Entah mengapa
manusia galak mengulang sejarah
lembar demi lembar peradaban dilenjan darah
sejak semula ceritera Habil dan Qabil
mencipta titik perseteruan durjana
syaitan menyeringai tertawa sinis.
Tiap peristiwa adalah rentetan
dari kejatuhan prinsip dan pegangan
satu persatu kerikil yang melayah
pasti kembali melukai diri sendiri
sedang terlalu alpa kiranya manusia
bermain dengan percikan api
membakar kemanusiaan.
Keegoan akhirnya menyesatkan
akal waras terperosok di perdu kesumat
gah mengatur jejak menghunus idealogi
mencantas lumat ilalang sepanjang aspal
bagai satria perkasa yang telah buta
matahati keinsanannya.
Payah benarkah kiranya
menegakkan perdamaian d