Dokumen tersebut membahas tentang kehamilan ektopik terganggu (KET), yaitu kehamilan di luar rahim yang mengalami komplikasi seperti abortus atau pecahnya kandungan, yang dapat membahayakan ibu. Dokumen tersebut menjelaskan definisi, klasifikasi, patofisiologi, etiologi, gejala, diagnosis, dan penanganan KET.
1 of 19
Downloaded 43 times
More Related Content
Ket pragnancy
1. KEHAMILAN EKTOPIK TERGANGGU (KET)
PowerPoint By Eleven
Group
♀ Intan Rafy’ah Salsabila
♀ Rinda Novianti
♀ Suimah
♀Susi Kamila
5. DEFINISI
 KEHAMILAN EKTOPIK adalah kehamilan dengan hasil
konsepsi berimplantasi diluar endometrium rahim. Istilah lain :
ectopic pragnancy, ectopic gestation, dan eccecyesis.
 KEHAMILAN EKTOPIK TERGANGGU (KET)
adalah kehamilan ektopik yang teganggu dapat terjadi abortus
atau pecah, dan hal ini dapat berbahaya bagi wanita tersebut.
 KEHAMILAN HETEROPIK adalah kehamilan intrauterine
yang terjadi dalam waktu yang berdekatan dengan kehamilan
ektopik.
MENUGAMBAR
6. Lanjutan…
 KEHAMILAN EKTOPIK KOMBINASI (combined
ectopic pregnancy) adalah kehamilan intrauterine yang
terjadi pada waktu bersamaan dengan kehamilan
ekstrauterine.
 KEHAMILAN EKTOPIK RANGKAP (compound
ectopic pregnancy) adalah kehamilan intrauterine dengan
kehamilan ekstrauterine yang lebih dulu terjadi, tapi janin
sudah mati dan mencoba litopedion.
(Buku Sinopsis Obstetri : Obstetri Fisiologi, Obstetri Patologi , 1998)
MENUGAMBAR
7. KLASIFIKASI
Menurut Titus klasifikasi pembagian tempat - tempat
terjadinya kehamilan ektopik adalah :
• Kehamilan Tuba
• Kehamilan Ovarial
• Kehamilan Abdominal
• Kehamilan Tuba – Ovarial
• Kehailan Intraligamenter
• Kehamilan Servikal
(Buku Sinopsis Obstetri : Obstetri Fisiologi, Obstetri Patologi , 1998)
MENUGAMBAR
8. KLASIFIKASI
• Kehamilan Tuba
Dinding tuba merupakan lapisan luar dan kapsularis
yang merupakan lapisan dalam dari hasil konsepsi.
Karena tuba tidak dan bukan merupakan tempat
normal bagi kehamilan, maka sebagian besar
kehamilan tuba akan terganggu pada umur 6 – 10
minggu kehamilan. Karena hal tersebut, maka
pertumbuhan mengalami beberapa perubahan yaitu :
 Hasil konsepsi mati dini dan resorbsi.
 Abortus kedalam lumen tuba
 Ruptur dinding tuba
(Buku Sinopsis Obstetri : Obstetri Fisiologi, Obstetri Patologi , 1998)
(Buku ILMU Kebidanan, Sarwono Prawirohadjo, 2011)
MENUGAMBAR
11. (Buku Sinopsis Obstetri : Obstetri Fisiologi, Obstetri Patologi , 1998)
MENUGAMBAR
Menurut lokasinya, kehamilan ektopik pada kehamilan tuba
dibagi dalam beberapa lokasi yaitu :
12. (Buku Sinopsis Obstetri : Obstetri Fisiologi, Obstetri Patologi , 1998)
MENUGAMBAR
• Kehamilan Ovarial
Perdarahan pada ovarium ini dapat disebabkan bukan saja
oleh pecahnya kehamilan ovarium, tetapi bisa oleh ruptur
kista korpus luteum, torsi, dan endometriosis.
• Kehamilan Abdominal
Menurut cara terjadinya bisa dibagi menjadi kehamilan
primer dan kehamilan sekunder.
• Kehamilan Tuba – Ovarial
• Kehamilan Intraligamenter
13. (Buku ILMU Kebidanan, Sarwono Prawirohadjo, 2011)
MENUGAMBAR
• Kehamilan Servikal
Kehamilan servikal pun sangat jarang terjadi. Bila ovum
berimplantasi dalam kanalis servikalis maka akan
terjadi perdarahan tanpa nyeri pada kehamilan muda.
Jika kehamilan berlangsung terus, serviks membesar
dengan ostium uteri eksternum terbuka sebagian.
Pengeluaran hasil konsepsi pervaginam dapat
menyebabkan banyak perdarahan sehingga untuk
menghentikan perdarahan diperlukan histerektomia
totalis.
14. PATOFISIOLOGI
MENUGAMBAR
Patofisiologi terjadinya kehamilan ektopik tersering karena
sel telur yang sudah dibuahi, dalam perjalanannya menuju
endometrium tersendat dengan berbagai faktor yang
menjadi penyebabnya. Sehingga embrio (zigot) sudah
berkembang namun belum mencapai kavum uteri dan
akibatnya akan tumbuh diluar rongga rahim. Bila kemudian
tempat nidasi tersebut tidak dapat menyesuaikan diri
dengan bertambah besarnya kehamilan, akan terjadi
ruptura dan menjadi Kehamilan Ektopik yang Terganggu
(KET).
(Buku ILMU Kebidanan, Sarwono Prawirohadjo, 2011)
18. PENANGANAN
Penanganan dengan cara, segera dilakukannya tindakan
operasi (Sectio Caesarea (SC)) diantaranya adalah :
 Jika terjadi kerusakan berat pada tuba, lakukan
Salpingektomi (tuba yang berdarah dan hasil konsepsi
dieksisi bersama – sama).
 Jika terjadi kerusakan kecil pada tuba, lakukan
Salpingostomi (hasil konsepsi dikeluarkan, tuba
dipertahankan).
 Jika terjadi perdarahan banyak, lakukan tranfusi darah
untuk menggantikan perdarahan yang keluar.
MENUGAMBAR
(Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal, 2010)