2. Perkembangan teknologi komunikasi dan informasi yang terjadi saat
ini telah menjadikan jarak dan waktu bukan merupakan halangan.
Kemajuan pada bidang ini pula yang semakin menumbuhkan
kesadaran orang terhadap kebutuhan informasi. Informasi melalui
media massa.
Saat ini, media massa ikut memegang peranan dalam menentukan
aspek-aspek kehidupan manusia. Kemajuan tekonologi komunikasi
dan informasi ini juga lah yang membuat industri media massa
makin pesat.
Negara-negara maju yang mempelopori industri media massa ini
bukan lagi menjadi pemain tunggal. Dengan semakin menyebarnya
teknologi tersebut, maka makin menyebar pula pemanfaatan
teknologi dalam media massa.
3. Bermula dari makin maraknya penggunaan teknologi komunikasi
dalam industri. media inilah yang menjadikan globalisasi media tak
terelakkan lagi.
Pada zaman yang seringkali disebut sebagai the information age ini,
media massa tidak lagi dimonopoli oleh negara-negara besar.
Penggunaan media massa dalam skala global merupakan salah satu
bentuk komunikasi massa.
Secara istilah komunikasi massa ini merupakan alat komunikasi yang
dioperasikan secara skala besar, menjangkau dan mempengaruhi
secara virtual setiap orang dalam masyarakat. Hal ini mengacu pada
beberapa media yang sekarang telah familiar seperti surat kabar,
majalah, film, radio, televisi, dan beberapa
lainnya (McQuail 2000).
4. Jumlah Wartawan BerkurangJumlah Wartawan Berkurang
Media Berjejaring, hampir di seluruh Indonesia ada wartawan atau
korespondennya. Atas nama efisiensi 'biaya', kami nggak dikirim lagi
ke daerah, cukup menugaskan koresponden yang ada di sana.
Berita yang ditulis oleh jurnalis saat ini, tak lagi cuma dimuat di satu
media. Tetapi bisa di belasan, bahkan mungkin puluhan media lokal,
yang ''berjaringan'' dengan media di ibu kota, media kami berbeda
satu sama lain, tetapi masih dalam satu payung perusahaan yang
sama. Atas nama ''era konvergensi'' yang ''membawa sejumlah
produk media menjadi satu kesatuan dengan membawa semua
keunggulan masing-masing'', jumlah wartawan di lapangan menjadi
''makin berkurang''. Jadilah satu jurnalis bekerja untuk lebih satu
media. Satu jurnalis mengirim berita yang kemudian diolah di
newsroom dan muncul di media online, cetak, juga (dibacakan) di
media audio dan visual.
Sumber : www.kompasiana.com/akumaman/new-media-setiap-
orang-bisa-menjadi-jurnalis_552a34e7f17e61066cd623ed
5. Jurnalisme Online MunculJurnalisme Online Muncul
Media Online adalah bagian dari the new media seperti yang
dikemukakan oleh Denis McQuail (2000).
Media Online memiliki karakteristik yang berbeda dibanding
media tradisional hingga menimbulkan perubahan posisi
audience, dimana audience memiliki kesempatan untuk
berperan aktif dalam proses produksi berita, bahkan lebih
dari itu, audience yang biasanya diposisikan dibawah jurnalis
profesional pada beberapa kasus (baca: citizen journalist
ohmynews.com) kini menjadi sejajar dengan jurnalis profesional.
Karakter selanjutnya adalah immediacy yang memungkinkan
updating informasi melebihi kecepatan media tradisional.
Setidaknya internet bisa mengalahkan media cetak yang harus
mencetak berita keesokan harinya dan televisi yang harus
melakukan persiapan sebelum siaran.
Online journalism juga memiliki kelebihan berupa multimedia
capability yang memungkinkan pesan bisa disampaikan dalam
berbagai versi dari teks, video maupun audio.
6. Contohnya yang menyediakan fasilitas audio video adalah
www.liputan6.com,
www.tvone.com dan lainnya. Sementara aplikasi Youtube memungkinkan
siapa saja mengupload file audio video.
Media Online juga memiliki sifat nonlinearitynonlinearity yang memugkinkan
jurnalis lebih fleksibel dalam menyajikan berita dan memudahkan user
untuk memilih tema informasi yang diinginkan. Misalnnya saja; berita
bertema serangan bom di JW Marriot, bisa dipisah-pisahkan dari
beberapa judul seperti pelaku, korban, proses perakitan bom, dll.
Perkembangan jurnalisme online menurut Jim Hall (2001, p.4) tidak
dipungkiri akan menggeser media tradisional. Ia mengatakan terdapat
hubungan erat antara media tradisional dengan internet, hingga pada
pertengahan 1990-an hampir semua media nasional di seluruh dunia
mulai membuat versi online.
Hal itu terbukti telah terjadi di Indonesia dimana saat ini bisa dibilang
semua media tradisional besar di Indonesia sudah memiliki versi online.
Online news site yang cukup besar diantaranya kompas.com,
liputan6.com, mediaindonesia.com, suaramerdeka.com, tvone.com, dll.
Sementara portal atau situs informasi, hiburan dan berita yang tidak ada
kaitannya dengan media tradisinal juga bisa eksis di Indonesia
diantaranya detik.com, okezone.com, inilah.com dan vivanews.com.
7. Di Amerika tempat kelahiran media online, memperlihatkan indikasi jelas
keruntuhan media tradisional dalam hal ini media cetak akibat adanya
media baru itu. Berdasarkan sumber dari Majalah mingguan Tempo edisi
5 April 2009, media cetak besar di AS diantaranya Chicago tribune,
Philadelphia Inquirer dan Post-intelligencer memutuskan untuk
menerbitkan versi onlinenya saja. Hal ini disebabkan karena 40 persen
warga AS sudah menggunakan media online untuk mengakses berita.
Meski di Indonesia belum ada indikasi runtuhnya media cetak, namun
tidak menutup kemungkinan hal itu juga akan terjadi di Indonesia.
Selain dari munculnya situs media online milik mainstream dan situs
online murni, indikasi pergeseran penggunaan media tradisional ke
media online di Indonesia juga bisa
dilihat dari perkembangan penguna internet yang mencapai 25 % dari
total penduduk Indonesia.
Selain itu perkembangan mobile phone dan wifi juga saat ini sudah
mempermudah masyarakat mengakses internet.
Sumber : Modul Mata Kuliah Journalisme Online
Dikompilasi oleh Yohanes Widodo S. Sos, M.Sc
Dosen Jurnalisme Online Prodi Ilmu Komunikasi
Universitas Atma Jaya Yogyakarta
8. Perkembangan JurnalismePerkembangan Jurnalisme
Online dan Surat KabarOnline dan Surat Kabar
Yang tergolong media modern adalah media on-line sedangkan yang
termasuk media tradisional adalah media cetak dan elektronik.
Beberapa penelitian telah dilakukan untuk melihat perbedaan kedua
media ini, salah satunya adalah yang dilakukan oleh Christoph
Neuberger, Jan Tannemacher, Matthias Biebl dan Andre Duck (JCMC,
1998) dari Catholic University di Jerman melakukan penelitian
tentang media on-line sebagai media masa depan.
Mereka melakukan penelitian dengan cara membandingkan media
cetak dan media on-line. Variabel yang digunakan pada kuesioner
untuk melihat kelebihan dan kekurangan media on-line dibandingkan
dengan media cetak dengan menanyakan 2541 responden yaitu :
9. Kelebihan :Kelebihan :
Digunakan secara gratis
Beritanya lebih aktual
Dapat menggunakan lingkup yang lebih luas
Menggunakan saluran
Dapat otomatis mencari informasi yang dibutuhkan
Dapat melihat berita dari surat kabar luar negeri
Dapat menghubungi editor melalui e-mail
Adanya forum diskusi
Kekurangan :Kekurangan :
Laporan media on-line tidak seluruhnya informasi yang disajikan
Menghabiskan waktu lama untuk mengakses
Tidak dapat dibaca saat perjalanan
Membaca di layar komputer sangat melelahkan
Akses internet menghabiskan biaya besar
Terlalu banyak link jadi membingungkan
Menghabiskan waktu yang lama untuk berhubungan dengan link
yang tersedia.
10. Salah satu kesimpulan penelitian ini adalah bahwa updates pada
media on-line kerap kali terjadi. Dan satu dari dua belas berita akan
dilakukan perubahan lebih dari tiga kali dalam sehari, karena memang
disitulah kelebihan media on-line yaitu kecepatan penyampaian berita.
Perilaku pembaca surat kabar juga berubah. Menurut survei yang
dibuat oleh Jupiter sebuah perusahaan konsultan, menunjukkan
bahwa 12 % orang melihat breaking news melalui internet dulu,
ketimbang melalui radio. Tetapi mereka tidak menginginkan artikel
panjang, mereka ingin judul saja dan berita yang di-update secara
rutin.
Selain internet orang banyak mencari breaking news dari jaringan
televisi 24 jam, sama dengan wire service yang mensuplai berita ke
AOL atau Yahoo, dua situs besar di internet, sedangkan surat kabar
berada di urutan paling akhir. Berdasarkan penelitian yang dibuat
Merce Management Consulting beberapa tahun lalu, televisi dan radio
menjadi sumber yang lebih penting untuk berita yang aktual,
sedangkan surat kabar lebih berharga untuk berita property,
pekerjaan, olahraga, hiburan, seni, makanan, persoalan rumah
tangga. Tetapi kemudian mereka yang di internet mengambil bidang
itu yang menyajikannya lebih mendalam. Maka pencinta olahraga
lebih suka masuk web site tim favorit mereka dibandingkan surat
kabar.
11. Walaupun internet telah mengungguli media massa tradisional,
kebutuhan untuk berita yang ditulis dengan baik dan berdasarkan
penelitian mendalam tetap ada. The easier it is to publish, the more
rubbish will get published demikian pendapat para jurnalis
tradisional. Institusi media massa tradisional yang sudah memiliki
reputasi baik yang mempublikasikan isinya di internet lebih dipercaya
dibandingkan the cheap journalist. (Kompas on-line).
Sebagai contoh, Harian Kompas telah menerbitkan edisi Internet
(kompas.com) sejak tahun 1995, bahkan lebih awal dari surat kabar
besar di Amerika Serikat.
Secara global, kini 1,9 milyar penduduk dunia memilih untuk
membaca surat kabar cetak setiap hari atau 34 % dari populasi dunia
sedangkan 24 % memilih untuk mendapatkan informasi dari Internet.
Menurut survei yang dilakukan oleh WANIFRA, sirkulasi media cetak
seluruh dunia masih tumbuh sebesar 1,3 persen di tahun 2008 dan 9
% dalam kurun waktu 5 tahun. Namun pertumbuhan ini terjadi hanya
di negara-negara berkembang sehingga mampu menutupi penurunan
yang terjadi di negara maju.
Hal yang sama terjadi di Indonesia, dimana sirkulasi surat kabar
masih tumbuh di daerah
dimana akses Internet masih tertinggal sedangkan di kota-kota besar,
sirkulasi surat kabar cetak stagnan bahkan cenderung turun.
12. Penurunan sirkulasi surat kabar diperparah dengan munculnya
generasi muda yang lahir pada kurun waktu 90 an. Mereka disebut
sebagai digital native, yaitu generasi yang lahir dan besar dengan
dikelilingi dan menggunakan berbagai perangkat digital seperti
komputer, telepon selular, musik digital (Ipod), kamera digital, selain
Internet yang sudah meluas. Perangkat digital itulah yang kini
menjadi alat utama dalam menelusuri informasi, berkomunikasi dan
hiburan. Mereka sudah jarang mendapatkan informasi dari media
cetak sehingga banyak surat kabar berpotensi kehilangan para
pembaca mudanya.
Penurunan jumlah pembaca secara langsung akan berpengaruh pada
jumlah sirkulasi dan akan diikuti oleh penurunan pendapatan iklan
meskipun pendapatan dari media cetak masih jauh lebih besar
daripada pendapatan dari media digital khususnya Internet.
Pendapatan iklan untuk media cetak seluruh dunia 182 milyar dolar
sedangkan pendapatan dari digital hanya 6 milyar dolar.
13. Penemuan komputer awalnya hanya digunakan untuk menyusun
huruf dan mencetak teks untuk menggantikan mesin typeset.
Seiring dengan
peningkatan kemampuan komputer yang berbasis Grafik, komputer
digunakan untuk desktop publishing, dimana semua proses dari edit
teks, paste up gambar hingga layout selesai dilakukan di komputer.
Mulai saat inilah, teks, foto, grafik maupun layout media cetak
sudah disimpan dalam bentuk digital.
Salah satu orang masih senang membaca di kertas adalah
fleksibilitas dan kenyamanan. Kertas bisa digulung, dan dibawa
kemanapun (bahkan dibaca ketika berada di toilet). Komputer
laptop, kini di pasaran sudah ada yang sangat tipis dan cukup
nyaman untuk dibawa kemanapun, tetapi
sayangnya harganya masih sangat mahal.
14. Kertas merupakan media penyimpan yang lebih handal daripada
harddisk (karena tidak akan pernah rusak sampai datanya tidak
terbaca), dengan user interface yang sangat mudah (karena
tidak perlu petunjuk pemakaian), langsung on dan tidak perlu
baterai. Banyak orang berpikir bahwa buku (dalam bentuk
cetakan) adalah penemuan yang sudah sempurna dan tidak
perlu ada pengembangan. Namun bagi Jeff Bezos, pendiri
Amazon.com, perkembangan teknologi digital akan menelan
semua media. Buku adalah benteng terakhir bagi teknologi
analog karena suara dan video sudah jauh lebih dulu beralih ke
format digital serta bacaan singkat juga sudah didigitalkan
seperti yang disajikan dalam format Web (Internet).
15. Kesimpulan :Kesimpulan :
Ketika harga kertas makin mahal, apalagi ditambah dengan isu
kerusakan lingkungan hidup, ongkos kirim yang naik, maka media
cetak menghadapi tantangan yang sangat serius. Meskipun saat
ini, industri media cetak masih bernilai 300 milyar dolar di seluruh
dunia, sedangkan industri media digital masih tertinggal jauh,
belum lagi model bisnis yang belum jelas, apakah dibiayai dari
langganan atau dari iklan.
Namun dalam ketidakjelasan ini, tidak berbuat apa-apa bukanlah
solusi yang tepat tetapi harus mentransformasi diri untuk ikut
menguasai perkembangan teknologi digital yang sudah, sedang
dan akan terjadi lebih jauh.
Surat kabar Kompas tidak lagi memposisikan sebagai hanya
sebuah
surat kabar dalam arti cetak tetapi sebagai penyedia informasi
multimedia dengan platform yang beragam seperti internet, mobile
dan perangkat
digital lainnya.
16. Sebagai sebuah platform, media cetak suatu saat nanti mungkin
akan hilang. Tetapi sebagai sebuah media informasi tetap akan
langgeng, bahkan dengan isi yang lebih kaya. Namun tantangan
yang dihadapi oleh surat kabar akan lebih sulit dibandingkan
dengan buku karena model bisnis surat kabar yang lebih
mengandalkan pada pendapatan dari iklan.
Paradigma untuk mendapatkan informasi melalui internet adalah
gratis menyulitkan pengelola surat kabar untuk memungut bayaran
dari pelanggan.
Bagi buku justru media digital ini membuka peluang yang lebih
luas. Tanpa perlu kertas, biaya produksi akan lebih murah sehingga
diharapkan masyarakat akan makin mampu membeli. Dengan
model blog seperti yang terjadi di Internet, membuka peluang bagi
pengarang bisa sekaligus menjadi penerbit.
17. Bagi Indonesia, hingga kini masih terjadi kesenjangan dalam
banyak hal termasuk dalam akses terhadap informasi antara satu
daerah dengan daerah lain. Dikhawatirkan, perkembangan
teknologi digital ini justru akan makin memperbesar kesenjangan
tersebut.
Bagi sebagian masyarakat, kemudahan akses informasi ini akan
makinmemberikan kekuatan untuk memenangkan persaingan.
Disatu sisi, perkembangan tekonologi digital telah meruntuhkan
dominasi informasi oleh sekelompok elite dan membuka peluang
bagi masyarakat untuk berpartisipasi. Di sisi lain, teknologi digital
akan menyelamatkan peradaban baca tulis sekaligus melestarikan
lingkungan hidup.
Sumber : Jurnal TEKNOLOGI DIGITAL: AKANKAH MEDIA CETAK
BERAKHIR?
Andrey Andoko
Program Studi Teknik Informatika,
Fakultas Teknologi Informasi dan Komunikasi
Universitas Multimedia Nusantara
Gading Serpong, Tangerang, INDONESIA