際際滷

際際滷Share a Scribd company logo
Di manakah kemerdekaan seorang Muslim?
Bilal
Sabtu, 18 Agustus 2012 13:56:28
Oleh : Henny (Ummu Ghiyas Faris)
Bulan Agustus selalu dinanti-nanti oleh bangsa ini, bulan yang setiap tahunnya selalu dijadikan
momentum untuk mengingat kembali peristiwa yang penting, yaitu hari kemerdekaan bangsa
Indonesia yang jatuh pada tanggal 17 Agustus 1945. Pada hari itu Ir. Soekarno dan Mohammad
Hatta atas nama bangsa Indonesia memproklamasikan kemerdekaan.
Peristiwa itu dikenang oleh bangsa indonesia secara mendalam, dan tidak akan dilupakan oleh
sejarah karena merupakan puncak dari serentetan perjuangan yang luar biasa selama berpuluh-
puluh tahun lamanya. Berbagai pengorbanan baik berupa jiwa, harta dan bahkan raga sekalipun
diberikan untuk meraih kemerdekaan.
Peringatan 17 Agustus kali ini terasa istimewa karena berbarengan dengan momen Hari Idul Fitri
1433 H. Jika kemerdekaan Bangsa Indonesia dimaknai bebas dari penjajah (secara fisik),
sedangkan Idul Fitri dimaknai terbebas dari dosa, karena bagi muslim ia kembali fitrah. Momen
ini hendaknya menjadi renungan, apakah kaum muslimin sudah benar-benar merasakan kembali
ke fitrahnya sebagai hamba Allah SWT ?
Sistem sekuler merajai dunia
Kemerdekaan secara harfiah adalah kebebasan. Bagi kita kaum muslimin yang menjadi
pertanyaan adalah; apakah kita sudah merasakan kemerdekaan? tentu akan banyak sekali
jawaban yang berbeda. Bicara soal kebebasan tentu akan banyak parameternya yang menjadi
tolak ukur.
Fakta menunjukkan, bahwa kemerdekaan hakiki belum dicapai oleh kaum muslimin di berbagai
belahan dunia manapun. Di Indonesia, umat Islam masih terjajah oleh penerapan sistem sekuler
yang memaksa mereka untuk menanggalkan identitas kemusliman secara kaffah. Hal ini dapat
kita lihat dari beberapa aspek sebagai berikut :
Pertama, sulitnya menjaga moral akibat liberalisasi sistem sosial. Liberalisasi sudah merajalela
di belahan dunia, seperti pergaulan bebas remaja, seks bebas seperti pelacuran dan perzinahan
marak di mana-mana, bentuknya semakin menjijikkan kerena tak hanya dilakukan oleh manusia
berbeda jenis kelamin, juga sesama jenis pun terjadi. Ini bukanlah masalah individual tetapi
gejala sistemik yang jika dibiarkan pasti akan merusak tatanan masyarakat secara keseluruhan.
Semua ini tidak begitu saja ada, tetapi bagian dari skenario global untuk merusak umat Islam.
Kedua, tidak diterapkannya sistem pendidikan berbasis akidah Islam, sehingga banyak anak
didik yang berlaku amoral. Bahkan sekolah/perguruan tinggi internasional telah merajai di negeri
ini yang tentunya kurikulum yang diterapkan adalah sekuler-liberal besar-besaran melalui
pendidikan resmi. Internasionalisasi ini bisa saja terjadi seperti UU Migas, akan ada alih
teknologi (metode) pendidikan tapi akhirnya pihak asing malah mencengkram. Generusi penerus
(siswa/mahasiswa) malah menjadi kuli terdidik.
Selain internasionalisasi, sekulerisasi pendidikan tampak juga pada kondisi di dalam negeri
melalui madrasah, institut agama, dan pesantren yang dikelola oleh Departemen Agama;
sementara pendidikan umum melalui sekolah dasar, sekolah menengah, kejuruan serta perguruan
tinggi umum dikelola oleh Departemen Pendidikan Nasional.
Terdapat kesan yang sangat kuat bahwa pengembangan ilmu-ilmu kehidupan (iptek) dilakukan
oleh Depdiknas dan dipandang sebagai sesuatu yang tidak berhubungan dengan agama.
Pembentukan karakter siswa yang merupakan bagian terpenting dari proses pendidikan, justru
kurang tergarap secara serius. Agama ditempatkan sekadar sebagai salah satu aspek yang
perannya sangat minimal, bukan menjadi landasan dari seluruh aspek kehidupan.
Ketiga, sulitnya menjalankan muamalah dengan cara islami, karena sistem ekonomi ribawi.
Terlebih sistem ini sejatinya telah melegalkan penjajahan ekonomi, pendidikan, pemikiran
(ghazwul fikri). Muamalah yang diterapkan adalah sistem ekonomi sekuler yang memberikan
kesempatan yang begitu luat untuk terjadinya korupsi, kolusi dan nepotisme.
Apa yang dihasilkan dari penerapan sistem ekonomi kapitalisme-liberalisme itu? Tersingkirnya
negara dari aktivitas ekonomi, termasuk dalam pengelolaan kekayaan alam, mengakibatkan
banyaknya kekayaan alam dikuasai korporasi, terutama korporasi asing. Sehingga, merekalah
penikmat paling besar kekayaan negeri ini.
Sebaliknya, rakyat yang menjadi pemilik sah kekayaan alam negeri hanya gigit jari. Kalau pun
mendapatkan bagian, jumlahnya jauh lebih sedikit daripada bagian yang didapatkan korporasi
asing. Kasus pengelolaan tambang emas di Papua adalah salah satu contohnya. Hal yang kurang
lebih sama juga terjadi pada kontrak karya atau kontrak bagi hasil pertambangan lainnya
Keempat, Indonesia merdeka secara fisik, tapi sejatinya dijajah secara non fisik. Di negeri
muslim lain, tidak sedikit umat muslim justru terjajah secara fisik dan terusir dari tanah airnya.
Seperti yang marak di beritakan di berbagai media masa seperti Afganistan, Palestina dan
Tragedi kemanusiaan di Siria, Rohingya yang baru saja terjadi.
Kebebasan muslim
Penjajahan terhadap kaum muslim terus terjadi, ini membuktikan bahwa kaum muslimin belum
sepenuhnya menikmati kemerdekaan yang hakiki. Kaum muslim masih tertindas dan
terkungkung oleh kekuatan sistem sekuler-kapitalis. Hal ini terlihat dari kebijakan-kebijakan
yang diterapkan oleh sistem tersebut.
Sistem sekuler-kapitalis yang sudah merajai dunia telah memenjarakan kaum muslimin dari
kebebasan mengekpresikan ketakwaannya. Hal ini sering terjadi di negara manapun, sekuler-
kapitalis selalu mencari-cari kesalahan kaum muslimin, agar kaum muslim lemah dan tidak
berdaya. Sasarannya adalah merusak akidah kaum muslimin dan membumihanguskan kaum
muslimin dari dunia ini.
Sistem sekuler memenjarakan umat Islam dengan sekat-sekat nasionalismenya, sehingga
persatuan dan ukhuwah umat Islam tidak tercapai. Sistem ini menghendaki umat Islam terpecah
belah sehingga tidak memiliki kekuatan.
Kemerdekaan bagi muslim adalah ketika mereka berhasil membebaskan diri dari ideologi selain
Islam. Yakni, dengan hidup di bawah naungan sistem Islam. Sehingga dapat menjalankan
identitas kemuslimannya secara kaffah dan menjalankan kehidupan ini sesuai dengan syariat
Islam. Tidak ada lagi pelarangan untuk menjalankan hukum-hukum dari Allah SWT. Terbebas
dari ideologi selain Islam, Inilah yang harus diperjuangkan oleh kaum muslimin.
Sistem Islam telah terbukti secara empiris mampu menyejahterakan rakyatnya pada masa lalu.
Kemajuan dan kebangkitan luar biasa muncul karenanya sehingga Khilafah menjadi mercusuar
Di manakah kemerdekaan seorang Muslim?
Bilal
Sabtu, 18 Agustus 2012 13:56:28
Oleh : Henny (Ummu Ghiyas Faris)
Bulan Agustus selalu dinanti-nanti oleh bangsa ini, bulan yang setiap tahunnya selalu dijadikan
momentum untuk mengingat kembali peristiwa yang penting, yaitu hari kemerdekaan bangsa
Indonesia yang jatuh pada tanggal 17 Agustus 1945. Pada hari itu Ir. Soekarno dan Mohammad
Hatta atas nama bangsa Indonesia memproklamasikan kemerdekaan.
Peristiwa itu dikenang oleh bangsa indonesia secara mendalam, dan tidak akan dilupakan oleh
sejarah karena merupakan puncak dari serentetan perjuangan yang luar biasa selama berpuluh-
puluh tahun lamanya. Berbagai pengorbanan baik berupa jiwa, harta dan bahkan raga sekalipun
diberikan untuk meraih kemerdekaan.
Peringatan 17 Agustus kali ini terasa istimewa karena berbarengan dengan momen Hari Idul Fitri
1433 H. Jika kemerdekaan Bangsa Indonesia dimaknai bebas dari penjajah (secara fisik),
sedangkan Idul Fitri dimaknai terbebas dari dosa, karena bagi muslim ia kembali fitrah. Momen
ini hendaknya menjadi renungan, apakah kaum muslimin sudah benar-benar merasakan kembali
ke fitrahnya sebagai hamba Allah SWT ?
Sistem sekuler merajai dunia
Kemerdekaan secara harfiah adalah kebebasan. Bagi kita kaum muslimin yang menjadi
pertanyaan adalah; apakah kita sudah merasakan kemerdekaan? tentu akan banyak sekali
jawaban yang berbeda. Bicara soal kebebasan tentu akan banyak parameternya yang menjadi
tolak ukur.
Fakta menunjukkan, bahwa kemerdekaan hakiki belum dicapai oleh kaum muslimin di berbagai
belahan dunia manapun. Di Indonesia, umat Islam masih terjajah oleh penerapan sistem sekuler
yang memaksa mereka untuk menanggalkan identitas kemusliman secara kaffah. Hal ini dapat
kita lihat dari beberapa aspek sebagai berikut :
Pertama, sulitnya menjaga moral akibat liberalisasi sistem sosial. Liberalisasi sudah merajalela
di belahan dunia, seperti pergaulan bebas remaja, seks bebas seperti pelacuran dan perzinahan
marak di mana-mana, bentuknya semakin menjijikkan kerena tak hanya dilakukan oleh manusia
berbeda jenis kelamin, juga sesama jenis pun terjadi. Ini bukanlah masalah individual tetapi
gejala sistemik yang jika dibiarkan pasti akan merusak tatanan masyarakat secara keseluruhan.
Semua ini tidak begitu saja ada, tetapi bagian dari skenario global untuk merusak umat Islam.
Kedua, tidak diterapkannya sistem pendidikan berbasis akidah Islam, sehingga banyak anak
didik yang berlaku amoral. Bahkan sekolah/perguruan tinggi internasional telah merajai di negeri
ini yang tentunya kurikulum yang diterapkan adalah sekuler-liberal besar-besaran melalui
pendidikan resmi. Internasionalisasi ini bisa saja terjadi seperti UU Migas, akan ada alih
teknologi (metode) pendidikan tapi akhirnya pihak asing malah mencengkram. Generusi penerus
(siswa/mahasiswa) malah menjadi kuli terdidik.
Selain internasionalisasi, sekulerisasi pendidikan tampak juga pada kondisi di dalam negeri
melalui madrasah, institut agama, dan pesantren yang dikelola oleh Departemen Agama;
sementara pendidikan umum melalui sekolah dasar, sekolah menengah, kejuruan serta perguruan
tinggi umum dikelola oleh Departemen Pendidikan Nasional.
Terdapat kesan yang sangat kuat bahwa pengembangan ilmu-ilmu kehidupan (iptek) dilakukan
oleh Depdiknas dan dipandang sebagai sesuatu yang tidak berhubungan dengan agama.
Pembentukan karakter siswa yang merupakan bagian terpenting dari proses pendidikan, justru
kurang tergarap secara serius. Agama ditempatkan sekadar sebagai salah satu aspek yang
perannya sangat minimal, bukan menjadi landasan dari seluruh aspek kehidupan.
Ketiga, sulitnya menjalankan muamalah dengan cara islami, karena sistem ekonomi ribawi.
Terlebih sistem ini sejatinya telah melegalkan penjajahan ekonomi, pendidikan, pemikiran
(ghazwul fikri). Muamalah yang diterapkan adalah sistem ekonomi sekuler yang memberikan
kesempatan yang begitu luat untuk terjadinya korupsi, kolusi dan nepotisme.
Apa yang dihasilkan dari penerapan sistem ekonomi kapitalisme-liberalisme itu? Tersingkirnya
negara dari aktivitas ekonomi, termasuk dalam pengelolaan kekayaan alam, mengakibatkan
banyaknya kekayaan alam dikuasai korporasi, terutama korporasi asing. Sehingga, merekalah
penikmat paling besar kekayaan negeri ini.
Sebaliknya, rakyat yang menjadi pemilik sah kekayaan alam negeri hanya gigit jari. Kalau pun
mendapatkan bagian, jumlahnya jauh lebih sedikit daripada bagian yang didapatkan korporasi
asing. Kasus pengelolaan tambang emas di Papua adalah salah satu contohnya. Hal yang kurang
lebih sama juga terjadi pada kontrak karya atau kontrak bagi hasil pertambangan lainnya
Keempat, Indonesia merdeka secara fisik, tapi sejatinya dijajah secara non fisik. Di negeri
muslim lain, tidak sedikit umat muslim justru terjajah secara fisik dan terusir dari tanah airnya.
Seperti yang marak di beritakan di berbagai media masa seperti Afganistan, Palestina dan
Tragedi kemanusiaan di Siria, Rohingya yang baru saja terjadi.
Kebebasan muslim
Penjajahan terhadap kaum muslim terus terjadi, ini membuktikan bahwa kaum muslimin belum
sepenuhnya menikmati kemerdekaan yang hakiki. Kaum muslim masih tertindas dan
terkungkung oleh kekuatan sistem sekuler-kapitalis. Hal ini terlihat dari kebijakan-kebijakan
yang diterapkan oleh sistem tersebut.
Sistem sekuler-kapitalis yang sudah merajai dunia telah memenjarakan kaum muslimin dari
kebebasan mengekpresikan ketakwaannya. Hal ini sering terjadi di negara manapun, sekuler-
kapitalis selalu mencari-cari kesalahan kaum muslimin, agar kaum muslim lemah dan tidak
berdaya. Sasarannya adalah merusak akidah kaum muslimin dan membumihanguskan kaum
muslimin dari dunia ini.
Sistem sekuler memenjarakan umat Islam dengan sekat-sekat nasionalismenya, sehingga
persatuan dan ukhuwah umat Islam tidak tercapai. Sistem ini menghendaki umat Islam terpecah
belah sehingga tidak memiliki kekuatan.
Kemerdekaan bagi muslim adalah ketika mereka berhasil membebaskan diri dari ideologi selain
Islam. Yakni, dengan hidup di bawah naungan sistem Islam. Sehingga dapat menjalankan
identitas kemuslimannya secara kaffah dan menjalankan kehidupan ini sesuai dengan syariat
Islam. Tidak ada lagi pelarangan untuk menjalankan hukum-hukum dari Allah SWT. Terbebas
dari ideologi selain Islam, Inilah yang harus diperjuangkan oleh kaum muslimin.
Sistem Islam telah terbukti secara empiris mampu menyejahterakan rakyatnya pada masa lalu.
Kemajuan dan kebangkitan luar biasa muncul karenanya sehingga Khilafah menjadi mercusuar

More Related Content

What's hot (17)

TEORI PERPADUAN, KESEPADUAN DAN INTEGRASI NASIONAL
TEORI PERPADUAN, KESEPADUAN DAN INTEGRASI NASIONALTEORI PERPADUAN, KESEPADUAN DAN INTEGRASI NASIONAL
TEORI PERPADUAN, KESEPADUAN DAN INTEGRASI NASIONAL
Lala Aliron
1. bab i pengantar pkn
1. bab i pengantar pkn1. bab i pengantar pkn
1. bab i pengantar pkn
Dian Larasati
Islam, Pemuda, & Tanggungjawab Hari Ini
Islam, Pemuda, & Tanggungjawab Hari IniIslam, Pemuda, & Tanggungjawab Hari Ini
Islam, Pemuda, & Tanggungjawab Hari Ini
Mohamad Khaidir
Strategi Dakwah Islam Era Milenial
Strategi Dakwah Islam Era MilenialStrategi Dakwah Islam Era Milenial
Strategi Dakwah Islam Era Milenial
Fahrudin Romadhona
Memahami Generasi Milenial
Memahami Generasi MilenialMemahami Generasi Milenial
Memahami Generasi Milenial
Lestari Moerdijat
Bab 2 potret hubungan etnik
Bab 2   potret hubungan etnikBab 2   potret hubungan etnik
Bab 2 potret hubungan etnik
Khairiyah Sulaiman
Sejarah peradaban-islam-indonesia-1-1
Sejarah peradaban-islam-indonesia-1-1Sejarah peradaban-islam-indonesia-1-1
Sejarah peradaban-islam-indonesia-1-1
Al Alawi
Pengantar pendidikan
Pengantar pendidikanPengantar pendidikan
Pengantar pendidikan
CeLin ZaQuisha
Sejarah pendidikan pendidikan di indonesia 1945-1950 / 1950-1959
Sejarah pendidikan pendidikan di indonesia 1945-1950 / 1950-1959Sejarah pendidikan pendidikan di indonesia 1945-1950 / 1950-1959
Sejarah pendidikan pendidikan di indonesia 1945-1950 / 1950-1959
Andri Pradinata
Perbandingan Pendidikan Islam di Indonesia dan Negara Iran
Perbandingan Pendidikan Islam di Indonesia dan Negara IranPerbandingan Pendidikan Islam di Indonesia dan Negara Iran
Perbandingan Pendidikan Islam di Indonesia dan Negara Iran
Suya Yahya
Hubungan etnik islam & hubungan etnik
Hubungan etnik   islam & hubungan etnikHubungan etnik   islam & hubungan etnik
Hubungan etnik islam & hubungan etnik
Mahyuddin Khalid
Titik Tolak Manifesto Pendidikan - 02 Mei 2013
Titik Tolak Manifesto Pendidikan - 02 Mei 2013Titik Tolak Manifesto Pendidikan - 02 Mei 2013
Titik Tolak Manifesto Pendidikan - 02 Mei 2013
Pendidikan Obrolan
M2 konsep asa hub.etnik
M2    konsep asa hub.etnikM2    konsep asa hub.etnik
M2 konsep asa hub.etnik
aishah solehah
Tugasan hubungan etnik
Tugasan hubungan etnikTugasan hubungan etnik
Tugasan hubungan etnik
Cikgu Ana
Konsep Asas Hubungan Etnik
Konsep Asas Hubungan EtnikKonsep Asas Hubungan Etnik
Konsep Asas Hubungan Etnik
Nor Hayati Fatmi Talib
Unit 1
Unit 1Unit 1
Unit 1
Shahlilawati Wahid
TEORI PERPADUAN, KESEPADUAN DAN INTEGRASI NASIONAL
TEORI PERPADUAN, KESEPADUAN DAN INTEGRASI NASIONALTEORI PERPADUAN, KESEPADUAN DAN INTEGRASI NASIONAL
TEORI PERPADUAN, KESEPADUAN DAN INTEGRASI NASIONAL
Lala Aliron
1. bab i pengantar pkn
1. bab i pengantar pkn1. bab i pengantar pkn
1. bab i pengantar pkn
Dian Larasati
Islam, Pemuda, & Tanggungjawab Hari Ini
Islam, Pemuda, & Tanggungjawab Hari IniIslam, Pemuda, & Tanggungjawab Hari Ini
Islam, Pemuda, & Tanggungjawab Hari Ini
Mohamad Khaidir
Strategi Dakwah Islam Era Milenial
Strategi Dakwah Islam Era MilenialStrategi Dakwah Islam Era Milenial
Strategi Dakwah Islam Era Milenial
Fahrudin Romadhona
Memahami Generasi Milenial
Memahami Generasi MilenialMemahami Generasi Milenial
Memahami Generasi Milenial
Lestari Moerdijat
Bab 2 potret hubungan etnik
Bab 2   potret hubungan etnikBab 2   potret hubungan etnik
Bab 2 potret hubungan etnik
Khairiyah Sulaiman
Sejarah peradaban-islam-indonesia-1-1
Sejarah peradaban-islam-indonesia-1-1Sejarah peradaban-islam-indonesia-1-1
Sejarah peradaban-islam-indonesia-1-1
Al Alawi
Pengantar pendidikan
Pengantar pendidikanPengantar pendidikan
Pengantar pendidikan
CeLin ZaQuisha
Sejarah pendidikan pendidikan di indonesia 1945-1950 / 1950-1959
Sejarah pendidikan pendidikan di indonesia 1945-1950 / 1950-1959Sejarah pendidikan pendidikan di indonesia 1945-1950 / 1950-1959
Sejarah pendidikan pendidikan di indonesia 1945-1950 / 1950-1959
Andri Pradinata
Perbandingan Pendidikan Islam di Indonesia dan Negara Iran
Perbandingan Pendidikan Islam di Indonesia dan Negara IranPerbandingan Pendidikan Islam di Indonesia dan Negara Iran
Perbandingan Pendidikan Islam di Indonesia dan Negara Iran
Suya Yahya
Hubungan etnik islam & hubungan etnik
Hubungan etnik   islam & hubungan etnikHubungan etnik   islam & hubungan etnik
Hubungan etnik islam & hubungan etnik
Mahyuddin Khalid
Titik Tolak Manifesto Pendidikan - 02 Mei 2013
Titik Tolak Manifesto Pendidikan - 02 Mei 2013Titik Tolak Manifesto Pendidikan - 02 Mei 2013
Titik Tolak Manifesto Pendidikan - 02 Mei 2013
Pendidikan Obrolan
M2 konsep asa hub.etnik
M2    konsep asa hub.etnikM2    konsep asa hub.etnik
M2 konsep asa hub.etnik
aishah solehah
Tugasan hubungan etnik
Tugasan hubungan etnikTugasan hubungan etnik
Tugasan hubungan etnik
Cikgu Ana

Similar to Fhhfhfhjfhdddgd (20)

Kel 1234.docx
Kel 1234.docxKel 1234.docx
Kel 1234.docx
ZivaAlifia
Sekularisme dan Kesannya terhadap masyarakat dan negara
Sekularisme dan Kesannya terhadap masyarakat dan negaraSekularisme dan Kesannya terhadap masyarakat dan negara
Sekularisme dan Kesannya terhadap masyarakat dan negara
Siti Nur Ain
Makna & Arti Sila Keempat Pancasila
Makna & Arti Sila Keempat PancasilaMakna & Arti Sila Keempat Pancasila
Makna & Arti Sila Keempat Pancasila
Agus Widiyanto
Islam, sekulerisme dan indonesia
Islam, sekulerisme dan indonesiaIslam, sekulerisme dan indonesia
Islam, sekulerisme dan indonesia
Rizky Faisal
Indonesia ; antara demokrasi, khilafah, dan persatuan ummat
Indonesia ; antara demokrasi, khilafah, dan persatuan ummatIndonesia ; antara demokrasi, khilafah, dan persatuan ummat
Indonesia ; antara demokrasi, khilafah, dan persatuan ummat
Rizky Faisal
Terorisme dan negara islam
Terorisme dan negara islamTerorisme dan negara islam
Terorisme dan negara islam
Rizky Faisal
Refleksi filosofis sila kelima dalam kehidupan berbangsa & bernegara
Refleksi filosofis sila kelima dalam kehidupan berbangsa & bernegaraRefleksi filosofis sila kelima dalam kehidupan berbangsa & bernegara
Refleksi filosofis sila kelima dalam kehidupan berbangsa & bernegara
Agus Widiyanto
Buku sejarah pemuda muslimin
Buku sejarah pemuda musliminBuku sejarah pemuda muslimin
Buku sejarah pemuda muslimin
PEMUDA MUSLIMIN INDONESIA
UTS, Siti Nur Khasanah, Akuntansi (1).pdf
UTS, Siti Nur Khasanah, Akuntansi (1).pdfUTS, Siti Nur Khasanah, Akuntansi (1).pdf
UTS, Siti Nur Khasanah, Akuntansi (1).pdf
snur73946
sejarah-peradaban-islam-indonesia-1-1.ppt
sejarah-peradaban-islam-indonesia-1-1.pptsejarah-peradaban-islam-indonesia-1-1.ppt
sejarah-peradaban-islam-indonesia-1-1.ppt
AndikaCahyo5
Khilafah satu satunya harapan
Khilafah  satu satunya harapanKhilafah  satu satunya harapan
Khilafah satu satunya harapan
Rizky Faisal
Krisis nilai nilai kebangsaan dan keberagamaan
Krisis nilai nilai kebangsaan dan keberagamaanKrisis nilai nilai kebangsaan dan keberagamaan
Krisis nilai nilai kebangsaan dan keberagamaan
Operator Warnet Vast Raha
Makalah syariat islam dalam kebijakan pendidikan
Makalah syariat islam dalam kebijakan pendidikanMakalah syariat islam dalam kebijakan pendidikan
Makalah syariat islam dalam kebijakan pendidikan
Anas Wibowo
KELOMPOK 6 PUTARAN 2 Mata Kuliah Agama Islam
KELOMPOK 6 PUTARAN 2 Mata Kuliah Agama IslamKELOMPOK 6 PUTARAN 2 Mata Kuliah Agama Islam
KELOMPOK 6 PUTARAN 2 Mata Kuliah Agama Islam
abdulhamidalyFKIP
Pengaruh Penggunaan Gawai Terhadap Penerapan Nilai Pancasila Di Kalangan Gene...
Pengaruh Penggunaan Gawai Terhadap Penerapan Nilai Pancasila Di Kalangan Gene...Pengaruh Penggunaan Gawai Terhadap Penerapan Nilai Pancasila Di Kalangan Gene...
Pengaruh Penggunaan Gawai Terhadap Penerapan Nilai Pancasila Di Kalangan Gene...
adminpancasilamanaje1
Dampak negatif globalisasi
Dampak negatif globalisasiDampak negatif globalisasi
Dampak negatif globalisasi
dinaagustin
Peradaban islam dahulu dan sekarang
Peradaban islam dahulu dan sekarangPeradaban islam dahulu dan sekarang
Peradaban islam dahulu dan sekarang
nasution_onky
Bab 14-dampak-globalisasi
Bab 14-dampak-globalisasiBab 14-dampak-globalisasi
Bab 14-dampak-globalisasi
Ahmad Ramdani
Ppt pancasila
Ppt pancasilaPpt pancasila
Ppt pancasila
UNIMUS
The Impact of Globalization
The Impact of GlobalizationThe Impact of Globalization
The Impact of Globalization
Soya Odut
Kel 1234.docx
Kel 1234.docxKel 1234.docx
Kel 1234.docx
ZivaAlifia
Sekularisme dan Kesannya terhadap masyarakat dan negara
Sekularisme dan Kesannya terhadap masyarakat dan negaraSekularisme dan Kesannya terhadap masyarakat dan negara
Sekularisme dan Kesannya terhadap masyarakat dan negara
Siti Nur Ain
Makna & Arti Sila Keempat Pancasila
Makna & Arti Sila Keempat PancasilaMakna & Arti Sila Keempat Pancasila
Makna & Arti Sila Keempat Pancasila
Agus Widiyanto
Islam, sekulerisme dan indonesia
Islam, sekulerisme dan indonesiaIslam, sekulerisme dan indonesia
Islam, sekulerisme dan indonesia
Rizky Faisal
Indonesia ; antara demokrasi, khilafah, dan persatuan ummat
Indonesia ; antara demokrasi, khilafah, dan persatuan ummatIndonesia ; antara demokrasi, khilafah, dan persatuan ummat
Indonesia ; antara demokrasi, khilafah, dan persatuan ummat
Rizky Faisal
Terorisme dan negara islam
Terorisme dan negara islamTerorisme dan negara islam
Terorisme dan negara islam
Rizky Faisal
Refleksi filosofis sila kelima dalam kehidupan berbangsa & bernegara
Refleksi filosofis sila kelima dalam kehidupan berbangsa & bernegaraRefleksi filosofis sila kelima dalam kehidupan berbangsa & bernegara
Refleksi filosofis sila kelima dalam kehidupan berbangsa & bernegara
Agus Widiyanto
UTS, Siti Nur Khasanah, Akuntansi (1).pdf
UTS, Siti Nur Khasanah, Akuntansi (1).pdfUTS, Siti Nur Khasanah, Akuntansi (1).pdf
UTS, Siti Nur Khasanah, Akuntansi (1).pdf
snur73946
sejarah-peradaban-islam-indonesia-1-1.ppt
sejarah-peradaban-islam-indonesia-1-1.pptsejarah-peradaban-islam-indonesia-1-1.ppt
sejarah-peradaban-islam-indonesia-1-1.ppt
AndikaCahyo5
Khilafah satu satunya harapan
Khilafah  satu satunya harapanKhilafah  satu satunya harapan
Khilafah satu satunya harapan
Rizky Faisal
Krisis nilai nilai kebangsaan dan keberagamaan
Krisis nilai nilai kebangsaan dan keberagamaanKrisis nilai nilai kebangsaan dan keberagamaan
Krisis nilai nilai kebangsaan dan keberagamaan
Operator Warnet Vast Raha
Makalah syariat islam dalam kebijakan pendidikan
Makalah syariat islam dalam kebijakan pendidikanMakalah syariat islam dalam kebijakan pendidikan
Makalah syariat islam dalam kebijakan pendidikan
Anas Wibowo
KELOMPOK 6 PUTARAN 2 Mata Kuliah Agama Islam
KELOMPOK 6 PUTARAN 2 Mata Kuliah Agama IslamKELOMPOK 6 PUTARAN 2 Mata Kuliah Agama Islam
KELOMPOK 6 PUTARAN 2 Mata Kuliah Agama Islam
abdulhamidalyFKIP
Pengaruh Penggunaan Gawai Terhadap Penerapan Nilai Pancasila Di Kalangan Gene...
Pengaruh Penggunaan Gawai Terhadap Penerapan Nilai Pancasila Di Kalangan Gene...Pengaruh Penggunaan Gawai Terhadap Penerapan Nilai Pancasila Di Kalangan Gene...
Pengaruh Penggunaan Gawai Terhadap Penerapan Nilai Pancasila Di Kalangan Gene...
adminpancasilamanaje1
Dampak negatif globalisasi
Dampak negatif globalisasiDampak negatif globalisasi
Dampak negatif globalisasi
dinaagustin
Peradaban islam dahulu dan sekarang
Peradaban islam dahulu dan sekarangPeradaban islam dahulu dan sekarang
Peradaban islam dahulu dan sekarang
nasution_onky
Bab 14-dampak-globalisasi
Bab 14-dampak-globalisasiBab 14-dampak-globalisasi
Bab 14-dampak-globalisasi
Ahmad Ramdani
Ppt pancasila
Ppt pancasilaPpt pancasila
Ppt pancasila
UNIMUS
The Impact of Globalization
The Impact of GlobalizationThe Impact of Globalization
The Impact of Globalization
Soya Odut

Fhhfhfhjfhdddgd

  • 1. Di manakah kemerdekaan seorang Muslim? Bilal Sabtu, 18 Agustus 2012 13:56:28 Oleh : Henny (Ummu Ghiyas Faris) Bulan Agustus selalu dinanti-nanti oleh bangsa ini, bulan yang setiap tahunnya selalu dijadikan momentum untuk mengingat kembali peristiwa yang penting, yaitu hari kemerdekaan bangsa Indonesia yang jatuh pada tanggal 17 Agustus 1945. Pada hari itu Ir. Soekarno dan Mohammad Hatta atas nama bangsa Indonesia memproklamasikan kemerdekaan. Peristiwa itu dikenang oleh bangsa indonesia secara mendalam, dan tidak akan dilupakan oleh sejarah karena merupakan puncak dari serentetan perjuangan yang luar biasa selama berpuluh- puluh tahun lamanya. Berbagai pengorbanan baik berupa jiwa, harta dan bahkan raga sekalipun diberikan untuk meraih kemerdekaan. Peringatan 17 Agustus kali ini terasa istimewa karena berbarengan dengan momen Hari Idul Fitri 1433 H. Jika kemerdekaan Bangsa Indonesia dimaknai bebas dari penjajah (secara fisik), sedangkan Idul Fitri dimaknai terbebas dari dosa, karena bagi muslim ia kembali fitrah. Momen
  • 2. ini hendaknya menjadi renungan, apakah kaum muslimin sudah benar-benar merasakan kembali ke fitrahnya sebagai hamba Allah SWT ? Sistem sekuler merajai dunia Kemerdekaan secara harfiah adalah kebebasan. Bagi kita kaum muslimin yang menjadi pertanyaan adalah; apakah kita sudah merasakan kemerdekaan? tentu akan banyak sekali jawaban yang berbeda. Bicara soal kebebasan tentu akan banyak parameternya yang menjadi tolak ukur. Fakta menunjukkan, bahwa kemerdekaan hakiki belum dicapai oleh kaum muslimin di berbagai belahan dunia manapun. Di Indonesia, umat Islam masih terjajah oleh penerapan sistem sekuler yang memaksa mereka untuk menanggalkan identitas kemusliman secara kaffah. Hal ini dapat kita lihat dari beberapa aspek sebagai berikut : Pertama, sulitnya menjaga moral akibat liberalisasi sistem sosial. Liberalisasi sudah merajalela di belahan dunia, seperti pergaulan bebas remaja, seks bebas seperti pelacuran dan perzinahan marak di mana-mana, bentuknya semakin menjijikkan kerena tak hanya dilakukan oleh manusia berbeda jenis kelamin, juga sesama jenis pun terjadi. Ini bukanlah masalah individual tetapi gejala sistemik yang jika dibiarkan pasti akan merusak tatanan masyarakat secara keseluruhan. Semua ini tidak begitu saja ada, tetapi bagian dari skenario global untuk merusak umat Islam. Kedua, tidak diterapkannya sistem pendidikan berbasis akidah Islam, sehingga banyak anak didik yang berlaku amoral. Bahkan sekolah/perguruan tinggi internasional telah merajai di negeri ini yang tentunya kurikulum yang diterapkan adalah sekuler-liberal besar-besaran melalui pendidikan resmi. Internasionalisasi ini bisa saja terjadi seperti UU Migas, akan ada alih teknologi (metode) pendidikan tapi akhirnya pihak asing malah mencengkram. Generusi penerus (siswa/mahasiswa) malah menjadi kuli terdidik. Selain internasionalisasi, sekulerisasi pendidikan tampak juga pada kondisi di dalam negeri melalui madrasah, institut agama, dan pesantren yang dikelola oleh Departemen Agama; sementara pendidikan umum melalui sekolah dasar, sekolah menengah, kejuruan serta perguruan tinggi umum dikelola oleh Departemen Pendidikan Nasional. Terdapat kesan yang sangat kuat bahwa pengembangan ilmu-ilmu kehidupan (iptek) dilakukan oleh Depdiknas dan dipandang sebagai sesuatu yang tidak berhubungan dengan agama. Pembentukan karakter siswa yang merupakan bagian terpenting dari proses pendidikan, justru kurang tergarap secara serius. Agama ditempatkan sekadar sebagai salah satu aspek yang perannya sangat minimal, bukan menjadi landasan dari seluruh aspek kehidupan. Ketiga, sulitnya menjalankan muamalah dengan cara islami, karena sistem ekonomi ribawi. Terlebih sistem ini sejatinya telah melegalkan penjajahan ekonomi, pendidikan, pemikiran (ghazwul fikri). Muamalah yang diterapkan adalah sistem ekonomi sekuler yang memberikan kesempatan yang begitu luat untuk terjadinya korupsi, kolusi dan nepotisme.
  • 3. Apa yang dihasilkan dari penerapan sistem ekonomi kapitalisme-liberalisme itu? Tersingkirnya negara dari aktivitas ekonomi, termasuk dalam pengelolaan kekayaan alam, mengakibatkan banyaknya kekayaan alam dikuasai korporasi, terutama korporasi asing. Sehingga, merekalah penikmat paling besar kekayaan negeri ini. Sebaliknya, rakyat yang menjadi pemilik sah kekayaan alam negeri hanya gigit jari. Kalau pun mendapatkan bagian, jumlahnya jauh lebih sedikit daripada bagian yang didapatkan korporasi asing. Kasus pengelolaan tambang emas di Papua adalah salah satu contohnya. Hal yang kurang lebih sama juga terjadi pada kontrak karya atau kontrak bagi hasil pertambangan lainnya Keempat, Indonesia merdeka secara fisik, tapi sejatinya dijajah secara non fisik. Di negeri muslim lain, tidak sedikit umat muslim justru terjajah secara fisik dan terusir dari tanah airnya. Seperti yang marak di beritakan di berbagai media masa seperti Afganistan, Palestina dan Tragedi kemanusiaan di Siria, Rohingya yang baru saja terjadi. Kebebasan muslim Penjajahan terhadap kaum muslim terus terjadi, ini membuktikan bahwa kaum muslimin belum sepenuhnya menikmati kemerdekaan yang hakiki. Kaum muslim masih tertindas dan terkungkung oleh kekuatan sistem sekuler-kapitalis. Hal ini terlihat dari kebijakan-kebijakan yang diterapkan oleh sistem tersebut. Sistem sekuler-kapitalis yang sudah merajai dunia telah memenjarakan kaum muslimin dari kebebasan mengekpresikan ketakwaannya. Hal ini sering terjadi di negara manapun, sekuler- kapitalis selalu mencari-cari kesalahan kaum muslimin, agar kaum muslim lemah dan tidak berdaya. Sasarannya adalah merusak akidah kaum muslimin dan membumihanguskan kaum muslimin dari dunia ini. Sistem sekuler memenjarakan umat Islam dengan sekat-sekat nasionalismenya, sehingga persatuan dan ukhuwah umat Islam tidak tercapai. Sistem ini menghendaki umat Islam terpecah belah sehingga tidak memiliki kekuatan. Kemerdekaan bagi muslim adalah ketika mereka berhasil membebaskan diri dari ideologi selain Islam. Yakni, dengan hidup di bawah naungan sistem Islam. Sehingga dapat menjalankan identitas kemuslimannya secara kaffah dan menjalankan kehidupan ini sesuai dengan syariat Islam. Tidak ada lagi pelarangan untuk menjalankan hukum-hukum dari Allah SWT. Terbebas dari ideologi selain Islam, Inilah yang harus diperjuangkan oleh kaum muslimin. Sistem Islam telah terbukti secara empiris mampu menyejahterakan rakyatnya pada masa lalu. Kemajuan dan kebangkitan luar biasa muncul karenanya sehingga Khilafah menjadi mercusuar
  • 4. Di manakah kemerdekaan seorang Muslim? Bilal Sabtu, 18 Agustus 2012 13:56:28 Oleh : Henny (Ummu Ghiyas Faris) Bulan Agustus selalu dinanti-nanti oleh bangsa ini, bulan yang setiap tahunnya selalu dijadikan momentum untuk mengingat kembali peristiwa yang penting, yaitu hari kemerdekaan bangsa Indonesia yang jatuh pada tanggal 17 Agustus 1945. Pada hari itu Ir. Soekarno dan Mohammad Hatta atas nama bangsa Indonesia memproklamasikan kemerdekaan. Peristiwa itu dikenang oleh bangsa indonesia secara mendalam, dan tidak akan dilupakan oleh sejarah karena merupakan puncak dari serentetan perjuangan yang luar biasa selama berpuluh- puluh tahun lamanya. Berbagai pengorbanan baik berupa jiwa, harta dan bahkan raga sekalipun diberikan untuk meraih kemerdekaan. Peringatan 17 Agustus kali ini terasa istimewa karena berbarengan dengan momen Hari Idul Fitri 1433 H. Jika kemerdekaan Bangsa Indonesia dimaknai bebas dari penjajah (secara fisik), sedangkan Idul Fitri dimaknai terbebas dari dosa, karena bagi muslim ia kembali fitrah. Momen
  • 5. ini hendaknya menjadi renungan, apakah kaum muslimin sudah benar-benar merasakan kembali ke fitrahnya sebagai hamba Allah SWT ? Sistem sekuler merajai dunia Kemerdekaan secara harfiah adalah kebebasan. Bagi kita kaum muslimin yang menjadi pertanyaan adalah; apakah kita sudah merasakan kemerdekaan? tentu akan banyak sekali jawaban yang berbeda. Bicara soal kebebasan tentu akan banyak parameternya yang menjadi tolak ukur. Fakta menunjukkan, bahwa kemerdekaan hakiki belum dicapai oleh kaum muslimin di berbagai belahan dunia manapun. Di Indonesia, umat Islam masih terjajah oleh penerapan sistem sekuler yang memaksa mereka untuk menanggalkan identitas kemusliman secara kaffah. Hal ini dapat kita lihat dari beberapa aspek sebagai berikut : Pertama, sulitnya menjaga moral akibat liberalisasi sistem sosial. Liberalisasi sudah merajalela di belahan dunia, seperti pergaulan bebas remaja, seks bebas seperti pelacuran dan perzinahan marak di mana-mana, bentuknya semakin menjijikkan kerena tak hanya dilakukan oleh manusia berbeda jenis kelamin, juga sesama jenis pun terjadi. Ini bukanlah masalah individual tetapi gejala sistemik yang jika dibiarkan pasti akan merusak tatanan masyarakat secara keseluruhan. Semua ini tidak begitu saja ada, tetapi bagian dari skenario global untuk merusak umat Islam. Kedua, tidak diterapkannya sistem pendidikan berbasis akidah Islam, sehingga banyak anak didik yang berlaku amoral. Bahkan sekolah/perguruan tinggi internasional telah merajai di negeri ini yang tentunya kurikulum yang diterapkan adalah sekuler-liberal besar-besaran melalui pendidikan resmi. Internasionalisasi ini bisa saja terjadi seperti UU Migas, akan ada alih teknologi (metode) pendidikan tapi akhirnya pihak asing malah mencengkram. Generusi penerus (siswa/mahasiswa) malah menjadi kuli terdidik. Selain internasionalisasi, sekulerisasi pendidikan tampak juga pada kondisi di dalam negeri melalui madrasah, institut agama, dan pesantren yang dikelola oleh Departemen Agama; sementara pendidikan umum melalui sekolah dasar, sekolah menengah, kejuruan serta perguruan tinggi umum dikelola oleh Departemen Pendidikan Nasional. Terdapat kesan yang sangat kuat bahwa pengembangan ilmu-ilmu kehidupan (iptek) dilakukan oleh Depdiknas dan dipandang sebagai sesuatu yang tidak berhubungan dengan agama. Pembentukan karakter siswa yang merupakan bagian terpenting dari proses pendidikan, justru kurang tergarap secara serius. Agama ditempatkan sekadar sebagai salah satu aspek yang perannya sangat minimal, bukan menjadi landasan dari seluruh aspek kehidupan. Ketiga, sulitnya menjalankan muamalah dengan cara islami, karena sistem ekonomi ribawi. Terlebih sistem ini sejatinya telah melegalkan penjajahan ekonomi, pendidikan, pemikiran (ghazwul fikri). Muamalah yang diterapkan adalah sistem ekonomi sekuler yang memberikan kesempatan yang begitu luat untuk terjadinya korupsi, kolusi dan nepotisme.
  • 6. Apa yang dihasilkan dari penerapan sistem ekonomi kapitalisme-liberalisme itu? Tersingkirnya negara dari aktivitas ekonomi, termasuk dalam pengelolaan kekayaan alam, mengakibatkan banyaknya kekayaan alam dikuasai korporasi, terutama korporasi asing. Sehingga, merekalah penikmat paling besar kekayaan negeri ini. Sebaliknya, rakyat yang menjadi pemilik sah kekayaan alam negeri hanya gigit jari. Kalau pun mendapatkan bagian, jumlahnya jauh lebih sedikit daripada bagian yang didapatkan korporasi asing. Kasus pengelolaan tambang emas di Papua adalah salah satu contohnya. Hal yang kurang lebih sama juga terjadi pada kontrak karya atau kontrak bagi hasil pertambangan lainnya Keempat, Indonesia merdeka secara fisik, tapi sejatinya dijajah secara non fisik. Di negeri muslim lain, tidak sedikit umat muslim justru terjajah secara fisik dan terusir dari tanah airnya. Seperti yang marak di beritakan di berbagai media masa seperti Afganistan, Palestina dan Tragedi kemanusiaan di Siria, Rohingya yang baru saja terjadi. Kebebasan muslim Penjajahan terhadap kaum muslim terus terjadi, ini membuktikan bahwa kaum muslimin belum sepenuhnya menikmati kemerdekaan yang hakiki. Kaum muslim masih tertindas dan terkungkung oleh kekuatan sistem sekuler-kapitalis. Hal ini terlihat dari kebijakan-kebijakan yang diterapkan oleh sistem tersebut. Sistem sekuler-kapitalis yang sudah merajai dunia telah memenjarakan kaum muslimin dari kebebasan mengekpresikan ketakwaannya. Hal ini sering terjadi di negara manapun, sekuler- kapitalis selalu mencari-cari kesalahan kaum muslimin, agar kaum muslim lemah dan tidak berdaya. Sasarannya adalah merusak akidah kaum muslimin dan membumihanguskan kaum muslimin dari dunia ini. Sistem sekuler memenjarakan umat Islam dengan sekat-sekat nasionalismenya, sehingga persatuan dan ukhuwah umat Islam tidak tercapai. Sistem ini menghendaki umat Islam terpecah belah sehingga tidak memiliki kekuatan. Kemerdekaan bagi muslim adalah ketika mereka berhasil membebaskan diri dari ideologi selain Islam. Yakni, dengan hidup di bawah naungan sistem Islam. Sehingga dapat menjalankan identitas kemuslimannya secara kaffah dan menjalankan kehidupan ini sesuai dengan syariat Islam. Tidak ada lagi pelarangan untuk menjalankan hukum-hukum dari Allah SWT. Terbebas dari ideologi selain Islam, Inilah yang harus diperjuangkan oleh kaum muslimin. Sistem Islam telah terbukti secara empiris mampu menyejahterakan rakyatnya pada masa lalu. Kemajuan dan kebangkitan luar biasa muncul karenanya sehingga Khilafah menjadi mercusuar