Dokumen tersebut membahas berbagai periode sastra Indonesia mulai dari zaman kuno hingga modern beserta contoh karya sastra yang representatif dari setiap periodek.
1 of 16
Download to read offline
More Related Content
Bahasa indonesia karya sastra
1. KARYA SASTRA INDONESIA DARI ZAMAN LAMA-BARU
NAMA KELOMPOK :
Haryvin Budi Handoko
Ragil Sunahar
Radatul Juniati
Riko Rio Ronaldo
Rina Triana Novida Putri
Sinta Marcu Diana
2. PENGERTIAN KARYA SASTRA
. Karya sastra adalah karya rekaan penulis
berdasarkan sudut pandangnya, pengalamannya,
wawasan imu pengetahuannya, apa yang dilihatnya
dan suasana hatinya. Jadi karya sastra adalah karya
imajinasi penulis yang dituangkan dalam bentuk
tulisan.
3. pendapat tentang periodisasi sastra
Indonesia
1. Kesastraan Melayu Klasik
Sastra Melayu Klasik tidak dapat digolongkan
berdasarkan jangka waktu tertentu karena hasil
karyanya tidak memperlihatkan waktu. Karena itu,
penggolongan biasanya berdasarkan atas : bentuk,
isi, dan pengaruh asing.
4. Yang termasuk kesustraan Melayu klasik :
Kesusastraan Rakyat (Kesusastraan Melayu Asli)
Kesusastraan rakyat/ Kesusastraan melayu asli, hidup
ditengah-tengah masyarakat. Cerita itu diturunkan dari
orang tua kapada anaknya, dari nenek mamak kepada
cucunya, dari pencerita kepada pendengar. Penceritaan ii
dikenal sebagai sastra lisan (oral literature).
5. Misalnya :
- Cerita asal-usul
- Cerita binatang
- Cerita Jenaka
- Cerita Pelipur lara.
6. d. Kesusastraan Masa Peralihan : Perkembangan dari
Melayu Klasik ke Melayu Modern
Pada masa ini perkembangan antara kesusastraan
Melayu Klasik dan kesusastraan Melayu Modern
peralihannya dilihat dari sudut isi dan bahasa yang
digunakan oleh pengarangnya.
7. Contoh Gurindam Raja Ali Haji
Gurindam pasal pertama
Barang siapa tidak memegang agama
Sekali-kali tidakkan boleh di bilangkan nama
Barang siapa mengenal yang empat
Ia itulah orang yang makrifat
Barang siapa mengenal Allah
Suruh dan tengahnya tiada ia menyalah
Barang siapa mengenal dunia
tahulah ia barang yang terperdaya
Barang siapa mengenal akhirat
Tahulah ia dunia mudarat
Kurang fikir, kurang siasat
Tinta dirimu kelah tersesat
Fikir dahulu sebelum berkata
Supaya terlelah selang sengketa
Kalau mulut tajam dan kasar
Boleh ditimpa bahaya besar
Jika ilmu tiada sempurna
Tiada berapa ia berguna.-
8. 2. Kesusastraan Indonesia Modern
a. Masa Kebangkitan (1920-1945)
1). Periode 1920 (Angkatan Balai Pustaka)
Contoh : Puisi M. Yamin
9. Contoh : Puisi M. Yamin
Bahasa, Bangsa
Selagi kecil usia muda
Tidur si anak di pangkuan bunda
Ibu bernyanyi lagu dan dendang
memuji si anak banyaknya sedang
berbuai sayang malam dan siang
buaian tergantung di tanah moyang
.
1922
10. 2). Periode 1933 (Angkatan Pujangga Baru)
Penamaan periode ini di dasarkan pada munculnya
majalah 即Pujangga Baru即 yang dikelola oleh S.T.
Alisyahbana, Armin Pane dan Amir Hamzah.
Contoh : Puisi Amir Hamzah
11. Contoh : Puisi Amir Hamzah
Datanglah engkau wahai maut
Lepaskan aku dari nestapa
Engkau lagi tempatku berpaut
Diwaktu ini gelap gulita
(Buah Rindu II)
12. 3). Periode 1942 (Angkatan 45)
Chairil Anwar pelopor angkatan 45, nama lain pada
masa ini seperti Idrus, Mochtar Lubis dan
Pramoedya A T.
Contoh Sajak Chairil :
13. Contoh Sajak Chairil :
Awas jangan bikin beta marah
Beta bikin pala mati
Beta kirim datudatu!
Beta Pattirajaaawane, penjaga hutan pala
Beta api dipantai. Siapa mendekat
Tiga kali menyebut beta punya nama.
14. b. Masa Perkembangan (1945 sekarang)
1). Periode 1945 (Angkatan 45 : 1942-1953)
2). Periode 1950 (Angkatan 50 dimulai tahun 1953)
Dimasa ini ada Nugroho Notosusanto pengarang
Hujan Kepagian, AA Navis pengarang Robohnya
Surau Kami, Trisnoyuwono pengarang laki-laki dan
mesiu, penyair Toto Sudarto Bachtiar, WS Rendra
15. 3), Angkatan 70
Tahun 1970-1990 ada beberapa sastrawan yang
terkenal misalnya : Sutardji Calzoum Bachri, Abdul
Hadi W.M., Putu Wijaya
Contoh Sajak Abdul Hadi WM : Tawangmangu
16. Contoh Sajak Abdul Hadi WM : Tawangmangu
kalau kehijauan yang bangkit dari bukti-bukti
dan air terjun, dimana aku pernah lewat dan
menghirup
kesegaran pagi dan kuntum melur, sekarang aku batu
yang kau angkat dari tepi sungai dan kaubiarkan
abadi
seperti nyawa sekarat mengeliat, mengeliat mungkin
kau
sedang menghiasku dengan retakan-retakan air
hujan
dan keharuan waktu yang beragam
(dalam Tergantung pada Angin