1. AQUASAINS
(Jurnal Ilmu Perikanan dan Sumberdaya Perairan)
TOKSISITAS DAN KEMAMPUAN ANESTETIK MINYAK CENGKEH
(Sygnium aromaticum) TERHADAP BENIH IKAN PELANGI MERAH
(Glossolepis incisus)
Yayu Saskia1
· Esti Harpeni2
· Tutik Kadarini3
Ringkasan The research of cloves oil (Syg-
nium aromaticum) as anesthetic material
to rainbow fish (Glossolepis incisus) was
investigated with the lethal concentration
(LC50-48 hours), effective concentration (EC50-
1 hours), time passed out and recovery ti-
me after conscious. Data analysis by using
probit was conducted to find out the value
of LC_50-48 and linear regression analysis
used to find recovery time after conscious.
The results showed that LC50-48 hours va-
lue is 0,273 ml/L and EC50-1 hours value
is 0,159 ml/L. Cloves oil at concentrations
0,159 ml/L was used as anesthetic within
50% rainbow fish stock during 40,02 minu-
tes and time to recovery is 3,54 minutes.
Keywords ornamental fish, anesthetic,
toxicity, probit, rainbow fish
PENDAHULUAN
Ikan hias air tawar merupakan komoditas
nonmigas bidang perikanan yang mampu
menyumbang devisa negara cukup besar.
1) Mahasiswa Jurusan Budidaya Perairan Univer-
sitas Lampung
E-mail: saskia_yayu@yahoo.com
2) Staf pengajar jurusan Budidaya Perairan Unila,
Jl. Sumantri Brodjonegoro No.1 Bandar Lampung
E-mail: esti.harpeni@fp.unila.ac.id
3) Peneliti di Balai Penelitian dan Pengembangan
Budidaya Ikan Hias Depok Jawa Barat
Indonesia menduduki peringkat ke-3 di du-
nia setelah Singapura dan Malaysia sebagai
eksportir ikan hias dengan pasar sebesar
7,5%. Ikan hias pelangi (Glossolepis inci-
sus) merupakan salah satu jenis ikan hias
air tawar yang memiliki nilai jual lokal eks-
por yang tinggi [1].
Persaingan perdagangan ikan hias di pasar
lokal maupun regional kini semakin ketat.
Berbagai tindakan perlu dilakukan untuk
meningkatkan daya saing perdagangan ik-
an hias yaitu dengan sistem pengangkutan
benih ikan dalam kondisi pingsan dengan
menggunakan teknik anestetik [2]. Teknik
seperti anestetik perlu dilakukan agar kon-
disi benih tetap baik, karena prinsip dasar
anestetik adalah menghilangkan kesadaran
suatu organisme terhadap rangsangan dari
luar akibat penggunaan suatu bahan yang
ditambahkan dari luar [3]. Anestetik digu-
nakan selama pengangkutan dengan tuju-
an untuk menenangkan ikan sehingga akti-
vitasnya berkurang, mengurangi konsum-
si oksigen, mengurangi produksi karbondi-
oksida yang mudah terurai sehingga tidak
menimbulkan efek negatif pada ikan [4].
Bahan anestetik dapat berupa bahan kimia
sintetik atau bahan alami [3]. Bahan kimia
yang biasa digunakan dalam anestetik di-
antaranya MS-222, benzocaine, metomida-
te, phenoxy ethanol, quinaldine, chinaldine
[5]. Bahan kimia seperti MS-222, benzo-
caine, metomidate, phenoxy ethanol, qui-
naldine, chinaldine merupakan cairan tok-
2. 84 Yayu Saskia1 et al.
sik. Penggunaan bahan kimia sebagai bah-
an anestetik dapat meninggalkan residu yang
berbahaya bagi ikan, manusia dan lingkung-
an [6]. Sedangkan bahan anestetik alami
yang biasa digunakan misalnya minyak ceng-
keh (Sygnium aromaticum) [3]. Cengkeh
mengandung minyak atsiri dan eugenol yang
mempunyai fungsi anestetik dan antimik-
robial [7]. Efek dari penggunaan minyak
cengkeh terhadap benih ikan tidak menga-
lami perubahan yang signifikan karena da-
pat mengurangi stres dalam penanganan
yang disebabkan oleh grading dan pengang-
kutan [8]. Harga minyak cengkeh juga mu-
rah dan mudah didapat [9].
Keunggulan minyak cengkeh tersebut mem-
buka peluang pemanfaatannya sebagai bah-
an anestetik benih ikan-ikan hias seperti ik-
an pelangi yang harus tetap hidup dan se-
hat setelah pengangkutan. Toksisitas dan
kemampuan anestetik minyak cengkeh per-
lu diketahui agar kegiatan pengangkutan
benih ikan dapat berjalan dengan baik. Pe-
nelitian ini bertujuan untuk menentukan
toksisitas LC50-48 hours, konsentrasi efek-
tif EC50- 1 hours minyak cengkeh terhadap
benih ikan pelangi dan menentukan waktu
pingsan serta waktu pulih sadar benih ik-
an pelangi setelah dianestetik menggunak-
an minyak cengkeh.
MATERI DAN METODE
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Ju-
li sampai Agustus 2012, di Balai Penelitian
dan Pengembangan Budidaya Ikan Hias,
Depok Jawa Barat. Alat dan bahan yang
digunakan adalah mikropipet, stopwatch,
termometer, pH meter, DO meter, toples
kaca, aerasi, blower, benih ikan pelangi mi-
nyak cengkeh. Akuarium untuk aklimatisa-
si benih ikan dan wadah uji berupa toples
kaca dibersihkan, diisi air, serta diaerasi
dengan volume air sebanyak 4.620 cm³.
Konsentrasi ambang atas dan ambang ba-
wah minyak cengkeh yang diperoleh dari
uji pendahuluan kemudian digunakan un-
tuk menentukan konsentrasi pada uji uta-
ma. Kadar eugenol minyak cengkeh diukur
pada masing-masing konsentrasi yang te-
lah didapatkan dari persamaan untuk di-
gunakan dalam uji toksisitas untuk menca-
ri nilai LC50-48 jam. Penentuan kemampu-
an anestetik dilakukan dalam waktu dedah
60 menit untuk mendapatkan nilai (EC50-
1 jam) dan waktu pingsan setelah itu di-
pulihsadarkan dalam waktu dedah 60 me-
nit untuk mendapatkan waktu pulih sadar
benih ikan pelangi. Parameter kualitas air
diamati diawal dan diakhir perlakuan yang
meliputi suhu, pH, DO dan amonia (NH3).
Penelitian terdiri dari lima perlakuan dan
kontrol sebanyak 3 kali ulangan yaitu :
1. Perlakuan minyak cengkeh dengan kon-
sentrasi 0 (Kontrol)
2. Perlakuan minyak cengkeh dengan kon-
sentrasi 0,0251 ml/L
3. Perlakuan minyak cengkeh dengan kon-
sentrasi 0,063 ml/L
4. Perlakuan minyak cengkeh dengan kon-
sentrasi 0,158 ml/L
5. Perlakuan minyak cengkeh dengan kon-
sentrasi 0,396 ml/L
6. Perlakuan minyak cengkeh dengan kon-
sentrasi 0,993 ml/L
Parameter yang diamati dalam penelitian
ini adalah uji toksisitas minyak cengkeh
untuk mendapatkan nilai Lethal Concen-
tration (LC50-48 jam) dalam waktu 48 jam
dan kemampuan anestetik minyak cengkeh
untuk mendapatkan nilai Effective Concen-
tration (EC50- 1 jam), dalam waktu de-
dah 60 menit, waktu pingsan, waktu pulih
sadar benih ikan pelangi setelah dianeste-
tik menggunakan minyak cengkeh dan pa-
ramater kualitas air yang meliputi suhu,
pH, DO dan amonia (NH3). Metode anali-
sis probit yaitu metode yang digunakan un-
tuk menganalisis berbagai jenis dosis-respons
atau respon percobaan binomial terhadap
berbagai bidang. Metode ini digunakan un-
tuk mencari nilai LC50-48 jam yaitu kon-
sentrasi minyak cengkeh yang mematikan
50% benih ikan pelangi selama waktu de-
dah tertentu. EC50- 1jam yaitu dimana kon-
sentrasi yang memingsankan 50% benih ik-
an dalam waktu dedah tertentu dan anali-
sis model regresi linier untuk mencari wak-
tu pingsan dan waktu pulih sadar benih
dengan hubungan waktu pengamatan (x)
3. Toksisitas dan Kemampuan Anastetik Minyak Cengkeh 85
dan jumlah benih ikan yang dapat diping-
sankan dan dipulihsadarkan (y).
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pada konsentrasi 0,01 ml/L pengamatan
jam ke-24 sampai jam ke-48 benih masih
dalam keadaan hidup sampai 100% karena
tidak terjadi kematian. Pada pengamatan
jam ke-24 minyak cengkeh mulai bereaksi
dengan ditandai kematian yang terjadi pa-
da konsentrasi 0,1 ml/L sebanyak 36% dan
terjadi kematian total 100% pada konsen-
trasi 1 ml/L. Pada pengamatan jam ke-48
pada konsentrasi 0,1 ml/L, kematian me-
ningkat menjadi sebanyak 93%.
Kematian tersebut diduga karena bahan anes-
tetik yang larut dalam air akan mengaki-
batkan berkurangnya laju respirasi pada
benih ikan. Kondisi tersebut menyebabkan
benih ikan gelisah kemudian selalu berupa-
ya untuk naik ke permukaan untuk men-
dapatkan oksigen. Penurunan laju respira-
si tersebut menyebabkan hilangnya seluruh
rasa pada bagian tubuh ikan sebagai aki-
bat dari penurunan fungsi syaraf sehingga
menghalangi aksi dan hantaran impuls sya-
raf. Selanjutnya dijelaskan juga bahwa se-
cara langsung atau tidak langsung bahan-
bahan anestetik akan mengganggu keseim-
bangan ionik dalam otak benih ikan. Hal
ini terjadi karena penurunan konsentrasi
kation K+
dan peningkatan kation Na+
,
Fe3+
dan Ca2+
. Kemudian gangguan ini
akan mempengaruhi kerja syaraf motorik
dan pernafasan, sehingga menyebabkan ke-
matian rasa atau pingsan [10]. Maka dari
hasil pengamatan pada penentuan konsen-
trasi ambang minyak cengkeh yang telah
dilakukan, didapatkan konsentrasi ambang
atas sebesar 1 ml/L dan konsentrasi am-
bang bawah sebesar 0,01 ml/L.
Pada pengukuran kadar eugenol minyak ceng-
keh maka didapatkan persamaan regresi li-
nier pada Gambar 1 diketahui bahwa Y =
0,249x - 0,001 yang berarti bahwa setiap
kenaikan satu satuan konsentrasi minyak
cengkeh akan menaikkan kadar eugenol mi-
nyak cengkeh sebanyak 0,249 satuan. Ko-
Gambar 1 . Kadar eugenol pada masing-masing
konsentrasi minyak cengkeh
efisien diterminasi dengan R² simbol me-
rupakan proporsi variabilitas dalam suatu
data yang dihitung didasarkan pada mo-
del statistik. Dalam hubungannya dengan
korelasi, maka R2
merupakan kuadrat dari
koefisien korelasi antara variabel yang di-
gunakan sebagai predictor (X) dan variabel
(Y) yang memberikan response. Sedangk-
an nilai R2
pada Gambar 1 didapatkan se-
besar 0,999 hal ini menjelaskan bahwa ka-
dar eugenol dalam minyak cengkeh berpe-
ngaruh sebesar 99% terhadap konsentra-
si minyak cengkeh, 1% dapat disebabkan
oleh faktor-faktor lingkungan lainnya se-
perti kualitas air.
Hasil penelitian pada pengukuran kadar eu-
genol terhadap masing-masing konsentra-
si minyak cengkeh menunjukkan bahwa se-
makin tinggi konsentrasi minyak cengkeh
maka akan semakin tinggi kadar eugenol
yang terdapat didalamnya (Gambar 1).
Pengamatan jam ke-24 dan jam ke-48 ter-
jadi peningkatan kematian pada benih. Mi-
nyak cengkeh akan bekerja dengan cara meng-
urangi laju metabolisme pada tubuh benih
ikan pelangi, secara perlahan hingga ter-
jadi kematian mulai jam ke-24 [5]. Berda-
sarkan perhitungan uji toksisitas minyak
cengkeh yang telah dilakukan, maka dida-
patkan nilai probit untuk LC50-48 jam se-
besar 0,273 ml/L. Hasil penelitian toksi-
sitas minyak cengkeh menunjukkan bahwa
semakin tinggi konsentrasi minyak cengkeh
yang dimasukkan kedalam wadah uji, maka
semakin tinggi pula tingkat kematian yang
terjadi pada benih ikan pelangi seiring de-
ngan bertambahnya waktu.
Pada pengamatan kemampuan anestetik mi-
nyak cengkeh terhadap benih ikan pelangi,
diperoleh hasil analisa model regresi linier
4. 86 Yayu Saskia1 et al.
dengan hubungan waktu pengamatan (x)
dan jumlah benih ikan yang dapat diping-
sankan (y) (Gambar 2). Dari persamaan
model regresi linier tersebut maka dida-
patkan nilai waktu yang diperlukan untuk
memingsankan 50% benih ikan pelangi un-
tuk masing-masing konsentrasi yaitu 0,063
ml/L = 68,32 menit; 0,158 ml/L = 40,02
menit; 0,396 ml/L= 45,31 menit dan 0,993
ml/L = 8,85 menit. Kemampuan anestetik
minyak cengkeh terhadap benih ikan pe-
langi pada masing-masing konsentrasi me-
nunjukkan bahwa semakin tinggi konsen-
trasi minyak cengkeh maka akan semakin
cepat benih yang dapat dipingsankan. Hal
ini dikarenakan bahwa peningkatan kon-
sentrasi yang diberikan menyebabkan per-
cepatan waktu pingsan benih ikan, kare-
na semakin tinggi konsentrasi semakin ce-
pat proses penyerapan zat anestesi oleh da-
rah yang kemudian akan menyebar ke selu-
ruh bagian tubuh benih ikan. Zat anestesi
yang telah terabsorpsi kedalam pembuluh
darah kemudian akan dibawa ke susunan
syaraf pusat yaitu otak dan medula spinalis
(sistem syarat pusat atau SSP). Zat anes-
tesi yang telah sampai pada sistem sya-
rat pusat tersebut akan memblokir resep-
tor dopamine post synaptic dan juga meng-
hambat pelepasan dopamine serta menek-
an sistem syaraf pusat sehingga akan me-
nimbulkan efek sedasi, relaksasi otot, dan
juga menurunkan kegiatan-kegiatan benih
ikan yang bersifat spontan seperti kehilang-
an rangsangan dari luar kemudian dapat
mengakibatkan benih ikan pingsan [11].
Nilai R² yang didapatkan pada masing-masing
konsentrasi (Gambar 2) yaitu pada kon-
sentrasi 0,063 ml/L = 92,3%; konsentra-
si 0,158 ml/L = 86,2%; konsentrasi 0,396
ml/L = 95,2%; dan konsentrasi 0,993 ml/L=
87,7%, hal ini menyatakan bahwa penam-
bahan minyak cengkeh seperti pada kon-
sentrasi 0,158 ml/L misalnya, akan berpe-
ngaruh sebesar 86,2 % terhadap peming-
sanan benih ikan pelangi 14,7% dapat di-
sebabkan oleh faktor-faktor lingkungan la-
innya seperti kualitas air, begitu juga pada
konsentrasi-konsentrasi yang lain.
Penelitian yang telah dilakukan menunjukk-
an perlakuan terbaik terdapat pada kon-
sentrasi 0,158 ml/L karena pada konsen-
trasi tersebut dalam waktu dedah 60 me-
nit, dapat memingsankan benih ikan pela-
ngi hingga 70% dengan jumlah benih ter-
banyak.dalam waktu 40,02 menit. Berda-
sarkan perhitungan data yang diperoleh da-
ri kemampuan anestetik minyak cengkeh
terhadap benih ikan pelangi maka dida-
patkan nilai EC50- 1 jam sebesar 0,159 ml/L.
Benih ikan pelangi yang telah di aneste-
tik, segera dipulihsadarkan kembali dengan
waktu yang diperoleh berdasarkan hasil ana-
lisa model regresi linier dengan hubung-
an waktu pengamatan (x) dan jumlah be-
nih ikan yang dapat dipulihsadarkan (y)
(Gambar 3). Dari persamaan model regresi
linier tersebut maka didapatkan nilai wak-
tu yang diperlukan untuk memulihsadark-
an 50% benih ikan pelangi kembali seca-
ra normal dengan waktu yang dibutuhk-
an pada masing-masing konsentrasi adalah
0,063 ml/L = 27,91 menit; 0,158 ml/L =
3,54 menit; 0,396 ml/L = 24,34 menit; dan
konsentrasi 0,993 ml/L = 18,78 menit. Pe-
nelitian yang telah dilakukan menunjukk-
an perlakuan terbaik terdapat pada kon-
sentrasi 0,158 ml/L karena dapat memu-
lihsadarkan 50% benih dalam waktu 3,54
menit.
Nilai R² yang didapatkan pada masing-masing
konsentrasi (Gambar 3) yaitu pada konsen-
trasi 0,063 ml/L= 75%; 0,158 ml/L = 86,2
%; 0,396 ml/L = 94,5% dan konsentrasi
0,993 ml/L = 94,4%. Hal ini menyatakan
bahwa penambahan minyak cengkeh seper-
ti pada konsentrasi 0,158 ml/L misalnya,
akan berpengaruh sebesar 86,2% terhadap
pemulihsadaran benih ikan pelangi, 14,8%
dapat disebabkan oleh faktor-faktor ling-
kungan lainnya seperti kualitas air, begitu
juga pada konsentrasi-konsentrasi yang la-
in.
SIMPULAN
Pada penelitian ini didapatkan nilai Lethal
Concentration LC50-48 jam sebesar 0,273
ml/L nilai Effective Concentration EC50- 1
jam sebesar 0,159 ml/L. Perlakuan terbaik
5. Toksisitas dan Kemampuan Anastetik Minyak Cengkeh 87
Gambar 2 Jumlah benih ikan pelangi yang pingsan pada masing-masing konsentrasi minyak cengkeh.
Gambar 3 Waktu pulih sadar benih ikan pelangi pada masing-masing konsentrasi minyak cengkeh
terdapat pada konsentrasi 0,158 ml/L de-
ngan waktu pingsan dan memulihsadarkan
50% benih ikan pelangi 40,02 menit dan
3,54 menit.
Pustaka
1. Kusrini, E. 2010. Pengaruh pH Terhadap Per-
kembangan Gonad Ikan Rainbow Sawiat (Me-
lanotaenia, sp.). Jurnal Penelitian. Balai Riset
Budidaya Ikan Hias Air Tawar. (5): 1.
2. Suparno, J. B. 1994. Pengaruh Suhu dan Wak-
tu Pembiusan Pendinginan Bertahap Terha-
dap Ketahanan Hidup Udang Windu Tambak
(Penaus monodon) dalam Transportasi Sis-
tem Kering. Jurnal Penelitian Pasca Panen
Perikanan. (79): 73-78.
3. Fauziah, N. R. 2006. Pemingsanan Ikan Mas
(Cyprinus carpio) dengan Mengunakan Eks-
trak Tembakau, Ekstrak Mengkudu, Ekstrak
Cengkeh. Jurnal Penelitian. Institut Pertani-
an Bogor. (9):2-3.
4. Tahe, S. 2008. Penggunaan Phenoxyethanol
Suhu Dingin dan Kombinasi Suhu Dingin dan
Phenoxyethanol dalam Pembiusan Bandeng
Umpan. Jurnal Media Akuakultur. (3)2: 7-9.
5. Coyle, S. D., Robert, M., Durborow, and Ja-
mes, H.T. 2004. Anesthetics in Aquaculture.
Kentucky State University Aquaculture Rese-
arch Center. Journal Southren Regional Aqua-
culture Center (SRAC) Publication No. 3900.
6. Supriyono, E., Budiyanti, Budiardi, 2010. Res-
pon Fisiologi Benih Kerapu Macan Ephine-
phelus fuscoghutotus terhadap Penggunaan
Minyak Sereh dalam Transportasi Tertutup
dengan Kepadatan Tinggi. Jurnal Ilmu Kela-
utan (15)2: 103-112.
7. Laitupa, F. 2006. Pemanfaatan Eugenol dari
Minyak Cengkeh untuk Mangatasi Ranciditas
pada Minyak Kelapa. Jurnal Penelitian Uni-
versitas Diponegoro (10): 2-5.
8. Imanpoor, R. M., Begheri, T., Hedayati,
S.A.A. 2010. The Anesthetic Effect of Cloves
Essense in Persian Sturgeon Asipenser persi-
cus. World Journal of Fish and Marine Scien-
ce. 2(1): 29-36.
9. Atamanalp, M., and Ucar, A. 2010. The Effe-
cts of Natural (Cloves Oil) and Synthetical (2-
phenoxyethanol) Anesthesia Subtances on He-
matology Parameters of Rainbow Trout (On-
chorynchus mykiss) and Brown Trout (Salmo
trutte fario). Journal of Animal and Veteri-
nary Advance. 9(14): 1925-1933.
10. Yanto, H. 2009. Penggunaan MS-222 dan La-
rutan Garam pada Transportasi Ikan Jelawat
(Leptobarbus hoevenii). Jurnal Ilmu-ilmu Per-
airan dan Perikanan Indonesia. (16)1: 47-54.
11. Andriyanto, Sutisna, A., Manalu, W. 2009.
Potensi Penggunaan Acepromazine sebagai
Sediaan Transquilizier pada Transportasi Ikan
Patin. Jurnal Berkala Perikanan. 38(1): 8-11.