際際滷

際際滷Share a Scribd company logo
Generasi Ghuraba

                                          Oleh Wiyanto Suud

         Rasulullah bersabda, "Islam bermula dalam keadaan asing, dan akan kembali
terasing seperti semula, maka beruntunglah orang-orang yang terasing (al-Ghuraba)."
(HR. Muslim dari Abu Hurairah, hadits mutawatir).

         Keterasingan yang dimaksud dalam hadits ini, bisa dibagi menjadi dua. Pertama,
ketika Allah menurunkan agama Islam kepada Nabi Muhammad SAW. Agama Islam
menjadi terasing, karena mengajarkan tauhid yang murni. Bagi kaum jahiliyah saat itu,
Islam dianggap sesuatu yang aneh dan asing.

         Rasulullah SAW menjelaskan bahwa keterasingan Islam yang pertama ini terjadi
hanya pada permulaannya. Dengan perjuangan yang gigih dan tak kenal lelah, hingga
membuahkan hasil yang menggembirakan. Bahkan, manusia pun akhirnya berbondong-
bondong masuk agama Allah, dan bertasbih dengan memuji serta memohon ampun
kepada-Nya (QS. An-Nashr: 1-3).

         Sejak saat itulah, Islam berkembang pesat ke seluruh penjuru dunia dan hilanglah
periode keterasingan pertama ini. Maka Allah pun menyatakan bahwa agama Islam
telah sempurna, dan paripurna pula tugas Rasulullah SAW (QS. Al-Maidah: 3).

         Keterasingan kedua, yaitu setelah Islam berkembang pesat ke seluruh dunia. Islam
menjadi asing bukan karena jumlah umatnya yang sedikit. Seperti saat ini, jumlah umat
Islam di seluruh dunia mencapai 1,57 miliar jiwa, atau sekitar 23 persen dari total
penduduk dunia (6,8 miliar jiwa).

         Ibnu Taymiyah menjelaskan bahwa keterasingan yang kedua ini terjadi ketika
berkembangnya bidah, dan umumnya manusia tidak mengenal sunah. Ketika ditanya
siapakah orang-orang yang terasing itu, Rasulullah SAW menjawab, "Orang-orang yang


    Dimuat di Hikmah Republika, 26 Juni 2010.
mengadakan perbaikan ketika manusia sudah rusak, orang yang maksiat lebih banyak
daripada orang yang taat." (HR. Ahmad)

     Hasan al-Bashri mendeskripsikan keterasingan periode ini dengan ungkapan,
"Orang mukmin di dunia kala itu seperti orang asing yang tidak risau terhadap
kehinaannya dan tidak mau bersaing untuk mendapatkan kemuliaannya, karena ia
memiliki suatu urusan sedangkan orang lain memiliki urusan yang lain."

     Meskipun kaum itu terasing, tetapi merekalah yang mendapatkan keberuntungan.
Para Ulama berbeda pendapat dalam menafsirkan kata thuba. Ada yang mengatakan
bahwa thuba berasal dari kata thayyib (baik), sehingga hadis tersebut diartikan dengan
balasan kebaikan yang akan diberikan kepada orang-orang yang terasing. Yang
mencakup segala kebaikan, baik di dunia maupun di akhirat. Wallahu a'lam.

More Related Content

Generasi ghuraba

  • 1. Generasi Ghuraba Oleh Wiyanto Suud Rasulullah bersabda, "Islam bermula dalam keadaan asing, dan akan kembali terasing seperti semula, maka beruntunglah orang-orang yang terasing (al-Ghuraba)." (HR. Muslim dari Abu Hurairah, hadits mutawatir). Keterasingan yang dimaksud dalam hadits ini, bisa dibagi menjadi dua. Pertama, ketika Allah menurunkan agama Islam kepada Nabi Muhammad SAW. Agama Islam menjadi terasing, karena mengajarkan tauhid yang murni. Bagi kaum jahiliyah saat itu, Islam dianggap sesuatu yang aneh dan asing. Rasulullah SAW menjelaskan bahwa keterasingan Islam yang pertama ini terjadi hanya pada permulaannya. Dengan perjuangan yang gigih dan tak kenal lelah, hingga membuahkan hasil yang menggembirakan. Bahkan, manusia pun akhirnya berbondong- bondong masuk agama Allah, dan bertasbih dengan memuji serta memohon ampun kepada-Nya (QS. An-Nashr: 1-3). Sejak saat itulah, Islam berkembang pesat ke seluruh penjuru dunia dan hilanglah periode keterasingan pertama ini. Maka Allah pun menyatakan bahwa agama Islam telah sempurna, dan paripurna pula tugas Rasulullah SAW (QS. Al-Maidah: 3). Keterasingan kedua, yaitu setelah Islam berkembang pesat ke seluruh dunia. Islam menjadi asing bukan karena jumlah umatnya yang sedikit. Seperti saat ini, jumlah umat Islam di seluruh dunia mencapai 1,57 miliar jiwa, atau sekitar 23 persen dari total penduduk dunia (6,8 miliar jiwa). Ibnu Taymiyah menjelaskan bahwa keterasingan yang kedua ini terjadi ketika berkembangnya bidah, dan umumnya manusia tidak mengenal sunah. Ketika ditanya siapakah orang-orang yang terasing itu, Rasulullah SAW menjawab, "Orang-orang yang Dimuat di Hikmah Republika, 26 Juni 2010.
  • 2. mengadakan perbaikan ketika manusia sudah rusak, orang yang maksiat lebih banyak daripada orang yang taat." (HR. Ahmad) Hasan al-Bashri mendeskripsikan keterasingan periode ini dengan ungkapan, "Orang mukmin di dunia kala itu seperti orang asing yang tidak risau terhadap kehinaannya dan tidak mau bersaing untuk mendapatkan kemuliaannya, karena ia memiliki suatu urusan sedangkan orang lain memiliki urusan yang lain." Meskipun kaum itu terasing, tetapi merekalah yang mendapatkan keberuntungan. Para Ulama berbeda pendapat dalam menafsirkan kata thuba. Ada yang mengatakan bahwa thuba berasal dari kata thayyib (baik), sehingga hadis tersebut diartikan dengan balasan kebaikan yang akan diberikan kepada orang-orang yang terasing. Yang mencakup segala kebaikan, baik di dunia maupun di akhirat. Wallahu a'lam.