Dokumen tersebut membahas tentang gigitan ular berbisa, termasuk cara membedakan luka gigitan ular berbisa, daya toksik bisa ular, manifestasi klinis, penatalaksanaan gigitan ular berbisa seperti penggunaan torniket, insisi luka, antibiotik, serum anti bisa ular (SABU), dan pemeriksaan penunjang.
3. Membedakan ular berbisa
Cara membedakannya
adalah dengan melihat
pada luka gigitannya.
Pada ular berbisa akan
meninggalkan dua buah
bekas taring (dan
kadang bekas-bekas
kecil yang
mungkinditimbulkan oleh
gigitan ular).
Perawatan luka pada ular
tidak berbisa dapat
dilakukan seperti
perawatan vulnus
punctum
4. Konsep Dasar
Daya toksik bisa ular:
1. Neurotoksin, berakibat pada saraf perifer atau saraf
central. Berakibat fatal karena paralise otot-otot lurik.
Manifestasi klinis: kelumpuhan otot pernafasan,
kardiovaskuler yang terganggu, penurunan kesadaran
sampai dengan coma.
2. Haemotoksin, bersifat hemolitik dengan zat antara
fosfolifase dan enzim lainnya atau menyebabkan koagulasi
dengan mengaktifkan protrombin. Pendarahan itu akibat
lisisnya sel darah merah karena toksin. Manifestasi klinis:
luka bekas gigitan yang terus berdarah, hematom pada luka
bekas suntikan IM, hematuria, hemaptisis, hematemisis,
gagal ginjal.
5. lanjutan...
3. Myotoksin, mengakibatkan rhabdomiolisis yang sering
berhubungan dengan mhaemotoksin. Myoglobulinuria
yang menyebabkan kerusakan ginjal atau hiperkalemia
akibat kerusakan sel-sel otot.
4. Kardiotoksin, merusak serat-serat otot jantung, yang
menimbulkan kerusakan otot jantung.
5. Cytotoksin, dengan melepaskan histamin dan zat
vasoaktifamin lainnya berakibat terganggunya
kardiovaskuler.
6. Cytolitik, zat ini menyebabkan peradangan dan nekrose, di
jaringan pada luka gigitan.
7. Enzim-enzim, termasuk hyaluronidase sebagai zat aktif
pada penyebaran luka
7. Derajat Gigitan Ular
1. Derajat 0
- Tidak ada gejala sistemik setelah 12 jam
- Pembebgkakan minimal, diameter 1cm
2. Derajat I
- Bekas gigitan 2 taring
- Bengkak dengan diameter 1-5cm
- Tidak ada gejala sistemik setelah 12 jam
3. Derajat II
- Sama dengan derajat 1
- Ptechie, echimosis
- Nyeri hebat dalam 12 jam
8. 4. Derajat III
- Sama dengan derajat I dan II
- Syok dan distres nafas, ptechie, echimosis seluruh
tubuh
5. Derajat VI
- Sangat cepat memburuk
10. Penatalaksanaan
1. Teknik torniket, berupa mengikat daerah sekitar luka
untuk menghalangi penyerapan dan penyebaran bisa
ular. Teknik ini tidak bermanfaat bila dilakukan lebih
dari 30 menit setelah gigitan ular.
2. Insisi pada luka 1 jam pertama setelah digigit akan
mengurangi toksin 50%.
3. Lakukan imobilisasi pada area yang tergigit dengan
cara memasang bidaai, karena gerak otot dapat
mempercepat penyebaran racun.
4. Penisilin Prokain (PP) 1juta unit 2 kali sehari.
5. ATS profilaksis 1500 IU.
.
11. 6. SABU 2 Vial dalam 500ml NaCl 0,9% dengan
kecepatan 40-80 tetes per menit.
7. Heparin 2.000 unit per 24 jam.
8. Bila ada tanda-tanda laryngospasme,
bronchospasme, urtikaria atau hipotensi berikan
adrenalin 0,5mg IM, hidrokortison 100mg IV.
9. Bila perlu dilakukan hemodialisa.
10. Bila diathese hemoragic membaik, tranfusi
komponen.
12. S.A.B.U
Tiap daerah mempunyai jenis ular berbisa yang
berbeda. Sehingga memerlukan antibisa yang
berbeda pula.
Serum Anti Bisa Ular (SABU) yang tersedia di
Indonesia adalah Polivalen. Yang berisikan:
- 10-50 LD50 anti bisa Ankystrodon
- 25-50 LD50 anti bisa Bungarus
- 25-50 LD50 anti bisa Naya Sputarix
Dosis yang tepat sulit untuk ditentukan karena
tergantung jumlah bisa ular yang masuk peredaran
darah dan keadaan pasien sebelum mendapatkan
SABU.
13. Teknik pemberian
2 vial Intravena dalam 500ml NaCl 0,9%
dengan kecepatan 40-80 tetes/menit. Apabila
diperlukan (bila gejala-gejala tidak berkurang
atau malah bertambah) dapat diberikan
selama 24jam maksimal 20 vial. Tidak ada
kontraindikasi absolut untuk pemberian
SABU. Terapi diperlukan untuk
menyelamatkan jiwa.
14. Efek samping:
1. Reaksi anafilatik: jarang terjadi, tetapi bila
ada timbulnya dapat segera atau dalam
waktu beberapa jam setelah suntikan.
2. Serun sickness: berupa demam, gatal-gatal,
sesak napas, eksantena dan gejala alergi
lainnya.
• 3. Rasa nyeri.
15. Pemeriksaan Penunjang
Observasi pasien sebelum dan sesudah pemberian
SABU minimal 1x24jam. Jika terjadi syok anafilatik
karena SABU, SABU tetap diberikan sambil diberi
adrenalin.
Pemeriksaan laboratorium
Hb, AL, AE, CT/BT, Golongan darah, Elektrolit darah,
pemeriksaan fungsi ginjal,
Pemeriksaan laboratorium dasar, kimia darah, diff count,
waktu protrombin, waktu tromboplastin parsial,
urinalisis, untuk gigitan yang hebat, lakukan
pemeriksaan fibrinogen, fragilitas sel darah merah,