2. Standar Kompetensi Mahasiswa dapat memahami urgensi dan signifikansi ilmu ma`ani al-hadits , menguasai metodologi ma`ani al-hadits dan mampu menerapkannya dalam memahami hadis Nabi saw.
3. Pendahuluan Kajian hadis selama ini lebih terfokus pada tashhih (otentifikasi dan validasi) sanad dan (sedikit pada) matan. Sejatinya sebuah hadis yang dinilai sahih, tidak serta merta dapat langsung difaktualisasi. Teks hadis oleh pembacanya tidak selalu (harus) dipahami dengan pemahaman yang homogen. Pada banyak siatuasi, hadis memerlukan susastera dan hermeunetika.
4. Fakta Tidak semua hadis Nabi saw menunjukkan pengertian yang jelas dan pasti. Lafal-lafal hadis pasca sahabat Nabi saw dibaca oleh orang-orang yang tidak mengalami nuansa idiologi, politik, sosial, ekonomi, budaya, dan keagamaan ketika lafal-lafal itu diucapkan, sehingga memungkinkan terjadinya kekeliruan memahami maksud lafal. Pada level tertentu hadis dipandang tidak komunikatif dan kontekstual lagi. Contoh: 悋 惶 悋忰惆 悋惺惶惘 悋悋 惡 惘惴悸 悋惠 悋惺 惡悖惘 惆悋
5. Konklusi Ada yang memandang hadis sebagai dogma dan produk jadi, sehingga harus dipahami secara tekstual; Ada yang melihat hadis sebagai produk dan respon sosial, dengan demikian harus dipahami secara kontekstual; dan Ada pula yang memadukan dua pandangan sebelumnya, oleh karena itu hadis-hadis Nabi saw mesti dikritisi secara selektif dengan seluruh perangkat pemaknaannya. 惶悋忰 慍悋 悋
6. Pengertian Ilmu Ma`ani al-Hadits Pengetahuan untuk memahami matan hadis secara tepat dengan mempertimbangkan aneka faktor yang berhubungan dengannya, selain mempertimbangkan pula ragam indikasi yang mengemuka dari suatu matan hadis . Tujuan: Untuk menghindari terjadinya kesalahan dan kekeliruan dalam memahami teks sebuah matan hadis
7. Model Metodologi Bentuk Matan Hadis: Jawami`al-Kalim (Ungkapan singkat padat makna) Bahasa Tamtsil (Perumpamaan) Ungkapan majaziy/ metafora (bukan makna sebenarnya, makna pinjaman /isti`arah) Bahasa percakapan (dalam rupa ungkapan tanya jawab) Ungkapan Analogi. Qawliy, Fi`liy, Taqririy, atau gabungan. M. Syuhudi Ismail Dalam: Hadis Nabi Yang Tekstual dan Kontekstual
8. Lanjutan Ismail Dihubungkan dengan fungsi Nabi: Rasul Kepala negara Panglima perang Hakim Tokoh Masyarakat Suami pribadi
9. Dihubungkan dengan fungsi Muhammad sebagai... Secara teoritik peran seseorang dapat saja berbeda-beda, hanya saja: bagaimana, seperti apa, kapan, dan di mana seseorang dapat berganti-ganti peran adalah persoalan yang membutuhkan analisis lebih mendalam dari seseorang pembaca hadis.
10. Menurut pendapat al-Qarafi dalam al-Furuq : Nabi sebagai penyampai Risalah Pemimpin: Tidak boleh ada yang melakukannya tanpa seijin pemimpin Sebagai hakim: Tidak ada yang boleh melakukannya tanpa seijin hakim.
11. Menurut pendapat ad-Dahlawi dalam Hujjatullah al-Baligah: Informasi tentang hari kiamat, Informasi tentang alam malaikat, Informasi tentang ibadah dan prinsip-prinsip mu`amalah, Adalah Sunnah yang disampaikan sebagai penyampai risalah (menurut M Syaltut berlaku umum)
12. Al-Dahlawiy lanjutan.. Informasi tentang masalah kedokteran, (melalui eksperimen dan pengalaman/ tajarrub ) Memilih kuda, -hewan,kendaraan- (Pengalaman dan kesukaan) Apa yang dilakukan karena kebiasaan dan/kebetulan, Kemaslahatan kontemporer.
13. Menurut Mahmud Syalthut Sunnah yang berkaitan dengan kebutuhan dasar manusia, Berkaitan dengan pengalaman dan kebiasaan individual atau masyarakat, Strategi manusiawi yang terkait dengan sikon. Adalah Sunnah yang disabdakan Muhammad bukan dalam kapasitasnya sebagai penyampai risalah
14. Dihubungkan dengan fungsi Muhammad... Dengan memerhatikan ragam faktor di atas, maka kriterianya adalah Obyek (konten/muatan) bukan Subyek (Kontainer)
15. M. Syuhudi Ismail.. Latar lahirnya matan hadis (Asbab al-Wurud): Ada sebab khusus Tidak ada sebab khusus Berkaitan dengan keadaan yang sedang terjadi Tampak saling bertentangan ( al-Mut`aridhah fi al-Zhahirah ): Thariqah al-Jam`i wa al-tawfiq Thariqah al-Tarjih Thariqah al-Nasikh wa al-Mansukh Thariqah al-Tawaqquf
16. Model Metodologi Memahami Sunnah sesuai petunjuk Alquran Menghimpun hadis yang bertema sama/satu tema Menggabungkan/mengkompromikan atau mentarjih yang bertentangan Mempertimbangkan asbab al-wurud Yusuf al-Qaradawi Dalam Kaifa Nata`ammal Ma` al-Sunnah al-Nabawiyyah
17. Yusuf al-Qaradawi lanjutan... Membedakan sarana yang tetap dan yang berubah Memerhatikan ungkapan bahasa, haqiqiy atau majaziy Membedakan informasi yang bersifat metafisis dan yang kasat mata Memastikan makna dan konotasi
18. Model Metodologi Muhammad `Abid al-Jabiriy Mawdhu`iyyah, Obyek Ma`quliyyah, Rasional Menjadikan adat kebiasaan/tradisi menjadi dirinya sendiri, sehingga bersifat lebih kontekstual dan kontemporer
19. Resensi Ilmu Ma`an al-Hadits Memerhatikan ragam aspek yang telah lalu, maka pengkajian hadis harus menetapi prinsip-prinsip sebagai berikut: Verifikatif dan konfirmatif Tematik dan komprehensif Analisis linguistik ( lughawiy dan fiqh al-lughah ) Kesejarahan Realitas sosio-kultural Legalitas dan Etika Sarana dan Tujuan
20. Operasionalisasi metodologis Untuk memeroleh pemahaman yang bersifat tekstual, maka yang dapat dilakukan, di antaranya adalah: Menentukan tema Kritik hadis Pemaknaan hadis Analisis matan Tematik komprehensif Linguistik Konfirmatif
21. Operasionalisasi lanjutan... Dengan alat bantu hermeunetika: Melakukan studi kesejarahan, tujuannya: untuk menemukan dan mengidentifikasi ragam konteks sosio-historis di masa Nabi saw, sehingga menyata realitas yang menuansa pada masa itu. Menggeneralisasi aneka konsep yang megemuka dari matan hadis, tujuannya: untuk menemukan makna universal yang terkandung dalam hadis sesuai dengan maqashid al-Syari`ah.
22. Operasionalisasi lanjutan... Proyeksi realitas Untuk mengimplementasikan nilai-nilai yang dibawa oleh hadis-hadis Nabi saw, maka diperlukan usaha lebih proaktif, masif dan dinamis dari para pembelajar hadis dalam melakukan kajian hadis dengan secara cermat menghubungkannya dengan realitas kekinian.