Tanaman cabe rawit merupakan tanaman yang penting sebagai bumbu masak dan memiliki nilai ekonomi tinggi. Dokumen ini membahas tentang budidaya cabe rawit mulai dari persiapan lahan, persemaian, pemupukan, penanaman hingga pemeliharaan dengan tujuan memperoleh hasil produksi yang optimal.
1 of 14
Downloaded 20 times
More Related Content
Budi daya cabe rawit
1. BUDI DAYA CABE RAWIT
1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Cabe rawit (Capsicum annum) merupakan salah satu jenis rempah yang seringkali
ditambahkan sebagai bumbu masakan karena rasanya yang pedas memberikan kesegaran,
serta mengandung Vitamin C yang bermanfaat bagi kesehatan. Karena kekhasan rasanya
sehingga hamper semua orang menggunakan cabe. Selain sebagai bumbu juga dapat
memberikan warna yanga membuat orang yang melihat berselerah. Kebutuhan sebagai
bumbu memiliki indicator bahwa cabe diperlukan dalam jumlah yang besar.
Hal ini merupakan salah satu peluang yang dapat dimanfaatkan untuk
membudidayakan cabe dengan baik dan benar sehingga memperoleh produksi yang
tinggi. Selain itu harganya cukup tinggi jika dibandingkan dengan cabe keriting ataupun cabe
jenis lainnya.
Cabe rawit dapat tumbuh baik di dataran tinggi, maupun di dataran rendah . bertanam
cabe rawit dapat memberikan nilai ekonomi yang cukup tinggi apabila diusahakan dengan
sungguh sungguh. Satu hektar tanaman cabe rawit mampu menghasilkan 8 ton buah cabe
rawit karena tanaman cabe rawit dapat kita usahakan selama dua sampai dua setengah tahun
selama musim tanam (Polengs, 2011).
Sehingga perlu untuk mengetahui bagaimana pengembangan budidaya tanaman cabe
yang benar untuk menghasilkan produksi yang tinggi.
1.2 Tujuan
2. Adapun tujuan dari penyusunan makalah ini adalah untuk mengetahui bagaimana
pengembangan budidaya tanaman cabe yang benar untuk meng hasilkan produksi yang
tinggi.
2
2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan Umum Tanaman Cabe
Tanaman cabe merupakan tanaman perdu dari famili terong-terongan (solanaceae)
yang memiliki nama ilmiah Capsicum sp. Cabe berasal dari benua Amerika tepatnya daerah
Peru dan menyebar ke negara-negara benua Amerika, Eropa dan Asia termasuk Negara
Indonesia. Selain di Indonesia, ia juga tumbuh dan populer sebagai bumbu masakan di
negara-negara Asia Tenggara lainnya. Di Malaysia dan Singapura dinamakan cili padi, di
Filipina siling labuyo, dan di Thailand phrik khi nu. Di Kerala, India, terdapat masakan
tradisional yang menggunakan cabe rawit dan dinamakan kanthari mulagu. Dalam bahasa
Inggris dikenal dengan nama Thai pepper atau birds eye chili pepper (Polengs, 2011).
Buah cabe rawit berubah warnanya dari hijau menjadi merah saat matang dapat dilihat
pada gambar 1. Meskipun ukurannya lebih kecil daripada varitas cabai lainnya, ia dianggap
cukup pedas karena kepedasannya mencapai 50.000 100.000 pada skala Scoville. Cabe
3. rawit biasa di jual di pasar-pasar bersama de
Tanaman cabe merupakan tanaman perdu dengan percabangan banyak, tinggi 50-100
cm. Batangnya berbuku-buku atau bagian atas bersudut. Daun tunggal, bertangkai, letak
berselingan. Helaian daun bulat telur, ujung meruncing, pangkal menyempit, tepi rata,
pertulangan menyirip, panjang 5-9,5 cm, lebar 1,5-5,5 cm, berwarna hijau. Bunga keluar dari
ketiak daun, mahkota bentuk bintang, bunga tunggal atau 2-3 bunga letaknya berdekatan,
berwarna putih, putih kehijauan, kadang-kadang ungu. Buahnya buah buni, tegak, kadang-kadang
merunduk, berbentuk bulat telur, lurus atau bengkok, ujung meruncing, panjang 1-3
cm, lebar 2,5-12 mm, bertangkai panjang, dan rasanya pedas.
4
Buah muda berwarna hijau tua, putih kehijauan, atau putih, buah yang masak
berwarna merah terang. Bijinya banyak, bulat pipih, berdiameter 2-2,5 mm, berwarna kuning
kotor.
4. Cabe rawit terdiri dari tiga varietas, yaitu cengek leutik yang buahnya kecil, berwarna
hijau, dan berdiri tegak pada tangkainya; cengek domba (cengek bodas) yang buahnya lebih
besar dari cengek leutik, buah muda berwarna putih, setelah tua menjadi jingga; dan ceplik
yang buahnya besar, selagi muda berwarna hijau dan setelah tua menjadi merah. Buahnya
digunakan sebagai sayuran, bumbu masak, acar, dan asinan. Daun muda dapat dikukus untuk
lalap. Cabe rawit dapat diperbanyak dengan biji (Polengs, 2011).
2.2 Syarat Tumbuh
Pada umumnya cabe dapat ditanam pada dataran rendah sampai ketinggian 2000
meter dpl, serta menyukai daerah kering, dan ditemukan pula pada ketinggian 0,5-1.250 m
dpl. Cabe dapat beradaptasi dengan baik pada temperatur 24 27 derajat Celsius dengan
kelembaban yang tidak terlalu tinggi. Tanaman cabe dapat ditanam pada tanah sawah
maupun tegalan yang gembur, subur, tidak terlalu liat dan cukup air. Permukaan tanah yang
paling ideal adalah datar dengan sudut kemiringan lahan 0 sampai 10 derajat serta
membutuhkan sinar
5
matahari penuh dan tidak ternaungi, pH tanah yang optimal antara 5,5 sampai 7.
Tanaman cabe juga sangat bagus jika intensitas pengairannya cukup, tetapi apabila
jumlahnya berlebihan dapat menyebabkan kelembaban yang tinggi dan merangsang
tumbuhnya penyakit jamur dan bakteri, namun sebaliknya jika kekurangan air, tanaman cabe
dapat kurus, kerdil, layu dan mati. Sehingga harus benar-benar diperhatikan tingkat
pengairannya agar tak terlalu over. Pengairan dapat menggunakan irigasi, air tanah dan air
hujan, sebaiknya menghadapai musim kemarau, kita membuat kolam penampung dari
pelastik di kebun kita agar pasokan air untuk tanaman dapat terjaga secara optimum (Polengs,
2011).
5. 2.3 Budidaya Tanaman Cabe
Dalam pembudidayaan cabe, perlu ketrampilan dan pengalaman lapangan yang
memadai. Pemilihan varietas sangat penting untuk menyesuaikan dengan kondisi lahan dan
kebutuhan pasar (Sihotang, 2010). Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam budidaya
adalah sebagai berikut :
a. Persemaian Tanaman Cabe
Tahap awal budidaya cabe adalah membuat persemaian guna menyiapkan bibit
tanaman yang sehat, kuat dan seragam sebagai bahan tanam di lapangan. Media semai yang
6
dipergunakan hendaknya mempunyai struktur yang remah, tidak menahan air dan cukup
nutrisi. Bahan yang dapat digunakan adalah campuran kompos, tanah, dan pasir dengan
perbandingan 1 : 1 : 1. Untuk menambahkan nutrisi berikan pupuk NPK grand S-15 sebanyak
80 gram yang telah dihaluskan untuk tiap 3 ember campuran bahan tersebut (Sihotang, 2010).
Setelah bahan tercampur, masukkan bahan pada kantung plastik dengan ukuran 8 x 9
cm sampai 90 % penuh, dan buat lubang pembuangan air pada plastik bagian bawah yang
telah terisi media. Atur media pada bedeng semai yang telah disiapkan. Bedeng semai dibuat
dengan tinggi 20 50 cm dengan lebar 80 100 cm dan panjang menyesuaikan kondisi. Arah
bedengan diatur membujur utara selatan dengan memberikan atap penutup dari plastic
dengan tiang penyangga bagian timur 100 cm dan bagian barat 80 cm atau atap dapat dibuat
dengan model 遜 lingkaran . Hal ini dimaksudkan agar bibit yang tumbuh cukup mendapatkan
sinar matahari sehingga tidak mengalami etiolasi (Sihotang, 2010).
Langkah selanjutnya adalah pemeraman benih yang bertujuan untuk
mengecambahkan benih. Media pemeraman yang digunakan adalah kain handuk atau 3 5
lapis kertas merang yang disemprot dengan larutan fungisida Victory dengan kosentrasi 3
6. gram / liter. Benih ditaburkan secara merata pada media dan diusahakan tidak menumpuk.
Benih yang digunakan sebaiknya benih cabe hibrida yang telah diberi perlakuan pestisida
(Sihotang, 2010).
7
Media digulung atau dilipat dan disimpan dalam suhu kamar. Untuk menjaga
kelembaban media peram, semprotkan air dengan handspray setiap pagi dan sore. Setelah 4
sampai 7 hari, benih akan mengeluarkan radikula atau calon akar. Dengan bantuan penjepit,
benih yang telah mengeluarkan calon akar di tanam pada media semai yang disiram terlebih
dahulu setiap pagi dan sore persemaian perlu disiram. Untuk mencegah gangguan cendawan,
semprot persemaian dengan fungisida Starmyl 25WP dan Victory 80WP secara bergantian
dengan konsentrasi 0,5 gram / liter. Untuk mencegah gangguan hama persemaian, semprot
dengan insektisida winder 100ec dengan konsentrasi 0,5 cc / liter. Persemaian juga dapat
dilakukan dengan meletakkan benih secara langsung pada media semai tanpa diperam
terlebih dahulu (Sihotang, 2010).
b. Pengolahan Tanah untuk Penanaman Cabe
Lahan yang akan dipakai tempat penanaman harus dibersihkan dari segala macam
gulma dan akar bekas tanaman lama, agar pertumbuhan akar tidak terganggu dan untuk
menghilangkan tumbuhan yang menjadi inang hama dan penyakit. Apabila lahan banyak
ditumbuhi gulma, pembersihannya lebih baik menggunakan Herbisida Sistemik seperti
Rambo 480AS dengan dosis 2 sampai 4 liter per hektar (Sihotang, 2010).
Selanjutnya lahan dibajak dan digaru dengan hewan ternak maupun dengan bajak
8
traktor. Pembajakan dan penggaruan bertujuan untuk menggemburkan, memperbaiki aerasi
tanah dan untuk menghilangkan OPT yang bersembunyi di tanah. Buat bedengan dengan
7. ukuran lebar 100 110 cm dengan ketinggian bedengan 50 60 cm dan lebar parit 50 60
cm . Panjang bedengan disesuaikan dengan kondisi lahan (Sihotang, 2010).
Pengukuran pH tanah juga perlu dilakuan dengan alat pH meter atau dengan kertas
lakmus. Untuk menaikkan pH tanah lakukan pengapuran lahan menggunakan dolomint atau
kapur gamping dengan dosis 2 4 ton/Ha atau 200 400 gram/meter persegi tergantung pH
tanah yang akan dinaikkan. Pengapuran diberikan pada saat pembajakan atau pada saat
pembuatan bedengan bersamaan dengan sebar kompos atau pupuk kandang. Pupuk kandang
yang diperlukan adalah 10 sampai 20 ton/ha atau 遜 sampai 1 zak untuk 10 meter panjang
bedengan. Pupuk dasar yang diberikan adalah pupuk NPK grand S-15, 2 kg untuk 10 meter
panjang bedengan atau 2 ton / hektar (Sihotang, 2010).
Tahap berikutnya adalah pemasangan mulsa plastik hitam perak yang berguna untuk
menekan perkembangbiakan hama dan penyakit, pertumbuhan gulma, mengurangi
penguapan, mencegah erosi tanah, mempertahankan struktur, suhu dan kelembaban tanah
serta dapat mencegah terjadinya pencucian pupuk. Pemasangan mulsa dilakukan dengan cara
membentang dan menarik antara dua sisi dengan permukaan perak di bagaian atas.
9
Setiap ujung dan sisi mulsa dikancing dengan pasak. Agar pemasangan mulsa lebih optimal
dan dapat menutup permukaan bedengan dengan baik sebaiknya dilakukan pada siang hari
atau saat cuaca panas (Sihotang, 2010).
c. Teknik Bertanaman Cabe
Selanjutnya dikatakan jarak tanam yang digunakan adalah 50 60 cm jarak antar
lubang dan 60 70 cm untuk jarak antar barisan dengan pola penanaman model segitiga atau
zig-zag. Pembuatan lubang tanam sedalam 8 sampai 10 cm dilakukan bersamaan dengan
pembuatan lubang pada mulsa yang berpedoman pada pola yang dipakai dan sesuai jarak
tanam yang dianjurkan . Pembuatan lubang pada mulsa dapat juga menggunakan sistem
8. pemanasan dengan menggunakan kaleng dengan diameter kurang lebih 8 10 cm. Lubang
tanam dibuat dengan cara menugal tanah sedalam 8 10 cm.
Bibit cabe dipersemaian yang telah berumur 15 17 hari atau telah memiliki 3 atau 4
daun, siap dipindah tanam pada lahan. Semprot bibit dengan fungisida dan insektisida 1 3
hari sebelum dipindahtanamkan untuk mencegah serangan penyakit jamur dan hama sesaat
setelah pindah tanam. Seleksi dan pengelompokan bibit berdasarkan ukuran besar kecil dan
kesehatanya. Penanaman sebaiknya dilakukan pada sore hari atau pada saat cuaca tidak
terlalu panas, dengan cara merobek kantong semai dan diusahakan media tidak pecah dan
langsung
10
dimasukkan pada lubang tanam, kemudian lakukan pemasangan lanjaran atau ajir, dipasang
di samping lubang tanam (Sihotang, 2010).
d. Pemeliharaan Tanaman Cabe
Setelah tanaman berumur 7 14 hari setelah tanam , tanaman yang tidak dapat
tumbuh dengan normal atau mati perlu dilakukan penyulaman dengan bibit yang masih ada di
persemaian. Jika pada lubang tanam tumbuh gulma, maka perlu dilakukan penyiangan
dengan cara mencabut . Pengendalian gulma perlu dilakukan pada gulma yang tumbuh di
parit dengan menggunakan cangkul atau dengan herbisida Rambo 480AS. Pada saat aplikasi
nozelnya perlu diberi sungkup agar semprotan herbisida tidak mengenai tanaman
cabe (Sihotang, 2010).
Pewiwilan perlu dilakukan pada tunas yang tumbuh pada ketiak yang berada dibawah
cabang utama dan bunga pertama yang muncul pada cabang utama. Pewiwilan ini dilakukan
agar pertumbuhan vegetatif tanaman dapat optimal (Sihotang, 2010).
Pengikatan dilakukan saat tanaman umur 10 15 hst dengan mengikatkan batang
yang berada dibawah cabang utama dengan tali plastic pada lanjaran atau ajir. Pada saat
9. tanaman berumur 30 40 hst, ikat tanaman diatas cabang utama dan ikat juga pada saat
pembesaran buah yaitu pada umur 50 -60 hari setelah tanam (HST) (Sihotang, 2010).
11
e. Pengairan
Pengairan dilakukan setiap 7 10 hari atau tergantung kondisi lahan dengan cara
menggenangi. Pada waktu pelepasan air dari petak penanaman harus dilakukan dengan pelan
agar tidak terjadi pencucian pupuk dari bedeng tanaman (Sihotang, 2010).
2.4 Panen dan Pasca Panen
a. Panen
Pada saat tanaman berumur 7585 HST yang ditandai dengan buahnya yang padat dan
warna merah menyala, buah cabe siap dilakukan pemanenan pertama. Umur panen cabe
tergantung varietas yang digunakan, lokasi penanaman dan kombinasi pemupukan yang
digunakan serta kesehatan tanaman. Tanaman cabe dapat dipanen setiap 25 hari sekali
tergantung dari luas penanaman dan kondisi pasar (Sihotang, 2010).
Pemanenan dilakukan dengan cara memetik buah beserta tangkainya yang bertujuan
agar cabe dapat disimpan lebih lama. Buah cabe yang rusak akibat hama atau penyakit harus
tetap di panen agar tidak menjadi sumber penyakit bagi tanaman cabe sehat. Pisahkan buah
cabe yang rusak dari buah cabe yang sehat.
Waktu panen sebaiknya dilakukan pada pagi hari karena bobot buah dalam keadaan
optimal akibat penimbunan zat pada malam hari dan belum terjadi penguapan (Sihotang,
2010).
12
10. b. Pasca Panen Tanaman Cabe
Hasil panen yang telah dipisahkan antara cabe yang sehat dan yang rusak, selanjutnya
dikumpulkan di tempat yang sejuk atau teduh sehingga cabe tetap segar. Untuk mendapatkan
harga yang lebih baik, hasil panen dikelompokkan berdasarkan standar kualitas permintaan
pasar seperti untuk supermarket, pasar lokal maupun pasar eksport (Sihotang, 2010).
Setelah buah cabe dikelompokkan berdasarkan kelasnya, maka pengemasan perlu
dilakukan untuk melindungi buah cabe dari kerusakan selama dalam pengangkutan. Kemasan
dapat dibuat dari berbagai bahan dengan memberikan ventilasi. Cabe siap didistribusikan ke
konsumen yang membutuhkan cabe segar. Dengan penerapan teknologi budidaya,
penangganan pasca panen yang benar dan tepat serta penggunaan benih hibrida yang tahan
hama penyakit dapat meningkatkan produksi cabe yang saat ini banyak dibutuhkan (Sihotang,
2010).
13
3. PEMBAHASAN
Tanaman cabe banyak ragam tipe pertumbuhan dan bentuk buahnya. Diperkirakan
terdapat 20 spesies yang sebagian besar hidup di Negara asalnya. Masyarakat pada umumnya
hanya mengenal beberapa jenis saja, yakni Cabe besar, cabe keriting, cabe rawit dan paprika.
Secara umum cabe memiliki banyak kandungan gizi dan vitamin. Diantaranya Kalori,
Protein, Lemak, Kabohidarat, Kalsium, Vitamin A, B1 dan Vitamin C. Selain digunakan
untuk keperluan rumah tangga, cabe juga dapat digunakan untuk keperluan industri
diantaranya, Industri bumbu masakan, industri makanan dan industri obat-obatan atau jamu
(Sophia, 2012).
11. Beragam manfaat dari cabe merupakan peluang dalam membudidayakannya. Namun
membudidayakan perlu memperhatikan tahapan-tahapan yang tepat dan cara yang benar,
sehingga diperoleh hasil yang memuaskan.
Adapun tahapan-tahapan dalam pembudidayaan yang perlu diperhatikan, yaitu
sebagai berikut :
1. Pengolahan tanah, dilakukan membajak atau mencangkul sedalam 25 30 cm hingga
tanah menjadi gembur . setelah itu biarkan 7 14 hari untuk mendapatkan sinar matahari
- pembuatan bedeng
lebar bedeng 100 120 cm
tinggi bedeng 20 30 cm
jarak antara bedeng dengan bedeng lainnya 30 45 cm . arah bedeng memanjang ke utara
selatan (Anonim, 2011).
2. Syarat tumbuh, budidaya tanaman cabe rawit (Capsicum frustescens) dapat tumbuh
pada dataran rendah sampai ketinggian 2000 meter dpl, dapat beradaptasi dengan baik pada
temperatur 24 27 derajat Celsius dengan kelembaban yang tidak terlalu tinggi, ditanam
pada tanah sawah maupun tegalan yang gembur, subur, tidak terlalu liat dan cukup air., pH
tanah yang optimal antara 5,5 sampai 7, pengairan dapat menggunakan irigasi, air tanah dan
air hujan
3. Persemaian dan penanaman, pada persemaian hal-hal yang harus diperhatikan yaitu
syarat pupuk kandang yang baik, jarak tanaman cabe rawit yaitu 50 x 100 cm, 60 x 70 cm, 50
x 90 cm, dan cara pembuatan jarak tanaman
4. Pemeliharaan, pada proses pemeliharaan ini tanaman cabe akan melalui proses
pertumbuhan dan perkembangan tanaman, cabe ini sama halnya seperti proses pertumbuhan
dan perkembangan pada tanaman lainnya, yaitu mulai dari proses dormansi biji, kemudian
12. perkecambahan, pertumbuhan organ tanaman, perkembangan generatif tanaman, pembuahan,
penuaan, sampai akhirnya pada proses kematian.
15
5. Pemupukan, hasil penelitian menunjukkan bahwa pada umur cabe rawit 3 minggu
setelah tanam (MST), tidak ada perbedaan yang berarti antara pertumbuhan tanaman cabe
rawit yang dipupuk dengan NPK dibandingkan dengan pertumbuhan tanaman cabe rawit
yang dipupuk dengan biji kacang-kacangan, termasuk tempe. Data rata-rata pertumbuhan
cabe rawit umur 3 minggu setelah tanam disajikan pada Tabel 1 (Hatta, 2010).
6. Pengendalian hama dan penyakit, hal ini dilakukan jika terjadi serangan hama dan
penyakit pada pertanaman cabe rawit dengan menggunakan metode yang ramah lingkungan
atau menggunakan musuh alami (Sophia, 2012).
Berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan oleh Sorphia (2012), terlihat jelas
bahwa tanaman cabe rawit yang di tanam kurang subur dikarenakan pada percobaan ini
tanaman cabe di tanam di dalam pot pertumbuhan dan perkembangannya kurang subur.
Mungkin dikarenakan kurang perawatan yang efektif. Seharusnya tanaman cabe ditanam
pada tanah sawah maupun tegalan yang gembur, subur, tidak terlalu liat dan cukup air.
Permukaan tanah yang paling ideal adalah datar dengan sudut kemiringan lahan 0 sampai 10
derajat serta membutuhkan sinar matahari penuh dan tidak ternaungi dengan pH tanah yang
optimal antara 5,5 sampai 7
16
Selanjutnya faktor lingkungan, juga ikut mempengaruhi yaitu :
a. Suhu
b. Cahaya
c. Kelembaban dan
e. Hama.
13. 7. Pengajiran Tanaman cabai perlu ditopang pertumbuhannya agar kokoh dan
mampu menopang tajuknya yang rimbun. Pemasangan ajir diusahakan sedini mungkin,
maksimal satu bulan setelah tanam. Ajir biasa dipasang miring membentuk sudut 450 dengan
batang tanaman cabai atau tegak lurus dengan batang tanaman (redaksi Trubus, 2009).
Beberapa fungsi dari ajir ini adalah: membantu tegaknya tanaman dari buahnya yang rimbun,
tiupan angin, mengotimalkan sinar matahari pada tanaman sehingga fotosintesis berlangsung
maksimal, membantu penyebaran daun dan ranting supaya teratur sehingga mempermudah
penyiangan dan pemupukan. Selain itu juga penanaman cabai dengan ajir dapat menaikkan
produksi buah cabai sampai 48% dan dapat mengurangi serangan hama dan penyakit
(Prajanata, 2006)
Bertanam cabai dihadapkan dengan berbagai masalah (resiko) diantaranya: teknis
budidaya, kekahatan hara dalam tanah, serangan hama dan penyakit. Maka dari itu perlu
dukungan teknologi budidaya intensif baik itu terkait dengan pemupukan, proses pengolahan
17
lahan, pemeliharaan
maupun penerapan-penerapan teknologi tepat guna sederhana dalam membudidayakannya
(Prabowo, 2011). Pemberian unsur hara yang tepat sesuai dengan kebutuhan, waktu tanam
dan penempatan hara pada daerah serapan akar juga menjadi pendukung dalam keberhasilan
budidaya tanaman cabai. Salah satu cara untuk meningkatkan produksi cabai besar sekaligus
menanggulangi bayaknya permintaan masyarakat tersebut adalah dengan manajemen
pemupukan yang menjadi bagian dari intensifikasi pertanian (Suriyadikarta, 2006).
4. KESIMPULAN DAN SARAN
4.1 Kesimpulan
14. Berdasarkan uraian di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa cabe rawit memiliki
peluang untuk dikembangkan dengan membudidayakannya secara benar dan tepat sehingga
diperoleh hasil yang memuaskan.
4.2 Saran
Membudidayakan cabe rawit haruslah memperhatikan tahapan-tahapannya dengan
benar dan tepat.
DAFTAR PUSTAKA
Prajanata, Final. 2007. Kiat Sukses Bertanam Cabai Di musim Hujan. Penebar Swadaya.
Cetakan ke XII. Jakarta 64h.
Redaksi TRUBUS. 2001. Bertanam Cabai Dalam Pot. Penebar Swadaya. Jakarta. 42 ha.
Mulyati dan Suriyadikarta,. 2006. Pupuk Dan Pemupukan. UPT Mataram University press.
Cetakan I. Mataram.
Budidaya Cabe. http://epetani.deptan.go.id/blog/budidaya-cabe diakses 4 November 2012
Hatta M., 2010. Hortikultura. http://emhatta.wordpress.com/ diakses 4 November 2012
Polengs, 2011. Cabai, Pertanian, Tanaman http:// budidayanews.blogspot.com/ 2011/03/cara-budidaya-cabai-
rawit.html diakses 4 November 2012.
Sihotang B., 2010. http://www.ideelok.com/budidaya-tanaman/cabe. diakses 4 November 2012.
Sophia N., 2012. Pertumbuhan dan perkembangan tanaman cabe Rawit.
http://sophianirmalida.blogspot.com/2012/03/pertumbuhan-dan-perkembangan-tanaman.html diakses 4
November 2012.