2. POKOK BAHASAN
1. Adab Terhadap Ilmu
2. Adab Terhadap Terhadap Guru
3. Adab Terhadap Kitab
4. Adab Terhadap Majelis
3. ADAB TERHADAP
ILMU (1)
Mengikhlaskan niat
dalam menuntut ilmu.
Semata-mata hanya
mengharap wajah Allah
Taala, bukan tujuan
duniawi.
Seorang yang menuntut
ilmu dengan tujuan
duniawi diancam
dengan adzab neraka
Jahannam.
5. ADAB TERHADAP ILMU (3)
Membersihkan dirinya dari akhlak-akhlak
tercela, seperti:
Hasad (dengki), riya, ujub (kagum pada diri
sendiri), meremehkan orang lain, dendam dan
benci, marah bukan karena Allah, berbuat curang,
sumah (ingin didengar kebaikannya), pelit,
bicaranya kotor, sombong enggan menerima
kebenaran, tamak, angkuh, merasa tinggi,
berlomba-lomba dalam perkara duniawi,
mudahanah (diam dan ridha terhadap
kemungkaran demi maslahat dunia),
menampakkan diri seolah-olah baik di hadapan
orang-orang, cinta pujian, buta terhadap aib diri,
sibuk mengurusi aib orang lain, fanatik golongan,
takut dan harap selain kepada Allah, ghibah,
namimah (adu domba), memfitnah orang,
berdusta, berkata jorok.
6. Menjauhkan diri dari
segala hal yang rawan
mendatangkan tuduhan
serta tidak melakukan
hal-hal yang
menjatuhkan muruah
(kehormatan diri).
ADAB
TERHADAP
ILMU (4)
7. Senantiasa menjaga syiar-
syiar Islam dan hukum-
hukum Islam yang zahir.
Contohnya shalat
berjamaah di masjid,
menebarkan salam kepada
yang dikenal maupun tidak
dikenal, amar maruf nahi
mungkar, dan bersabar
ketika mendapatkan
gangguan dalam dakwah.
ADAB TERHADAP
ILMU (5)
8. Zuhud terhadap dunia dan menganggap dunia itu
kecil; tidak terlalu bersedih dengan yang luput dari
dunia; sederhana dalam makanannya, pakaiannya,
perabotannya, rumahnya.
ADAB TERHADAP ILMU (6)
9. TENTANG ZUHUD
Menurut Abu Dzar al-Ghifari:
Zuhud terhadap dunia bukan berarti
mengharamkan yang halal dan bukan juga
menyia-nyiakan harta. Akan tetapi zuhud
terhadap dunia adalah engkau begitu
yakin terhadap apa yang ada di tangan
Allah daripada apa yang ada di tanganmu.
Zuhud juga berarti ketika engkau tertimpa
musibah, engkau lebih mengharap pahala
dari musibah tersebut daripada
kembalinya dunia itu lagi padamu.
(Ibnu Rajab Al Hambali mengatakan, Yang tepat riwayat ini
mauquf (hanya perkataan Abu Dzar) sebagaimana
dikeluarkan oleh Imam Ahmad dalam kitab Az Zuhd.
(Lihat Jaamiul Ulum wal Hikam, hal. 346)
10. Menurut Abu Sulaiman
Ad Daroni:
Zuhud adalah
meninggalkan
berbagai hal yang
dapat melalaikan dari
mengingat Allah.
(Disebutkan oleh Abu Nuaim Al
Ashbahani dalam Hilyatul Awliya, 9/258,
Darul Kutub Al Arobi, Beirut, cetakan
keempat, 1405 H)
TENTANG
ZUHUD
11. MENGHORMATI ULAMA:
PERINTAH ALLAH
Allah Taala berfirman:
惘忰 惴惺
悋 惠悋
惡惘 惆惺 惘悽
Dan barangsiapa
mengagungkan apa-apa
yang terhormat di sisi Allah
maka itu adalah lebih baik
baginya di sisi Tuhannya.
(QS. Al Hajj, 78:30)
12. Rasulullah saw bersabda,
リр惘惡 悴 悋 愕
惘愃惶 忰 惘
惘惺 リр
忰 リр悋惺
Tidak termasuk golongan
kami orang yang tidak
menghormati yang lebih tua
dan menyayangi yang lebih
muda serta yang tidak
mengerti hak ulama.
(HR. Ahmad)
MENGHORMATI ULAMA:
PERINTAH RASUL SAW
14. TENTANG
TAWADHU
Ibnu Hajar berkata,
Tawadhu adalah
menampakkan diri lebih
rendah pada orang yang
ingin mengagungkannya.
Ada pula yang
mengatakan bahwa
tawadhu adalah
memuliakan orang yang
lebih mulia darinya.
(Fathul Bari, 11: 341)
15. Berkata Abdurahman bin Harmalah Al Aslami,
Tidaklah sesorang berani bertanya kepada
Said bin Musayyib, sampai dia meminta izin,
layaknya meminta izin kepada seorang raja.
ADAB TERHADAP GURU (2):
PENUH HORMAT DI HADAPAN GURU
16. Al Imam As Syafii berkata,
Dulu aku membolak-balikkan kertas di
depan Malik dengan sangat lembut
karena segan padanya dan supaya dia tak
mendengarnya.
ADAB TERHADAP GURU (2):
PENUH HORMAT DI HADAPAN GURU
17. Ar-Rabi bin Sulaiman
berkata,
Demi Allah, aku
tidak berani
meminum air
dalam keadaan Asy-
Syafii melihatku
karena segan
kepadanya.
ADAB TERHADAP GURU (2):
PENUH HORMAT DI HADAPAN GURU
18. Sebagian ulama salaf berkata:
Barangsiapa tidak
meyakini keagungan
gurunya, tidak akan
bahagia.
ADAB TERHADAP GURU (3):
MEMANDANG GURU
DENGAN PANDANGAN
MEMULIAKAN
19. ADAB TERHADAP GURU (4):
MEMATUHI GURU
Syekh Ibnu Hajar al-Haitami mengatakan:
Seharusnya murid berpegangan kepada petunjuk
gurunya; tunduk patuh atas segala perintah,
larangan dan garis-garisnya, sehingga seperti mayit
di hadapan orang yang memandikan, ia berhak
dibolak-balik sesuka hati.
(Syekh Ibnu hajar al-Haitami, al-Fatawi al-Haditsiyyah, juz 1, hal. 56)
20. Rasulullah SAW bersabda:
悋 悋惘惺 悒 惠悖
惆悋 悴惠 悒 悧
惆 悖 惺 惠忰 悋惺惆悋
惠悧悋
Apabila ada yang berbuat baik
kepadamu maka balaslah dengan
balasan yang setimpal. Apabila
kamu tidak bisa membalasnya,
maka doakanlah dia hingga engkau
memandang telah mencukupi untuk
membalas dengan balasan yang
setimpal.
(HR. Bukhori dalam al-Adab al-Mufrod no.
216, lihat as-Shohihah 254)
ADAB TERHADAP GURU (5):
MENDOAKAN GURU
21. Ibnu Jamaah rahimahullah
berkata:
Hendaklah seorang penuntut
ilmu mendoakan gurunya
sepanjang masa.
Memperhatikan anak-anaknya,
kerabatnya dan menunaikan
haknya apabila telah wafat.
(Tadzkirah Sami hal. 91)
ADAB TERHADAP GURU (5):
MENDOAKAN GURU
22. Al Imam As Syafi
Rahimahullah
mengatakan,
Bersabarlah terhadap
kerasnya sikap seorang
guru. Sesungguhnya
gagalnya mempelajari
ilmu karena
memusuhinya
ADAB TERHADAP GURU (6):
SABAR MENGHADAPI GURUNYA
23. Allah SWT berfirman :
悵悋 惺 愕 惘惡惶悋
悸悋惆愃悋惡 惡 惘 惺惆
惠 悋 悴 惆
惘 愆惺悋
惠 惺 リз惺 惆惺
惆
惘
惺愀惠 悋 悋惆悋 悸悋忰悋 悸
慍
惺 惡 リр愃悖
悖 悋 悋 惺惡惠悋 リр
惘悵
悋愀惘 惘
Dan bersabarlah kamu bersama-sama
dengan orang-orang yang menyeru
Tuhannya di pagi dan senja hari dengan
mengharap keridhaan-Nya; dan
janganlah kedua matamu berpaling dari
mereka (karena) mengharapkan
perhiasan dunia ini; dan janganlah
kamu mengikuti orang yang hatinya
telah Kami lalaikan dari mengingati
Kami, serta menuruti hawa nafsunya
dan adalah keadaannya itu melewati
batas (QS. Al-Kahfi, 18:28)
SABAR
MENGHADAPI
GURU
24. Sheikh Bakr Abu Zaid Rahimahullah
didalam kitabnya Hilyah Thalibil Ilmi
mengatakan,
Pakailah adab yang terbaik
pada saat kau duduk bersama
sheikhmu, pakailah cara yang
baik dalam bertanya serta
mendengarkan perkataanya.
ADAB TERHADAP GURU (7):
DUDUK PENUH ADAB DI DEPAN GURU
25. Berkata Sheikh Utsaimin mengomentari perkataan ini,
Duduklah dengan duduk yang beradab, tidak
membentangkan kaki, juga tidak bersandar,
apalagi saat berada di dalam majelis.
ADAB TERHADAP GURU (7):
DUDUK PENUH ADAB
DI DEPAN GURU
26. Ibnul Jamaah mengatakan,
Seorang penuntut ilmu harus duduk
rapi, tenang, tawadhu, mata
tertuju kepada guru, tidak
membentangkan kaki, tidak
bersandar, tidak pula bersandar
dengan tangannya, tidak tertawa
dengan keras, tidak duduk di
tempat yang lebih tinggi darinya,
juga tidak membelakangi guru.
ADAB TERHADAP GURU (7):
DUDUK PENUH ADAB DI
DEPAN GURU
27. Para Sahabat Nabi SAW, muridnya
Rasulullah, tidak pernah didapati
mereka beradab buruk kepada gurunya
tersebut, tidak pernah memotong
ucapannya atau mengeraskan suara di
hadapannya, bahkan Umar bin Khattab
ra. yang terkenal keras wataknya tak
pernah menarik suaranya di depan
Rasulullah, bahkan di beberapa riwayat,
Rasulullah saw sampai kesulitan
mendengar suara Al Faruq jika
berbicara.
ADAB TERHADAP GURU (8):
MERENDAHKAN SUARA DI HADAPAN GURU
28. Jangan bertanya sampai diizinkan, ini
merupakan syarat Nabi Khidir as
kepada Nabi Musa as, dan pula
merupakan adab yang harus diketahui
seorang murid.
Jika seorang guru tidak
mengizinkannya untuk bertanya maka
janganlah bertanya, tunggulah sampai
ia mengizinkan bertanya.
Doakanlah guru setelah bertanya
seperti ucapan, Barakallahu fiik atau
Jazakallahu khoiron, dan lain lain.
ADAB TERHADAP GURU (9):
BERTANYA SETELAH MENDAPAT IJIN
29. ADAB TERHADAP KITAB (1):
MEMBACA KITAB DALAM
KEADAAN SUCI
Imam az-Zarnuji dalam
kitabnya Ta'lim al-
Muta'allim mengatakan,
Sebagian dari
memuliakan ilmu adalah
memuliakan kitab, maka
sepatutnya bagi pelajar
ilmu tidak mengambil
kitab kecuali dalam
keadaan suci.
30. Duduk dengan hormat adakala dengan
bersila atau tawaruk merupakan salah satu
adab terhadap kitab yang sedang kita baca.
Saat berada dalam majelis pengajian, maka
sangat dituntut untuk duduk dengan
sopan.
Jangan mendirikan kaki saat duduk.
Duduk dengan tidak sopan dalam majelis
ilmu berarti tidak menghormati kitab dan
juga tidak hormat pada guru serta majelis
ilmu tersebut.
Jangan juga menjulurkan kaki ke arah
kitab.
ADAB TERHADAP KITAB (2):
DUDUK DENGAN HORMAT
DI DEPAN KITAB
31. Kitab sebagai sumber ilmu tidak boleh
diletakkan di tempat yang rendah seperti di
lantai, baik ketika sedang belajar atau bukan.
Maka merupakan satu hal yang sangat bagus
bila para santri membudayakan memakai
meja kecil ketika belajar, baik ketika belajar
diruang kelas maupun ketika muthalaah
sendiri.
Kalaupun tidak ada meja ketika menghadiri
pengajian, maka sepatutnya kitab diletakkan
di pangkuan, jangan dilantai.
ADAB TERHADAP KITAB (3):
MELETAKKAN KITAB DI TEMPAT YANG
AGAK TINGGI
32. Lembaran kitab yang sudah lusuh atau
tidak digunakan lagi, jangan dibiarkan
terletak dan berserakan di lantai atau
tanah.
Ada baiknya bila masih bisa
dipergunakan maka diletakkan di
tempat tertentu yang lebih mulia.
Bila sudah tidak mungkin dipergunakan
maka sebaiknya dibakar saja untuk
menjaga kehormatannya.
ADAB
TERHADAP
KITAB (4):
MENJAGA
LEMBARAN
KITAB
JANGAN
BERSERAKAN
33. Bila kita meletakkan kitab diatas kitab lain, maka
sangat dianjurkan untuk memperhatikan susunan
tingkatan kitab yang kita letakkan tersebut.
Kitab yang berisi ilmu yang paling mulia harus
diletakkan paling atas, kemudian disusul dengan
kitab ilmu yang mulia dibawahnya dan
seterusnya.
ADAB TERHADAP KITAB (5):
MELETAKKAN KITAB MENURUT
KEMULIAAN ILMUNYA
34. Urutan kitab menurut kemulian ilmunya adalah; mushhaf al-
quran, kitab matan hadis dengan lebih mendahulukan kitab
shahih Bukhari kemudian shahih Muslim, kitab tafsir al-Quran,
kitab tafsir hadits, kitab ushuluddin (tauhid), kitab ushul fiqh,
kitab nahwu, kitab sharaf, ilmu balaghah (maani, bayan dan
badi), kitab syair-syair Arab, kitab ilmu Arudh (panduan-
menyusun-syair-arab).
Bila kitab dalam ilmu yang sama, maka diletakkan menurut
kemuliaan pengarangnya, bila mushannifnya sama-sama
kemuliaannya maka didahulukan kitab yang lebih dahulu dan
kitab yang lebih banyak digunakan oleh para ulama shaleh.
ADAB TERHADAP KITAB (5):
MELETAKKAN KITAB MENURUT
KEMULIAAN ILMUNYA
37. Al Imam Ahmad rahimahullah pernah ditanya dengan apa
seseorang meniatkan dirinya dalam menuntut ilmu? Maka
beliau pun menjawab,
Hendaknya dia niatkan untuk mengangkat
kebodohan dari dirinya dan dari diri orang lain.
ADAB TERHADAP MAJELIS (1):
MENGIKHLASKAN NIAT
38. Hendaknya seorang penuntut
ilmu tampil dengan penampilan
yang bersih dan rapi, memakai
minyak wangi sehingga tercium
aroma yang menyegarkan dari
dirinya.
Di dalam hadits Jibril ketika
beliau alaihissalam datang ke
majelis Rasulullah saw
digambarkan bahwa beliau
datang dengan penampilan
yang baik.
ADAB TERHADAP MAJELIS (2):
TAMPIL DENGAN PENAMPILAN
YANG BAIK
39. TAMPIL
DENGAN
PENAMPILAN
YANG BAIK
Sayidina Umar ra
mengisahkan,
愆 悴惘 リр惺 惺愀 悵悒
悋惓
悋惷惡 惆惆
悋惡
悋
惘惺愆悋 惆悋 愕 惆惆愆
惘惓悖 惺 惘
惘愕悋
Muncul di hadapan kami
seorang laki-laki yang
berpakaian sangat putih
dan rambutnya sangat
hitam. Pada dirinya tidak
tampak bekas dari
perjalanan jauh.
(HR. Muslim dari Umar ra)
40. Dari Abu Waqid al-Harits bin Auf ra
bahwasanya pada suatu ketika
Rasulullah saw sedang duduk dalam
masjid beserta orang banyak. Lalu ada
tiga orang yang datang.
Kedua orang itu berdiri di depan
Rasulullah saw. Adapun yang pertama,
setelah ia melihat ada tempat yang
lapang dalam majelis itu dia terus
duduk di situ, orang yang kedua duduk
di belakang orang banyak, sedangkan
orang ketiga terus menyingkir dan
pergi.
ADAB TERHADAP MAJELIS (3):
BERLOMBA UNTUK BERADA DI
TEMPAT TERDEPAN
41. BERLOMBA UNTUK BERADA
DI TEMPAT TERDEPAN
Setelah Rasulullah saw selesai, beliau
bersabda,
Tidakkah engkau semua suka kalau saya
memberitahukan perihal tiga orang? Adapun
yang orang yang pertama (yang melihat ada
tempat lapang terus duduk di situ pent),
maka ia menempatkan dirinya kepada
Allah, kemudian Allah memberikan tempat
padanya. Adapun yang lainnya (yang duduk
di belakang orang banyak ), ia pemalu,
maka Allah pun malu padanya, sedangkan
yang seorang lagi (yang menyingkir dari
majelis), ia memalingkan diri, maka Allah
juga berpaling dari orang itu.
(Muttafaq alaih)
42. Hendaknya seorang
penuntut ilmu berakhlaq
yang baik terhadap
teman-teman dalam
kajian tersebut.
Seyogyanya dia berucap
dan memperlakukan
saudaranya dengan
santun dan lemah
lembut.
ADAB TERHADAP MAJELIS (4):
BERAKHLAQ YANG BAIK DENGAN
SAUDARANYA YANG BERADA DI SEKITARNYA
43. BERAKHLAQ YANG
BAIK DENGAN
SAUDARANYA
YANG BERADA DI
SEKITARNYA
Rasulullah saw bersabda,
愕忰 悽惡
悋愕悋 リр悽
Dan bergaulah kepada manusia dengan akhlaq
yang baik.
(HR. At Tirmidzi, dari Abu Dzar dan Muadz bin Jabal)
44. Disebutkan dalam kitab Tadzkiratul
Huffazh (1/242) dari Ahmad bin Sinan
bahwasanya dulu di majelisnya
Abdurrahman bin Mahdi
rahimahullah, tidak ada satu orang
pun yang berbicara di dalam
majelisnya, tidak ada satu orang pun
yang meraut pena mereka, dan tidak
ada satu orang pun yang berdiri.
Seolah-olah di kepala mereka ada
burung, atau seolah-olah mereka
sedang berada dalam shalat.
ADAB TERHADAP
MAJELIS (5):
TENANG DAN
FOKUS DALAM
MENDENGARKAN
CERAMAH
45. Rasulullah saw bersabda,
Barangsiapa yang duduk di dalam suatu majelis dan
di majelis itu terjadi banyak suara hiruk pikuk,
kemudian sebelum bubar dari majelis itu ia
mengucapkan,
愆悖 惆忰惡 悋 悋忰惡愕
惠悖 悋悒 悒 悋 悖 惆
悒 惡惠悖 惘愃惠愕悖
Mahasuci Engkau ya Allah, dengan segala puji bagi-
Mu. Aku bersaksi bahwasanya tiada yang berhak
disembah selain engkau, aku memohon ampunanmu
dan aku bertaubat kepada-Mu, melainkan Allah
mengampuni apa yang terjadi di majelis itu baginya.
(HR. Ahmad dan At-Tirmidzi dari Abu Hurairah ra)
ADAB TERHADAP MAJELIS (6):
MENUTUP SETIAP MAJELIS DENGAN
DOA KAFFARATUL MAJELIS
46. ADAB TERHADAP MAJELIS (7):
DATANG/PERGI MENGUCAPKAN SALAM
Dari Abu Hurairah ra, ia berkata
bahwa Rasulullah saw bersabda,
悋 悒 惆忰悖 惠悋 悋悵悒
愕
愕悴
悋悵悒
愕 悖 惆悋悖惘
Apabila salah seorang di
antara kalian sampai di satu
majelis, hendaklah ia
mengucapkan salam. Lalu
apabila ia hendak bangun
(meninggalkan) majelis,
hendaklah ia pun
mengucapkan salam.
(HR. Abu Daud dan Tirmidzi, ia mengatakan
bahwa hadits ini hasan)