ºÝºÝߣ

ºÝºÝߣShare a Scribd company logo
YAYASAN BUDDHA TZU CHI INDONESIA

        Kelompok 1 bisnis B
        Abel Pandu Putra
        Alfin Wirawan
        Muhammad Guntur Wicaksono
        Kelly Sarwono
        Priscilla Sisi
Dengan berpegang teguh pada semangat (kebersamaan dalam
sepenanggungan dan sependeritaan) dari Sang Buddha, Tzu Chi
menjalankan bakti sosialnya selama 43 tahun. Tzu Chi bagaikan
samudera luas yang mampu menampung seluruh aliran anak
sungai, semua orang dengan usia, pengetahuan, profesi, dan latar
belakang yang berbeda-beda dapat membuktikan kekuatan dari
(sirkulasi kebajikan), dapat ikut bergabung ke dalam barisan
(memberikan kasih sayang), dan merasakan kepuasan dari
implementasi sikap "melakukan dengan ikhlas dan menerima dengan
sukacita". Baik yang berada di setiap pelosok Taiwan, atau yang
berada di kediamannya di luar negeri, semua insan Tzu Chi selalu
dengan senang hati dan tanpa menyesal, berpartisipasi dalam
berbagai kegiatan pemberian bantuan kemiskinan dan
darurat, perlindungan kesehatan, memperkokoh dasar pendidikan
dan kegiatan sosial budaya.
Andaikan uluran tangan insan Tzu Chi ini dapat menyucikan hati
manusia, menyejahterakan masyarakat, menjauhkan segala bencana
dan dunia menjadi damai dan tenteram, itulah harapan terbesar dari
insan Tzu Chi.
Dalam perjalanannya menyebarkan cinta dan welas asih, pada tahun
2003, tim medis Tzu Chi telah berhasil mengadakan operasi
pemisahan bayi kembar siam perempuan. Bayi kembar siam Filipina
Daai (cinta kasih) dan Gan en (bersyukur) telah berhasil dipisahkan
dengan sukses dan telah dapat menjalankan kehidupan masing
masing. Setelah keluar dari rumah sakit, perawatan selanjutnya telah
diambil alih oleh TIMA (Tzu Chi International Medical Association)
Filipina. Orangtua mereka di bawah bimbingan insan Tzu Chi juga
telah menjalankan kehidupannya sehari-harinya kembali. Ini
merupakan akhir sebuah kisah menarik dari sebuah (estafet cinta
kasih) lintas negara.
Sedangkan di Indonesia, demi program lanjutan dari rencana
pemindahan penduduk bantaran kali Angke yang terkena program
normalisasi Kali Angke, telah berhasil menggalang rasa solidaritas cinta
kasih para pengusaha dan masyarakat. Hanya dalam waktu singkat
selama 1(satu) tahun, telah berhasil menyelesaikan pembangunan
Perumahan Cinta Kasih Tzu Chi yang terdiri dari 1.100 unit rumah. Di
dalam kompleks perumahan tersebut terdapat fasilitas-fasilitas seperti:
sekolah, rumah sakit, industri rumah tangga, dan berbagai sarana
penunjang lainnya.
Para warga telah pindah dari bantaran kali yang kumuh dan jorok ke
Perumahan Cinta Kasih Tzu Chi, menyambut masa depan mereka yang
penuh harapan. Hal ini membuat semua orang merasa gembira. Para
relawan Tzu Chi dan pengusaha di Indonesia juga telah mendapatkan
saluran untuk membalas budi mayarakat Indonesia, dapat merasakan
kepuasan batin telah dapat berdana secara langsung melalui tangan
sendiri. Sebuah kali ternyata telah menjalin sebuah kisah yang sangat
menyentuh. Sungguh sebuah keajaiban. Semuanya ini harus kita telusuri
dari Dunia Tzu Chi yang dibangun oleh Master Cheng Yen.
SEJARAH TZU CHI
ï‚¢   Pada tanggal 14 Mei 1966, Yayasan Kemanusiaan Buddha Tzu Chi
    resmi dibentuk.
ï‚¢   Awal kegiatan Tzu Chi dimulai dari menabung di celengan bambu
    dan usaha merajut sepatu bayi.
ï‚¢   Lokasi awal Tzu Chi memiliki luas kurang dari 20m2.
ï‚¢   Pada tahun 1967, Griya Perenungan dimiliki oleh Tzu Chi




                                         Griya Perenungan sekarang
Griya Perenungan tahun 1968
PENDIRI TZU CHI
ï‚¢   Pendiri Tzu Chi adalah Master Cheng Yen.
ï‚¢   Nama asli Master Cheng Yen adalah Hui Zhang.
ï‚¢   Lahir pada 14 Mei 1937 di desa Qingsui, kabupaten
    Taichung, Taiwan.




Master Cheng Yen
VISI TZU CHI
 Dengan hati penuh welas asih dan kemurahan hati, menjalankan
 misi untuk menolong sesama makhluk yang
 menderita, mengembangkan kebahagiaan, melenyapkan
 penderitaan, menciptakan dunia Tzu Chi yang bersih dan
 suci, dengan kebijaksanaan menunaikan tugas yang
 sempurna, mengajak kaum dermawan di seluruh dunia, bersama-
 sama menanam jasa kebajikan dilahan kebajikan yang
 subur, dengan tekun menanam ribuan kuntum teratai dalam
 hati, menciptakan bersama masyarakat yang penuh dengan cinta
 kasih
MISI TZU CHI
ï‚¢   MISI AMAL
    Internasionalisasi misi kemanusiaan "welas asih atas ketidakrelaan pada
    penderitaan semua makhluk"
    "Nyalakan pelita disudut yang paling gelap dan nyalakan api dalam
    perjalanan yang dingin dan sepi"
    "Marilah bersama-sama menghapus air mata yang penuh derita"
    "Berikanlah pakaian yang hangat bagi umat manusia"
ï‚¢   MISI KESEHATAN
    Secara menyeluruh - jaringan menghargai jiwa
    Pada saat kita sakit,
    siapakah yang bisa merawat kita dengan telaten?
    Pada saat kita menderiata luka cacat,
    siapa yang dapat menerima kesan yang paling mendalam?
MISI TZU CHI (2)
ï‚¢   MISI PENDIDIKAN
    Yang kompleks dan menyeluruh - Perlindungan jiwa manusia
    "Dengan kebijaksanaan Bodhisattva mendidik anak-anak"
    "Dengan kecintaan orang tua melindungi tunas bangsa"
    "Agar si setiap hati manusia terdapat sekuntum teratai"
    "Bakat, pikiran, etika dan kebijaksanaan dapat berkembang dengan bebas"
    "Merubah dunia yang terlantar menjadi ladang kebahagiaan"
ï‚¢   MISI BUDAYA KEMANUSIAAN
    Arus mensucikan hati manusia
    "Menyebarkan benih-benih Buddha ke empat penjuru dunia"
    "Menanam akar Tzu Chi sedalam-dalamnya, sehingga turun temurun dari
    generasi ke generasi."
    "Lahir dalam pembinaan batin, menanggung tugas di masa hidup sekarang
    agar umat manusia di dunia fana menjadi bersih terbebas dari debu
    kotoran batin."
    "Hidup sesuai Dharma sang Buddha, menjadikan dunia
    Bodhisattva, meluruskan hati manusia, meningkatkan akal budi manusia."
    "Bersama-sama mewujudkan sebidang tanah suci bersih nan baru."
KEGIATAN TZU CHI
ï‚¢   Misi Amal
ï‚¢   Misi Pendidikan
ï‚¢   Misi Kesehatan
ï‚¢   Misi Budaya Kemanusiaan
MISI AMAL
ï‚¢   Bantuan bencana.
ï‚¢   Pasien dengan penanganan khusus.
ï‚¢   Anak asuh.
ï‚¢   Bantuan hidup jangka panjang.




Pasien pertama Tzu Chi                 Perumahan Cinta Kasih Tzu Chi
Indonesia pada tahun 1994 yang
menderita rakhitis
Langkah pertama Tzu Chi dimulai dari Misi Amal. Dalam
perenungannya, Master Cheng Yen menyadari bahwa niat baik
harus diwujudkan dengan berbuat baik pada sesama. Rasa
empatinya pada orang-orang miskin dan menderita, membuatnya
bertekad untuk berbuat sesuatu demi membantu mereka.
Berpusat di Vihara Pu Ming, Master Cheng Yen dan murid-
muridnya mulai memberi bantuan pada orang-orang yang
membutuhkan. Jenis bantuan yang diberikan disesuaikan dengan
kebutuhan masyarakat kebanyakan saat itu, diantaranya meliputi
bantuan keuangan dan sembako untuk keluarga berpenghasilan
rendah, bantuan biaya pengobatan, pendampingan saat
pengobatan, bantuan bencana, dan pengadaan upacara kematian
untuk orang-orang yang hidup sebatang kara dan tidak mampu.
Untuk membiayai semua bantuan tersebut, Master Cheng Yen
mendorong para pengikutnya untuk mengumpulkan dana sedikit
demi sedikit setiap harinya. Dengan demikian Master Cheng Yen
mengajak agar orang-orang yang mampu membagi kebahagiaan
mereka dengan orang-orang yang tidak mampu, menghapuskan
kemiskinan material dan spiritual umat manusia. Di sisi lain, ketika
orang-orang kaya membagi kebahagiaan mereka, kebahagiaan
itu bukannya berkurang, namun justru bertambah dengan rasa
bahagia yang sejati.
Tzu chi
Arena pembagian beras Tzu Chi tampak bagai taman berseminya
manusia-manusia baru seutuhnya. Bagi relawan yang berpartisipasi
ataupun penerima beras, ini adalah pengalaman yang tidak biasa.
Relawan Tzu Chi memanggul beras seberat 20 kg, sambil
menggandeng tangan si penerima beras. Demikianlah Tzu Chi
menjalin jodoh di antara orang-orang yang sangat berbeda status
sosial, dan mengenalkan pada mereka cara hidup yang lebih baik
sebagai seorang manusia. Pembagian beras, kesempatan terbaik
untuk berinteraksi langsung dan membantu orang-orang yang
kekurangan.
Keringat mengucur deras dan senyum merekah senantiasa mewarnai
momen pembagian beras Tzu Chi. Pembagian sembako mulai
dilakukan Tzu Chi sejak tahun 1998 ketika terjadi krisis moneter di
Indonesia. Selanjutnya pada tahun 2003, Tzu Chi Taiwan mengirimkan
50.000 ton beras cinta kasih untuk seluruh masyarakat Indonesia, dan
2 tahun kemudian sejumlah 32.000 ton untuk korban bencana tsunami
di Nanggroe Aceh Darussalam. Dari 32.000 ton beras yang dikirim
terakhir, tidak seluruhnya dialokasikan ke Aceh karena banyak
lembaga lain yang telah memberikan bantuan serupa, hingga bantuan
ini dialihkan ke seluruh masyarakat Indonesia.
PERUBAHAN HIDUP
Tahun 2002 diawali dengan banjir besar yang melanda Jakarta. Sejak itu
pula, nama Kali Angke mencuat ke permukaan, sebab banyak sekali warga
bantaran kali ini yang menjadi korban banjir. Air telah menghanyutkan rumah dan
harta benda para warga. Daerah bantaran kali memang rawan banjir, di samping
sering pula menjadi korban gusuran. Namun apa daya, kepadatan penduduk di
Jakarta memaksa sebagian orang untuk tinggal di tempat-tempat seperti ini.
Saat banjir menghanyutkan segalanya, Tzu Chi mulai memberi bantuan ke daerah
ini. Master Cheng Yen menaruh perhatian besar pada penduduk di Kali Angke, ia
mendorong Tzu Chi Indonesia untuk melakukan 5P: Pembersihan
sampah, Penyedotan air, Pembasmian racun, Pengobatan amal, dan
Pembangunan perumahan. Hal ini menjadi titik awal dibangunnya Perumahan Cinta
Kasih Tzu Chi yang pertama di Cengkareng, Jakarta Barat, tanggal 8 Juli 2002. Di
atas lahan seluas 5 hektar dari pemerintah daerah DKI Jakarta, dibangun rumah
susun yang dapat menampung 1.100 KK.
.
ï‚¢   Setahun kemudian, tanggal 25 Agustus 2003, Perumahan Cinta
    Kasih Cengkareng diresmikan oleh Presiden Megawati
    Soekarnoputri. Kehidupan ribuan warga yang dulu tinggal di
    bantaran Kali Angke, berubah sejak itu. Mereka mendapat hak untuk
    menempati perumahan ini. Warga setiap bulan cukup membayar
    uang pengelolaan sebesar Rp 90 ribu, sedangkan iuran listrik dan air
    dibayar sesuai pemakaian. Perumahan yang dibangun di atas
    pondasi cinta kasih ini, dilengkapi dengan fasilitas
    sekolah, poliklinik, kios/lapak, pasar, dan pusat daur ulang. Saat
    diserahkan, setiap rumah dengan luas 36 m2 tersebut telah diisi
    dengan perabotan meja, kursi, dan tempat tidur
MISI KESEHATAN
MISI KESEHATAN 2
ï‚¢   Rumah Sakit Cinta Kasih Tzu Chi
    Sarana dan prasarana Tzu Chi untuk memberi pengobatan gratis atau
    dengan biaya murah diwujudkan dengan didirikannya Poliklinik Cinta
    Kasih Tzu Chi yang diresmikan pada tanggal 28 Agustus 2003 yang
    terletak di dalam kompleks Perumahan Cinta Kasih Tzu
    Chi, Cengkareng, Jakarta Barat.
ï‚¢   Poliklinik Cinta Kasih terdiri atas poli umum, poli gigi, poli mata, poli
    internis, dan poli bedah. Selain itu, tersedia pula fasilitas
    radiologi, laboratorium, apotek, dan USG. Sedangkan pelayanan
    kesehatan diberikan oleh para dokter yang ahli di bidangnya masing-
    masing.
ï‚¢   Sejak beroperasinya Poliklinik Cinta Kasih, baksos kesehatan Tzu Chi
    diadakan di Poliklinik Cinta Kasih. Sebelumnya baksos kesehatan
    diadakan berpindah-pindah tempat, di antaranya di RS. Paramita
    Serang, RS. QADR Tangerang, RS. Sentra Medika Depok, RS. Krakatau
    Steel, dan RS. Kencana.
ï‚¢   Untuk semakin dapat melayani masyarakat secara luas, pada tanggal 10
    Januari 2008, Poliklinik Cinta Kasih Tzu Chi berubah menjadi Rumah
    Sakit Khusus Bedah (RSKB) Cinta Kasih Tzu Chi dan beroperasi selama
    24 jam.
BEBAN PASIEN BAKSOS KESEHATAN DI BINA SINAR AMITY
(BSA), CAKUNG, JAKARTA TIMUR INI MENJADI RINGAN SETELAH PENYAKIT
YANG SELAMA INI DIDERITANYA DIOBATI DI BAKSOS KESEHATAN TERSEBUT   .
MISI PENDIDIKAN
ï‚¢   Sekolah Cinta Kasih Tzu Chi.
    ï‚— KB
    ï‚— SD
    ï‚— SMP
    ï‚— SMK

ï‚¢   Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) Tzu Chi.
    ï‚—   Menjahit
    ï‚—   Salon
    ï‚—   Komputer
    ï‚—   Tata Boga
    ï‚—   Keaksaraan Fungsional
    ï‚—   Kerohanian
    ï‚—   Kesehatan
    ï‚—   Etika




                                         Murid dan Guru Sekolah Cinta
                                         Kasih Tzu Chi
MISI PENDIDIKAN 2

Tepatnya sejak 28 Juli 2003, Tzu Chi Indonesia memiliki tempat penyemaian
cinta kasih dengan diresmikannya Sekolah Cinta Kasih Tzu Chi yang berlokasi di
Perumahan Cinta Kasih Tzu Chi, Cengkareng, Jakarta Barat. Gedungnya yang
terdiri dari 3 lantai, berdiri megah dan dilengkapi fasilitas pendukung yang
memadai. Jenjang pendidikan terdiri dari Kelompok Bermain (KB), Sekolah
Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP), dan Sekolah Menengah
Kejuruan (SMK).
Anak-anak yang bersekolah di sini berasal dari keluarga yang tinggal di
Perumahan Cinta Kasih. Di tempat asal mereka sebelum pindah ke Perumahan
Cinta Kasih, yaitu di bantaran Kali Angke, mereka hidup dalam lingkungan sosial
yang kumuh, sehingga sikap dan perilaku mereka terkadang kurang santun.
Setelah beberapa lama bersekolah di sini, perlahan-lahan tingkah laku dan tutur
kata mereka berubah menjadi lebih baik.
MURID-MURID SEKOLAH CINTA KASIH
TEMPAT BELAJAR BARU
 Untuk menciptakan pendidikan yang berkualitas baik harus didukung
 oleh fasilitas yang memadai, salah satunya adalah gedung untuk
 belajar. Gedung sekolah sebagai fasilitas pendukung utama, jika
 memiliki tembok yang rapuh atau atap yang setiap saat bisa
 rubuh, tentulah bukan tempat yang nyaman untuk belajar, justru
 mengancam keselamatan siswa dan guru.
 Tidak sedikit alokasi dana Tzu Chi untuk membantu dunia
 pendidikan, salah satunya dengan membantu pembangunan gedung-
 gedung sekolah yang rusak. Hingga April 2006, Tzu Chi telah
 membantu pembangunan gedung sekolah di 4 tempat, yaitu: 3
 gedung sekolah dasar korban gempa di Bengkulu, SD Tanjung Anom
 Tangerang, SD Negeri 060966-060967-060968 Medan, dan gedung
 sekolah Pondok Pesantren Nurul Iman Parung.
1.SEKOLAH BENGKULU
 Gempa berkekuatan 7,3 skala richter yang mengguncang Bengkulu
 bulan Mei 2001 merusak berbagai infrastruktur, termasuk sejumlah
 gedung sekolah. Dengan mengumpulkan dana dari relawan Tzu
 Chi di dalam dan luar negeri, Tzu Chi membantu pembangunan
 kembali 3 gedung sekolah dasar, yaitu: SDN Napal, SDN Renah
 Panjang, dan SDN Pasar Ngalam. Ketiga gedung tersebut
 diresmikan pada tanggal 30 April dan 1 Mei 2001. Selain
 mendapatkan gedung baru, seluruh siswa juga mendapat hadiah
 berupa tas sekolah, handuk, sikat dan pasta gigi, buku
 tulis, gelas, dan mangkuk.
2.SEKOLAH TANJUNG ANOM
April 2002, para relawan Tzu Chi melihat gedung SDN Tanjung Anom
dalam kondisi yang memprihatinkan ketika sedang melakukan survei
pemberian bantuan. Di dalam kelas, hanya terlihat tiga meja belajar
untuk puluhan anak sehingga sebagian anak terpaksa duduk di lantai.
Atap sekolah pun berlubang besar, lantai dan tembok terlihat kotor dan
tak terawat, dan rangka kayu sudah banyak yang lapuk. Hati para
relawan terenyuh sehingga Tzu Chi memutuskan untuk membantu
merenovasi gedung.
Kerja keras Tzu Chi akhirnya membuahkan sebuah gedung sekolah baru
yang diserahkan secara resmi kepada Kepala Sekolah SDN Tanjung
Anom dan Dinas Pendidikan setempat pada tanggal 4 Januari 2003.
Sekolah ini dilengkapi dengan 8 ruang kelas, 1 ruang administrasi, 8
toilet, 3 tempat tinggal guru dan staf sekolah, 100 meja, 200 kursi, dan 4
set meja-kursi guru.
3.SEKOLAH BELAWAN
 Lokasinya yang berada di tepi laut menyebabkan SD Negeri
 060966, 060967, dan 060968 Belawan, Medan, tergenang air sampai
 setinggi lutut saat air laut sedang pasang. Meja dan kursi pun
 terapung dibuatnya sehingga rapuh, bahkan beberapa diantaranya
 sudah patah. Selain itu udara pantai yang mengandung garam
 menjadikan atap dan tembok cepat rapuh dan berlubang. Bahaya
 selalu mengintai para siswa saat sedang belajar karena gedung
 sewaktu-waktu bisa ambruk. Belum lagi daerah tersebut terkenal
 sebagai daerah yang rawan kriminalitas.
 Siraman cinta kasih Tzu Chi telah mengubah gedung tersebut
 menjadi megah dan bebas banjir. Di atas lahan seluas 3.100
 m2, gedung sekolah dibangun kembali menjadi dua lantai dengan
 bangunan seluas 6.000 m2. Sekolah dilengkapi dengan 20 ruang
 kelas, 2 kantor guru, 1 perpustakaan, 3 rumah dinas kepala
 sekolah, 1 rumah dinas penjaga sekolah, 12 toilet, dan 1 gudang.
 Selain itu, Tzu Chi Medan juga menyumbangkan 800 kursi, 400
 meja, 20 lemari kelas, 20 papan tulis, 20 meja dan kursi guru, dan 20
 lemari kantor guru. Tanggal 6 Mei 2004, gedung sekolah yang baru
 tersebut diresmikan oleh Walikota Medan saat itu, Drs. Abdillah, Ak.
 MBA.
4.PONDOK PESANTREN NURUL IMAN
Cinta kasih tak mengenal batas suku, agama, ataupun negara. Cinta kasih yang
hangat dari Tzu Chi mendapat sambutan yang hangat pula dari sebuah pondok
pesantren, yaitu Pondok Pesantren Al-Ashriyyah Nurul Iman, Parung, Bogor. Pondok
pesantren yang secara harfiah berarti 'Cahaya Iman Modern' tersebut dipimpin oleh
Habib Saggaf. Para santri menimba ilmu di Nurul Iman tanpa dipungut biaya. Mereka
berasal dari berbagai wilayah di penjuru tanah air. Tali jodoh Tzu Chi dengan Nurul
Iman dimulai dari butir-butir beras. Pada Agustus 2003, Tzu Chi memberi bantuan
beras cinta kasih sebanyak 50 ton per bulan untuk satu tahun.
Kerja sama Tzu Chi dan Nurul Iman berlanjut dengan diadakannya baksos
kesehatan bagi para santri Nurul Iman pada tanggal 23 Mei 2004. Hingga April
2006, Tzu Chi telah mengadakan baksos kesehatan di Nurul Iman sebanyak 5 kali.
.
Pada tanggal 17 Juli 2005, sebuah gedung sekolah megah 2 tingkat diresmikan.
Gedung tersebut digunakan bagi santri laki-laki tingkat Tsanawiyyah (setara SLTP)
dan Aliyah (setara SLTA). Gedung ini dilengkapi dengan 32 kamar mandi dan 20
toilet. Di pondok pesantren yang memiliki 8.000 santri ini, Tzu Chi juga membantu
pengadaan air bersih pada tahun 2005.
MEMBUKA JENDELA HARAPAN
Gambaran masa depan yang indah bukan hanya milik anak-anak dari
keluarga berkecukupan. Anak-anak dari keluarga tidak mampu pun
memiliki impian yang sama, hanya bedanya bagi mereka impian tinggal
sebatas impian.
Sejak tahun ajaran 1999/2000, lebih dari 250 anak di
Jakarta, Tangerang, Bogor, dan Pati-Jawa Tengah, menjadi anak asuh
Tzu Chi agar mereka dapat mewujudkan impiannya.
Untuk meraih impian tersebut, mereka tidak hanya memerlukan bantuan
biaya sekolah, namun juga memerlukan perhatian dan pembinaan.
Selain memberikan bantuan biaya pendidikan, seragam sekolah dan
sepatu, para relawan secara berkala juga mengunjungi mereka
memberikan pelajaran membaca dan berhitung, bahasa Inggris, ataupun
etika. Sebab Tzu Chi berharap agar mereka dapat menggapai mimpi-
mimpi mereka serta melakukannya dengan prestasi yang bagus dan
memiliki akhlak yang baik dan jiwa cinta kasih
MISI BUDAYA KEMANUSIAAN
ï‚¢   Bersyukur (Gan En)
ï‚¢   Menghormati (Zhun Zhong)
ï‚¢   Kasih Sayang (Ai)
1. GAN EN (BERSYUKUR)
  Ada satu kebiasaan yang tidak lazim di Tzu Chi, yaitu: setelah
  kita memberi, justru kitalah yang harus mengucapkan terima
  kasih. Yang lazim tentu saja penerima bantuan yang
  mengucapkan terima kasih, tapi tidak di Tzu Chi. Karenanya
  banyak penerima bantuan yang justru menjadi salah tingkah
  karenanya.
  Kenapa kita yang harus berterima kasih? Dengan kita bisa
  memberi, berarti kita mendapat kesempatan untuk berbuat
  kebajikan. Bukan hanya itu, ucapan terima kasih juga
  merupakan pengingat bagi kita bahwa kita harus bersyukur atas
  semua berkah dan keadaan baik yang kita nikmati. Kita juga
  harus bersyukur karena tidak semua orang memiliki
  kesempatan untuk berbuat baik sehingga ketika memiliki
  kesempatan itu, kita harus berterima kasih kepada penerima
  bantuan.
2. ZHUN ZONG (MENGHORMATI)
 Apapun yang kita miliki di dunia, tidak ada yang abadi.
 Karenanya, manusia harus saling menghargai antarsesama
 tanpa membedakan agama, ras, status sosial, pendidikan, dan
 jabatan. Asalkan itu sebuah kehidupan, semuanya harus
 dihargai dan diperhatikan. Insan Tzu Chi bertutur kata dengan
 kata yang baik, berpikir dengan niat yang baik, dan melakukan
 hal-hal yang baik.
 Dalam memberikan bantuan, Tzu Chi memberikan apa yang
 paling dibutuhkan dan selalu memberikan yang terbaik. Bahkan
 Master Cheng Yen selalu mengingatkan bahwa barang yang
 diberikan kepada penerima bantuan, haruslah jenis bantuan
 yang kita sendiri juga menginginkannya. Misalnya, bantuan
 rumah haruslah rumah yang kita juga mau untuk
 menempatinya.
3. AI (KASIH SAYANG)
ï‚¢   Kasih sayang tidak bisa dilihat ataupun diukur, hanya bisa dirasakan.
    Kasih sayang tidak didapat dengan memohon pada orang
    lain, melainkan diperoleh dari sumbangsih yang diberikan. Kasih
    sayang tidak akan pernah habis meski terus diberikan kepada orang
    lain, justru sebaliknya akan semakin besar, dan kasih sayang yang
    kita terima dari orang lain pun juga semakin besar.
ISYARAT TANGAN DAN PELATIHAN RELAWAN
Isyarat Tangan
Suatu ketika, saat Master Cheng Yen mengunjungi sebuah keluarga yang
anaknya menderita tuna rungu. Beliau merasa sangat tersentuh dengan
kondisi anak tersebut yang tidak dapat mendengar dan berbicara.
Padahal, beliau sangat ingin berkomunikasi dengannya. Satu-satunya cara
adalah dengan menggunakan bahasa isyarat. Namun beliau tidak bisa
bahasa isyarat.
Sejak itu, Master Cheng Yen selalu menghimbau kepada para muridnya
untuk belajar bahasa isyarat tangan. Tidak hanya untuk
berkomunikasi, tapi sekaligus menyelami dunia para penderita tuna rungu.
Bahasa isyarat tangan merupakan suatu bahasa yang bersifat universal.
Dalam perkembangannya kemudian, lahir suatu kesenian baru berupa
penampilan isyarat tangan yang diiringi lagu-lagu Tzu Chi. Kesenian ini
digemari oleh relawan, dan jika dibawakan sepenuh hati dapat
menciptakan suasana yang indah dan syahdu. Bahasa isyarat juga
merupakan sarana untuk meningkatkan kepercayaan diri, menghilangkan
keangkuhan, serta membentuk sifat rendah hati.
Hingga kini, sudah menjadi kebiasaan di setiap acara Tzu Chi selalu
terdapat pertunjukan bahasa isyarat tangan. Para relawan pun selalu
berlatih untuk membawakannya dengan indah. Untuk membawakan
bahasa isyarat dengan baik, sebelumnya insan Tzu Chi harus dapat
merasakan makna yang dikandung syair-syair lagu agar tercipta kesatuan
antara lagu dan gerakan.
Pelatihan Relawan
Untuk menyucikan hati manusia, tidak dapat dilakukan hanya
oleh segelintir orang. Peran setiap orang dalam menyebarkan
cinta kasih, baik besar maupun kecil, sangat penting.
Karenanya, Tzu Chi merangkul insan-insan yang ingin turut serta
menyebarkan kebajikan.
Pewarisan nilai-nilai cinta kasih dari satu generasi ke generasi
merupakan hal yang sangat penting, agar semakin
kuat, berakar, dan tetap berada pada jalurnya semula. Pelatihan
bagi para relawan pun dilakukan secara terus-menerus. Bagi
relawan baru, pelatihan dilakukan untuk memperkenalkan
prinsip-prinsip dasar budaya kemanusiaan, yaitu Bersyukur (Gan
En), Menghormati (Zhun Zhong), dan Kasih Sayang (Ai).
Sedangkan bagi relawan lama, pelatihan ditujukan agar mereka
lebih mendalami nilai-nilai cinta kasih yang dimiliki Tzu Chi dan
menerapkannya selama menjalankan kegiatan Tzu Chi.
PENDANAAN:
ï‚¢   -sukarelawan
ï‚¢   - Sampah daur ulang
Salah satu sumber dana dari Tzu Chi adalah dari sampah daur
  ulang... relawan Tzu Chi banyak mengumpulkan sampah yang
  tidak dipakai lagi oleh pemiliknya... dan sampah ini di olah
  hingga berguna kembali... stasiun DAAI TV di Taiwan... sebagian
  besar biaya operasionalnya diperoleh dari sampah daur ulang
  ini... padahal biaya operasional TV itu tidak kecil... jadi bisa
  dibayangkan besarnya manfaat yang didapat dari sampah daur
  ulang... ini mungkin juga bisa di contoh vihara-vihara untuk
  meningkatkan taraf ekonomi umatnya mungkin di desa-desa....
  belom lama ini juga Tzu Chi membuat terobosan dengan
  menggunakan plastik sampah daur ulang untuk di ubah menjadi
  selimut... dan selimut ini bisa dibagikan di daerah-daerah
  bencana.

More Related Content

Tzu chi

  • 1. YAYASAN BUDDHA TZU CHI INDONESIA Kelompok 1 bisnis B Abel Pandu Putra Alfin Wirawan Muhammad Guntur Wicaksono Kelly Sarwono Priscilla Sisi
  • 2. Dengan berpegang teguh pada semangat (kebersamaan dalam sepenanggungan dan sependeritaan) dari Sang Buddha, Tzu Chi menjalankan bakti sosialnya selama 43 tahun. Tzu Chi bagaikan samudera luas yang mampu menampung seluruh aliran anak sungai, semua orang dengan usia, pengetahuan, profesi, dan latar belakang yang berbeda-beda dapat membuktikan kekuatan dari (sirkulasi kebajikan), dapat ikut bergabung ke dalam barisan (memberikan kasih sayang), dan merasakan kepuasan dari implementasi sikap "melakukan dengan ikhlas dan menerima dengan sukacita". Baik yang berada di setiap pelosok Taiwan, atau yang berada di kediamannya di luar negeri, semua insan Tzu Chi selalu dengan senang hati dan tanpa menyesal, berpartisipasi dalam berbagai kegiatan pemberian bantuan kemiskinan dan darurat, perlindungan kesehatan, memperkokoh dasar pendidikan dan kegiatan sosial budaya.
  • 3. Andaikan uluran tangan insan Tzu Chi ini dapat menyucikan hati manusia, menyejahterakan masyarakat, menjauhkan segala bencana dan dunia menjadi damai dan tenteram, itulah harapan terbesar dari insan Tzu Chi. Dalam perjalanannya menyebarkan cinta dan welas asih, pada tahun 2003, tim medis Tzu Chi telah berhasil mengadakan operasi pemisahan bayi kembar siam perempuan. Bayi kembar siam Filipina Daai (cinta kasih) dan Gan en (bersyukur) telah berhasil dipisahkan dengan sukses dan telah dapat menjalankan kehidupan masing masing. Setelah keluar dari rumah sakit, perawatan selanjutnya telah diambil alih oleh TIMA (Tzu Chi International Medical Association) Filipina. Orangtua mereka di bawah bimbingan insan Tzu Chi juga telah menjalankan kehidupannya sehari-harinya kembali. Ini merupakan akhir sebuah kisah menarik dari sebuah (estafet cinta kasih) lintas negara.
  • 4. Sedangkan di Indonesia, demi program lanjutan dari rencana pemindahan penduduk bantaran kali Angke yang terkena program normalisasi Kali Angke, telah berhasil menggalang rasa solidaritas cinta kasih para pengusaha dan masyarakat. Hanya dalam waktu singkat selama 1(satu) tahun, telah berhasil menyelesaikan pembangunan Perumahan Cinta Kasih Tzu Chi yang terdiri dari 1.100 unit rumah. Di dalam kompleks perumahan tersebut terdapat fasilitas-fasilitas seperti: sekolah, rumah sakit, industri rumah tangga, dan berbagai sarana penunjang lainnya. Para warga telah pindah dari bantaran kali yang kumuh dan jorok ke Perumahan Cinta Kasih Tzu Chi, menyambut masa depan mereka yang penuh harapan. Hal ini membuat semua orang merasa gembira. Para relawan Tzu Chi dan pengusaha di Indonesia juga telah mendapatkan saluran untuk membalas budi mayarakat Indonesia, dapat merasakan kepuasan batin telah dapat berdana secara langsung melalui tangan sendiri. Sebuah kali ternyata telah menjalin sebuah kisah yang sangat menyentuh. Sungguh sebuah keajaiban. Semuanya ini harus kita telusuri dari Dunia Tzu Chi yang dibangun oleh Master Cheng Yen.
  • 5. SEJARAH TZU CHI ï‚¢ Pada tanggal 14 Mei 1966, Yayasan Kemanusiaan Buddha Tzu Chi resmi dibentuk. ï‚¢ Awal kegiatan Tzu Chi dimulai dari menabung di celengan bambu dan usaha merajut sepatu bayi. ï‚¢ Lokasi awal Tzu Chi memiliki luas kurang dari 20m2. ï‚¢ Pada tahun 1967, Griya Perenungan dimiliki oleh Tzu Chi Griya Perenungan sekarang Griya Perenungan tahun 1968
  • 6. PENDIRI TZU CHI ï‚¢ Pendiri Tzu Chi adalah Master Cheng Yen. ï‚¢ Nama asli Master Cheng Yen adalah Hui Zhang. ï‚¢ Lahir pada 14 Mei 1937 di desa Qingsui, kabupaten Taichung, Taiwan. Master Cheng Yen
  • 7. VISI TZU CHI Dengan hati penuh welas asih dan kemurahan hati, menjalankan misi untuk menolong sesama makhluk yang menderita, mengembangkan kebahagiaan, melenyapkan penderitaan, menciptakan dunia Tzu Chi yang bersih dan suci, dengan kebijaksanaan menunaikan tugas yang sempurna, mengajak kaum dermawan di seluruh dunia, bersama- sama menanam jasa kebajikan dilahan kebajikan yang subur, dengan tekun menanam ribuan kuntum teratai dalam hati, menciptakan bersama masyarakat yang penuh dengan cinta kasih
  • 8. MISI TZU CHI ï‚¢ MISI AMAL Internasionalisasi misi kemanusiaan "welas asih atas ketidakrelaan pada penderitaan semua makhluk" "Nyalakan pelita disudut yang paling gelap dan nyalakan api dalam perjalanan yang dingin dan sepi" "Marilah bersama-sama menghapus air mata yang penuh derita" "Berikanlah pakaian yang hangat bagi umat manusia" ï‚¢ MISI KESEHATAN Secara menyeluruh - jaringan menghargai jiwa Pada saat kita sakit, siapakah yang bisa merawat kita dengan telaten? Pada saat kita menderiata luka cacat, siapa yang dapat menerima kesan yang paling mendalam?
  • 9. MISI TZU CHI (2) ï‚¢ MISI PENDIDIKAN Yang kompleks dan menyeluruh - Perlindungan jiwa manusia "Dengan kebijaksanaan Bodhisattva mendidik anak-anak" "Dengan kecintaan orang tua melindungi tunas bangsa" "Agar si setiap hati manusia terdapat sekuntum teratai" "Bakat, pikiran, etika dan kebijaksanaan dapat berkembang dengan bebas" "Merubah dunia yang terlantar menjadi ladang kebahagiaan" ï‚¢ MISI BUDAYA KEMANUSIAAN Arus mensucikan hati manusia "Menyebarkan benih-benih Buddha ke empat penjuru dunia" "Menanam akar Tzu Chi sedalam-dalamnya, sehingga turun temurun dari generasi ke generasi." "Lahir dalam pembinaan batin, menanggung tugas di masa hidup sekarang agar umat manusia di dunia fana menjadi bersih terbebas dari debu kotoran batin." "Hidup sesuai Dharma sang Buddha, menjadikan dunia Bodhisattva, meluruskan hati manusia, meningkatkan akal budi manusia." "Bersama-sama mewujudkan sebidang tanah suci bersih nan baru."
  • 10. KEGIATAN TZU CHI ï‚¢ Misi Amal ï‚¢ Misi Pendidikan ï‚¢ Misi Kesehatan ï‚¢ Misi Budaya Kemanusiaan
  • 11. MISI AMAL ï‚¢ Bantuan bencana. ï‚¢ Pasien dengan penanganan khusus. ï‚¢ Anak asuh. ï‚¢ Bantuan hidup jangka panjang. Pasien pertama Tzu Chi Perumahan Cinta Kasih Tzu Chi Indonesia pada tahun 1994 yang menderita rakhitis
  • 12. Langkah pertama Tzu Chi dimulai dari Misi Amal. Dalam perenungannya, Master Cheng Yen menyadari bahwa niat baik harus diwujudkan dengan berbuat baik pada sesama. Rasa empatinya pada orang-orang miskin dan menderita, membuatnya bertekad untuk berbuat sesuatu demi membantu mereka. Berpusat di Vihara Pu Ming, Master Cheng Yen dan murid- muridnya mulai memberi bantuan pada orang-orang yang membutuhkan. Jenis bantuan yang diberikan disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat kebanyakan saat itu, diantaranya meliputi bantuan keuangan dan sembako untuk keluarga berpenghasilan rendah, bantuan biaya pengobatan, pendampingan saat pengobatan, bantuan bencana, dan pengadaan upacara kematian untuk orang-orang yang hidup sebatang kara dan tidak mampu. Untuk membiayai semua bantuan tersebut, Master Cheng Yen mendorong para pengikutnya untuk mengumpulkan dana sedikit demi sedikit setiap harinya. Dengan demikian Master Cheng Yen mengajak agar orang-orang yang mampu membagi kebahagiaan mereka dengan orang-orang yang tidak mampu, menghapuskan kemiskinan material dan spiritual umat manusia. Di sisi lain, ketika orang-orang kaya membagi kebahagiaan mereka, kebahagiaan itu bukannya berkurang, namun justru bertambah dengan rasa bahagia yang sejati.
  • 14. Arena pembagian beras Tzu Chi tampak bagai taman berseminya manusia-manusia baru seutuhnya. Bagi relawan yang berpartisipasi ataupun penerima beras, ini adalah pengalaman yang tidak biasa. Relawan Tzu Chi memanggul beras seberat 20 kg, sambil menggandeng tangan si penerima beras. Demikianlah Tzu Chi menjalin jodoh di antara orang-orang yang sangat berbeda status sosial, dan mengenalkan pada mereka cara hidup yang lebih baik sebagai seorang manusia. Pembagian beras, kesempatan terbaik untuk berinteraksi langsung dan membantu orang-orang yang kekurangan. Keringat mengucur deras dan senyum merekah senantiasa mewarnai momen pembagian beras Tzu Chi. Pembagian sembako mulai dilakukan Tzu Chi sejak tahun 1998 ketika terjadi krisis moneter di Indonesia. Selanjutnya pada tahun 2003, Tzu Chi Taiwan mengirimkan 50.000 ton beras cinta kasih untuk seluruh masyarakat Indonesia, dan 2 tahun kemudian sejumlah 32.000 ton untuk korban bencana tsunami di Nanggroe Aceh Darussalam. Dari 32.000 ton beras yang dikirim terakhir, tidak seluruhnya dialokasikan ke Aceh karena banyak lembaga lain yang telah memberikan bantuan serupa, hingga bantuan ini dialihkan ke seluruh masyarakat Indonesia.
  • 15. PERUBAHAN HIDUP Tahun 2002 diawali dengan banjir besar yang melanda Jakarta. Sejak itu pula, nama Kali Angke mencuat ke permukaan, sebab banyak sekali warga bantaran kali ini yang menjadi korban banjir. Air telah menghanyutkan rumah dan harta benda para warga. Daerah bantaran kali memang rawan banjir, di samping sering pula menjadi korban gusuran. Namun apa daya, kepadatan penduduk di Jakarta memaksa sebagian orang untuk tinggal di tempat-tempat seperti ini. Saat banjir menghanyutkan segalanya, Tzu Chi mulai memberi bantuan ke daerah ini. Master Cheng Yen menaruh perhatian besar pada penduduk di Kali Angke, ia mendorong Tzu Chi Indonesia untuk melakukan 5P: Pembersihan sampah, Penyedotan air, Pembasmian racun, Pengobatan amal, dan Pembangunan perumahan. Hal ini menjadi titik awal dibangunnya Perumahan Cinta Kasih Tzu Chi yang pertama di Cengkareng, Jakarta Barat, tanggal 8 Juli 2002. Di atas lahan seluas 5 hektar dari pemerintah daerah DKI Jakarta, dibangun rumah susun yang dapat menampung 1.100 KK. .
  • 16. ï‚¢ Setahun kemudian, tanggal 25 Agustus 2003, Perumahan Cinta Kasih Cengkareng diresmikan oleh Presiden Megawati Soekarnoputri. Kehidupan ribuan warga yang dulu tinggal di bantaran Kali Angke, berubah sejak itu. Mereka mendapat hak untuk menempati perumahan ini. Warga setiap bulan cukup membayar uang pengelolaan sebesar Rp 90 ribu, sedangkan iuran listrik dan air dibayar sesuai pemakaian. Perumahan yang dibangun di atas pondasi cinta kasih ini, dilengkapi dengan fasilitas sekolah, poliklinik, kios/lapak, pasar, dan pusat daur ulang. Saat diserahkan, setiap rumah dengan luas 36 m2 tersebut telah diisi dengan perabotan meja, kursi, dan tempat tidur
  • 18. MISI KESEHATAN 2 ï‚¢ Rumah Sakit Cinta Kasih Tzu Chi Sarana dan prasarana Tzu Chi untuk memberi pengobatan gratis atau dengan biaya murah diwujudkan dengan didirikannya Poliklinik Cinta Kasih Tzu Chi yang diresmikan pada tanggal 28 Agustus 2003 yang terletak di dalam kompleks Perumahan Cinta Kasih Tzu Chi, Cengkareng, Jakarta Barat. ï‚¢ Poliklinik Cinta Kasih terdiri atas poli umum, poli gigi, poli mata, poli internis, dan poli bedah. Selain itu, tersedia pula fasilitas radiologi, laboratorium, apotek, dan USG. Sedangkan pelayanan kesehatan diberikan oleh para dokter yang ahli di bidangnya masing- masing. ï‚¢ Sejak beroperasinya Poliklinik Cinta Kasih, baksos kesehatan Tzu Chi diadakan di Poliklinik Cinta Kasih. Sebelumnya baksos kesehatan diadakan berpindah-pindah tempat, di antaranya di RS. Paramita Serang, RS. QADR Tangerang, RS. Sentra Medika Depok, RS. Krakatau Steel, dan RS. Kencana. ï‚¢ Untuk semakin dapat melayani masyarakat secara luas, pada tanggal 10 Januari 2008, Poliklinik Cinta Kasih Tzu Chi berubah menjadi Rumah Sakit Khusus Bedah (RSKB) Cinta Kasih Tzu Chi dan beroperasi selama 24 jam.
  • 19. BEBAN PASIEN BAKSOS KESEHATAN DI BINA SINAR AMITY (BSA), CAKUNG, JAKARTA TIMUR INI MENJADI RINGAN SETELAH PENYAKIT YANG SELAMA INI DIDERITANYA DIOBATI DI BAKSOS KESEHATAN TERSEBUT .
  • 20. MISI PENDIDIKAN ï‚¢ Sekolah Cinta Kasih Tzu Chi. ï‚— KB ï‚— SD ï‚— SMP ï‚— SMK ï‚¢ Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) Tzu Chi. ï‚— Menjahit ï‚— Salon ï‚— Komputer ï‚— Tata Boga ï‚— Keaksaraan Fungsional ï‚— Kerohanian ï‚— Kesehatan ï‚— Etika Murid dan Guru Sekolah Cinta Kasih Tzu Chi
  • 21. MISI PENDIDIKAN 2 Tepatnya sejak 28 Juli 2003, Tzu Chi Indonesia memiliki tempat penyemaian cinta kasih dengan diresmikannya Sekolah Cinta Kasih Tzu Chi yang berlokasi di Perumahan Cinta Kasih Tzu Chi, Cengkareng, Jakarta Barat. Gedungnya yang terdiri dari 3 lantai, berdiri megah dan dilengkapi fasilitas pendukung yang memadai. Jenjang pendidikan terdiri dari Kelompok Bermain (KB), Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP), dan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK). Anak-anak yang bersekolah di sini berasal dari keluarga yang tinggal di Perumahan Cinta Kasih. Di tempat asal mereka sebelum pindah ke Perumahan Cinta Kasih, yaitu di bantaran Kali Angke, mereka hidup dalam lingkungan sosial yang kumuh, sehingga sikap dan perilaku mereka terkadang kurang santun. Setelah beberapa lama bersekolah di sini, perlahan-lahan tingkah laku dan tutur kata mereka berubah menjadi lebih baik.
  • 23. TEMPAT BELAJAR BARU Untuk menciptakan pendidikan yang berkualitas baik harus didukung oleh fasilitas yang memadai, salah satunya adalah gedung untuk belajar. Gedung sekolah sebagai fasilitas pendukung utama, jika memiliki tembok yang rapuh atau atap yang setiap saat bisa rubuh, tentulah bukan tempat yang nyaman untuk belajar, justru mengancam keselamatan siswa dan guru. Tidak sedikit alokasi dana Tzu Chi untuk membantu dunia pendidikan, salah satunya dengan membantu pembangunan gedung- gedung sekolah yang rusak. Hingga April 2006, Tzu Chi telah membantu pembangunan gedung sekolah di 4 tempat, yaitu: 3 gedung sekolah dasar korban gempa di Bengkulu, SD Tanjung Anom Tangerang, SD Negeri 060966-060967-060968 Medan, dan gedung sekolah Pondok Pesantren Nurul Iman Parung.
  • 24. 1.SEKOLAH BENGKULU Gempa berkekuatan 7,3 skala richter yang mengguncang Bengkulu bulan Mei 2001 merusak berbagai infrastruktur, termasuk sejumlah gedung sekolah. Dengan mengumpulkan dana dari relawan Tzu Chi di dalam dan luar negeri, Tzu Chi membantu pembangunan kembali 3 gedung sekolah dasar, yaitu: SDN Napal, SDN Renah Panjang, dan SDN Pasar Ngalam. Ketiga gedung tersebut diresmikan pada tanggal 30 April dan 1 Mei 2001. Selain mendapatkan gedung baru, seluruh siswa juga mendapat hadiah berupa tas sekolah, handuk, sikat dan pasta gigi, buku tulis, gelas, dan mangkuk.
  • 25. 2.SEKOLAH TANJUNG ANOM April 2002, para relawan Tzu Chi melihat gedung SDN Tanjung Anom dalam kondisi yang memprihatinkan ketika sedang melakukan survei pemberian bantuan. Di dalam kelas, hanya terlihat tiga meja belajar untuk puluhan anak sehingga sebagian anak terpaksa duduk di lantai. Atap sekolah pun berlubang besar, lantai dan tembok terlihat kotor dan tak terawat, dan rangka kayu sudah banyak yang lapuk. Hati para relawan terenyuh sehingga Tzu Chi memutuskan untuk membantu merenovasi gedung. Kerja keras Tzu Chi akhirnya membuahkan sebuah gedung sekolah baru yang diserahkan secara resmi kepada Kepala Sekolah SDN Tanjung Anom dan Dinas Pendidikan setempat pada tanggal 4 Januari 2003. Sekolah ini dilengkapi dengan 8 ruang kelas, 1 ruang administrasi, 8 toilet, 3 tempat tinggal guru dan staf sekolah, 100 meja, 200 kursi, dan 4 set meja-kursi guru.
  • 26. 3.SEKOLAH BELAWAN Lokasinya yang berada di tepi laut menyebabkan SD Negeri 060966, 060967, dan 060968 Belawan, Medan, tergenang air sampai setinggi lutut saat air laut sedang pasang. Meja dan kursi pun terapung dibuatnya sehingga rapuh, bahkan beberapa diantaranya sudah patah. Selain itu udara pantai yang mengandung garam menjadikan atap dan tembok cepat rapuh dan berlubang. Bahaya selalu mengintai para siswa saat sedang belajar karena gedung sewaktu-waktu bisa ambruk. Belum lagi daerah tersebut terkenal sebagai daerah yang rawan kriminalitas. Siraman cinta kasih Tzu Chi telah mengubah gedung tersebut menjadi megah dan bebas banjir. Di atas lahan seluas 3.100 m2, gedung sekolah dibangun kembali menjadi dua lantai dengan bangunan seluas 6.000 m2. Sekolah dilengkapi dengan 20 ruang kelas, 2 kantor guru, 1 perpustakaan, 3 rumah dinas kepala sekolah, 1 rumah dinas penjaga sekolah, 12 toilet, dan 1 gudang. Selain itu, Tzu Chi Medan juga menyumbangkan 800 kursi, 400 meja, 20 lemari kelas, 20 papan tulis, 20 meja dan kursi guru, dan 20 lemari kantor guru. Tanggal 6 Mei 2004, gedung sekolah yang baru tersebut diresmikan oleh Walikota Medan saat itu, Drs. Abdillah, Ak. MBA.
  • 27. 4.PONDOK PESANTREN NURUL IMAN Cinta kasih tak mengenal batas suku, agama, ataupun negara. Cinta kasih yang hangat dari Tzu Chi mendapat sambutan yang hangat pula dari sebuah pondok pesantren, yaitu Pondok Pesantren Al-Ashriyyah Nurul Iman, Parung, Bogor. Pondok pesantren yang secara harfiah berarti 'Cahaya Iman Modern' tersebut dipimpin oleh Habib Saggaf. Para santri menimba ilmu di Nurul Iman tanpa dipungut biaya. Mereka berasal dari berbagai wilayah di penjuru tanah air. Tali jodoh Tzu Chi dengan Nurul Iman dimulai dari butir-butir beras. Pada Agustus 2003, Tzu Chi memberi bantuan beras cinta kasih sebanyak 50 ton per bulan untuk satu tahun. Kerja sama Tzu Chi dan Nurul Iman berlanjut dengan diadakannya baksos kesehatan bagi para santri Nurul Iman pada tanggal 23 Mei 2004. Hingga April 2006, Tzu Chi telah mengadakan baksos kesehatan di Nurul Iman sebanyak 5 kali. . Pada tanggal 17 Juli 2005, sebuah gedung sekolah megah 2 tingkat diresmikan. Gedung tersebut digunakan bagi santri laki-laki tingkat Tsanawiyyah (setara SLTP) dan Aliyah (setara SLTA). Gedung ini dilengkapi dengan 32 kamar mandi dan 20 toilet. Di pondok pesantren yang memiliki 8.000 santri ini, Tzu Chi juga membantu pengadaan air bersih pada tahun 2005.
  • 28. MEMBUKA JENDELA HARAPAN Gambaran masa depan yang indah bukan hanya milik anak-anak dari keluarga berkecukupan. Anak-anak dari keluarga tidak mampu pun memiliki impian yang sama, hanya bedanya bagi mereka impian tinggal sebatas impian. Sejak tahun ajaran 1999/2000, lebih dari 250 anak di Jakarta, Tangerang, Bogor, dan Pati-Jawa Tengah, menjadi anak asuh Tzu Chi agar mereka dapat mewujudkan impiannya. Untuk meraih impian tersebut, mereka tidak hanya memerlukan bantuan biaya sekolah, namun juga memerlukan perhatian dan pembinaan. Selain memberikan bantuan biaya pendidikan, seragam sekolah dan sepatu, para relawan secara berkala juga mengunjungi mereka memberikan pelajaran membaca dan berhitung, bahasa Inggris, ataupun etika. Sebab Tzu Chi berharap agar mereka dapat menggapai mimpi- mimpi mereka serta melakukannya dengan prestasi yang bagus dan memiliki akhlak yang baik dan jiwa cinta kasih
  • 29. MISI BUDAYA KEMANUSIAAN ï‚¢ Bersyukur (Gan En) ï‚¢ Menghormati (Zhun Zhong) ï‚¢ Kasih Sayang (Ai)
  • 30. 1. GAN EN (BERSYUKUR) Ada satu kebiasaan yang tidak lazim di Tzu Chi, yaitu: setelah kita memberi, justru kitalah yang harus mengucapkan terima kasih. Yang lazim tentu saja penerima bantuan yang mengucapkan terima kasih, tapi tidak di Tzu Chi. Karenanya banyak penerima bantuan yang justru menjadi salah tingkah karenanya. Kenapa kita yang harus berterima kasih? Dengan kita bisa memberi, berarti kita mendapat kesempatan untuk berbuat kebajikan. Bukan hanya itu, ucapan terima kasih juga merupakan pengingat bagi kita bahwa kita harus bersyukur atas semua berkah dan keadaan baik yang kita nikmati. Kita juga harus bersyukur karena tidak semua orang memiliki kesempatan untuk berbuat baik sehingga ketika memiliki kesempatan itu, kita harus berterima kasih kepada penerima bantuan.
  • 31. 2. ZHUN ZONG (MENGHORMATI) Apapun yang kita miliki di dunia, tidak ada yang abadi. Karenanya, manusia harus saling menghargai antarsesama tanpa membedakan agama, ras, status sosial, pendidikan, dan jabatan. Asalkan itu sebuah kehidupan, semuanya harus dihargai dan diperhatikan. Insan Tzu Chi bertutur kata dengan kata yang baik, berpikir dengan niat yang baik, dan melakukan hal-hal yang baik. Dalam memberikan bantuan, Tzu Chi memberikan apa yang paling dibutuhkan dan selalu memberikan yang terbaik. Bahkan Master Cheng Yen selalu mengingatkan bahwa barang yang diberikan kepada penerima bantuan, haruslah jenis bantuan yang kita sendiri juga menginginkannya. Misalnya, bantuan rumah haruslah rumah yang kita juga mau untuk menempatinya.
  • 32. 3. AI (KASIH SAYANG) ï‚¢ Kasih sayang tidak bisa dilihat ataupun diukur, hanya bisa dirasakan. Kasih sayang tidak didapat dengan memohon pada orang lain, melainkan diperoleh dari sumbangsih yang diberikan. Kasih sayang tidak akan pernah habis meski terus diberikan kepada orang lain, justru sebaliknya akan semakin besar, dan kasih sayang yang kita terima dari orang lain pun juga semakin besar.
  • 33. ISYARAT TANGAN DAN PELATIHAN RELAWAN
  • 34. Isyarat Tangan Suatu ketika, saat Master Cheng Yen mengunjungi sebuah keluarga yang anaknya menderita tuna rungu. Beliau merasa sangat tersentuh dengan kondisi anak tersebut yang tidak dapat mendengar dan berbicara. Padahal, beliau sangat ingin berkomunikasi dengannya. Satu-satunya cara adalah dengan menggunakan bahasa isyarat. Namun beliau tidak bisa bahasa isyarat. Sejak itu, Master Cheng Yen selalu menghimbau kepada para muridnya untuk belajar bahasa isyarat tangan. Tidak hanya untuk berkomunikasi, tapi sekaligus menyelami dunia para penderita tuna rungu. Bahasa isyarat tangan merupakan suatu bahasa yang bersifat universal. Dalam perkembangannya kemudian, lahir suatu kesenian baru berupa penampilan isyarat tangan yang diiringi lagu-lagu Tzu Chi. Kesenian ini digemari oleh relawan, dan jika dibawakan sepenuh hati dapat menciptakan suasana yang indah dan syahdu. Bahasa isyarat juga merupakan sarana untuk meningkatkan kepercayaan diri, menghilangkan keangkuhan, serta membentuk sifat rendah hati. Hingga kini, sudah menjadi kebiasaan di setiap acara Tzu Chi selalu terdapat pertunjukan bahasa isyarat tangan. Para relawan pun selalu berlatih untuk membawakannya dengan indah. Untuk membawakan bahasa isyarat dengan baik, sebelumnya insan Tzu Chi harus dapat merasakan makna yang dikandung syair-syair lagu agar tercipta kesatuan antara lagu dan gerakan.
  • 35. Pelatihan Relawan Untuk menyucikan hati manusia, tidak dapat dilakukan hanya oleh segelintir orang. Peran setiap orang dalam menyebarkan cinta kasih, baik besar maupun kecil, sangat penting. Karenanya, Tzu Chi merangkul insan-insan yang ingin turut serta menyebarkan kebajikan. Pewarisan nilai-nilai cinta kasih dari satu generasi ke generasi merupakan hal yang sangat penting, agar semakin kuat, berakar, dan tetap berada pada jalurnya semula. Pelatihan bagi para relawan pun dilakukan secara terus-menerus. Bagi relawan baru, pelatihan dilakukan untuk memperkenalkan prinsip-prinsip dasar budaya kemanusiaan, yaitu Bersyukur (Gan En), Menghormati (Zhun Zhong), dan Kasih Sayang (Ai). Sedangkan bagi relawan lama, pelatihan ditujukan agar mereka lebih mendalami nilai-nilai cinta kasih yang dimiliki Tzu Chi dan menerapkannya selama menjalankan kegiatan Tzu Chi.
  • 36. PENDANAAN: ï‚¢ -sukarelawan ï‚¢ - Sampah daur ulang Salah satu sumber dana dari Tzu Chi adalah dari sampah daur ulang... relawan Tzu Chi banyak mengumpulkan sampah yang tidak dipakai lagi oleh pemiliknya... dan sampah ini di olah hingga berguna kembali... stasiun DAAI TV di Taiwan... sebagian besar biaya operasionalnya diperoleh dari sampah daur ulang ini... padahal biaya operasional TV itu tidak kecil... jadi bisa dibayangkan besarnya manfaat yang didapat dari sampah daur ulang... ini mungkin juga bisa di contoh vihara-vihara untuk meningkatkan taraf ekonomi umatnya mungkin di desa-desa.... belom lama ini juga Tzu Chi membuat terobosan dengan menggunakan plastik sampah daur ulang untuk di ubah menjadi selimut... dan selimut ini bisa dibagikan di daerah-daerah bencana.