Sosialisasi teknik pembuatan arang tempurung kelapa dilaksanakan di Desa Mendahara Ilir, Kecamatan Mendahara, Kabupaten Tanjung Jabung Timur, Provinsi Jambi pada bulan September 2006. Alat pembakaran tempurung kelapa tipe drum dengan sistem suplai udara terkendali dapat menghasilkan arang berkualitas lebih baik dibandingkan metode konvensional dengan rendemen 31,58%. Masyarakat memberikan respons positif terhadap al
2. Kegiatan
sosialisasi
dilaksanakan di
Desa Mendahara
Ilir,
Kecamatan
Mendahara,
Kabupaten Tanjung
Jabung Timur,
Provinsi Jambi
pada bulan
September 2006.
Bahan yang
digunakan adalah
tempurung kelapa
300 kg, minyak
tanah
0,5 l, tanah liat 1
ember, dan bahan
lainnya. Alat yang
diguna-
kan adalah alat
pembuat arang tipe
drum,
stop watch,
timbangan, karung
plastik 10 lembar,
alat tulis kantor,
dan
alat bantu
lainnya.
Alat
Pembuat
Tempurun
g Kelapa
Tipe
Drum
Alat pembakaran
tempurung kelapa
tipe drum terbuat
dari
bahan plat besi,
merupakan drum
bekas tempat
minyak oli
dengan tinggi 90
cm dan diameter
60 cm. Pada bagian
atas
alat dibuat lubang
pembuangan asap
berupa cerobong
dari
bahan pipa seng
dengan ukuran tinggi 30 cm dan diameter
10 cm. Bagian atas cerobong dilengkapi dengan
penutup
yang dapat dibuka dan ditutup. Di sekeliling dinding
drum
tempat pembakaran dibuat beberapa lubang berdiameter
13
cm yang dapat dibuka dan ditutup sebagai pengatur
suplai
udara pada saat pembakaran. Jumlah lubang udara
sebanyak
lima baris dengan jarak antarbaris 18 cm dan tiap baris
terdiri
atas empat lubang dengan jarak antarlubang 45 cm.
Kapasitas
alat adalah 90-112 kg tempurung dan usia ekonomis
alat 12-
18 bulan (Gambar 1).
Prosedur Pembuatan Arang Tempurung
Kelapa
Pembuatan arang tempurung dengan sistem suplai udara
terkendali pada dasarnya tidak jauh berbeda dengan cara
yang biasa dilakukan petani dan perajin arang tempurung
setempat. Namun, terdapat beberapa perbedaan urutan
kerja,
alat/tempat pembakaran, dan cara memadamkan api.
Urutan kerja pembuatan arang tempurung kelapa
dengan cara suplai udara terkendali adalah sebagai
berikut:
• Tempurung kelapa sebanyak 7,5 kg dimasukkan
ke dalam
drum tempat pembakaran yang telah tersedia
hingga
mencapai 1/4 bagian drum.
• Lubang pengendali udara pada drum tempat
pembakaran
ditutup rapat, kecuali lubang pada baris paling
bawah yang
dibiarkan terbuka.
• Dilakukan pembakaran pertama dengan menyalakan
sabut
kelapa yang dicelupkan ke dalam minyak tanah
sebagai
umpan.
• Setelah api menyala dengan sempurna, ditambahkan
tempurung ke dalam drum secara perlahan-lahan
agar api
Cerobong asap
Penutup drum/tabung
Lubang pengendali udara
(dilengkapi penutup)
Drum/tabung tempat
pe
mbakaran
Gambar 1. Bagian-bagian alat
pembakaran tempurung kelapa
tipe drum dengan suplai
udara terkendali yang
dimodifikasi dari model
LIPI - Balitka Manado
dan
BPTP Jambi
tidak padam hingga drum
penuh (sekitar 32 kg). Penutup
drum lalu dipasang, tetapi
cerobong asap pada bagian
atas
drum dibiarkan terbuka.
• Asap yang keluar dari
cerobong diperhatikan; jika asap
yang keluar cukup banyak
berarti proses pembakaran
berjalan sempurna.
• Dari lubang kendali udara
bagian bawah (baris I) yang
terbuka, dapat dilihat
tempurung telah terbakar
sempurna
atau belum. Apabila
tempurung sudah menjadi
bara, berarti
pembakaran tempurung pada
bagian bawah sempurna.
• Lubang kendali udara pada
baris I ditutup rapat dan lubang
pada baris II dibuka, lalu
ditambahkan tempurung
kelapa
sampai drum penuh (sekitar 12
kg) dengan cara membuka
penutup atas drum, kemudian
drum ditutup kembali.
• Proses pembukaan dan
penutupan lubang kendali udara
dilakukan seiring dengan
penambahan tempurung kelapa
ke dalam drum. Caranya sama
seperti di atas sampai lubang
kendali udara pada barisan paling
4. Rustan Hadi: Sosialisasi teknik pembuatan arang tempurung kelapa
• Penutupan harus betul-betul rapat dan dipastikan tidak
bocor sehingga di dalam drum menjadi hampa udara. Untuk
menjamin tidak ada kebocoran, semua penutup lubang
kendali udara dan lubang cerobong asap ditambal dengan
tanah liat.
• Karena di dalam drum hampa udara, api yang ada di dalam
drum akan padam dengan sendirinya (sekitar 1,5 jam setelah
ditutup).
• Penutup drum bagian atas dapat dibuka setelah suhu cukup
dingin. Hasil pembakaran berupa arang tempurung lalu
dikeluarkan agar menjadi dingin. Arang tempurung yang
telah dingin dapat dikemas sesuai keperluan.
Pengamatan
Percobaan pengolahan tempurung kelapa dalam sosialisasi
teknologi ini menggunakan metode demonstrasi langsung
dan melibatkan 20 orang peserta, yang terdiri atas petani
kelapa dan perajin arang tempurung kelapa. Data dan
informasi yang dikumpulkan meliputi:
• Waktu yang diperlukan untuk sekali proses pembakaran
tempurung (dicatat waktu mulai pemasukan tempurung
sampai pembongkaran arang hasil pembakaran).
• Jumlah arang yang dihasilkan dalam sekali pembakaran
(ditimbang dalam kg).
• Rendemen arang dalam sekali pembakaran (dihitung dalam
%).
• Respons penduduk sekitar, terutama peserta demonstrasi,
yang meliputi minat dan kritik/saran terhadap alat yang
didemonstrasikan (diperoleh dari hasil wawancara).
• Respons pengguna terhadap arang hasil pembakaran
dengan menggunakan alat pembakaran tipe drum dengan
sistem suplai udara terkendali (wawancara dengan para ibu
rumah tangga yang memasak menggunakan arang tem-
purung).
HASIL DAN PEMBAHASAN
79
Data pada Tabel 1 menunjukkan, dalam setiap proses
pembakaran, alat dapat menampung rata-rata 90 kg tem-
purung dan menghasilkan rata-rata 28,42 kg arang sehingga
rendemen rata-rata 31,58% dan waktu pembakaran rata-rata
413 menit (6 jam 53 menit). Dengan waktu pembakaran ter-
sebut, dalam sehari semalam satu unit alat dapat digunakan
untuk tiga kali proses pembakaran.
Tahapan paling penting dan paling memengaruhi ku-
alitas arang adalah proses pembakaran dan mematikan api.
Pada pembakaran dengan cara seperti yang biasa dilakukan
masyarakat setempat, proses pembakaran berlangsung
menyeluruh dan terus-menerus tidak terkendali sehingga
tempurung yang terbakar lebih dahulu dan sudah menjadi
arang, akan terus terbakar mengikuti tempurung yang belum
terbakar. Akibatnya, banyak tempurung yang menjadi abu
dan sebagian lainnya belum terbakar sehingga rendemen
arang hasil pembakaran rendah, yaitu 22,5% (Lindayanti
2006b).
Pada pembakaran dengan sistem suplai udara terkendali,
proses pembakaran dikendalikan dengan cara mengatur
suplai udara ke dalam tabung tempat pembakaran. Pada
bagian tempurung yang sudah terbakar menjadi arang,
lubang suplai udara ditutup dan lubang pada baris bagian
atasnya dibuka sehingga proses pembakaran hanya ber-
langsung pada bagian yang lubang suplai udaranya terbuka.
Begitu seterusnya sampai lubang udara pada baris paling
atas. Dengan demikian, pada arang hasil pembakaran tidak
ditemukan abu dan sedikit sekali tempurung yang tidak
menjadi arang sehingga rendemen arang yang dihasilkan
lebih tinggi, yaitu 31,58%.
Masyarakat setempat melakukan pemadaman api pada
saat pembakaran tempurung dengan cara menyiramkan air
dan menutupkan karung basah sehingga arang kurang keras
dan kadar airnya tinggi, yaitu 17,5%. Dengan cara suplai uda-
ra terkendali, pemadaman api pembakaran dilakukan dengan
cara mengondisikan ruang pembakaran menjadi hampa udara
dan api akan mati dengan sendirinya sehingga arang lebih
kompak/keras dan kadar airnya rendah, yaitu 5,25%.
Tabel 1. Hasil pembakaran tempurung dengan alat pembakaran
sistem suplai udara terkendali, Kecamatan Mendahara,
Kabupaten Tanjung Jabung Timur, Provinsi Jambi, 2006
Hasil Pembakaran Arang
Tempurung Kelapa
Tempurung
Hasil
Waktu Rendemen
Kualitas arang tempurung yang
dihasilkan dengan alat
Demo kelapa
(kg)
arang
pembakaran
(kg)
(menit)
hasil
(%)
pembakaran tipe drum dengan
sistem udara terkendali secara
fisik lebih keras dan mengilap, kadar
air 5%, dan rendemen
31,58% (Tabel 1). Arang tempurung
hasil
pembak
aran
dengan
alat ini
dap
at
lang
sun
g
menj
adi
bahan
baku
arang
aktif. I
II
III
Rata-rata
6. 80
Respons Masyarakat terhadap Penggunaan Alat
Rustan Hadi: Sosialisasi teknik pembuatan arang tempurung kelapa
Berdasarkan permintaan masyarakat, alat ini perlu
dimodifikasi agar kapasitasnya lebih besar sehingga arang
7. Peserta yang mengikuti sosialisasi dan demonstrasi alat ini
memberikan respons yang berbeda-beda, tetapi sebagian
besar tertarik dan berminat untuk menggunakan alat tersebut.
Dari hasil wawancara, terdapat 62% peserta yang tertarik,
18,5% peserta tidak tertarik, dan 19,8% peserta mengatakan
tidak tahu atau tidak ada respons.
Masyarakat tertarik dengan alat ini karena konstruksi-
nya sederhana, bahan baku alat mudah didapat, dapat
dipindahkan, tidak memerlukan tempat khusus, harganya
murah, dan arang yang dihasilkan kualitasnya lebih baik.
Masyarakat yang tidak tertarik beralasan kapasitas alat terlalu
kecil dan operasionalnya memerlukan waktu dan tenaga yang
lebih banyak dibandingkan dengan pembakaran secara
konvensional.
Sebagian besar ibu rumah tangga di lokasi kegiatan
menggunakan arang tempurung kelapa sebagai bahan bakar
untuk memasak. Setelah mencoba arang tempurung kelapa
hasil pembakaran dengan alat yang didemonstrasikan,
mereka sangat tertarik karena arangnya lebih keras, lebih
bersih, dan lebih awet sehingga lebih hemat dibandingkan
dengan arang yang biasa mereka gunakan. Karena kualitas
arang yang dihasilkan lebih baik dan rendemennya lebih
tinggi, para perajin atau pengusaha arang tempurung kelapa
dapat menggunakan alat ini untuk memenuhi pesanan arang
dari luar daerah, terutama sebagai bahan baku arang aktif.
KESIMPULAN DAN SARAN
Alat pembakaran arang tempurung kelapa tipe drum dengan
suplai udara terkendali dapat menghasilkan arang yang
berkualitas lebih baik dibandingkan dengan arang hasil
pembakaran yang biasa dilakukan masyarakat setempat.
Kapasitas alat adalah 90 kg/proses, dengan waktu pembakar-
an sekitar tujuh jam. Rendemen arang yang dihasilkan 31,6%.
yang dihasilkan dalam sekali proses pembakaran lebih
banyak. Untuk memanfaatkan asap yang keluar pada saat
pembakaran tempurung, disarankan alat ini dapat dimodi-
fikasi dengan alat penyulingan (destilasi) sehingga dapat
menghasilkan asap cair.
UCAPAN TERIMA KASIH
Penulis menyampaikan terima kasih kepada Ibu Ir. Lindayanti,
M.Si sebagai penanggung jawab kegiatan dan semua pihak
yang membantu penulis dalam proses pengkajian dan
penulisan naskah.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2011. Karbon aktif. http//: id.wikipedia.org/wiki/karbon
aktif [3 Agustus 2011].
APCC (Asian Pacific Coconut Community). 2007. Negeri berjuta
Cocos. Trubus 469 (Desember 2008/XXXIX): 32.
BPTP (Balai Pengkajian Teknologi Pertanian) Jambi. 2006. Laporan
Tahunan 2005. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jambi.
hlm. 63.
Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Tanjung Jabung
Timur. 2005. Tanjung Jabung dalam Angka 2005. Kerja Sama
Badan Perencanaan Pembangunan Penelitian dan Pengembangan
Daerah Kabupaten Tanjung Jabung Timur dengan Badan Pusat
Statistik Kabupaten Tanjung Jabung Timur. hlm. 134 dan 136.
Direktorat Jenderal Perkebunan. 2007. Baru: Bisnis asap cair.
Trubus 469 (Desember 2008/XXXIX): 19.
Lindayanti. 2006a. Penanganan pascapanen tanaman kelapa di
daerah pasang surut. Prosiding Seminar Kegiatan Pengkajian
Teknologi Spesifik Lokasi. Jambi, November 2006. Balai
Pengkajian Teknologi Pertanian Jambi. hlm. 26.
Lindayanti. 2006b. Teknologi Pembuatan Arang Tempurung
Kelapa. Liptan Agdex:161/78 No. 01/BPTP Jambi/2006.