Aku termenung di sisi jendela yang masih terbuka. Malam bertambah larut, sementara gerimis tak juga beranjak pergi. Dia masih setia menemani dinginnya malam.
Memaknai jalur kehidupan yang telah ku tempuh, serasa meraut tajamnya bilah bambu. Tak sekedar membuat tanganku terluka, tapi menembus ke dasar hati yang selalu gundah-gulana.
Sebait kata dari kang ustadz tadi sore masih tergiang di telingaku. Nikmati rasa sakitmu, sehingga hatimu terasa penuh dengan rasa ihklas.
Ah, pandai nian kang ustadz berucap. Sehingga rasa sakitpun bisa di ubah menjadi rasa yang nikmat. Lalu hati menjadi lapang karena tak ada lagi tempat untuk kecewa. Semua telah penuh dengan rasa ikhlas.
Tering