PMRI adalah model pembelajaran matematika realistik Indonesia yang mengaitkan konsep matematika dengan situasi kehidupan nyata untuk memudahkan pemahaman siswa. Pembelajaran dilakukan dengan memberikan masalah kontekstual kemudian membimbing siswa menemukan konsep matematika yang relevan secara bertahap. Pendekatan ini bertujuan agar siswa memahami hubungan antara matematika dengan kehidupan nyata serta mampu menemukan berbagai cara pen
2. Ruang Lingkup Pembelajaran
PMRI merupakan suatu model pembelajaran
matematika yang mengungkapkan pengalaman dan
kejadian yang dekat dengan siswa sebagai sarana
untuk memahamkan persoalan matematika.
3. Landasan Pemikiran
Pembelajaran Matematika
Realistik Indonesia
Kebanyakan siswa mengalami kesulitan dalam
mengaplikasikan matematika ke dalam situasi kehidupan
real. Menurut sejarahnya RME merupakan suatu pendekatan
pembelajaran matematika yang dikembangkan di Belanda
sekitar 30 tahun lalu oleh Freudenthal Institute. Di
Indonesia, RME disebut Pembelajaran Matematika Realistik
(PMR). PMRI adalah adaptasi dari RME dalam Konteks
Indonesia: Budaya, Alam, Sistem Sosial, dll. PMRI
mengembangkan suatu teori pembelajaran matematika
yang santun, terbuka dan komunikatif.
4. Tujuaan Pembelajaran
Matematika Realistik
Mengaitkan pembelajaran matematika yang
abstrak dengan dikehidupan nyata agar matematika
mudah dipahami, dalam menerangkan pengerjaan
hitung sedapat mungkin supaya dimulai dengan
menggunakan benda-benda real, gambarnya atau
diagramnya yang ada kaitannya dengan kehidupan
nyata sehari-hari. Kemudian dilanjutkan ke tahap
kedua yaitu berupa modelnya dan akhirnya ke
tahap simbol. Agar pembelajaran mudah diterima
siswa.
5. Langkah-langkah Pembelajaran
Matematika Realistik
1. Memahami masalah kontekstual
2. Menjelaskan masalah kontekstual
3. Menyelesaikan masalah kontekstual
4. Membandingkan dan mendiskusikan
jawaban
5. Menyimpulkan
6. Kelebihan pembelajaran matematika
realistik1. Pembelajaran matematika realistik memberikan pengertian yang jelas kepada siswa
tentang keterkaitan matematika dengan kehidupan sehari-hari dan kegunaan pada
umumnya bagi manusia.
2. Pembelajaran matematika realistik memberikan pengertian yang jelas kepada siswa
bahwa matematika adalah suatu bidang kajian yang dikonstruksi dan dikembangkan
sendiri oleh siswa tidak hanya oleh mereka yang disebut pakar dalam bidang
tersebut.
3. Pembelajaran matematika realistik memberikan pengertian yang jelas kepada siswa
bahwa cara penyelesaian suatu soal atau masalah tidak harus tunggal dan tidak harus
sama antara yang satu dengan orang yang lain. Setiap orang bisa menemukan atau
menggunakan cara sendiri, asalkan orang itu sungguh-sungguh dalam mengerjakan
soal atau masalah tersebut. Selanjutnya dengan membandingkan cara penyelesaian
yang satu dengan cara penyelesaian yang lain, akan bisa diperoleh cara penyelesaian
yang paling tepat, sesuai dengan tujuan dari proses penyelesaian masalah tersebut.
4. Pembelajaran matematika realistik memberikan pengertian yang jelas kepada siswa
bahwa dalam mempelajari matematika, proses pembelajaran merupakan sesuatu
yang utama dan orang harus menjalani proses itu dan berusaha untuk menemukan
sendiri konsep-konsep matematika dengan bantuan pihak lain yang sudah lebih
tahu (misalnya guru). Tanpa kemauan untuk menjalani sendiri proses tersebut,
pembelajaran yang bermakna tidak akan tercapai.
7. Kesulitan dalam implementasi
pembelajaran matematika realistik
Adanya persyaratan-persyaratan tertentu agar kelebihan PMR dapat muncul
justru menimbulkan kesulitan tersendiri dalam menerapkannya. Kesulitan-
kesulitan tersebut, yaitu:
1. Tidak mudah untuk merubah pandangan yang mendasar tentang berbagai
hal, misalnya mengenai siswa, guru dan peranan soal atau masalah
kontekstual, sedang perubahan itu merupakan syarat untuk dapat
diterapkannya PMR.
2. Pencarian soal-soal kontekstual yang memenuhi syarat-syarat yang
dituntut dalam pembelajaran matematika realistik tidak selalu mudah
untuk setiap pokok bahasan matematika yang dipelajari siswa, terlebih-
lebih karena soal-soal tersebut harus bisa diselesaikan dengan bermacam-
macam cara.
3. Tidak mudah bagi guru untuk mendorong siswa agar bisa menemukan
berbagai cara dalam menyelesaikan soal atau memecahkan masalah.
4. Tidak mudah bagi guru untuk memberi bantuan kepada siswa agar dapat
melakukan penemuan kembali konsep-konsep atau prinsip-prinsip
matematika yang dipelajari.
9. 1. Kajian Kurikulum
Dari materi-materi dalam GBPP matematika, guru harus
mengatifkan siswa dalam pembelajaran matematematika.
Selain itu standar kompetensi dan kompetensi dasar
matematika disusun sebagai landasan pembelajaran untuk
mengembangkan kemampuan. Selain itu dimaksudkan pula
untuk mengembangkan kemampuan menggunakan
matematika dalam pemecahan masalah dan
mengkomunikasikan ide atau gagasan dengan menggunakan
simbol, tabel, diagram, dan media lain. Dalam setiap
kesempatan, pembelajaran matematika hendaknya dimulai
dengan pengenalan masalah yang sesuai dengan situasi
(contextual/realistic problem). Dengan mengajukan masalah
kontekstual, peserta didik secara bertahap dibimbing untuk
menguasai konsep matematika
10. 2. RPP
Standar Kompetensi : Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan data
Kompetensi Dasar :
7.4 Menafsirkan hasil pengolahan data
Indikator :
1. Menemukan nilai terendah data
2. Menemukan nilai tertinggi data
3. Mengurutkan data
4. Menemukan nilai rat-rata
5. Menemukan modus data
6. Menuliskan dan membaca diagram
I. Tujuan Pembelajaran (Karakter yang diharapkan)
Setelah mempelajari Bab ini peserta didik diharapkan dapat :
1. Siswa dapat menemukan nilai terendah data
2. Siswa dapat menemukan nilai tertinggi data
3. Siswa dapat menemukan mengurutkan data
4. Siswa dapat menemukan menemukan nilai rat-rata
5. Siswa dapat menemukan menemukan modus data
6. Siswa dapat menemukan menuliskan dan membaca diagram
Karakter siswa yang diharapkan : Disiplin, rasa hormat dan perhatian, tekun dan tanggung jawab
III. Materi Pokok
Penafsiran hasil pengolahan data.
III. Metode Pembelajaran
Diskusi kelompok, demonstrasi, penemuan, dan penugasan.
11. IV. Langkah-langkah Pembelajaran
1. Kegiatan Awal
Guru menyiapkan kelas untuk pembelajaran (presensi, memeriksa
atau mengumpulkan tugas, kebersihan kelas, dan lain-lain).
Guru menjelaskan tujuan pembelajaran yang akan dicapai.
Guru memberikan apersepsi dan motivasi.
2. Kegiatan Inti
Eksplorasi
Siswa dibagi dalam beberapa kelompok.
Dengan berdiskusi kelompok, siswa diharapkan dapat menentukan
nilai tertinggi, nilai terendah dan mengurutkan data.
Dengan demonstrasi, guru menunjukkan cara menemukan nilai
tertinggi, nilai terendah maupun mengurutkan data.
Dengan berdiskusi kelompok, siswa diharapkan dapat menemukan
nilai rata-rata dan modus data.
Dengan berdiskusi kelompok, siswa diharapkan dapat menulis dan
membaca diagram.
Masing-masing kelompok menyampaikan hasil diskusinya dan
kelompok lain menanggapi.
Dengan demonstrasi, guru menunjukkan cara menulis dan membaca
diagram.
12. Elaborasi
Guru memberikan masalah kontekstual tentang membaca
diagram serta menentukan nilai terendah, nilai tertinggi, dan
mengurutkan data serta menemukan nilai rata-rata dan
modus data yang dapat diselasaikan dengan metode
gabungan dalam kehidupan sehari-hari dan meminta siswa
untuk memahami masalah tersebut.
Data nilai ulangan akhir semester mata pelajaran
matematika siswa kelas 6 SD Tamansiswa adalah
sebagai berikut: 2 siswa mendapat nilai 10, 4 siswa
mendapat nilai 9, 3 siswa mendapat nilai 8, 12 siswa
mendapat nilai 7, 7 siswa mendapat nilai 6, 2 siswa
mendapat nilai 5.
Sajikan data nilai ulangan akhir semester di atas dalam
bentuk tabel frekuensi, kemudian hitunglah median,
modus, dan rata-ratanya!
13. Modus : 7
Median : 7
Mean : 6,97
Hasil
Ulangan
Frekuensi
5
6
7
8
9
10
2
7
12
3
4
2
Jumlah 30
0
2
4
6
8
10
12
14
5 6 7 8 9 10
JumlahSiswa
Hasil Ulangan
14. Konfirmasi
Memberikan umpan balik yang positif dan penguatan dalam bentuk
lisan, tulisan, maupun hadiah terhadap keberhasilan siswa.
Memberikan konfirmasi terhadap hasil eksplorasi siswa melalui
berbagai sumber .
Memfasilitasi siswa melakukan refleksi untuk memperoleh
pengalaman belajar yang telah dilakukan.
Memfasilitasi siswa untuk memperoleh pengalaman yang bermakna
dalam mencapai kompetensi dasar
3. Kegiatan Akhir Penutup
Siswa membuat rangkuman dengan bimbingan guru.
Siswa dan guru melakukan refleksi.
Guru memberi tugas rumah.
V. Alat dan Sumber Bahan
Buku Matematika SD Kelas VI, dan LKS.
VI. Penilaian
Teknik Penilaian : Tes tertulis dan tes perbuatan
Bentuk Instrumen : Pilihan ganda dan uraian
15. 3.Media Pembelajaran
Media Media yang digunakan pada
pembelajaran ini adalah benda yang
digunakan dalam kehidupan sehari-hari.
Agar permasalahan yang akan dibuat menjadi
kontekstual/realistik pada siswa.
16. 4. Sekenario Pembelajaran.
a. Penanaman Konsep
Pembelajaran konsep dasar merupakan jembatan yang harus dapat
menghubungkan kemampuan kognitif siswa yang konkrit dengan
konsep baru matematika yang abstrak. Dalam skenario pembelajaran
ini terdapat pada tahap pemberian apersepsi sebagai penguat siswa
sebelum menerima materi yang akan diajarkan.
b. Pemahaman Konsep
Pemahaman konsep yaitu pembelajaran lanjutan dari penanaman
konsep yang bertujuan agar siswa lebih memahami suatu konsep
matematika. Pada scenario pembelajaran ini terdapat pada kegiatan
inti. Guru memberikan masalah kontekstual dan siswa menemukan
jawaban masisng-masing sesauai dengan pemikirannya
c. Pembinaan Keterampilan
Pembinaan keterampilan yaitu pembelajaran lanjutan dari penanaman
konsep dan pemahaman konsep. Pembelajarann pembinaan
keterampilan bertujuan agar siswa lebih terampil menggunakan
berbagai konsep matematika. Pada scenario pembelajaran pembinaan
keterampilan terdapat pada pemberian, LKS dan pemberian PR.
17. Kesimpulan
Pembelajaran model PMRI akan merubah dari guru yang aktif
menjelaskan konsep atau prosedur penyelesaian masalah
menjadi guru yang memberikan kesempatan pada siswa untuk
menemukan sendiri caranya menyelesaikan suatu masalah.
Pembelajaran bukan lagi berorientasi pada guru, tetapi pada
siswa.
Guru sudah berusaha memulai pembelajaran dengan
memberikan pada siswa masalah yang kontekstual.
Guru sudah meminta dan mendorong siswa berani
menjelaskan idenya.
Guru tidak lagi menganjurkan siswa menggunakan strategi
tertentu tetapi memotivasi mereka mencari dan menggunakan
strategi sendiri