Pribadi yang kuat dan mandiri
tidak menghubungkan keberhasilan
dan kegagalan dengan nasib.
Dia terlalu sibuk mengatasi
rasa takut dan malas,
belajar agar dia tahu dan bisa,
dan melakukan yang menjadikannya
ahli dan dihargai tinggi.
Kata nasib hanya memasuki kesadarannya,
saat dia bersimpuh hening di hadapan Tuhan,
dalam rasa syukur
karena telah diberikan kewenangan
untuk membangun nasibnya sendiri.