Studi ini menganalisis jumlah leukosit, neutrofil, limfosit, dan monosit sebagai prediktor infeksi dengue pada anak dengan gizi baik. Hasilnya menunjukkan bahwa leukopeni merupakan prediktor yang kuat untuk mendiagnosis infeksi dengue pada hari ke-3 demam, sedangkan pada hari ke-4 leukopeni dan limfositosis merupakan prediktor. Hal ini menunjukkan bahwa pemeriksaan darah sederhana dapat membant
Dokumen tersebut membahas tentang tuberkulosis pada anak, yang masih menjadi penyebab morbiditas dan mortalitas tinggi di seluruh dunia. Diagnosis TB pada anak sulit diperoleh karena manifestasi klinis dan radiografik yang kurang spesifik dibandingkan dewasa, serta tantangan untuk memperoleh spesimen yang memadai. Pemeriksaan bakteriologis dan penunjang diperlukan untuk menegakkan diagnosis.
Makalah ini membahas tentang asuhan keperawatan pada pasien Dengue Hemorrhagic Fever (DHF). Makalah ini menjelaskan tentang konsep dasar penyakit DHF, proses keperawatan yang meliputi pengkajian, diagnosa dan intervensi keperawatan."
Dokumen tersebut membahas tentang imunologi dan penyakit-penyakit yang berkaitan dengan sistem kekebalan tubuh. Terdapat penjelasan mengenai definisi imunologi, contoh penyakit seperti sindrom Goodpasture, gonore, dan tuberkulosis yang disebabkan oleh gangguan sistem imun.
Dokumen tersebut membahas tentang konsep dasar wabah dan penyakit-penyakit yang dapat menimbulkan wabah beserta tanda-tandanya. Beberapa penyakit yang dijelaskan antara lain kolera, pes, demam kuning, demam bolak-balik, tifes, campak, polio, difteri, pertusis, rabies, malaria, influenza, dan hepatitis.
Penerapan epidemiologi berbasis pendekatan one healthAnggita Dewi
油
Tiga sistem utama yang digunakan untuk memantau penyakit menular di Indonesia adalah EWARS untuk kesehatan manusia, iSIKHNAS untuk kesehatan hewan, dan kerja sama antara berbagai kementerian untuk memantau penyakit zoonosis secara terpadu.
1. Dokumen tersebut membahas tentang surveilans penyakit menular potensial KLB dan wabah.
2. Terdapat 5 pokok bahasan utama yaitu dasar epidemiologi, konsep surveilans epidemiologi, jenis penyakit menular dan pola penularannya, respon penanggulangan, serta deteksi dini KLB.
3. Tujuan surveilans adalah menyediakan informasi untuk pengambilan keputusan penanggulangan penyakit.
Dokumen ini membahas target ke-6 MDGs yaitu memerangi HIV/AIDS, malaria, dan penyakit menular lainnya. Targetnya adalah mengendalikan penyebaran HIV/AIDS dan menurunkan kasus baru pada 2015, serta mengendalikan malaria dan penyakit lainnya pada 2015. Dokumen ini juga membahas cara pencegahan penyakit-penyakit tersebut seperti sosialisasi, pengawasan, dan memberikan pengobatan yang tepat.
COVID-19 dan flu dapat menyebabkan gejala yang sama. Namun, ada beberapa perbedaan di antara mereka.
Fakta bahwa coronavirus baru muncul di tengah musim flu telah memicu perbandingan yang tak terhindarkan. Apakah COVID-19, penyakit yang disebabkan oleh virus, cukup mirip dengan flu atau apakah itu menimbulkan ancaman yang jauh lebih besar?
Hubungan pemberian imunisasi bcg dengan kejadian tuberkulosis paru pada anak ...Operator Warnet Vast Raha
油
Teks ini membahas penelitian hubungan pemberian vaksin BCG dengan kejadian tuberkulosis paru pada anak balita. Penelitian ini bertujuan mengetahui apakah pemberian vaksin BCG dapat mengurangi risiko TB paru pada anak. Metode penelitian menggunakan desain studi kasus kontrol dengan 94 responden yang terdiri dari 47 kasus TB paru dan 47 kontrol. Lokasi penelitian di Balai Pengobatan Paru Ambarawa."
Salah Satu Kajian Penyelidikan(Thesis) dan CourseWork dalam menamatkan pengajian ijazah sarjana muda dalam Teknologi Kreatif (Komunikasi Visual) di Universiti Malaysia Kelantan bagi sesi (2011/2015)
Dokumen tersebut membahas tentang anamnesis dan tindakan yang dilakukan pada kasus dengan kecurigaan penyakit menular seperti tuberkulosis, HIV, dan hepatitis. Dokumen tersebut menjelaskan gejala klinis dan pertanyaan-pertanyaan yang diajukan selama anamnesis untuk mendiagnosa penyakit-penyakit tersebut."
Penerapan epidemiologi berbasis pendekatan one healthAnggita Dewi
油
Tiga sistem utama yang digunakan untuk memantau penyakit menular di Indonesia adalah EWARS untuk kesehatan manusia, iSIKHNAS untuk kesehatan hewan, dan kerja sama antara berbagai kementerian untuk memantau penyakit zoonosis secara terpadu.
1. Dokumen tersebut membahas tentang surveilans penyakit menular potensial KLB dan wabah.
2. Terdapat 5 pokok bahasan utama yaitu dasar epidemiologi, konsep surveilans epidemiologi, jenis penyakit menular dan pola penularannya, respon penanggulangan, serta deteksi dini KLB.
3. Tujuan surveilans adalah menyediakan informasi untuk pengambilan keputusan penanggulangan penyakit.
Dokumen ini membahas target ke-6 MDGs yaitu memerangi HIV/AIDS, malaria, dan penyakit menular lainnya. Targetnya adalah mengendalikan penyebaran HIV/AIDS dan menurunkan kasus baru pada 2015, serta mengendalikan malaria dan penyakit lainnya pada 2015. Dokumen ini juga membahas cara pencegahan penyakit-penyakit tersebut seperti sosialisasi, pengawasan, dan memberikan pengobatan yang tepat.
COVID-19 dan flu dapat menyebabkan gejala yang sama. Namun, ada beberapa perbedaan di antara mereka.
Fakta bahwa coronavirus baru muncul di tengah musim flu telah memicu perbandingan yang tak terhindarkan. Apakah COVID-19, penyakit yang disebabkan oleh virus, cukup mirip dengan flu atau apakah itu menimbulkan ancaman yang jauh lebih besar?
Hubungan pemberian imunisasi bcg dengan kejadian tuberkulosis paru pada anak ...Operator Warnet Vast Raha
油
Teks ini membahas penelitian hubungan pemberian vaksin BCG dengan kejadian tuberkulosis paru pada anak balita. Penelitian ini bertujuan mengetahui apakah pemberian vaksin BCG dapat mengurangi risiko TB paru pada anak. Metode penelitian menggunakan desain studi kasus kontrol dengan 94 responden yang terdiri dari 47 kasus TB paru dan 47 kontrol. Lokasi penelitian di Balai Pengobatan Paru Ambarawa."
Salah Satu Kajian Penyelidikan(Thesis) dan CourseWork dalam menamatkan pengajian ijazah sarjana muda dalam Teknologi Kreatif (Komunikasi Visual) di Universiti Malaysia Kelantan bagi sesi (2011/2015)
Dokumen tersebut membahas tentang anamnesis dan tindakan yang dilakukan pada kasus dengan kecurigaan penyakit menular seperti tuberkulosis, HIV, dan hepatitis. Dokumen tersebut menjelaskan gejala klinis dan pertanyaan-pertanyaan yang diajukan selama anamnesis untuk mendiagnosa penyakit-penyakit tersebut."
Tiga kalimat ringkasan dokumen tersebut adalah:
1. Penelitian ini menganalisis karakteristik pasien infeksi dengue dengan kebocoran plasma di rumah sakit Dr. H. Abdul Moeloek pada tahun 2018-2019.
2. Hasilnya menunjukkan bahwa manifestasi kebocoran plasma terbanyak adalah asites, dan sebagian besar pasien adalah perempuan berusia 6-10 tahun.
3. Parameter laboratorium yang paling umum ditem
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara pemberian antibiotik sebelum perkembangan Toxic Epidermal Necrolysis (TEN) dengan risiko komplikasi infeksi awal atau akhir. Penelitian ini menggunakan studi retrospektif pada 39 pasien TEN di Republik Ceko dan Slovakia tahun 2000-2015. Hasilnya menunjukkan 18 pasien menggunakan antibiotik sebelum TEN dan rentan terhadap komplikasi infeksi a
Dokumen tersebut membahas tentang demam dengue yang disebabkan oleh virus dengue yang memiliki 4 serotipe. Demam dengue ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes yang terinfeksi virus. Dokumen juga membahas tentang gejala, diagnosis, klasifikasi berat ringan, komplikasi, dan penatalaksanaan demam dengue.
Tiga kalimat ringkasan dokumen tersebut adalah:
Dokumen tersebut meneliti hubungan antara status gizi dengan kejadian pneumonia pada balita di RS. Dr. M. Djamil Padang tahun 2011-2013, dan menemukan bahwa sebagian besar pasien berusia 13-28 bulan dan perempuan serta terdapat hubungan bermakna antara status gizi kurang dan buruk dengan keparahan pneumonia.
Ringkasan dokumen tersebut adalah:
1. Penelitian ini menganalisis faktor-faktor risiko kejadian dermatitis atopik pada balita di Puskesmas Pauh Padang.
2. Hasil penelitian menunjukkan ada hubungan signifikan antara genetik, alergen, lingkungan dan higiene dengan kejadian dermatitis atopik pada balita.
3. Kepedulian ibu dalam memberikan makanan dan lingkungan yang bersih dapat menurunkan risiko dermatitis atop
1. Program pemberantasan penyakit demam berdarah dengue (DBD) di Puskesmas Helvetia tahun 2017 meliputi penyuluhan, survei jentik, fogging, abatisasi, dan pemberantasan sarang nyamuk.
2. Tujuan penelitian ini adalah menganalisis pelaksanaan program pemberantasan DBD di Puskesmas Helvetia tahun 2017.
3. Manfaat penelitian ini antara lain meningkatkan peran serta masyarakat dalam pencegahan DBD,
Dokumen tersebut membahas tentang HIV/AIDS pada anak, meliputi proses penularan, diagnosis, pencegahan, dan penatalaksanaannya. Proses penularan HIV pada anak dapat terjadi dari ibu ke anak saat kehamilan atau kelahiran, atau akibat pelecehan seksual. Diagnosis dilakukan dengan pemeriksaan darah dua kali sebelum dan sesudah umur 18 bulan. Pencegahannya meliputi pemberian obat pada ibu dan anak
Dokumen tersebut membahas tentang imunisasi pada lanjut usia. Fungsi sistem kekebalan tubuh menurun seiring bertambahnya usia sehingga vaksinasi sangat penting untuk mencegah penyakit. Vaksinasi lanjut usia direkomendasikan untuk meningkatkan kekebalan terhadap influenza, pneumokokus, herpes zoster, dan penyakit lainnya. Dokumen juga menjelaskan berbagai jenis vaksin, cara pemberian, indikasi
Dokumen tersebut merupakan referat mengenai HIV pada anak. Referat ini membahas tentang definisi HIV dan AIDS, etiologi, patomekanisme, diagnosis HIV pada bayi dan anak, serta prinsip diagnosis infeksi HIV pada bayi dan anak. Diagnosis HIV pada anak dilakukan dengan uji virologis dan serologis, tergantung usia anak.
Paparan Panduan Implementasi Kurikulum Cinta_17 Februari 2025.pdfblendonk45
油
98 532-1-pb
1. 175
Sari Pediatri, Vol. 17, No. 3, Oktober 2015
Jumlah Leukosit, Neutro鍖l, Limfosit, dan Monosit sebagai Prediktor
Infeksi dengue pada Anak dengan Gizi Baik di Fasilitas Kesehatan
dengan Sumber Daya Terbatas
Adek Herlina Tanjung, Nurnaningsih, Ida Sa鍖tri Laksono
Departemen Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada/RSUP Dr. Sardjito, Yogyakarta
Latar belakang. Infeksi virus dengue merupakan mosquito borne disease yang sering dijumpai di dunia. Demam pada awal sakit
karena infeksi dengue dan bukan dengue sangat sulit dibedakan. Di fasilitas kesehatan dengan sumber daya terbatas diperlukan
pemeriksaan darah sederhana untuk membantu mendiagnosis dengue. Jumlah leukosit, neutro鍖l, limfosit, dan monosit pada awal
penyakit dapat membantu memprediksi diagnosis dengue.
Tujuan. Mengetahui apakah jumlah leukosit, neutro鍖l, monosit, dan limfosit pada anak dengan gizi baik dapat digunakan sebagai
prediktor untuk infeksi dengue di fasilitas kesehatan terbatas.
Metode. Nested case control yang terdapat dalam rancangan kohort. Digunakan data rekam medis Januari 2009 sampai Januari
2011. Dilihat perbedaan pada hari ke-3 dan 4 jumlah leukosit, neutro鍖l, limfosit, dan monosit antara kelompok infeksi dengue
dan non dengue menggunakan chi square dan regresi logistik.
Hasil. Terdapat 124 anak dengan gizi baik, terdiri atas masing-masing 62 anak kelompok dengue dan non dengue. Leukopeni
merupakan prediktor untuk mendiagnosis dengue pada hari ke-3 demam dengan adjusted odds ratio 10,32 (IK 95% 4,31-24,53;
p=0,001). Pada hari ke-4 demam, leukopeni dan limfositosis adalah prediktor untuk mendiagnosis dengue dengan adjusted odds
ratio 13,84 (IK95% 4,92-38,88; p=0,001) dan 4,66 (IK95% 1,73-12,59; p=0,002).
Kesimpulan. Leukopeni dan limfositosis pada anak dengan gizi baik merupakan prediktor untuk mendiagnosis infeksi dengue
pada awal demam. Sari Pediatri 2015;17(3):175-9.
Kata kunci: infeksi dengue, faktor prediktor, hitung jenis leukosit
Leucocyte, Neutrophil, Lymphocyte and Monocyte Pro鍖les as Early
Predictors for Dengue in Children with Good Nutritional Status in
Limited Resources Setting
Adek Herlina Tanjung, Nurnaningsih, Ida Sa鍖tri Laksono
Background. Dengue infection is the most important mosquito borne disease around the world. In the early phase, the clinical
manifestation might be dif鍖cult to be differentiated between dengue and non dengue infection. Therefore, simple blood examination
is needed, particularly in health facilities with limited resources. The pro鍖le of leucocyte, neutrophil, lymphocyte and monocyte
is one of the most common examination to be performed.
Objective. To observe leucocyte, neutrophil, lymphocyte and monocyte pro鍖le during the 3rd
and 4th
day of fever in children with
good nutritional status and its role to predict dengue infection.
Method. A nested case control study was conducted using medical records. The pro鍖le of leucocyte, neutrophil, lymphocyte and
monocyte during the 3rd
and 4th
day of fever were analiyzed using chi-square and logistic regression
Results. From January 2009 through January 2011, 124 medical records of children with good nutritional status were recovered,
of whom 50% (62) had dengue infection and 50% (62) had non dengue infection based on clinical manifestation and serology
results. At the 3rd
day of fever, children with dengue infection had signi鍖cant leucopenia compared to those who had non dengue
infection with adjusted odds ratio of 10.32 (CI 95% 4.31-24.53, p=0.001). At the 4th
day of fever, leucopenia and lymphocytosis
are the predominant factors for diagnosing dengue infection with adjusted odds ratio of 13.84 (CI 95% 4.92-38.88, p=0.001)
and 4,66 (CI 95% 1.73-12.59, p=0.002) respectively.
Conclusion. Leucopenia and lymphocytosis are predicting factors for diagnosing dengue infection in children with good nutritional
status in the early phase of disease. Sari Pediatri 2015;17(3):175-9.
Keywords: dengue infection, predicting factors, pro鍖le of leucocyte count and its differential
Alamat korespondensi: Dr. Adek Herlina Tanjung, Departemen Ilmu Kesehatan Anak, Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada/RSUP Dr.
Sardjito Yogyakarta, Jalan Kesehatan No. 1 Sekip Yogyakarta 55284, Indonesia. Tel. +62-274-561616, E-mail: adek_herlina_tanjung@yahoo.co.id
2. 176
Adek Herlina Tanjung dkk: Jumlah leukosit, neutro鍖l, limfosit, dan monosit sebagai prediktor infeksi dengue
Sari Pediatri, Vol. 17, No. 3, Oktober 2015
I
nfeksi virus dengue adalah mosquito borne dis-
ease yang terpenting di dunia. Di negara tropis,
penyakit ini menyebar secara endemik dan
menginfeksi lebih kurang 100 juta manusia setiap
tahunnya, setengah jutanya adalah kasus DBD (demam
berdarah dengue). Sekitar 22.000 kematian terjadi
pada anak-anak, 90% kasus DBD tersebut adalah anak
di bawah 15 tahun1,9
.
Gejala demam pada awal sakit karena infeksi dengue
dengan bukan dengue sangat sulit dibedakan.15
Sampai
saat ini belum tersedia alat diagnostik sederhana dan
terjangkau untuk membedakan infeksi dengue dengan
penyakit epidemik dengan gejala demam secara dini.12
Pemeriksaan laboratorium untuk mendiagnosis
infeksi dengue sangat beragam dan tidak semua da-
pat dilakukan di laboratorium diagnostik. Hingga
saat ini, pemeriksaan hematologi sederhana, seperti
hitung jumlah leukosit, neutro鍖l, monosit, dan lim-
fosit banyak digunakan untuk membantu penegakan
diagnosis dengue karena dapat dilakukan di berbagai
laboratorium, bahkan Puskesmas.14
Abnormalitas hematologi yang sering muncul pada
infeksi dengue adalah leukopenia, trombositopenia,
dan gangguan koagulasi. Pada awal demam, jumlah
leukosit dapat normal atau dengan predominan neu-
tro鍖l kemudian menurun pada hari ketiga sampai
kedelapan. Pada umumnya, terjadinya leukopeni ber-
Pada umumnya, terjadinya leukopeni ber-
umumnya, terjadinya leukopeni ber-
terjadinya leukopeni ber-
terjadinya leukopeni ber-
leukopeni ber-
leukopeni ber-
ber-
ber-
samaan dengan trombositopeni, yaitu mulai hari ketiga
demam. Pada syok berat dapat dijumpai leukositosis
dengan neutropenia absolut. Hal lain yang menarik
adalah ditemukan cukup banyak (20%-50%) limfosit
bertransformasi atau atipik dalam sediaan apus darah
tepi yang dikenal sebagai limfosit plasma biru.4,5
Beberapa penelitian mengatakan bahwa pemerik-
saan sumsum tulang penderita dengue pada awal
demam terdapat hipoplasia sumsum tulang dengan
hambatan dari semua sistem hemopoesis yang mem-
beri kontribusi untuk terjadinya leukopenia, termasuk
hitung jenisnya yaitu neutropenia, limfositosis relatif,
dan monositopenia. Mekanisme penekanan sumsum
tulang pada infeksi dengue terjadi akibat dari proses
penekanan virus secara langsung ataupun karena
produksi sitokin proin鍖amasi.5,9
Pada saat ini, penegakan diagnosis infeksi dengue
di rumah sakit kabupaten atau Puskesmas di daerah
perifer menggunakan gejala klinis dan pemeriksaan
penunjang sederhana. Pemeriksaan leukosit dan apusan
darah tepi adalah salah satu pemeriksaan laboratorium
sederhana dan tersedia di sebagian besar rumah sakit
dan Puskesmas di daerah perifer di Indonesia. Peneli-
tian ini bertujuan untuk meneliti lebih lanjut tentang
hitung jumlah leukosit, neutro鍖l, monosit, dan lim-
fosit untuk membantu memprediksi diagnosis infeksi
dengue secara cepat dan tepat. Diharapkan, penelitian
ini dapat memberikan kontribusi sebagai salah satu
parameter diagnosis dini pada infeksi dengue.
Metode
Penelitian observasional dengan rancangan nested
case control. Populasi terjangkau pada nested case
contolberasal dari populasi studi kohort, yaitu pasien
anak demam hari ke-3 dan ke-4 yang dirawat di In-
dirawat di In-
di In-
stalasi Kesehatan Anak (INSKA) RSUP Dr. Sardjito
Yogyakarta mulai Januari 2009 sampai Januari 2011.
Kelompok kasus diidenti鍖kasi dari studi kohort yang
mengalami efek, yaitu terdiagnosis infeksi dengue dan
memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Kelompok
kontrol adalah yang tidak mengalami efek yaitu ter-
diagnosis infeksi bukan dengue. Pada kedua kelompok
dipilih yang berstatus gizi baik. Faktor prediktor adalah
faktor yang dapat memprediksi diagnosis infeksi den-
gue, yaitu jumlah leukosit, neutro鍖l, monosit, dan
limfosit. Kelompok kasus kemudian dibandingkan
dengan kelompok kontrol melalui analisis statistik.
Tabel 1. Karakteristik dasar
Variabel Kasus
N=62
Kontrol
N=62
p
Jenis kelamin, n (%)
Laki-laki
Perempuan
Umur (tahun)*
Lama demam sebelum masuk rumah sakit (hari)*
Lama perawatan (hari)*
25 (40,3)
37 (59,7)
6,35賊3,0
3,65賊0,48
3,44賊0,59
24 (38,7)
38 (61,3)
8,1賊3,5
4,03賊0,57
4,95賊2,24
0,85
0,001
0,001
0,001
*rerata 賊(SB)
3. 177
Adek Herlina Tanjung dkk: Jumlah leukosit, neutro鍖l, limfosit, dan monosit sebagai prediktor infeksi dengue
Sari Pediatri, Vol. 17, No. 3, Oktober 2015
Analisis univariat dengan x2
(chi square) dilakukan
untuk menganalisis hubungan masing-masing faktor
prediktor terhadap kejadian infeksi dengue. Ukuran
kekuatan hubungan dinyatakan dengan odds ratio
(OR) dengan interval kepercayaan 95%. Nilai p<0,05
dianggap bermakna secara statistik. Selanjutnya, untuk
variabel bebas yang pada analisis univariat mempunyai
nilai p<0,25 akan dilakukan analisis multivariat dengan
analisis regresi logistik.
Hasil
Jumlah subyek yang memenuhi kriteria inklusi dan
eksklusi sebesar 124 anak, terdiri atas 62 kelompok
kasus dan 62 kontrol. Karakteristik data subyek pene-
Karakteristik data subyek pene-
litian tertera pada Tabel 1.
Pembahasan
Pada infeksi dengue, leukopeni telah diketahui se-
ada infeksi dengue, leukopeni telah diketahui se-
dengue, leukopeni telah diketahui se-
dengue, leukopeni telah diketahui se-
e, leukopeni telah diketahui se-
eukopeni telah diketahui se-
jak lama. Beberapa penelitian menyebutkan bahwa
leukopeni selalu ada, umumnya penurunan terjadi
antara 3000-5000 sel/mm3
, walau jumlahnya mung-
kin dapat menurun sampai 1200 sel/mm3
.13
Batasan
leukopeni menurut WHO 2011 adalah jika jumlah
leukosit d5000 sel/mm3
. Serupa dengan penelitian uji
diagnostik Sutaryo13
dan Nany10
yang menyebutkan
sensitivitas tertinggi terdapat pada titik potong leuko-
sit <5000 sel/mm3
,dengan masing-masing sensitivitas
65,69% dan 94,44%, Kalayanarooj dkk6
mencatat
sensitivitas leukopeni pasien dengue 91,19%, dengan
spesi鍖sitas, positive predictive value (PPV), dan nega-
tive predictive value (NPV) masing-masing 59,83%,
68,56%, dan 87,61%. Kami mendapatkan jumlah
leukosit lebih rendah pada hari ke-3 dan ke-4 demam
pada pasien dengue dibandingkan bukan dengue,
dengan nilai aOR yang cukup tinggi yaitu 10,32
(IK95% 4,31-24,53) pada hari ke-3 dan aOR 13,84
(IK95% 4,92-38,88) pada hari ke-4 sehingga dapat
disimpulkan kejadian leukopeni pada infeksi dengue
10,32 dan 13,84 kali lebih besar dibandingkan bukan
dengue pada hari ke-3 dan ke-4. Peningkatan risiko
leukopeni pada hari ke-4 dibandingkan dengan ke-3
dikarenakan perjalanan penyakit tersebut. Dikatakan
leukopeni pada infeksi dengue disebabkan depresi
sumsum tulang akibat proses penekanan oleh virus
secara langsung ataupun mekanisme melalui produksi
sitokin proin鍖amasi. Sumsum tulang pada hari ke-4
mengalami hiposelular dengan tidak adanya granu-
lopoesis, hambatan dari semua sistem hemopoesis ini
juga menyebabkan neutropeni dan monositopeni,5,9,13
neutro鍖l mulai turun pada hari ke-3 sampai hari ke-8
demam.16
Tabel 2. Leukopeni, neutropeni, limfositosis, dan monositopeni sebagai faktor prediktor infeksi*
Variabel
Bivariat Multivariat
OR IK95% p aOR IK95% p
Leukopeni 11,79 5,07-27,3 0,001 10,32 4,31-24,53 0,001
Neutropeni 2,87 1,38-5,95 0,004 1,91 0,72-5,62 0,189
Limfositosis 3,80 1,56-9,17 0,002 1,82 0,50-5,63 0,297
Monositopeni 1,25 0,46-3,44 0,663
*(sampel darah diambil hari ke-3)
Tabel 3. Leukopeni, neutropeni, limfositosis dan monositopeni sebagai faktor prediktor infeksi*
Variabel Bivariat Multivariat
OR IK95% P aOR IK95% P
Leukopeni 19,60 7,24-53,07 0,001 13,84 4,92-38,88 0,001
Neutropeni 6,23 2,83-13,74 0,001 1,98 0,67-5,87 0,22
Limfositosis 8,15 3,42-19,43 0,001 4,66 1,73-12,59 0,002
Monositopeni 2,97 1,13-7,79 0,02 1,67 0,42-6,59 0,46
*(sampel darah diambil hari ke-4)
4. 178
Adek Herlina Tanjung dkk: Jumlah leukosit, neutro鍖l, limfosit, dan monosit sebagai prediktor infeksi dengue
Sari Pediatri, Vol. 17, No. 3, Oktober 2015
Kami mendapatkan jumlah neutro鍖l dan monosit
pasien dengue lebih rendah dibandingkan dengan bukan
dengue, walaupun nilainya secara statistik tidak ber-
makna dengan nilai OR pada hari ke-3 demam untuk
neutropeni 1,91 (IK95% 0,71-5,62; p=0,189), nilai OR
untuk neutropeni 1,98 (IK95% 0,67-5,87; p=0,22) dan
monositopeni 1,67 (IK95% 0,42-6,59; p=0,46) pada
hari ke-4 demam. Penelitian yang dilakukan pada pasien
anak oleh Suwandono dkk,14
Karande dkk,7
dan Phuong
dkk11
mendapatkan jumlah leukosit dan neutro鍖l yang
lebih rendah pada pasien infeksi dengue dibandingkan
dengan bukan dengue, Kalayanarooj dkk6
mencatat
bahwa jumlah monosit pada pasien dengue lebih rendah
dibandingkan non dengue, dan mencatat perbedaan
pada rata-rata hari ke-3 demam.
Limfosit memainkan peran yang penting dalam
mekanisme pertahanan terhadap virus dengue. Pada
pasien dengue, kami mendapatkan jumlah limfosit
tidak berbeda dibandingkan bukan dengue pada hari
ke-3 demam, dengan nilai aOR 1,82 (IK95% 0,50-
5,63; p=0,297), sedangkan pada hari ke-4 demam
menjadi bermakna OR 4,66 (IK95% 1,73-12,59;
p=0,002). Limfosit belum dapat membedakan infeksi
dengue dan bukan dengue pada hari ke-4. Pada hari
tersebut dikhawatirkan pasien telah mengalami syok.
Penelitian pada pasien dewasa yang dilakukan oleh
Chadwick dkk,3
Binh dkk,2
dan Low dkk8
mendap-
atkan hasil yang berbeda, yaitu jumlah limfosit pasien
dengue lebih rendah dibandingkan bukan dengue.
Perbedaan ini mungkin karena pada penelitian ini
memakai limfosit relatif, sedangkan pada penelitian
sebelumnya memakai limfosit absolut.
Proporsi jenis kelamin kelompok kasus dan kontrol
tidak berbeda, sebaliknya lama demam sebelum masuk
rumah sakit berbeda. Pada kelompok kasus, pasien
datang rata-rata hari ke-3 demam, sedangkan untuk
kelompok kontrol, datang pada hari ke 4 demam.
Penelitian Sutaryo13
mencatat lama demam sebelum
masuk rumah sakit pada pasien dengue dan bukan
dengue terjadi pada hari ke-4 atau ke-5 karena pada
hari tersebut orang tua sudah memeriksakan anak ke
Puskesmas, rumah sakit, atau dokter. Rata-rata lama
rawat di rumah sakit untuk kelompok kasus 3,44賊0,59
hari, sedangkan untuk kelompok kontrol 4,95賊2,24
hari. Hal tersebut sesuai dengan perjalanan penyakit
dengue yang akan pulih dan diperbolehkan pulang
setelah hari ke-7. Sementara untuk kelompok kasus,
persentase demam tifoid tertinggi memerlukan waktu
yang lebih lama untuk perawatan.
Kesimpulan
Leukopeni dan limfositosis pada anak dengan gizi
baik merupakan prediktor untuk mendiagnosis infeksi
dengue pada hari awal demam.
Daftar pustaka
1. Ashley EA. Dengue fever. Paper presented at the meet-
EA. Dengue fever. Paper presented at the meet-
Dengue fever. Paper presented at the meet-
Paper presented at the meet-
Paper presented at the meet-
ing of trends in Anaesthesia and Critical Care. London:
2010; 39-41.
2. Binh PH, Matheus S, Huong VT. Early clinical and
biological features of severe clinical manifestations of
dengue in Vietnamese. J Virol 2009; 5:1680-91.
3. Chadwick D, Arch B, Smith A. Distinguishing dengue
fever from other infection on the basis of simple clinical
and laboratory feature: application of logistic regression
analysis. J. Virol 2005;35:147-53.
4. Guglani L, Kabra SK. T cell immunopathogenesis of
dengue virus infection. Dengue Bulletin 2005;29:58-
69.
5. Hadinegoro SR, Satari HI. Demam berdarah dengue.
Naskah Lengkap Pelatihan Bagi Pelatih Dokter Spesialis
Anak dan Dokter Spesialis Penyakit dalam Tatalaksana
Kasus DBD. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia 2001;44-54.
6. Kalayanarooj S, Vaughn DW, Nimmannitya S. Early
clinical and laboratory indicators of acute dengue illness.
J Infect 1997;176:313-21.
7. Karande S, Gandhi D, Kulkarni M. Concurrent outbreak
of leptospirosis and dengue in Mumbai, India. J Trop
Pediatr 2005;51:174-81.
8. Low JG, Ooi EE, Tolfvenstam T. Early dengue infection
and outcome study (eden) study design and preliminary
鍖ndings. Ann Acad Med Singapore 2006;35:783-9.
9. Malavige GN, Fernando S, Fernando DJ. Dengue viral
infections. Postgrad Med J 2004;80:588-601.
10. Nany. Limfosit plasma biru nilai diagnostik pada infeksi
dengue (tesis). Medan: Fakultas Kedokteran Universitas
Sumatra Utara, 2007.
11. Phuong CX, Nhan NT, Kneen R. Clinical diagnosis and
assessment of severity of con鍖rmed dengue infections in
Vietnamese children. Am JTrop Med Hyg 2004;70:172-
179.
12. Potts AJ and Rothman AL. Clinical and laboratory
features that distinguish dengue from other febrile ill-
nesses in endemic populations. Trop Med Int Health
2010;13:1328-40.
13. Sutaryo. Limfosit plasma biru: arti diagnostik dan sifat
5. 179
Adek Herlina Tanjung dkk: Jumlah leukosit, neutro鍖l, limfosit, dan monosit sebagai prediktor infeksi dengue
Sari Pediatri, Vol. 17, No. 3, Oktober 2015
imunologik pada infeksi dengue (disertasi). Yogyakarta:
Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada, 1991.
14. Suwandono A, Nurhayati. Comparison of diagnostic
value of platelet, leucocyte, NS1 antigen, and antidengue
IgM antibody. J Indon Med Assoc 2011;61:326-32.
15. WHO. Dengue guidelines for diagnosis, treatment,
prevention and control, New ed. Geneva: World Health
Organization; 2009.
16. WHO. Comprehensive guidelines for prevention and
control of dengue and dengue haemorrhagic fever, revised
and expanded ed. India: World Health Organization;
2011.