1. SNI 03-4434-1997
1
SPESIFIKASI TIANG PANCANG BETON PRACETAK
UNTUK PONDASI JEMBATAN, UKURAN (30 x 30, 35 x 35, 40 x 40) CM2
PANJANG 10-20 METER DENGAN BAJA TULANGAN BJ 24 DAN BJ 40
BAB I
DESKRIPSI
1.1. Maksud dan Tujuan
1.1.1. Maksud
Spesifikasi tiang pancang beton pracetak ini dimaksudkan sebagi acuan dan
pegangan dalam membuat pondasi tiang pancang beton untuk pondasi jembatan di
laboratorium dan di lapangan.
1.1.2. Tujuan
Tujuan spesifikasi ini adalah untuk memudahkan bagi perencana dan pelaksana
pembangunan jembatan, sehingga tercapai efisiensi batas ultimit, dengan dengan
kekuatan beton sebesar 25 Mpa (K-250) serta tegangan leleh baja tulangan sebesar
400 Mpa (Bj-40)
1.2. Pengertian
Yang dimaksud dengan :
1) Jembatan adalah bangunan pelengkap jalan yang berfungsi sebagai penghubung
dua ujung jalan yang terputus oleh sungai, saluran, lembah selat atau laut, jalan
raya, dan kereta api.
2) Kepala jembatan adalah bangunan bawah jembatan yang terletak pada kedua
ujung jembatan, berfungsi sebagai pemikul seluruh beban pada ujung luar batang,
pinggir dan gaya-gaya lainnya, serta melimpah ke pondasi.
3) Pilar jembatan adalah bangunan bawah yang terletak di antara kedua kepala
jembatan, berfungsi sebagai pemikul saluran beban pada ujung-ujung bentang dan
gaya-gaya lainnya, serta melimpahkannya ke pondasi.
4) Pondasi jembatan adalah bagian dari jembatan yang berfungsi memikul seluruh
beban yang bekerja pada pilar atau kepala jembatan dan gaya-gaya lainnya serta
melimpahkannya ke lapisan tanah pendukung.
5) Pondasi tiang jembatan adalah salah satu jenis pondasi yang untuk melimpahkan
seluruh beban pilar atau kepala jembatan dan gaya-gaya lainnya ke lapisan tanah
pendukung menggunkan konstruksi tiang, yang mempunyai ratio panjang dibagi
lebar atau diameter lebih besar dari 10
6) Tiang pancang beton pracetak adalah pondasi tiang beton yang dibuat dipabrik
atau dilokasi jembatan, mempunyai dimensi dan mutu tertentu yang pemasangan
dilakukan dengan alat penumbuk, atau alat penekan.
7) Tiang pancang beton pracetak yang tidak disambung adalh tiang yang untuk
mencapai kedalaman lapisan pendukung tanpa menggunakan konstruksi
sambungan tiang.
8) Konstruksi sambungan tiang adalah konstruksi untuk menghubungkan ujung-
ujung tiang yang akan disambung dan tiang penyambung, sehingga pertemuan
kedua ujung tiang tersebut bersifat monolit.
2. SNI 03-4434-1997
2
BAB II
PERSYARATAN TEKNIS
2.1. Spesifikasi Kualitatif
1) tiang pancang beton yang tercantum dalam spesifikasi ini dihitung berdasarkan
keadaan batas ultimit.
2) tiang pancang beton pracetak harus kuat memikul beban dan gaya-gaya dalam
arah vertikal dan lateral yaitu akibat :
(1) beban dan gaya-gaya yang bekerja pada pilar atau kepala jembatan.
(2) pemindahan dan pengangkutan.
(3) pemancangan.
(4) deformasi lateral dan vertikal
(5) gaya lateral akibat proses konsolidasi lapisan tanah di bawah timbunan oprit
di belakang kepala jembatan
(6) gaya gesek negatif
(7) gaya tekuk.
2.2. Spesifikasi Kuantitatif
1) Persyaratan bahan
(1) Beton
a) beton yang digunakan untuk tiang pancang pracetak harus mempunyai kuat
tekan 25 Mpa.
b) agar beton dapat memenuhi persyaratan, setiap pembuatan tiang harus
didasarkan kepada rencana campuran, dengan menggunakann komponen
bahan yang memenuhi ketentuan metode pengujian kuat tekan beton (SNI
03-1974-1990), dan selama pelaksanaan pengecoran beton harus diikuti
dengan pengendaliam mutu.
(2) Baja tulangan
a) baja tulangan utama untuk tiang pancang beton pracetak harus
menggunakan baja ulir dan dengan tegangan leleh minimum 240 Mpa (Bj-
24), bebas dari korosi dan kotoran yang menempel pada baja.
b) baja tulangan lainnya menggunakan baja polos dengan tegangan leleh
minimum 240 Mpa (Bj-40) dan bebas dari korosi dan kotoran yang
menempel pada baja.
c) Untuk menjamin tercapainya mutu baja yang diisyaratkan, sebelum
digunakan harus dilakukan pengujian mutu sesuai dengan SNI 07-2529-
1991 tentang Metode pengujian tarik baja beton.
2) Klasifikasi Tiang
Tiang pancang beton pracetak, dibuat dengan variasi panjang sesuai dengan
tabel 1.
3. SNI 03-4434-1997
3
Tabel 1 Klasifikasi Tiang Beton Pracetak
Klasifikasi L. Meter
L 10 10,00
L 11 11,00
L 12 12,00
L 13 13,00
L 14 14,00
L 15 15,00
L 16 16,00
L 17 17,00
L 18 18,00
L 19 19,00
L 20 20,00
3) Persyaratan Struktur
(1) struktur tiang
a) Dimensi tiang
Dimensi tiang dapat dilihat pada tabel 2.
Tabel 2 Dimensi Tiang
Ukuran Tiang
Dimensi Tiang
30 x 30 cm2
35 x 35 cm2
40 x 40 cm2
- Panjang Tiang (L) 10-20 m 10-20 m 10-20 m
- Lebar Tiang (D) 30 cm 35 cm 40 cm
- Tebal selimut beton (a) 45 mm 5 mm 45 mm
- Panjang ujung tiang yang diruncingkan
(L1 = 1,5 D)
45,0 cm 52,50 cm 60,00 cm
- Lebar bagian yang diruncingkan pada
ujung tiang (D1 = 0,25 D)
7,50 cm 8,75 cm 10,00 cm
4. SNI 03-4434-1997
4
b) Penulangan
Penulangan dapat dilihat pada tabel 3.
Tabel 3 Penulangan
Ukuran Tiang
Baja Tulangan BJ. 24 Baja Tulangan BJ. 40
Penulangan
30 x 30
cm2
35 x 35
cm2
40 x 40
cm2
30 x 30
cm2
35 x 35
cm2
40 x 40
cm2
1. Penulangan utama dipasang
menerus sepanjang tiang
dengan menggunakan baja
lebar
10 19
mm
10 22
mm
10 22
mm
10 16
mm
10 19
mm
10 22
mm
2. Penulangan utama disambung
secara tumpang tindih
sepanjang 25 d
475 mm 550 mm 625 mm 400 mm 475 mm 550 mm
3. Sengkang berbentuk spiral segi
empat dengan menggunakan
baja polos dipasang sebagai
berikut :
a. sepanjang 2,00 meter
pada kepala tiang atau
ujung atas tiang
8 mm
50 mm
8 mm
50 mm
8 mm
50 mm
6 mm
50 mm
6 mm
50
mm
6 mm
50 mm
b. sepanjang 2,00 meter
pada ujung bawah tiang
8 mm
50 mm
8 mm
50 mm
8 mm
50 mm
6 mm
50 mm
6 mm
50
mm
6 mm
50 mm
c. bagian tengah tiang 8 mm
80 mm
8 mm
80 mm
8 mm
80 mm
6 mm
80 mm
6 mm
80
mm
6 mm
80 mm
4. Sengkang berbentuk spiral
lingkaran dengan
menggunakan baja polos,
dipasang menerus sepanjang
tiang
8 mm
50 mm
8 mm
50 mm
8 mm
50 mm
6 mm
50 mm
6 mm
50
mm
6 mm
50 mm
5. Penulangan tambahan di ujung
atas tiang
4 19
mm
4 22
mm
4 25 mm 4 16
mm
4 19
mm
4 22 mm
6. Penulangan tambahan di
bawah tiang
2 19
mm
2 22
mm
2 25 mm 2 16
mm
2 19
mm
2 22 mm
Konfigurasi penulangan tersebut diatas berlaku untuk tiang yang tidak
disambung, yang disambung, dan tiang penyambung.
c) ujung tiang penyambung tidak perlu diruncingkan
d) bentuk, dimensi dan konfigurasi penulangan untuk tiang L 10, L 11, L 12, L
13, L 14, L 15, L 16, L 17, L 18, L 19, dan L 20 masing-masing tercantum
pada gambar 3, 4, 5, 6, 7, 8.
(2) Struktur sambungan
(1) konstruksi sambungan harus bersifat monolit, sehingga kuat melimpahkan
gaya-gaya aksial dan lateral serta deformasi yang terjadi pada tiang.
(2) Untuk itu digunakan konstruksi sambungan sesuai dengan ketentuan yang
berlaku.
4) Sepatu Tiang
(1) tiang beton pracetak yang akan menembus lapisan lensa pasir atau pasir -
kerikil padat, ujung bawahnya harus diperkuat dengan sepatu tiang yang dibuat
dari pelat baja tebal 10 mm.
(2) tegangan leleh minimum pelat baja yang digunakan adalah 300 Mpa (Bj-30)
(3) bentuk sepatu tiang adalah runcing, dengan dimensi seperti pada gambar 9.
(4) sepatu tiang dipasang langsung pada waktu pembuatan tiang.
5. SNI 03-4434-1997
5
5) Interaksi Momen Normal
Diagram interaksi antara momen dan normal dengan perbandingan luas tulangan
dan luas beton 硫 dapat dilihat pada tabel 4.
Tabel 4 Interaksi Momen Normal
Ukuran Tiang
(cm2
)
Mutu
Baja
Kuat
Tekan
Beton
Perbandingan luas tulangan
dan luas penampang beton
(硫)
30 x 30
35 x 35
40 x 40
BJ 24 FC 25 0,03
30 x 30
35 x 35
40 x 40
BJ 40 FC 25 0,03
6. SNI 03-4434-1997
6
Tabel 5 Berat dan Tinggi Jatuh Palu Pemancangan
Gambar 1 Diagram Interaksi Tiang BJ. 24
24. SNI 03-4434-1997
24
LAMPIRAN A
DAFTAR ISTILAH
keadaan batas ultimit : ultimate limit state
persilangan atas : fly over
sengkang berpenampang segi empat yang menerus : spiral segi empat
sengkong berpenampang lingkaran yang menerus : spiral lingkaran
25. SNI 03-4434-1997
25
LAMPIRAN B NOTASI
L = panjang tiang dari ujung ke ujung dalam meter
D = lebar tiang dalam cm
d = diameter tulangan utama dalam mm
d1 = diameter tulangan tambahan dalam mm
do = diameter tulangan penyambung dalam mm
1 = panjang tulangan penyambung dalam mm
11 = panjang bagian tulangan penyambung yang tertanam pada tiang yang disambung
dalam mm
12 = panjang bagian tulangan penyambung yang tertanam pada tiang penyambung
dalam mm
d1 = diameter lobang untuk tulangan penyambung dalam mm
L1 = panjang ujung tiang yang diruncingkan dalam cm
D1 = lebar bagian yang runcing pada ujung tiang dalam cm
t = tebal pelat selubung baja dalam mm
ts = tebal pelat sepatu tiang dalam mm
Ls = panjang sepatu tiang dalam mm
s = lebar celah antara bagian dalam selubung baja dengan permukaan beton tiang
dalam mm
S1 = lebar celah antara tulangan penyambung dengan lobang
Lb = panjang selubung baja dalam mm
a = tebal selimut beton dalam mm
硫 = perbandingan luas tulangan dan luas penampang R beton
Kc
R
= faktor reduksi kekuatan
Nu = Gaya Normal Ultimit
Mu = Momen Ultimit