Dokumen tersebut membahas tentang filsafat ilmu komunikasi dan beberapa konsep dasar dalam komunikasi kesehatan masyarakat seperti advokasi, kemitraan, pemberdayaan masyarakat, partisipasi masyarakat, promosi kesehatan, dan komunikasi terapeutik.
2. Filsafat Ilmu Komunikasi
Ontologi Komunikasi dan Ilmu
Komunikasi
Berdasarkan sejarahnya, semenjak
ada kehidupan di muka bumi
komunikasi antar organisme yang
hidup dilakukan untuk
mengungkapkan kebutuhan organis
melalui sinyal-sinyal kimiawi.
2
3. Seiring dengan kehidupan
berevolusi, maka Sinyal-sinyal
kimiawi primitif membuka perluang
terjadinya perilaku yang lebih rumit,
contohnya seperti tarian kawin pada
ikan. Selain untuk seks, binatang
berkomunikasi demi menunjukkan
keunggulan. Sekitar 250 juta tahun
yang lalu terjadi tahap penting
dalam evolusi, yaitu adanya otak
reptil.
3
4. Otak ini bereaksi terhadap dunia luar hanya
dengan memicu reaksi-reaksi fisiologis yang kita
kenal sebagai emosi. Pada mamalia awal dan
kemudian manusia otak lalu berkembang secara
cemerlang, dimana otak reptil pemicu emosi ini
dilapisi dengan segundukan sel otak tingkat
tinggi. Otak reptil ini kemudian dinamakan
system limbik, yang menentukan reaksi
emosional dasar kita. Sistem ini dapat dipicu oleh
panca indera seperti: penglihatan, bunyi, bau,
kata , atau ingatan. Pada manusia, emosi ini
kemudian diungkapkan dalam bentuk bahasa
untuk berkomunikasi.
4
5. S. Langer berpendapat bahwa
bahasa bermula sebagai tindakan
emosional ungkapan yang
meluap-luap, yang menggugah hati
para pendengarnya. Sehingga
komunikasi dapat dikatakan
sebagai jalinan yang
menghubungkan manusia.
5
6. Ilmu komunikasi adalah usaha penyampaian pesan
antar manusia.
1) sesuai dengan obyek materianya yang berada dalam
rumpun ilmu sosial maka ilmu komunikasi harus terjadi
antar manusia
2) Ilmu komunikasi menggunakan paradigm dimana
pesan disampaikan dengan sengaja, dilatarbelakangi
oleh motif komunikasi dan usaha untuk mewujudkannya.
Obyek material ilmu komunikasi adalah manusia
dan tindakannya dalam konteks sosial, sementara
obyek formanya adalah komunikasi itu sendiri
sebagai usaha penyampaian pesan antar manusia. 6
7. Komunikasi dalam
Kesehatan Masyarakat
Komunikasi kesehatan adalah usaha yang sistematis untuk
mempengaruhi secara positif perilaku kesehatan masyarakat
Unsur komunikasi
pesan
Komunikator Saluran Komunikan
media
Umpan balik (feed back)
7
8. Komunikasi dalam
Kesehatan Masyarakat
Salah satu bentuk operasional komunikasi kesehatan yang
dewasa ini mulai digunakan dalam program kesehatan
adalah pemasaran sosial (social marketing)
Produk yang dijual secara sosial bermanfaat berupa
perilaku baru
Pemasaran sosial berorientasi pada konsumen
Perlu dilakukan segmentasi sasaran untuk menentukan
cara/metode dan media yang tepat
8
9. Advokasi
Advokasi diartikan sebagai upaya pendekatan terhadap
orang lain yang dianggap berpengaruh terhadap
keberhasilan suatu program atau kegiatan yang
dilaksanakan.
Strategi yang dilakukan
1. Lobying
Agar pengambil keputusan commited dan mendukung
program (political comitment) sasaran tersier
Contoh : PIN, Pencanangan Indonesia Sehat 2010
9
10. Advokasi
2. Social Support (dukungan sosial)
Melakukan pendekatan dan pelatihan pada toma dan toga
agar berperilaku positif dan punya kemampuan seperti yang
diharapkan program serta dapat dicontoh masyarakat
sasaran sekunder
3. Empowerment (pemberdayaan masy)
Petugas kesehatan dan toma/toga melakukan penyuluhan
dan konseling untuk meningkatkan PSK mayarakat dalam
10
hidup sehat sasaran primer
11. Advokasi
Advokasi adalah suatu kegiatan yang diharapkan
menghasilkan suatu produk yaitu komitmen politik dan
dukungan dari pembuat kebijakan.
Indikator advokasi
1. Input ; orang (advocator) dan material (data dan informasi)
2. Process ; berapa kali lobying, seminar, lokakarya dan peran
media
3. Output ; perangkat lunak (UU, PP, Keppres, Perda dsb) dan
perangkat keras (meningkatnya anggaran, dibangunnya
sarana/prasarana kesehatan, dsb) 11
12. Kemitraan
Masalah kesehatan merupakan tanggung jawab bersama
individu, masyarakat, pemerintah dan swasta.
Pemerintah dalam hal ini Depkes sebagai leading sector
hendaknya menjalin kemitraan (partnership) dengan sektor
terkait
Institusi pokok
1. Pemerintah ; kesehatan, pertanian, agama, lingkungan
hidup dsb
2. Dunia usaha swasta (private sector) ; pengusaha
3. NGO ; LSM dan organisasi profesi 12
13. Pemberdayaan Masyarakat
Pemberdayaan masyarakat adalah upaya atau proses untuk
menumbuhkan kesadaran, kemauan dan kemampuan dalam
memelihara dan meningkatkan kesehatan
Kemampuan masyarakat
1. Mampu mengenal masalah di masyarakatnya. Contohnya
tentang penyakit, gizi dan makanan, hygiene dan sanitasi
dsb
2. Mampu mengatasi masalahnya. Contoh penanganan banjir,
penyakit DHF
13
14. Pemberdayaan Masyarakat
3. Mampu memelihara dan melindungi dari ancaman kes.
Contoh kasus narkoba, kantin sekolah sehat
4. Mampu meningkatkan kesehatan (health promoting
community). Contoh ; dengan dibentuknya kelompok
senam sehat, dibangunnya tempat-tempat kebugaran
(fitness) dll
Suatu kegiatan dikatagorikan pemberdayaan masyarakat
apabila kegiatan tersebut tumbuh dari bawah dan non instruktif
yang dapat memperkuat meningkatkan dan mengembangkan
14
potensi masyarakat setempat untuk mencapai tujuan.
15. Partisipasi Masyarakat
Partisipasi masyarakat adalah
keikutsertaan seluruh anggota
masyarakat dalam memecahkan
masalah kesehatan mareka
sendiri.
Filosofi partisipasi masyarakat
adalah terciptanya suatu
pelayanan untuk masyarakat, dari
masyarakat dan oleh masyarakat.
15
16. Partisipasi Masyarakat
Elemen partisipasi masyarakat
1. Motivasi ; timbul dari masyarakat sendiri, pihak luar hanya
merangsang saja.
2. Komunikasi ; Media dapat berperan menyampaikan pesan
ide gagasan dan informasi kepada masy.
3. Kooperasi ; Kerja sama dengan intansi di luar kesehatan
mutlak diperlukan
4. Mobilisasi ; Dilakukan pada seluruh lini dari perencanaan
sampai monev multi disiplin
16
17. Bagian Ketiga
Sistem Informasi Pelayanan Publik
Pasal 23
(1) Dalam rangka memberikan dukungan informasi terhadap
penyelenggaraan pelayanan publik perlu diselenggarakan Sistem
Informasi yang bersifat nasional.
(2) Menteri mengelola Sistem Informasi yang bersifat nasional.
(3) Sistem Informasi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) berisi semua
informasi pelayanan publik yang berasal dari penyelenggara pada setiap
tingkatan.
(4) Penyelenggara berkewajiban mengelola Sistem Informasi yang terdiri
atas sistem informasi elektronik atau nonelektronik, sekurang-kurangnya
meliputi:
profil Penyelenggara; profil Pelaksana; standar pelayanan; maklumat
pelayanan; pengelolaan pengaduan; dan penilaian kinerja.
(5) Penyelenggara berkewajiban menyediakan informasi sebagaimana
dimaksud pada ayat (4) kepada masyarakat secara terbuka dan mudah
17
diakses.
18. Pasal 24
Dokumen, akta, dan sejenisnya yang
berupa produk elektronik atau
nonelektronik dalam penyelenggaraan
pelayanan publik dinyatakan sah sesuai
dengan peraturan perundang-undangan.
18
19. Promosi Kesehatan
Promosi kesehatan adalah ilmu dan seni membantu masyarakat
menjadikan gaya hidup mereka sehat optimal. Kesehatan yang
optimal didefinisikan sebagai keseimbangan kesehatan fisik, emosi,
sosial, spiritual, dan intelektual. Ini bukan sekedar pengubahan gaya
hidup saja, namun berkairan dengan pengubahan lingkungan yang
diharapkan dapat lebih mendukung dalam membuat keputusan yang
sehat.
Pengubahan gaya hidup dapat difasilitasi melalui penggabungan:
menciptakan lingkungan yang mendukung,
mengubah perilaku, dan
meningkatkan kesadaran.
Dalam Konferensi Internasional Promosi Kesehatan I yang diadakan di
Ottawa, Kanada, menghasilkan sebuah kesepakatan yang dikenal
sebagai Piagam Ottawa. Dalam piagam ini tertera strategi dalam
meningkatkan kontrol masyarakat terhadap kesehatan diri mereka
sendiri
19
20. PERSUASI
Persuasi adalah suatu bentuk pengaruh sosial.
Persuasi adalah proses membimbing diri sendiri
atau yang lain terhadap adopsi ide, sikap, atau
tindakan dengan cara rasional dan simbolik
(meskipun tidak selalu logis).
Paragraf Persuasi, adalah jenis paragraf yang mengungkapkan ide,
gagasan, ataupendapat penulis dengan disertai dengan bukti dan fakta
(benar-benar terjadi).
Tujuannya, adalah agar pembaca yakin bahwa ide, gagasan, atau
pendapattersebut adalah benar dan terbukti dan juga melaksanakan
apa yang menjadiajakan dari ide tersebut.Paragraf persuasi memang
memiliki banyak kesamaan dengan paragraf argumentasi, bedanya
paragraf persuasi lebih cenderung menjadi sebuahajakan. 20
25. Komunikasi Terapeutik
Perawat harus memiliki tanggung jawab moral
yang tinggi yang didasari atas sikap peduli dan
penuh kasih sayang, serta perasaan ingin
membantu orang lain untuk tumbuh dan
berkembang. Addalati (1983), Bucaille (1979) dan
Amsyari (1995) menambahkan bahwa sebagai
seorang beragama, perawat tidak dapat bersikap
tidak perduli terhadap ornag lain adalah seseorang
pendosa yang memntingkan dirinya sendiri.
.
25
26. Selanjutnya Pasquali & Arnold (1989) dan Watson
(1979) menyatakan bahwa human care terdiri dari
upaya untuk melindungi, meningkatkan, dan
menjaga/mengabdikan rasa kemanusiaan dengan
membantu orang lain mencari arti dalam sakit,
penderitaan, dan keberadaanya: membantu orang
lain untuk meningkatkan pengetahuan dan
pengendalian diri.
Perilaku menolong sesama ini perlu dilatih dan
dibiasakan, sehingga akhirnya menjadi bagian dari
kepribadian
26
27. TEHNIK KOMUNIKASI TERAPEUTIK
Tiap klien tidak sama oleh karena itu diperlukan penerapan tehnik berkomunikasi yang berbeda
pula. Tehnik komunikasi berikut ini, treutama penggunaan referensi dari Shives (1994), Stuart &
Sundeen (1950) dan Wilson & Kneisl (1920), yaitu:
1. Mendengarkan dengan penuh perhatian
Berusaha mendengarkan klien menyampaikan pesan non-verbal bahwa perawat perhatian
terhadap kebutuhan dan masalah klien. Mendengarkan dengan penuh perhatian merupakan
upaya untuk mengerti seluruh pesan verbal dan non-verbal yang sedang dikomunikasikan.
Ketrampilan mendengarkan sepenuh perhatian adalah dengan:
a. Pandang klien ketika sedang bicara
b. Pertahankan kontak mata yang memancarkan keinginan untuk mendengarkan.
c. Sikap tubuh yang menunjukkan perhatian dengan tidak menyilangkan kaki atau tangan.
d. Hindarkan gerakan yang tidak perlu.
e. Anggukan kepala jika klien membicarakan hal penting atau memerlukan umpan balik.
f. Condongkan tubuh ke arah lawan bicara.
27
28. 2. Menunjukkan penerimaan
Menerima tidak berarti menyetujui. Menerima berarti bersedia
untuk mendengarkan orang lain tanpa menunjukkan keraguan
atau tidak setuju. Perawat sebaiknya menghindarkan ekspresi
wajah dan gerakan tubuh yang menunjukkan tidak setuju,
Berikut ini menunjukkan sikap perawat yang
a. Mendengarkan tanpa memutuskan pembicaraan.
b. Memberikan umpan balik verbal yang menampakkan pengertian.
c. Memastikan bahwa isyarat non-verbal cocok dengan komunikasi
verbal.
d. Menghindarkan untuk berdebat, mengekspresikan keraguan, atau
mencoba untuk mengubah pikiran klien. Perawat dapat menganggukan
kepalanya atau berkata ya, saya mengikuti apa yang anda ucapkan.
(cocok 1987)
28
29. 3. Menanyakan pertanyaan yang berkaitan.
Tujuan perawat bertanya adalah untuk
mendapatkan informasi yang spesifik
mengenai klien. Paling baik jika pertanyaan
dikaitkan dengan topik yang dibicarakan dan
gunakan kata-kata dalam konteks sosial
budaya klien. Selama pengkajian ajukan
pertanyaan secara berurutan.
29
30. 4. Mengulang ucapan klien dengan menggunakan kata-kata
sendiri.
Dengan mengulang kembali ucapan klien, perawat
memberikan umpan balik sehingga klien mengetahui bahwa
pesannya dimengerti dan mengharapkan komunikasi
berlanjut. Namun perawat harus berhati-hati ketika
menggunakan metode ono, karena pengertian bisa rancu jika
pengucapan ulang mempunyai arti yang berbeda.
Contoh:
- K : saya tidak dapat tidur, sepanjang malam saya terjaga
- P : Saudara mengalami kesulitan untuk tidur.
30
31. 5. Klarifikasi
Apabila terjadi kesalah pahaman, perawat perlu
menghentikan pembicaraan untuk mengklarifikasi
dengan menyamakan pengertian, karena informasi
sangat penting dalam memberikan pelayanan
keperawatan. Agar pesan dapat sampai dengan benar,
perawat perlu memberikan contoh yang konkrit dan
mudah dimengerti klien.
Contoh:
- Saya tidak yakin saya mengikuti apa yang anda
katakan
- Apa yang katakan tadi adalah. 31
32. 6. Memfokuskan
Metode ini dilakukan dengan tujuan membatasi
bahan pembicaraan sehingga lebih spesifik dan
dimengerti. Perawat tidak seharusnya memutus
pembicaraan klien ketika menyampaikan
masalah yang penting, kecuali jika pembicaraan
berlanjut tanpa informasi yang baru.
Contoh: Hal ini nampaknya penting, nanti kita
bicarakan lebih dalam lagi .
32
33. 7. Menyampaikan hasil observasi
Perawat perlu memberikan umpan balik kepada klien
dengan menyatakan hasil pengamatannya, sehingga dapat
diketahui apakah pesan diterima dengan benar. Perawat
menguraikan kesan yang ditimbulkan oleh syarat non-verbal
klien. Menyampaikan hasil pengamatan perawat sering
membuat klien berkomunikasi lebih jelas tanpa harus
bertambah memfokuskan atau mengklarifikasi pesan.
Contoh:
- Anda tampak cemas.
- Apakah anda merasa tidak tenang apabila anda
33
8. Menawarkan informasi
36. REKAM MEDIS
Permenkes no. 269/MENKES/PER/III/2008 pada
pasal 13 ayat (1) bahwa rekam medis dapat
dimanfaatkan/digunakan sebagai alat bukti dalam
proses penegakan hukum, disiplin kedokteran oleh
MKDKI, penegakan etika kedokteran dan
kedokteran gigi bagi profesi kedokteran.
pasal 2 ayat (1) Permenkes tersebut ditegaskan
bahwa rekam medis harus dibuat secara tertulis,
lengkap, dan jelas atau secara elektronik dalam
penjelasan pasal 46 ayat (3) bahwa penggunaan
teknologi informasi elektronik dimungkinkan dalam
pencatatan rekam medis. 36
37. Kedudukan rekam medis secara dokumen tertulis
sebagai alat bukti dalam hukum, baik hukum acara
pidana maupun hukum acara perdata sama-sama
menempatkan pada alat bukti utama. Hal ini
sejalan dengan undang-undang praktik kedokteran
bahwa rekam medis dibuat secara tertulis dalam
bentuk dokumen-dokumen, adapun cara-cara
elektronik yang dimungkinkan berdasarkan
penjelasan undang-undang praktik kedokteran
hanya membantu memudahkan secara
administrasi, tetapi tidak merubah kedudukan
sebagai alat bukti utama. 37
38. Gonnick, Larry. Kartun (Non) Komunikasi,
Kepustakaan Populer Gramedia 2007,
Jakarta. Hal 12-29.
Langer, S. Mind, An Essay on Human
Feelings. John Hopkins Press, 1973,
Baltimore.
Littlejohn, Stephen W. Theories of Human
Communication, 2004. Albuquerque, New
Mexico.
38
39. Vardiansyah, Dani. Filsafat Ilmu
Komunikasi: Suatu Pengantar, Indeks,
Jakarta 2008. Halaman 20.
Tebba, Sudirman. Filsafat dan Etika
Komunikasi, Pustaka IrVan, Banten 2008.
Hal 57.
Vardiansyah, Dani. Filsafat Ilmu
Komunikasi: Suatu Pengantar, Indeks,
Jakarta 2008. Halaman 20.
39
43. JENNY MARLINDAWANI PURBA, SKp.
PROGRAM STUDI KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
DAFTAR RUJUKAN PUSTAKA
Hamid, A.Y.S (1996). Komunikasi Terapeutik. Jakarta: tidak dipublikasikan
Kanus, W.A. Et.al. (1986). An evaluation of outcome from intensive care in major medical
centers. Ann Intern Med 104, (3):410
Lindbert, J., hunter, M & Kruszweski, A. (1983). Introduction to person-centered nursing.
Philadelphia: J.B. Lippincott Company.
Potter, P.A & Perry, A.G. (1993) Fundamental of Nursing Concepts, Process and Practice.
Thrd edition. St.Louis: Mosby Year Book
Stuart, G.W & Sundeen S.J (1995). Pocket gide to Psychiatric Nursing. Third edition.
St.Louis: Mosby Year Book
Stuart, G.W & Sundeen S.J (1995).Principles and Practise of Psychiatric Nursing. St.
Louis: Mosby Year Book
Sullivan, J.L & Deane, D.M. (1988). Humor and Health. Journal of qerontology nursing 14
(1):20, 198
43