Dokumen tersebut merangkum kondisi kemiskinan di Papua Barat pada September 2014. Persentase penduduk miskin di provinsi tersebut menurun menjadi 26,26% pada bulan September 2014 dari 27,13% pada Maret 2014. Dokumen tersebut juga menjelaskan profil kemiskinan di Papua Barat melalui indikator konsumsi kalori, sanitasi rumah tangga, pendidikan, dan mata pencaharian penduduk kelompok termiskin.
3. “Kemiskinan dipandang sebagai
ketidakmampuan dari sisi ekonomi
untuk memenuhi kebutuhan dasar
makanan dan bukan makanan
(diukur dari sisi pengeluaran)”
Basic Need Approach by BPS
4. METODE:
Menghitung Garis Kemiskinan
Komponen garis kemiskinan:
GK = GKM + GKNM
dimana:
GK = Garis Kemiskinan
GKM = Garis Kemiskinan Makanan
GKNM = Garis Kemiskinan Non Makanan
Penduduk miskin adalah penduduk yang memiliki
rata-rata pengeluaran per kapita perbulan di bawah
garis kemiskinan.
10. “Miskin” = Kelaparan
Kalori intake Quintil
ke-5 lebih tinggi 1,7
kali Quintil ke-1.
Konsumsi kalori
penduduk di Quintil
1 hanya 1.345,33
kkal per kapita per
hari
11. “Miskin” = Tidak Punya Rumah Layak
Lebih dari separuh
(56,03 %), sanitasi
rumah tangga pada
kelompok quintil 1
TIDAK LAYAK.
Hanya 13,06 persen,
sanitasi rumah
tangga pada
kelompok Quintil 5
yang tidak layak
12. Orang miskin tidak dapat
sekolah dan tidak tahu bagaimana membaca
Lebih dari separuh
(51,74 %),
pendidikan KRT
pada kelompok
quintil 1 paling
tinggi tamat SD.
Angka Buta Huruf
KRT pada Q1 9 kali
lebih tinggi daripada
Q5
13. Miskin, tidak punya pekerjaan layak
70,85 % sumber
penhasilan
terbesar rumah
tangga pada
kelompok Q1
dari pertanian