ºÝºÝߣ

ºÝºÝߣShare a Scribd company logo
DIURETIK
I. TUJUAN
a. Mengenal suatu cara untuk mengevaluasi secara eksperimental efek diuretik suatu obat.
b. Merumuskan beberapa kriteria diuretic dan pendekatan yang baik untuk mengatasinya.
II. TEORI DASAR
Diuretik adalah obat yang dapat menambah kecepatan pembentukan urin.
Istilah diuresis mempunyai dua pengertian:
1. menunjukkan adanya penambahan volume urin yang diproduksi.
2. menunjukkan jumlah pengeluaran zat-zat terlarut dalam air.
Fungsi utama diuretik adalah untuk memobilisasi cairan udem, yang berarti
mengubah keseimbangan cairan sedemikian rupa sehingga volume cairan ekstra sel
kembali menjadi normal.
Diuretik menurunkan tekanan darah terutama dengan cara mendeplesikan
simpanan natrium tubuh. Awalnya, diuretik menurunkan tekanan darah dengan
menurunkan volume darah dan curah jantung, tahanan vaskuler perifer. Penurunan
tekanan darah dapat terlihat dengan terjadinya diuresis. Diuresis menyebabkan
penurunan volume plasma dan stroke volume yang akan menurunkan curah jantung dan
akhirnya menurunkan tekanan darah.
Mekanisme kerja diuretik
Ada tiga faktor utama yang mempengaruhi respon diuretik :
- tempat kerja diuretik di ginjal. Diuretik yangbekerja pada daerah yang reabsorbsi
natrium sedikit, akanmemberi efek yang lebih kecil bila dibandingkan dengan diure-tik
yang bekerja pada daerah yang reabsorbsi natrium banyak.
- status fisiologi dari organ. Misalnya dekompensasijantung, sirosis hati, gagal ginjal.
Dalam keadaan ini akanmemberikan respon yang berbeda terhadap diuretik.
- interaksi antara obat dengan reseptor.
Diuretik dapat dibagi menjadi 5 golongan yaitu :
1. Diuretik osmotik
Tempat Dan Cara Kerja :
ï‚· Tubuli Proksimal penghambatan reabsorbsi natrium dan air melalui daya
osmotiknya
ï‚· Ansa Henle penghambatan reasorbsi natrium dan air oleh karena
hiperosmolaritas daerah medula menurun.
ï‚· Duktus Koligentes penghambatan reasorbsi natrium dan air akibat adanya
papilarry washout, kecepatan aliran filtrat yang tinggi, atau adanya faktor
lain.
diuretik osmotik biasanya dipakai untuk zat bukan elektrolit yang mudah dan
cepat diekskresi oeh ginjal.
Contoh dari diuretik osmotik adalah ; manitol, urea, gliserin dan isosorbid.
2. Diuretik golongan penghambat enzim karbonik anhidrase
Tempat Dan Cara Kerja : Diuretik ini bekerja pada tubuli Proksimal dengan cara
menghambat reabsorpsi bikarbonat.
Yang termasuk golongan diuretik ini adalah asetazolamid, diklorofenamid dan
meatzolamid.
3. Diuretik golongan tiazid
Tempat Dan Cara Kerja : Diuretik golongan tiazid ini bekerja pada hulu tubuli
distal dengan cara menghambat reabsorpsi natrium klorida.
Obat-obat diuretik yang termsuk golongan ini adalah ; klorotiazid,
hidroklorotiazid, hidroflumetiazid, bendroflumetiazid, politiazid, benztiazid, siklotiazid,
metiklotiazid, klortalidon, kuinetazon, dan indapamid.
4. Diuretik hemat kalium
Tempat Dan Cara Kerja : Diuretik hemat kalium ini bekerja pada hilir tubuli distal
dan duktus koligentes daerah korteks dengan cara menghambat reabsorpsi natrium dan
sekresi kalium dengan jalan antagonisme kompetitif (sipironolakton) atau secara
langsung (triamteren dan amilorida).
Yang tergolong dalam kelompok ini adalah: antagonis aldosteron. triamterenc.
amilorid.
5. Diuretik kuat
Tempat Dan Cara Kerja : Diuretik kuat ini bekerja pada Ansa Henle bagian
asenden pada bagian dengan epitel tebal dengan cara menghambat transport elektrolit
natrium, kalium, dan klorida.
Yang termasuk diuretik kuat adalah ; asam etakrinat, furosemid dan bumetamid.
6. Xantin
Xantin ternyata juga mempunyai efek diuresis. Efek stimulansianya paa fungsi
jantung, menimbulkan dugaan bahwa diuresis sebagian disebabkan oleh meningkatnya
aliran darah ginjal dan laju filtrasi glomerolus. Namun semua derivat xant in ini rupanya
juga berefek langsung pada tubuli ginjal, yaitu menyebabkan peningkatan ekskresi Na+
dan Cl- tanpa disertai perubahan yang nyata pada perubahan urin. Efek diuresis ini
hanya sedikit dipengaruhi oleh keseimbangan asam-basa, tetapi mengalami potensiasi
bila diberikan bersama penghambat karbonik anhidrase.Diantara kelompok xantin,
theofilin memperlihatkan efek diuresis yang paling kuat.
Penggunaan klinik diuretik.
ï‚· Diuretik golongan Tiazid, merupakan pilihan utama step 1, pada sebagian besar
penderita.
ï‚· Diuretik golongan tiazid, :
a. digunakan pada payah jantung kronik kongestif, bila fungsi ginjal normal.
b. Digunakan pada penderita batu ginjal.
c. disertai dengan diet rendah garam digunakan pada penderita diabetes insipidu
ï‚· Diuretik kuat biasanya (furosemid) :
a. terutama bermanfaat pada penderita dengan gangguan fungsi ginjal.
b. Udem paru akut.
c. digunakan bila terdapat gangguan fungsi ginjal atau bila diperlukan efek diuretik yang
segera.
d. diberikan bersama infus NaCl hipertonis pada penderita hiperklasemia
ï‚· Diuretik osmotik :
a. pada penderita udem otak
b. Diuretik osmotik atau asetazolamid digunakan prabedah pada penderita acute angle
closure glaucoma
ï‚· Diuretik hemat kalium, digunakan bersama tiazid atau diuretik kuat, bila ada
bahaya hipokalemia.
ï‚· Biasanya digunakan diuretik golongan tiazid atau diuretik kuat bersama dengan
spironolakton untuk penderita sindrom nefrotik
III. ALAT DAN BAHAN
ï‚· Tikus 1 ekor
ï‚· Obat : furosemid injeksi
ï‚· Timbangan hewan
ï‚· Alat suntik
ï‚· Alat untuk pengujian (tabung metabolisme)
ï‚· Gelas ukur
IV. CARA KERJA
1. Tikus ditimbang pada timbangan hewan.
2. Dihitung nilai VAO dan dosis furosemid yang akan diinjeksikan pada tikus
3. Tikus disuntikan secara intraperitoneal dengan kadar dosis yang telah dihitung.
4. Tikus dimasukkan kedalam tabung metabolisme untuk dilakukan pengamatan.
5. Pengamatan dilakukan pada menit ke 10’, 20’, 30’, 40’, 50’, 60’
6. Jumlah volume urin tikus yang dihasilkan pada menit diatas dicatat
7. Dibuat kurva hubungan antara volume urin dan waktu.
8. Dilihat perbedaan pada dosis yang diberikan terhadap jumlah urine yang dihasilkan.
V. HASIL PENGAMATAN
ï‚· Tikus I
§ Berat Badan : 300 mg = 0,3 kg
§ Dosis Obat (Furosemid) : 40 mg
§ Konsentrasi Obat : 10 mg/ml
§ VAO : BB (kg) x Dosis (mg/kgBB) / Konsentrasi ( mg/ml)
: 0,3 kg x 40 mg/kgBB / 10 mg/ml
: 1,2 ml
ï‚· Tikus II
 Berat Badan : 320 mg = 0,32 kg
§ Dosis Obat (Furosemid) : 80 mg
§ Konsentrasi Obat : 10 mg/ml
§ VAO : BB (kg) x Dosis (mg/kgBB) / Konsentrasi ( mg/ml)
: 0,3 kg x 40 mg/kgBB / 10 mg/ml
: 1,8 ml
ï‚· TabeL Hasil pengamatan
Waktu (Menit) Tikus I
Kelompok 1,2, dan 3
Tikus II
Kelompok 4,5, dan 6
10 0 2
20 4 2
30 2,5 2,5
40 2,5 1,5
50 2 1,25
60 2 1,25
VI. PEMBAHASAN
Pada pratikum kali ini dilakukan uji diuretik. Diuretik sendiri berfungsi sebagai obat yang dapat
menambah kecepatan pembentukan urien. Dengan kata lain adalah berfungsi membuat pruduksi urine
meningkat. Hal ini dilakukan dengan maksud mencuci atau membilas ginjal dari dari zat zat berbahaya.
Pada pratikumkali ini hewan percobaan yang digunakan adalah 2 ekor tikus putih. Sebelum disuntikan
dengan obat diuretik tikus - tikus tersebut di timbang terlebih dahulu guna menentukan jumlah obat yang
akan digunakan.Setelah didapatkan jumlah dosis barulah diambil obatyangakan digunakan.Pada bab diuretik
ini digunakan obat furosemid injeksi dengan [] 10 mg/1 ml. Setelah itu tikus - tikus disuntik dengan
konsentrasi dosis yang berbeda. Untuk tikus kelompok a digunakan dosis dengan konsentrasi 40mg/1ml.
Sedangkan untuk tikus kelompok b digunakan dosis dengan kontrasi 80mg/1ml. Obat di suntikan ke tikus
secara intraperitonial.
Setelah masing- masing tikus disuntikkan, tikus lansung dimasukkan ke sebuah tempat yaitu kandang
metabolisme. Masing – masingtikus diletakkan pada kandang yang berbeda. Kemudian setelah 10 menit tikus
berada didalam kandang masing – masing tikus mulai mengeluarkan urine. Kemudian urine tersebut di
tampung menggunakan gelas ukur. Setelah itu urin yang telah ditambung menggunakan gelas ukur tersebut
diukur dan dicatatberapa banyak keluarnya.Masing –masingurin tikus diukur dengan selang waktu antara 10
menit, 20 menit, 30 menit, 40 menit, 50 menit dan 60 menit.
Pada tikus A diperoleh data sebagai berikut pada menit ke 10 urine berjumlah 0 ml , pada menit ke
20 bertambah 4 ml , pada menit ke 30 bertambah 2,5 ml, pada menit ke 40 bertambah 2,5 ml, pada menit ke
50 bertambah 2 ml, dan pada menit 60 bertambah 2 ml. setelah di jumlahkan maka di peroleh jumlah hasil
urine dari tikus kelompok A adalah 13 ml.
Sedangkan pada tikus B diperoleh data sebagai berikut menit ke 10 urine tikus berjumlah 2 ml , pada
menit ke 20 urine tikus bertambah 2 ml , menit ke 30 urine tikus bertambah 2,5 ml, pada menit ke 40 urine
tikus bertambah 1,50 ml, pada menit ke 50 urine tikus bertambah 1,25 ml, dan pada menit ke 60 urin tikus
bertambah 1,25 ml. Setelah di jumlahkan maka diperoleh hasil urine dari tikus kelompok B adalah 10,5 ml.
Dari hasil data diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa tikus kelompak A lebih banyak mengeluarkan
urine dari pada tikus kelompok B. Tetapi berdasarkan jumlah konsentrasi dosis obat seharusnya tikus
kelompok B lebih banyak mengeluarkan urine dari pada. Konsentrasi dosis obat untuk tikus kelompak B lebih
tinggi di bandingkan tikus kelompok A. karene dosis yanglebih besar berpengaruh terhadap kerja obat didalam
tubuh.
Setelah dilihat dari prosedur kerjanya pada tikus kelompok B ditemukan bahwa pada saat
penyuntikkan obat kepada tikus,tikus tersebut terus bergerak saatdipegangoleh sala h satu pratikan sehingga
mengakibatkan pratikan yang bertugas menyuntikan obat merasa takut dan pada waktu obat disuntikan ke
tikus obat hanya dapat masuk setengahnya saja. Karena obat hanya masuk setengah dari jumlah obat yang
seharusnya disuntikkan maka efek dari obat tersebut tidak efektif, dan mengakibatnkan tikus kelompok B
mengeluarkan urien lebih sedikit dari tikus kelompok A.
obat furosemid sendiri sebenarnya mulai menunjukkan efek pada menit ke 72, tetapi pengamatan
yang di lakukan hanya pada menit ke 60. Urine yang dikeluarkan oleh masing masing tikus bukan akibat efek
dari obatferusemid melaikan efek dari stressnya tikus karena penyuntikkan yang sebelumnya di lakukuan. Ini
bisa dilihat dari tikangkah laku tikus yang hanya diam di sudut kandang sambil menahan sakit akibat
penyuntikan. Sehingga pada pada pratikum ini urine yang didapat hanya sedikit sekali.
Urine yang sedikitini juga bisadisebabkan karena masing – masing tikus sebelum pratikum ini hanya
meminum sedikitair.Sehingga kadar air didalam tubuhnya hanya sedikit dan membuat urine yang dihasilkan
sedikit.
VII. KESIMPULAN
1. Diuretik berfungsi sebagai obat yang dapat menambah kecepatan pembentukan urine.
2. tikus kelompak A lebih banyak mengeluarkan urine dari pada tikus kelompok B.
3. obat furosemid Diuretik kuat ini bekerja pada Ansa Henle bagian asenden pada bagian dengan epitel
tebal dengan cara menghambat transportelektrolitnatrium,kalium,dan klorida. Mulai menunjukkan
efek pada menit ke 72.
4. Adanya kesalahan dalampenyuntikan,sehingga hasil yang didapat tidak sesuai. Diharuskan pratikan
lebih ahli dalam penyuntikan.
VIII. DAFTAR PUSTAKA
Departemen Farmakologi dan Terapeutik FKUI.2008. Farmakologi dan Terapi Edisi 5. Jakarta : Balai Penerbit
FKUI
Mutschler, E., 1991, Dinamika Obat,.Bandung: ITB
Tjay, Tan Hoan, Kirana Rahardja. 2007. Obat-obat Penting Edisi 6 . Jakarta : PT. Elex Media Komputindo
http://gooddic.wordpress.com/2009/12/24/epilepsi-dan-terapi-antiepilepsi/ (diakses pada 23 April 2011)
http://repository.ui.ac.id (diakses pada 23 April 2011)

More Related Content

Diuretik percobaan

  • 1. DIURETIK I. TUJUAN a. Mengenal suatu cara untuk mengevaluasi secara eksperimental efek diuretik suatu obat. b. Merumuskan beberapa kriteria diuretic dan pendekatan yang baik untuk mengatasinya. II. TEORI DASAR Diuretik adalah obat yang dapat menambah kecepatan pembentukan urin. Istilah diuresis mempunyai dua pengertian: 1. menunjukkan adanya penambahan volume urin yang diproduksi. 2. menunjukkan jumlah pengeluaran zat-zat terlarut dalam air. Fungsi utama diuretik adalah untuk memobilisasi cairan udem, yang berarti mengubah keseimbangan cairan sedemikian rupa sehingga volume cairan ekstra sel kembali menjadi normal. Diuretik menurunkan tekanan darah terutama dengan cara mendeplesikan simpanan natrium tubuh. Awalnya, diuretik menurunkan tekanan darah dengan menurunkan volume darah dan curah jantung, tahanan vaskuler perifer. Penurunan tekanan darah dapat terlihat dengan terjadinya diuresis. Diuresis menyebabkan penurunan volume plasma dan stroke volume yang akan menurunkan curah jantung dan akhirnya menurunkan tekanan darah. Mekanisme kerja diuretik Ada tiga faktor utama yang mempengaruhi respon diuretik : - tempat kerja diuretik di ginjal. Diuretik yangbekerja pada daerah yang reabsorbsi natrium sedikit, akanmemberi efek yang lebih kecil bila dibandingkan dengan diure-tik yang bekerja pada daerah yang reabsorbsi natrium banyak. - status fisiologi dari organ. Misalnya dekompensasijantung, sirosis hati, gagal ginjal. Dalam keadaan ini akanmemberikan respon yang berbeda terhadap diuretik. - interaksi antara obat dengan reseptor. Diuretik dapat dibagi menjadi 5 golongan yaitu : 1. Diuretik osmotik Tempat Dan Cara Kerja : ï‚· Tubuli Proksimal penghambatan reabsorbsi natrium dan air melalui daya osmotiknya ï‚· Ansa Henle penghambatan reasorbsi natrium dan air oleh karena hiperosmolaritas daerah medula menurun. ï‚· Duktus Koligentes penghambatan reasorbsi natrium dan air akibat adanya papilarry washout, kecepatan aliran filtrat yang tinggi, atau adanya faktor lain.
  • 2. diuretik osmotik biasanya dipakai untuk zat bukan elektrolit yang mudah dan cepat diekskresi oeh ginjal. Contoh dari diuretik osmotik adalah ; manitol, urea, gliserin dan isosorbid. 2. Diuretik golongan penghambat enzim karbonik anhidrase Tempat Dan Cara Kerja : Diuretik ini bekerja pada tubuli Proksimal dengan cara menghambat reabsorpsi bikarbonat. Yang termasuk golongan diuretik ini adalah asetazolamid, diklorofenamid dan meatzolamid. 3. Diuretik golongan tiazid Tempat Dan Cara Kerja : Diuretik golongan tiazid ini bekerja pada hulu tubuli distal dengan cara menghambat reabsorpsi natrium klorida. Obat-obat diuretik yang termsuk golongan ini adalah ; klorotiazid, hidroklorotiazid, hidroflumetiazid, bendroflumetiazid, politiazid, benztiazid, siklotiazid, metiklotiazid, klortalidon, kuinetazon, dan indapamid. 4. Diuretik hemat kalium Tempat Dan Cara Kerja : Diuretik hemat kalium ini bekerja pada hilir tubuli distal dan duktus koligentes daerah korteks dengan cara menghambat reabsorpsi natrium dan sekresi kalium dengan jalan antagonisme kompetitif (sipironolakton) atau secara langsung (triamteren dan amilorida). Yang tergolong dalam kelompok ini adalah: antagonis aldosteron. triamterenc. amilorid. 5. Diuretik kuat Tempat Dan Cara Kerja : Diuretik kuat ini bekerja pada Ansa Henle bagian asenden pada bagian dengan epitel tebal dengan cara menghambat transport elektrolit natrium, kalium, dan klorida. Yang termasuk diuretik kuat adalah ; asam etakrinat, furosemid dan bumetamid. 6. Xantin Xantin ternyata juga mempunyai efek diuresis. Efek stimulansianya paa fungsi jantung, menimbulkan dugaan bahwa diuresis sebagian disebabkan oleh meningkatnya aliran darah ginjal dan laju filtrasi glomerolus. Namun semua derivat xant in ini rupanya juga berefek langsung pada tubuli ginjal, yaitu menyebabkan peningkatan ekskresi Na+ dan Cl- tanpa disertai perubahan yang nyata pada perubahan urin. Efek diuresis ini hanya sedikit dipengaruhi oleh keseimbangan asam-basa, tetapi mengalami potensiasi bila diberikan bersama penghambat karbonik anhidrase.Diantara kelompok xantin, theofilin memperlihatkan efek diuresis yang paling kuat. Penggunaan klinik diuretik. ï‚· Diuretik golongan Tiazid, merupakan pilihan utama step 1, pada sebagian besar penderita.
  • 3. ï‚· Diuretik golongan tiazid, : a. digunakan pada payah jantung kronik kongestif, bila fungsi ginjal normal. b. Digunakan pada penderita batu ginjal. c. disertai dengan diet rendah garam digunakan pada penderita diabetes insipidu ï‚· Diuretik kuat biasanya (furosemid) : a. terutama bermanfaat pada penderita dengan gangguan fungsi ginjal. b. Udem paru akut. c. digunakan bila terdapat gangguan fungsi ginjal atau bila diperlukan efek diuretik yang segera. d. diberikan bersama infus NaCl hipertonis pada penderita hiperklasemia ï‚· Diuretik osmotik : a. pada penderita udem otak b. Diuretik osmotik atau asetazolamid digunakan prabedah pada penderita acute angle closure glaucoma ï‚· Diuretik hemat kalium, digunakan bersama tiazid atau diuretik kuat, bila ada bahaya hipokalemia. ï‚· Biasanya digunakan diuretik golongan tiazid atau diuretik kuat bersama dengan spironolakton untuk penderita sindrom nefrotik III. ALAT DAN BAHAN ï‚· Tikus 1 ekor ï‚· Obat : furosemid injeksi ï‚· Timbangan hewan ï‚· Alat suntik ï‚· Alat untuk pengujian (tabung metabolisme) ï‚· Gelas ukur IV. CARA KERJA 1. Tikus ditimbang pada timbangan hewan. 2. Dihitung nilai VAO dan dosis furosemid yang akan diinjeksikan pada tikus 3. Tikus disuntikan secara intraperitoneal dengan kadar dosis yang telah dihitung. 4. Tikus dimasukkan kedalam tabung metabolisme untuk dilakukan pengamatan. 5. Pengamatan dilakukan pada menit ke 10’, 20’, 30’, 40’, 50’, 60’ 6. Jumlah volume urin tikus yang dihasilkan pada menit diatas dicatat 7. Dibuat kurva hubungan antara volume urin dan waktu.
  • 4. 8. Dilihat perbedaan pada dosis yang diberikan terhadap jumlah urine yang dihasilkan. V. HASIL PENGAMATAN ï‚· Tikus I § Berat Badan : 300 mg = 0,3 kg § Dosis Obat (Furosemid) : 40 mg § Konsentrasi Obat : 10 mg/ml § VAO : BB (kg) x Dosis (mg/kgBB) / Konsentrasi ( mg/ml) : 0,3 kg x 40 mg/kgBB / 10 mg/ml : 1,2 ml ï‚· Tikus II  Berat Badan : 320 mg = 0,32 kg § Dosis Obat (Furosemid) : 80 mg § Konsentrasi Obat : 10 mg/ml § VAO : BB (kg) x Dosis (mg/kgBB) / Konsentrasi ( mg/ml) : 0,3 kg x 40 mg/kgBB / 10 mg/ml : 1,8 ml ï‚· TabeL Hasil pengamatan Waktu (Menit) Tikus I Kelompok 1,2, dan 3 Tikus II Kelompok 4,5, dan 6 10 0 2 20 4 2 30 2,5 2,5 40 2,5 1,5 50 2 1,25 60 2 1,25 VI. PEMBAHASAN Pada pratikum kali ini dilakukan uji diuretik. Diuretik sendiri berfungsi sebagai obat yang dapat menambah kecepatan pembentukan urien. Dengan kata lain adalah berfungsi membuat pruduksi urine meningkat. Hal ini dilakukan dengan maksud mencuci atau membilas ginjal dari dari zat zat berbahaya. Pada pratikumkali ini hewan percobaan yang digunakan adalah 2 ekor tikus putih. Sebelum disuntikan dengan obat diuretik tikus - tikus tersebut di timbang terlebih dahulu guna menentukan jumlah obat yang akan digunakan.Setelah didapatkan jumlah dosis barulah diambil obatyangakan digunakan.Pada bab diuretik ini digunakan obat furosemid injeksi dengan [] 10 mg/1 ml. Setelah itu tikus - tikus disuntik dengan
  • 5. konsentrasi dosis yang berbeda. Untuk tikus kelompok a digunakan dosis dengan konsentrasi 40mg/1ml. Sedangkan untuk tikus kelompok b digunakan dosis dengan kontrasi 80mg/1ml. Obat di suntikan ke tikus secara intraperitonial. Setelah masing- masing tikus disuntikkan, tikus lansung dimasukkan ke sebuah tempat yaitu kandang metabolisme. Masing – masingtikus diletakkan pada kandang yang berbeda. Kemudian setelah 10 menit tikus berada didalam kandang masing – masing tikus mulai mengeluarkan urine. Kemudian urine tersebut di tampung menggunakan gelas ukur. Setelah itu urin yang telah ditambung menggunakan gelas ukur tersebut diukur dan dicatatberapa banyak keluarnya.Masing –masingurin tikus diukur dengan selang waktu antara 10 menit, 20 menit, 30 menit, 40 menit, 50 menit dan 60 menit. Pada tikus A diperoleh data sebagai berikut pada menit ke 10 urine berjumlah 0 ml , pada menit ke 20 bertambah 4 ml , pada menit ke 30 bertambah 2,5 ml, pada menit ke 40 bertambah 2,5 ml, pada menit ke 50 bertambah 2 ml, dan pada menit 60 bertambah 2 ml. setelah di jumlahkan maka di peroleh jumlah hasil urine dari tikus kelompok A adalah 13 ml. Sedangkan pada tikus B diperoleh data sebagai berikut menit ke 10 urine tikus berjumlah 2 ml , pada menit ke 20 urine tikus bertambah 2 ml , menit ke 30 urine tikus bertambah 2,5 ml, pada menit ke 40 urine tikus bertambah 1,50 ml, pada menit ke 50 urine tikus bertambah 1,25 ml, dan pada menit ke 60 urin tikus bertambah 1,25 ml. Setelah di jumlahkan maka diperoleh hasil urine dari tikus kelompok B adalah 10,5 ml. Dari hasil data diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa tikus kelompak A lebih banyak mengeluarkan urine dari pada tikus kelompok B. Tetapi berdasarkan jumlah konsentrasi dosis obat seharusnya tikus kelompok B lebih banyak mengeluarkan urine dari pada. Konsentrasi dosis obat untuk tikus kelompak B lebih tinggi di bandingkan tikus kelompok A. karene dosis yanglebih besar berpengaruh terhadap kerja obat didalam tubuh. Setelah dilihat dari prosedur kerjanya pada tikus kelompok B ditemukan bahwa pada saat penyuntikkan obat kepada tikus,tikus tersebut terus bergerak saatdipegangoleh sala h satu pratikan sehingga mengakibatkan pratikan yang bertugas menyuntikan obat merasa takut dan pada waktu obat disuntikan ke tikus obat hanya dapat masuk setengahnya saja. Karena obat hanya masuk setengah dari jumlah obat yang seharusnya disuntikkan maka efek dari obat tersebut tidak efektif, dan mengakibatnkan tikus kelompok B mengeluarkan urien lebih sedikit dari tikus kelompok A. obat furosemid sendiri sebenarnya mulai menunjukkan efek pada menit ke 72, tetapi pengamatan yang di lakukan hanya pada menit ke 60. Urine yang dikeluarkan oleh masing masing tikus bukan akibat efek dari obatferusemid melaikan efek dari stressnya tikus karena penyuntikkan yang sebelumnya di lakukuan. Ini bisa dilihat dari tikangkah laku tikus yang hanya diam di sudut kandang sambil menahan sakit akibat penyuntikan. Sehingga pada pada pratikum ini urine yang didapat hanya sedikit sekali. Urine yang sedikitini juga bisadisebabkan karena masing – masing tikus sebelum pratikum ini hanya meminum sedikitair.Sehingga kadar air didalam tubuhnya hanya sedikit dan membuat urine yang dihasilkan sedikit. VII. KESIMPULAN
  • 6. 1. Diuretik berfungsi sebagai obat yang dapat menambah kecepatan pembentukan urine. 2. tikus kelompak A lebih banyak mengeluarkan urine dari pada tikus kelompok B. 3. obat furosemid Diuretik kuat ini bekerja pada Ansa Henle bagian asenden pada bagian dengan epitel tebal dengan cara menghambat transportelektrolitnatrium,kalium,dan klorida. Mulai menunjukkan efek pada menit ke 72. 4. Adanya kesalahan dalampenyuntikan,sehingga hasil yang didapat tidak sesuai. Diharuskan pratikan lebih ahli dalam penyuntikan. VIII. DAFTAR PUSTAKA Departemen Farmakologi dan Terapeutik FKUI.2008. Farmakologi dan Terapi Edisi 5. Jakarta : Balai Penerbit FKUI Mutschler, E., 1991, Dinamika Obat,.Bandung: ITB Tjay, Tan Hoan, Kirana Rahardja. 2007. Obat-obat Penting Edisi 6 . Jakarta : PT. Elex Media Komputindo http://gooddic.wordpress.com/2009/12/24/epilepsi-dan-terapi-antiepilepsi/ (diakses pada 23 April 2011) http://repository.ui.ac.id (diakses pada 23 April 2011)