2. Pendahulua
n
Gangguan muskuloskeletal diakibatkan oleh cedera
(trauma mekanik), gangguan metabolik dan penuaan
(degeneratif), autoimmune, infeksi maupun idiopatik
Gangguan muskuloskeletal meliputi gangguan akut dan
kronis pada sistem muskuloskeletal mencakup, otot,
tendon, tulang, sendi, bursa/diskus dan jaringan ikat
3. Tahap/ Fase
Gangguan
Pada tahap subakut dan kronis merupakan fase lanjut dimana tanda
peradangan menurun tetapi pemulihan belum optimal
Bengkak (tumor), kemerahan (rubor), Nyeri (dolor) peningkatan suhu
jaringan (kalor) dan penurunan fungsi (function leissa)
Tahap akut ditunjukkan dengan 5 tanda khas peradangan terlihat jelas
Gangguan muskuloskeletal diakibatkan oleh cedera diklasifikasikan
menjadi 3 tahap yakni, akut, subakut dan kronis
4. Awal
Cedera
Permeabilitas pembuluh darah meningkat, sehingga plasma darah keluar dari pembuluh
darah dan masuk kedalam jaringan (tekanan hidrostatik > tekanan osmotik) menyebabkan
tanda bengkak (tumor)
Kejadian vasodilatasi pada tahap akut memungkinkan jaringan yang cedera mendapat
suplai oksigen dan nutrisi lebih banyak dan konsentrasi imun tubuh yang tinggi
Terjadi vasodilatasi pembuluh darah sehingga menimbulkan tanda kemerahan (rubor) dan
peningkatan suhu jaringan (kalor)
Pada tahap akut sel jaringan yang cedera mengeluarkan beberapa zat kimia meng iritasi
saraf nyeri (dolor)
5. Terlepasnya zat kimia radang mengiritasi saraf nyeri,
mengakibatkan vasodilatasi dan peningkatan permeabilitas
pembuluh darah
6. Tekanan hidrostatik & osmotik
membantu pergerakan keluar dan
masuknya cairan pada kapiler
(microcirculation)
Tekanan hidrostatik pada
arteriolar (35 mmHg) lebih tinggi
daripada tekanan pada venular (18
mmHg)
Tekanan osmotik normal sekitar
25 mmHg
Pada vena tekanan osmotik
cenderung lebih besar dibanding
tekanan hidrostatik
7. Peningkatan permeabilitas
pembuluh darah pada kondisi
cedera jaringan menyebabkan
peningkatan tekanan
hidrostatik pada arteri
maupun vena
Sehingga terjadi penumpukan
cairan pada sel jaringan
(eksudasi) ditandai dengan
bengkak (tumor)
8. Penurunan Fungsi (Functio-
leissa)
Iritasi pada saraf nyeri (dolor),
peningkatan sirkulasi darah dan
suhu jaringan akibat vasodilatasi
(rubor & kalor), peningkatan
permeabilitas pembuluh darah
sehingga menumpuk plasma
cairan darah pada sel jaringan
(tumor)
Menyebabkan penurunan fungsi
jaringan (functio leissa), misal
jaringan otot cedera maka fungsi
otot (kontraksi) menurun
9. Radan
g
Jika pathogen tidak dapat dieleiminasi dan perbaikan terhambat maka akan terjadi proses
patologis (kronis)
Jika pathogen dapat dieliminasi dan perbaikan berlanjut maka proses pemulihan dapat
diselesaikan
Dan memulai proses perbaikan (recovery), mengganti sel jaringan yang rusak dengan sel
jaringan baru
Peradangan pada fase akut merupakan respon tubuh untuk melindungi tubuh dari
kerusakan yang lebih lanjut akibat pathogen
10. Penyebab
Gangguan
Bentuk & ukuran tubuh, jenis kelamin, usia, kesehatan umum dan
ketrampilan
Kapasitas tubuh merujuk pada karakteristik individu dalam melakukan
respon fisiologis terhadap beban eksternal
Penyebab utama gangguan sering disebabkan karena ketidaksesuaian
antara beban eksternal dan kapasitas tubuh dalam menahan beban
Gangguan muskuloskeletal terjadi pada kalangan atlet ataupun non atlet
11. Faktor
Resiko
Faktor genetic, misal rheumatoid arthritis, gout dll
Faktor lingkungan misal ruangan tanpa ada pengelolaan kualitas resiko kerja, ruangan
gelap dan licin
Kelemahan jaringan misal beban terlalu berat diterima otot sehingga terjadi kerobekan
otot, densitas tulang menurun (osteoporosis) sehingga potensi mudah terjadi fraktur
Faktor kelainan struktural misal panjang tungkai tidak sama
Faktor latihan/ kerja ; intensitas, frekuensi, durasi yang berlebih, posisi tidak ergonomis,
keadaan statis dalam waktu yeng relative lama
Faktor resiko yang meningkatkan potensi gangguan musculoskeletal diantaranya adalah
12. Traum
a
Fraktur epifisis terjadi pada anak-anak di area pertumbuhan tulang muda, jika terjadi akan
menghambat pertumbuhan tulang (asimetrik biomekanik)
Fraktur stress akibat stress berulang (tarsal, metatarsal, tibia, vertebra)
Adapun istilah lain meliputi fraktur kominutif (beberapa fragmen tulang), greenstick dan
fraktur nonunion yakni fraktur 9-12 bulan tidak sembuh
FRAKTUR/ patah tulang, pada umumnya terdapat 2 kategori yakni fraktur tertutup
fracture) dan terbuka (open fracture), fraktur terbuka resiko infeksi lebih tinggi
13. Derajat III ; nyeri hebat, bengkak dan instabil ditandai dengan gerak sendi berlebihan
khususnya pada gerakan arthrokinematik
Derajat II ; nyeri, bengkak dan instabil ringan, terjadi robekan minimal hingga sedang
pada jaringan ligament biasanya disertai gangguan LGS
Derajat I ; nyeri ringan dan bengkak namun tidak ada robekan pada ligament
Pada umumnya derajat kerusakan dibedakan menjadi 3
Derajat kerusakan dimulai dengan derajat ringan seperti regangan, robekan minimal pada
ligament hingga derajat berat terputus total
SPRAIN yakni cedera pada ligament persendian
14. Derajat III ; terjadi robekan total ditandai dengan tidak bisa bergerak sama sekali disertai
nyeri hebat
Derajat II ; terjadi robekan parsial ditandai dengan nyeri diam, bengkak, gerakan terbatas
Derajat I ; terjadi robekan minimal ditandai dengan nyeri saat melakukan gerakan
Terdapat 3 derajat kerusakan
Strain kronis biasanya disebabkan oleh penggunaan otot yang berlebihan
Strain akut biasanya disebabkan oleh kontraksi eksentrik tiba-tiba dan kuat
STRAIN yakni terjadi cedera pada otot atau musculotendinous junction
15. TENDINOSIS merupakan gangguan degenerative yang dikaitkan dengan penggunaan
berlebih, kesalahan gerak, ketidak sejajaran sendi, terjadi degenerasi mikroskopis dan
disorganisasi serat tendon, sering dijumpai suara retakan (krepitasi) saat sendi digerakkan
TENDINITIS merupakan peradangan pada tendon, biasanya diakibatkan kontraksi atau
peregangan otot secara kuat dan tiba-tiba
TENDINOPATI (tendinitis & tendinosis)
16. BURSITIS /radang bantalan
sendi, bursa sendi pada
umumnya bermanfaat untuk
mengurangi gesekan/ tekanan
tekanan antar permukaan
tulang (sendi) atau antar
tulang dan tendon
Gesekan/ tekanan berlebih
pada bursa sendi
menyebabkan radang
bantalan sendi/ bursitis
17. Degenerati
f
Penuaan otot/ sarcopenia, menurunnya serabut otot khususnya otot tipe II (fast twitch/
glycolytic)
Penuaan sendi, seiring bertambahnya usia maka jaringan otot, ligament, tulang, bursa
persendian mengalami penurunan fungsi, sehingga resiko terjadi radang sendi
(osteoarthritis)
Penuaan tulang, kepadatan tulang menurun setelah usia 30 tahun, pada wanita
tiap tahun densitas tulang berkurang 10%, penurunan densitas pada tulang belakang dapat
menyebabkan penurunan tinggi tubuh dan kelianan postur (kyphosis)
18. Gangguan Khusus Pada
Tulang
Osteochondrosis yakni gangguan pertumbuhan tulang khususnya pada osifikasi epifisis
Osteomalacia merupakan pelunakan tulang akibat mineralisasi tulang tidak memadahi
(demineralisasi), fosfat, kalsium dan vitamin D
Osteoporosis dan osteopenia, mengacu pada penurunan kepadatan masa tulang (Bone
Mass Density) akibat aktivitas pemecahan tulang (osteoclastic) lebih cepat dibandingkan
aktivitas osteoblastic
19. Gangguan Khusus Pada
Sendi
Gout/ asam urat yakni terdapat penumpukan kristal monosodium urate yang
merupakan hasil akhir dari metabolisme purine (uric acid) pada persendian
Rheumatoid Arthritis (RA), yakni gangguan autoimun yang mempengaruhi
sendi, terjadi radang pada synovium yang berakibat pada pembentukkan pannus dan
perubahan bentuk sendi, muncul dalam pola simetris
Osteoarthritis (OA), yakni kerusakan tulang rawan sendi, faktor resiko meliputi usia
lanjut, berat badan berlebih dan riwayat keluarga/ genetic, gangguan OA tidak muncul
dalam pola simetris
20. Gangguan Khusus Pada
Otot
Miopati yakni penyakit otot berupa
gangguan integritas jaringan otot
dan gangguan metabolism otot yang
biasanya disebabkan oleh faktor
genetik, gangguan metabolism,
obat-obatan, racun, bakteri dan
virus
Tanda gejala gangguan meliputi
kelemahan otot, kram, spasme,
kaku dan nyeri