Dokumen tersebut membahas tentang substansi manusia yang terdiri atas tubuh dan jiwa, serta aktivitas kerja manusia yang merupakan cerminan dari dirinya. Dokumen ini juga membahas bagaimana kerja bukanlah kutukan tetapi berkah, serta pentingnya memperhatikan hak-hak manusia dalam kerja.
16. Manusia tidak terpisah dari pemahaman akan
tingkat kehidupan intelektual-spiritual.
Persoalan-persoalan sosio-ekonomi tidak
terlepas dari substansi manusia itu sendiri.
Aktivitas manusia merupakan eksistensi dari
dirinya. Karena itu, aktivitas dan hasil
aktivitas manusia merupakan cermin dirinya.
17. MANUSIA SEBAGAI
MAKHLUK
YANG UNIK
Memiliki kebebasan dalam
menentukan dirinya.
Membentuk nilai dalam
kehidupannya.
Mampu hidup di tengah-tengah
kehidupannya.
Karena itu, manusia tidak dapat dijadikan alat dari
yang lainnya sebagai sarana untuk suatu tujuan tanpa
memperhatikan hak-haknya yang bersifat hakiki.
20. Kerja bagi manusia bukanlah suatu kutukan, tetapi
merupakan suatu berkah.
Suatu pekerjaan dikatakan sebagai suatu kutukan, bila
pekerjaan itu melampaui kemampuan kita. Dalam
situasi seperti ini, kerja bukan lagi pancaran jiwa, tetapi
justru dapat mematikan jiwa dan semangat.
Kerja akan menjadi beban bagi manusia, bila manusia
diperlakukan bagai mesin dan dianggap sebagai
binatang.
23. Secara sengaja dan sadar bertindak untuk mengubah alam,
yang didasarkan pada obyek-obyek yang tersedia.
Sikap manusia terhadap alam merupakan suatu aspek kerja,
sehingga kegiatan yang mengubah alam eksternal
manusia, berarti mengubah dan meninggikan kodratnya
sebagai makhluk yang lebih tinggi di alam ini.
Dengan kemampuan intelektual-spiritualnya, manusia
dapat menyesuaikan obyek-obyek alam selaras dengan
kebutuhannya.
26. Pada jaman primitif, yaitu sistem komunal-
primitif, kerja bersifat komunal, harta milik
merupakan alat produksi, dan hasil-hasil
produksi bersifat komunal pula.
Di bawah sistem ini, tidak ada eksploitasi kerja oleh
orang lain.
Tetapi ketika terbentuk masyarakat kelas
antagonis, maka kerja berkembang dengan
suatu kontradiksi-kontradiksi antagonistis.
31. Dalam kegiatan sosio-ekonomi di dunia modern ini,
hasil kerja justru asing bagi pekerja sendiri.
Seorang pekerja yang memproduksi barang-barang
tekstil di industri tekstil, hasilnya bukan menjadi
miliknya tetapi menjadi milik dari pemilik
perusahaan tekstil, Si pekerja hanya memperoleh
gaji jauh di bawah hasil produksi yang ia lakukan
setiap hari.
37. Dalam aktivitas kerja, bukan hanya ragawi yang
beraktivitas atau melakukan kerja, tatapi jiwa
atau psikis manusia juga aktif.
Antara ragawi dan psikis tidak dapat
dipisahkan ketika manusia melakukan
kegiatan.
Jika ragawi melakukan aktivitas empiris atau
eksternal atau transient, maka psikis akan
melakukan kegiatan internal atau imanen,
atau bisa juga dikatakan sebagai kegiatan
kesadaran.
38. Persoalan-persoalan yang sangat
substansial ini sering diabaikan oleh
kedua sistem tersebut.
Kedua sistem tersebut hanya
membicarakan kehidupan sosio-
ekonomi dari segi ideologi politik
dan menekankan teori-teori sosial
dan teori ekonomi.
39. Alienasi kerja menyebabkan manusia asing dengan hasil
karyanya, anarkisme adalah sikap penghancuran hasil
kerja manusia itu sendiri, liberalisme dan ideologi
mengaburkan nilai-nilai kerja.
Persoalan sosio-ekonomi sesungguhnya tidak terlepas dari
nilai kerja sebagai aspek rohani dan jasmani.
Aspek rohani kerja dapat kita kagumi melalui pengarahan
akal budi.
43. KBBI:
Keseluruhan pengetahuan manusia sebagai makhluk
sosial yang digunakan untuk memahami lingkungan
serta pengalamannya dan yang menjadi pedoman
tingkah lakunya.
KOENTJARANINGRAT:
Seluruh sistem gagasan dan rasa, tindakan, serta karya
yang dihasilkan manusia dalam kehidupan
bermasyarakat, yang dijadikan miliknya dengan
belajar.
44. Dalam setiap kebudayaan, dapat diamati adanya
komponen-komponen yang membentuk karakter
sebuah kebudayaan.
Komponen-komponen tersebut adalah biologi,
psikologi, sosial, dan transendental.