2. •Katarak adalah perubahan lensa mata yang tadinya jernih
dan tembus cahaya menjadi keruh dan tak tembus cahaya
sehingga cahaya sulit mencapai retina dan akan
menghasilkan bayangan yang kabur pada retina sehingga
penderita tidak dapat melihat dengan jelas
2
3. • Katarak kongenital adalah katarak yang mulai terjadi
sebelum atau segera setelah kelahiran dan bayi yang
berusia kurang dari satu tahun
3
4. • Di Indonesia belum data mengenai insiden
katarak kongenital, namun di Amerika
Serikat insiden katarak kongenital adalah
1,2-6 kasus per 10.000 kelahiran.
4
5. 1. Herediter (isolated – tanpa dihubungkan dengan
kelainan mata atau sistemik) seperti auto so m al
do m inant inhe ritance .
2. Herediter yang dihubungkan dengan kelainan sistemik
dan sindrom multisistem.
3. Infeksi seperti toxoplasma, rubella (paling banyak),
cyto m e g alo virus , herpes simplex, sifilis, poliomielitis,
influenza, Epstein-Barr virus saat hamil
4. Obat-obatan prenatal (intra-ute rine ) seperti
kortikosteroid dan vitamin A
5. Radiasi ion prenatal (intra-ute rine ) seperti x-rays,
6. Kelainan metabolik seperti diabetes pada kehamilan,
7. Tapi penyebab terbanyak pada kasus katarak adalah
idiopatik, yaitu tidak diketahui penyebabnya. 5
6. • Pembentukan lensa selama invaginasi dari lapisan
ektoderm melapisi pada vesikel optic. Nukleus embrionik
berkembang dari minggu ke enam gestasi. Nucleus fetal
yang mengelilingi nukleus emrionik.
• Sutura Y adalah sebuah pertanda penting karena
mengidentifikasi luas dari nukleus fetal.
• Beberapa hal yang merusak (seperti infeksi, trauma,
metabolik) terhadap nukleus atau serabut lensa mungkin
menghasilkan sebuah o pacity (katarak) dari media
lenticular yg bersih. Lokasi dan bentuk dari kekeruhan
berwarna putih (lekokoria) biasa digunakan untuk
menentukan waktu kerusakan dan etiologi.
6
8. • Pupil berwarna abu-abu atau putih seperti awan (normal
berwarna hitam)
• Lekokoria atau reflek putih dapat muncul sebagai
pertanda katarak.
• Deskripsi dari sebuah katarak kongenital harus meliputi
lokasi, warna, densitas, dan bentuk, sebagai tujuan dari
identifikasi
• Cahaya "Red eye" dari pupil menghilang pada foto atau
berbeda pada kedua mata
• Pergerakan bola mata yang cepat dan tidak biasa
(nistagmus).
8
9. • Retinoblastoma (11% unilateral dan 7%
bilateral),
• Ablasio retina (2.8% unilateral dan 1.4%
bilateral),
• Bilate ralpe rsiste nt hype rplastic prim ary vitre o us
(4.2%),
• Unilate ralCo ats dise ase (4.2%)
9
10. 1. Disisio Lensa
Tindakan bedah pada disisio lensa adalah dengan
merobek kapsul anterior lensa dengan harapan badan
lensa yang cair keluar. Bahan lensa yang keluar mengalir
bersama dengan cairan (humor aquos) atau difagositosis
oleh makrofag. Setelah terjadi absorbs sempurna, maka
mata menjadi afakia atau tidak mempunyai lensa lagi.
10
11. 2: Ekstraksi linear dan aspirasi
Ekstraksi linear dibuat insisi pada kornea dan
dilakukan robekan pada kapsul anterior lensa. Dimasukkan
sendok Daviel ke dalam blik mata atau lensa kemudian
lensa. Pada saat sekarang untuk mengeluarkan badan
lensa dapat dilakukan dengan aspirasi selanjutnya luka
kornea dapat dijahit kembali. Bila ada bahan lensa yang
masih tertinggal diharapkan seperti pada disisio lentis yaitu
sisa lensa uu akan keluar bersama cairan mata dan
difagositosis.
11
12. • Prognosis katarak kongenital bergantung pada banyak
faktor, termasuk sifat katarak, umur mulainya, umur
intervensi, lama dan beratnya ambliopia yang menyertai
dan adanya kelianan ocular terkait seperti nistagmus dan
strabismus. Prognosis umumnya baik pada katarak tipe
lamellar atau nuclear. Dan prognosis buruk pada katarak
total dapat meayebabkan mikrokornea, dilatasi pupil dan
peningkatan resiko terjadinya glaucoma Microphtalmua,
strabismus, nistagmus dan ambliopia juga bisa terjadi.
Sekitar 90% pasien dengan katarak congenital bilateral
akan berkembang menjadi nistagmus jika tidak diterapi
pada 2 bulan pertama kehidupan.
12