù³Ù¾±²Ô²µ²µ²¹±ô
untuk diinstal secara bersamaan dengan sistem operasi yang biasa
digunakan (dual boot). Untuk in disarankan untuk mencari bantuan dari
7
orang yang sudah menguasai Linux .
6.Periksa apakah perangkat-perangkat lunak yang biasa Anda gunakan dan
yang Anda butuhkan tersedia juga yang berlisensi open source.
7.Pertimbangkan kemungkinan untuk migrasi menggunakan solusi open source,
hal-hal apa saja yang perlu disiapkan dan dilakukan.
8.Cari rekan kerja yang juga mau mencoba hal yang sama, proses belajar
menggunakan perangkat yang baru lebih baik dilakukan bersama-sama.
9.Cari komunitas yang dapat menjadi tempat bertanya dan meminta bantuan.
1 PENUTUP
Dari paparan di atas dapat disimpulkan bahwa dua buah kategori besar manfaat
penggunaan perangkat lunak open source adalah dari faktor ekonomi dan dari
faktor kolaborasi terbuka. Dari sisi ekonomi perangkat lunak open source dapat
digunakan untuk menekan biaya penerapan teknologi informasi sekaligus
memutus ketergantungan teknologi maupun finansial pada vendor-vendor luar
negeri. Kesempatan ini juga dapat digunakan untuk menjalin sebuah upaya
7 Walaupun proses instalasi Linux sudah dibuat semudah mungkin, bila terjadi kesalahan resikonya adalah
data pada harddisk Anda hilang. Pengguna biasa umumnya tidak pernah diharapkan untuk menginstal
sendiri sistem operasinya (baik Linux maupun Windows).
PT Bina Persada Konsultan 15/16