Praktikum ini bertujuan untuk mengetahui daya serap air empat jenis tepung terigu dengan mengukur jumlah air yang dibutuhkan untuk mencapai kekalisan adonan. Hasilnya menunjukkan daya serap air tertinggi pada tepung Sania diikuti Kunci Biru, Cakra Kembar, dan terendah pada Segitiga Biru. Faktor yang mempengaruhi daya serap air antara lain kandungan protein dan gluten serta jumlah air yang dit
Laporan praktikum biokimia ini membahas tentang percobaan protein yang meliputi uji susunan elementer protein, kelarutan protein, pengendapan protein dengan garam, logam dan asam organik, biuret, ninhidrin, xantroprotein, dan penentuan titik isoelektrik protein. Tujuan percobaan adalah untuk mengidentifikasi unsur penyusun protein, mengetahui kelarutan dan pengendapan protein oleh berbagai zat, serta membuktikan adanya asam amino
Potato Dextrose Agar merupakan salah satu media yang banyak digunakan untuk membiakkan suatu mikroorganisme, baik itu berupa bakteri/fungi, bakteri, maupun sel makhluk hidup. Potato Dextrose Agar merupakan paduan yang sesuai untuk menumbuhkan biakan. Karena ekstrak potato (kentang) merupakan sumber karbohidrat, dextrose (gugusan gula, baik itu monosakarida atau polysakarida) sebagai tambahan nutrisi bagi biakan ,sedangkan agar merupakan bahan media/tempat tumbuh bagi biakan yang baik, karena mengandung cukup air.
Tepung terigu, tapioka, tepung beras, tepung ketan, dan tahu memiliki kadar air berkisar antara 10-15% berdasarkan berat basah dan 12-15% berdasarkan berat kering. Kadar air tahu paling tinggi yaitu sekitar 76% berdasarkan berat basah dan 320% berdasarkan berat kering. Kadar air ditentukan dengan memanaskan sampel di oven hingga berat konstan.
Laporan tetap pengetahuan bahan tepungReza Fahlevi
油
Praktikum ini menguji sifat-sifat empat jenis tepung terigu yaitu daya serap air, kadar gluten basah dan kering. Hasilnya menunjukkan bahwa tepung segitiga biru dan mila memiliki daya serap air tertinggi. Uji gluten menunjukkan tepung mila memiliki kadar gluten dan protein tertinggi dibandingkan merek lain. Praktikum ini berguna untuk memahami karakteristik kimiawi berbagai tepung terigu.
Ringkasan dokumen tersebut adalah:
Sampel taoge, susu, dan aquadest diuji menggunakan uji ninhydrin untuk mendeteksi kehadiran asam amino bebas. Hasilnya menunjukkan ketiga sampel tidak mengandung asam amino bebas.
Dokumen tersebut membahas mengenai pengawetan ikan dengan metode penggaraman dan pengeringan. Metode penggaraman meliputi penggaraman kering, basah, dan kench salting. Pengeringan dapat dilakukan secara alami menggunakan sinar matahari dan angin, atau secara mekanis menggunakan panas buatan. Proses pengeringan terdiri dari beberapa tahapan seperti penggaraman, pembilasan, dan pengeringan
Ringkasan dokumen tentang fermentasi kecap adalah sebagai berikut:
1. Fermentasi kecap melibatkan fermentasi kedelai menggunakan jamur aspergillus oryzae dan aspergillus wentii.
2. Proses pembuatan kecap meliputi pencucian, pengukusan, pengirisan, fermentasi, penambahan bumbu dan penyimpanan.
3. Fermentasi kedelai menghasilkan kecap sebagai produk akhir yang kaya akan protein dan memiliki
Laporan 1 uji boraks pada sampel bahan panganMuhammad Ridlo
油
Laporan praktikum ini menguji keberadaan boraks dalam bakso dengan uji kualitatif secara fisik dan kimia. Uji fisik melihat warna, bau, dan kekenyalan bakso, sedangkan uji kimia membakar bakso dan melihat warna nyala apinya. Hasilnya menunjukkan sampel A positif mengandung boraks karena nyala hijau, sedangkan sampel B negatif tidak mengandung boraks karena nyala kuning.
Dokumen tersebut membahas tentang herbarium, yang didefinisikan sebagai koleksi spesimen tumbuhan yang dikeringkan untuk kepentingan ilmu pengetahuan. Ia membahas tentang fungsi dan manfaat herbarium, serta beberapa institusi herbarium internasional terkemuka seperti Missouri Botanical Garden dan Herbarium Bogoriense.
Protein dapat diendapkan dengan mengatur pH larutan mendekati titik isoelektrik protein. Penambahan garam kalsium, asam asetat, dan enzim bromelin dapat mengendapkan protein susu sapi dan kedelai dengan mengubah muatan protein.
Bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah tepung tapioka, ikan asin, dan kopi. Tujuan praktikum ini adalah untuk mengetahui cara analisis kadar abu bahan pangan dan hasil pertanian serta mengukur kadar abunya menggunakan metode pengabuan kering. Hasilnya menunjukkan nilai kadar abu tepung tapioka jauh berbeda dengan nilai RSD-nya, menandakan adanya penyimpangan. Sedangkan kad
1. Eksperimen ini bertujuan untuk membuat larutan standar AgNO3 dan menentukan konsentrasinya, serta menggunakannya untuk menentukan kadar klorida dalam garam dapur melalui titrasi argentometri.
Dokumen tersebut membahas tentang amilum, yang merupakan polisakarida yang banyak terdapat pada tumbuhan. Amilum terdiri dari dua bagian yaitu amilosa dan amilopektin. Amilum dapat dihidrolisis menjadi glukosa dan dapat dibuktikan keberadaannya dalam makanan menggunakan uji iodium.
Laporan Praktikum Minyak Kelapa Modern dan TradisionalErnalia Rosita
油
Laporan praktikum ini membahas tiga cara pembuatan minyak kelapa yaitu secara modern, tradisional dan kering. Cara modern melibatkan penambahan asam asetat untuk memisahkan minyak dan memberikan hasil sebesar 26,8%. Cara tradisional menggunakan bubur santan dan memberikan hasil 37,33%. Cara kering melibatkan proses pengeringan buah kelapa menjadi kopra terlebih dahulu.
Dokumen tersebut merangkum tentang isolasi enzim amilase dari kecambah biji dan reaksi pencoklatan enzimatis. Isolasi enzim amilase dilakukan untuk mengetahui aktivitas enzim selama perkecambahan biji, sedangkan reaksi pencoklatan untuk mengetahui pengaruh perlakuan terhadap reaksi pada permukaan potongan buah. Dokumen juga menjelaskan tentang teori dan faktor yang mempengaruhi aktivitas enzim amilase.
Dokumen tersebut membahas tentang ekstraksi cair-cair daun pandan untuk menentukan nilai koefisien distribusi. Metode ekstraksi cair-cair digunakan untuk memisahkan komponen dari ekstrak daun pandan menggunakan kloroform sebagai pelarut organik. Nilai koefisien distribusi kemudian dihitung untuk sistem organik/air.
Uji kelarutan lemak dilakukan untuk mengetahui kelarutan dua sampel (mayones dan minyak bunga matahari) dalam lima pelarut berbeda (air, alkohol, eter, kloroform, dan n-heksana). Hasilnya menunjukkan bahwa kelarutan mayones sesuai urutan polaritas pelarut dari yang paling polar ke yang paling nonpolar, sedangkan kelarutan minyak bunga matahari sesuai urutan nonpolaritas pelarut. Hal ini
Dokumen tersebut membahas pengaruh modifikasi enzimatis menggunakan enzim 留-amilase dari kecambah kacang hijau terhadap karakteristik tepung biji nangka. Hasil penelitian menunjukkan bahwa waktu inkubasi optimum adalah dua hari dengan kadar protein tertinggi 14,57% dan konsentrasi enzim optimum adalah 35% dengan kadar protein 17,59%.
Dokumen tersebut membahas tentang proses pembuatan tahu dan kerupuk tahu secara umum, dimulai dari bahan baku kedelai dan tepung tapioka hingga proses pengolahan dan bahan tambahan. Kandungan gizi tahu dan kerupuk tahu juga dijelaskan.
Laporan 1 uji boraks pada sampel bahan panganMuhammad Ridlo
油
Laporan praktikum ini menguji keberadaan boraks dalam bakso dengan uji kualitatif secara fisik dan kimia. Uji fisik melihat warna, bau, dan kekenyalan bakso, sedangkan uji kimia membakar bakso dan melihat warna nyala apinya. Hasilnya menunjukkan sampel A positif mengandung boraks karena nyala hijau, sedangkan sampel B negatif tidak mengandung boraks karena nyala kuning.
Dokumen tersebut membahas tentang herbarium, yang didefinisikan sebagai koleksi spesimen tumbuhan yang dikeringkan untuk kepentingan ilmu pengetahuan. Ia membahas tentang fungsi dan manfaat herbarium, serta beberapa institusi herbarium internasional terkemuka seperti Missouri Botanical Garden dan Herbarium Bogoriense.
Protein dapat diendapkan dengan mengatur pH larutan mendekati titik isoelektrik protein. Penambahan garam kalsium, asam asetat, dan enzim bromelin dapat mengendapkan protein susu sapi dan kedelai dengan mengubah muatan protein.
Bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah tepung tapioka, ikan asin, dan kopi. Tujuan praktikum ini adalah untuk mengetahui cara analisis kadar abu bahan pangan dan hasil pertanian serta mengukur kadar abunya menggunakan metode pengabuan kering. Hasilnya menunjukkan nilai kadar abu tepung tapioka jauh berbeda dengan nilai RSD-nya, menandakan adanya penyimpangan. Sedangkan kad
1. Eksperimen ini bertujuan untuk membuat larutan standar AgNO3 dan menentukan konsentrasinya, serta menggunakannya untuk menentukan kadar klorida dalam garam dapur melalui titrasi argentometri.
Dokumen tersebut membahas tentang amilum, yang merupakan polisakarida yang banyak terdapat pada tumbuhan. Amilum terdiri dari dua bagian yaitu amilosa dan amilopektin. Amilum dapat dihidrolisis menjadi glukosa dan dapat dibuktikan keberadaannya dalam makanan menggunakan uji iodium.
Laporan Praktikum Minyak Kelapa Modern dan TradisionalErnalia Rosita
油
Laporan praktikum ini membahas tiga cara pembuatan minyak kelapa yaitu secara modern, tradisional dan kering. Cara modern melibatkan penambahan asam asetat untuk memisahkan minyak dan memberikan hasil sebesar 26,8%. Cara tradisional menggunakan bubur santan dan memberikan hasil 37,33%. Cara kering melibatkan proses pengeringan buah kelapa menjadi kopra terlebih dahulu.
Dokumen tersebut merangkum tentang isolasi enzim amilase dari kecambah biji dan reaksi pencoklatan enzimatis. Isolasi enzim amilase dilakukan untuk mengetahui aktivitas enzim selama perkecambahan biji, sedangkan reaksi pencoklatan untuk mengetahui pengaruh perlakuan terhadap reaksi pada permukaan potongan buah. Dokumen juga menjelaskan tentang teori dan faktor yang mempengaruhi aktivitas enzim amilase.
Dokumen tersebut membahas tentang ekstraksi cair-cair daun pandan untuk menentukan nilai koefisien distribusi. Metode ekstraksi cair-cair digunakan untuk memisahkan komponen dari ekstrak daun pandan menggunakan kloroform sebagai pelarut organik. Nilai koefisien distribusi kemudian dihitung untuk sistem organik/air.
Uji kelarutan lemak dilakukan untuk mengetahui kelarutan dua sampel (mayones dan minyak bunga matahari) dalam lima pelarut berbeda (air, alkohol, eter, kloroform, dan n-heksana). Hasilnya menunjukkan bahwa kelarutan mayones sesuai urutan polaritas pelarut dari yang paling polar ke yang paling nonpolar, sedangkan kelarutan minyak bunga matahari sesuai urutan nonpolaritas pelarut. Hal ini
Dokumen tersebut membahas pengaruh modifikasi enzimatis menggunakan enzim 留-amilase dari kecambah kacang hijau terhadap karakteristik tepung biji nangka. Hasil penelitian menunjukkan bahwa waktu inkubasi optimum adalah dua hari dengan kadar protein tertinggi 14,57% dan konsentrasi enzim optimum adalah 35% dengan kadar protein 17,59%.
Dokumen tersebut membahas tentang proses pembuatan tahu dan kerupuk tahu secara umum, dimulai dari bahan baku kedelai dan tepung tapioka hingga proses pengolahan dan bahan tambahan. Kandungan gizi tahu dan kerupuk tahu juga dijelaskan.
Mie basah diproduksi melalui proses pencampuran bahan, penipisan adonan, pembuatan untaian, perebusan, dan glazing. Proses ini menghasilkan mie bertekstur kenyal berwarna hijau muda dengan berat produk 360 gram atau 180% dari basis. Komposisi dan perlakuan setiap tahap penting untuk membentuk struktur gluten dan menghasilkan karakteristik fisik mie yang diinginkan.
Daya kembang pati (swelling power) didefinisikan sebagai pertambahan pertambahan volume dan berat maksimum yang dialami pati dalam air (Balagopan et al., 1988).
Acara 1 roti tawar Teknologi Bakery dan ConfectionaryMelina Eka
油
Dokumen tersebut membahas tentang pembuatan roti tawar dari beberapa jenis tepung terigu dan bahan-bahan pembuatannya seperti tepung terigu, air, ragi, garam, dan gula. Dokumen juga menjelaskan proses pembuatan roti tawar mulai dari pencampuran bahan, pengadukan, pendiaman, pembentukan, hingga pengovenan.
Dokumen ini memberikan informasi tentang budidaya ikan nila dan lele menggunakan sistem bioflok di kolam terpal. Sistem ini memungkinkan budidaya yang lebih ramah lingkungan, hemat lahan dan air, serta meningkatkan produktivitas dan keuntungan. Prinsipnya adalah memanfaatkan bakteri untuk mengubah limbah ikan menjadi pakan tambahan melalui pembentukan bioflok. Dokumen ini juga menjelaskan tahapan budidaya
Materi referensi untuk kuliah yang berjudul Monascus nata kompleks. Cari lebih banyak lagi materi referensi untuk kuliah di ITP di: http://muhammadhabibielecture.blogspot.com/2015/02/bahan-referensi-untuk-materi-kuliah-di.html
Dokumen tersebut membahas penelitian tentang pembuatan nata de cassava dari limbah cair industri tapioka. Variabel yang berpengaruh adalah penambahan gula, pH, dan waktu fermentasi. Kondisi optimum diperoleh pada penambahan gula 10%, pH 4, dan waktu fermentasi 12 hari. Penambahan pati ternyata dapat meningkatkan yield nata.
Inovasi Produk Mie dengan Subtitusi Tepung TalasAsti Wulandari
油
Inovasi produk mie dengan substitusi tepung talas untuk memanfaatkan potensi bahan pangan lokal. Penelitian ini membuat produk mie yang menggunakan tepung talas sebagai substitusi sebagian tepung terigu untuk meningkatkan pemanfaatan talas dan mengurangi impor gandum. Hasilnya adalah tiga varian mie talas berwarna merah, kuning, dan hijau yang dinilai disukai panelis.
Laporan praktikum kimia pangan tentang reaksi pencoklatan non enzimatik yang disusun oleh Amelisa Awal telah diperiksa dan diterima. Percobaan ini bertujuan untuk memahami proses pencoklatan non enzimatik dengan mereaksikan berbagai asam amino dan karbohidrat serta mengetahui pengaruh zat tertentu terhadap reaksi tersebut.
Laporan ini merangkum hasil praktikum pengamatan sifat fisik dan penentuan mutu tiga jenis serealia yaitu beras ketan merah, tepung terigu cakra, dan tepung terigu kunci. Parameter yang diamati meliputi warna, aroma, bentuk, ukuran, berat, dan daya serap air. Hasilnya menunjukkan bahwa beras ketan memiliki mutu baik dengan persentase berat utuh 64% dan tepung terigu kedua jenisnya mengg
Praktikum ini bertujuan mengetahui kadar air dalam kacang hijau, kacang tanah, kacang merah dan jagung menggunakan metode thermogravimetri. Sampel kacang hijau menghasilkan kadar air sebesar 9,068% dan berat kering 90,931%, dimana kadar air SNI untuk kacang hijau adalah 85,11-85,76%. Air memainkan peran penting dalam bahan pangan karena menentukan sifat seperti daya tahan dan tekst
1. ACARA I.2
DAYA SERAP AIR TEPUNG TERIGU
A. Tujuan
Tujuan dari praktikum Acara I Daya Serap Air Tepung Terigu ini
adalah untuk mengetahui besarnya daya serap air pada tepung terigu dan
kualitas tepung terigu.
B. Tinjauan Pustaka
Terigu merupakan bahan pangan utama yang digunakan untuk
membuat makanan di seluruh dunia. Selama beberapa abad, terigu digunakan
sebagai bahan baku dalam berbagai jenis makanan seperti roti, kue, crackers,
pasta dan mie. Selama ini kebutuhan terigu di Indonesia diperoleh dengan cara
mengimpor dalam jumlah besar. Pada tahun 2003 Indonesia mengimpor terigu
sebanyak 344,2 juta ton yang setara dengan US$ 75,3 juta atau Rp 677,9 milyar.
Walaupun angka ini mengalami penurunan dari tahun sebelumnya, yaitu
sebesar 3,8 juta ton pada tahun 2002 (Widaningrum, 2005).
Daya serap air tepung menunjukkan kemampuan tepung tersebut dalam
menyerap air. Kemampuan penyerapan air pada pati dipengaruhi oleh adanya
gugus hidroksil yang terdapat pada molekul pati. Bila jumlah gugus hidroksil
dalam molekul pati sangat besar, maka kemampuan menyerap air sangat besar
(Alsuhendra, 2009 dalam Pangesti, 2014).
Kandungan protein pada tepung bukan hanya sebagai indikator nilai
gizi pangan tapi juga sangat penting dalam mempengaruhi kualitas dan
kenampakan adonan. Tepung roti yang memiliki kandungan gluten kuat
menunjukkan kandungan protein yang tinggi. Oleh karena tuntutan terigu
dengan protein tinggi biasanya sangat mahal maka dilakukan pencampuran
dengan terigu berprotein rendah untuk memproduksi roti. Daya serap air
merupakan jumlah penyerapan air oleh tepung untuk memproduksi adonan.
Daya serap air menunjukkan kandungan protein dalam tepung, semakin tinggi
daya serap air semakin tinggi kandungan protein (Ma et al, 2007).
2. Daya serap air tepung perlu diketahui dalam penyusunan formula
adonan. Penambahan air pada pembuatan adonan roti disesuaikan dengan daya
serap air dari terigunya. Penentuan daya serap air juga dapat digunakan dalam
penentuan mutu tepung terigu. Daya serap air sekitar 60% sudah dianggap baik.
Semakin rendah daya serap air, maka semakin rendah kualitas tepung terigu
tersebut. Perhitungan daya serap air tepung menggunakan rumus sebagai
berikut:
Daya serap air (%) =
x 100%
(Muchtadi et al, 2010).
Faktor-faktor yang mempengaruhi daya serap air pada tepung terigu
adalah jenis tepung terigu yang digunakan, banyaknya tepung (gram) dan
banyaknya air yang ditambahkan (ml). Tepung terigu berprotein tinggi
mempunyai daya serap air lebih tinggi daripada tepung terigu berprotein
rendah. Dan semakin banyak air yang ditambahkan, maka semakin tinggi daya
serap air tepung terigu (Husni, 2012).
Gluten merupakan protein utama dalam tepung terigu yang terdiri dari
gliadin (20-25 %) dan glutenin (35-40%) (Junqueira et al., 2007). Menurut
Fennema (1996) dalam Fitasari (2009), sekitar 30% asam amino gluten adalah
hidrofobik dan asam-asam amino tersebut dapat menyebabkan protein
mengumpul melalui interaksi hidrofobik serta mengikat lemak dan substansi
non polar lainnya. Ketika tepung terigu tercampur dengan air, bagian-bagian
protein yang mengembang melakukan interaksi hidrofobik dan reaksi
pertukaran sulfydryl-disulfide yang menghasilkan ikatan seperti polimer-
polimer. Polimer-polimer ini berinteraksi dengan polimer lainnya melalui
ikatan hidrogen, ikatan hidrofobik, dan disulfide cross-linking untuk
membentuk seperti lembaran film (sheet-like film) dan memiliki kemampuan
mengikat gas yang terperangkap (Fitasari, 2009).
Pati mempunyai kemampuan mengikat air yang tinggi oleh sebab
jumlah gugus hidroksil yang terdapat dalam pati tinggi sehingga air sulit
diuapkan saat pengeringan. Pati dengan gugus hidroksil tinggi cenderung
menaikkan kadar air tepung sehingga daya serap airnya menurun. Semakin
3. sedikit kadar air tepung maka daya serap air pada tepung semakin tinggi.
Semakin tinggi daya serap air maka kandungan gluten akan semakin tinggi
pula. Dengan tingginya kandungan gluten akan memberikan kualitas adonan
yang baik (Kurniasari dkk, 2015).
C. Metodologi
1. Alat
a. Baskom
b. Buret
c. Mangkok plastik
d. Statif
e. Timbangan analitik
2. Bahan
a. Aquades
b. Tepung terigu Segitiga Biru
c. Tepung terigu Cakra Kembar
d. Tepung terigu Kunci Biru
e. Tepung terigu Sania
3. Cara kerja
Gambar 1.3 Diagram Alir Perhitungan Daya Serap Air Tepung Terigu
50 gram tepung
Penambahan sedikit demi sedikit dari buret
Pengulenan sampai adonan kalis (tidak
lengket)
Pencatatan jumlah air yang diperlukan
Aquades
Pemasukan ke dalam baskom
4. D. Hasil dan Pembahasan
Tabel 1.3 Daya Serap Air Tepung Terigu
Shift Kel Sampel gr
Sampel
ml Air % DSA
1
1,5 Cakra kembar 50,057 27,0 53,939
2,6 Segitiga biru 50,007 25,0 49,993
3 Kunci Biru 50,300 26,0 51,689
4 Sania 50,151 29,0 57,825
2
9 Cakra kembar 50,000 20,5 41,000
10 Segitiga biru 50,000 21,3 42,600
7,11 Kunci Biru 50,000 22,8 45,600
8,12 Sania 50,000 22,3 44,600
Sumber : Laporan Sementara
Daya serap air tepung menunjukkan kemampuan tepung tersebut dalam
menyerap air. Kemampuan penyerapan air pada pati dipengaruhi oleh adanya
gugus hidroksil yang terdapat pada molekul pati. Bila jumlah gugus hidroksil
dalam molekul pati sangat besar, maka kemampuan menyerap air sangat besar
(Alsuhendra, 2009 dalam Pangesti, 2014).
Daya serap air tepung perlu diketahui dalam penyusunan formula
adonan. Penambahan air pada pembuatan adonan roti disesuaikan dengan daya
serap air dari terigunya. Penentuan daya serap air juga dapat digunakan dalam
penentuan mutu tepung terigu. Daya serap air sekitar 60% sudah dianggap baik.
Semakin rendah daya serap air, maka semakin rendah kualitas tepung terigu
tersebut. Perhitungan daya serap air tepung menggunakan rumus sebagai
berikut:
Daya serap air (%) =
x 100%
(Muchtadi et al, 2010).
Prinsip pengujian DSA (Daya Serap Air) berkaitan dengan penyerapan
dan/atau penahanan sejumlah air sampai batas maksimal tanpa adanya
pencampuran sehingga adonan kalis (Koswara, 2009). Daya serap air
merupakan salah satu sifat tepung terigu yang dapat mempengaruhi hasil dari
pembuatan suatu produk dari tepung terigu. Pada umumnya daya serap air
sekitar 60% telah dianggap baik. Penetapan daya serap air menentukan kualitas
suatu tepung, semakin rendah daya serap air tepung semakin rendah mutu terigu
5. tersebut (Muchtadi, 2010). Sehingga daya serap air pada tepung ini perlu
diketahui untuk menentukan atau membuat suatu formulasi adonan.
Terdapat tiga spesifikasi tepung terigu berdasarkan kandungan
proteinnya, yaitu tepung terigu dengan protein yang tinggi, sedang dan rendah.
Tepung terigu dengan kandungan protein tinggi yaitu lebih dari 13% memiliki
daya serap air tinggi misalnya tepung Cakra Kembar Emas, Kereta Kencana,
dll. Tepung terigu dengan kandungan protein sedang yaitu 8-10% memiliki
daya serap air sedang misalnya, tepung Segitiga Biru, Gunung Bromo, Segitiga
Merah, dll. Tepung terigu dengan kandungan protein rendah yaitu 6-8%
memiliki daya serap air yang rendah misalnya, tepung Kunci Biru, Roda Biru,
Lencana Emas (Astawan, 1999). Praktikum Uji Daya Serap Air Tepung
Terigu menggunakan sampel tepung terigu dengan merk yaitu Segitiga Biru,
Cakra Kembar, Kunci Biru, dan Sania. Setiap sampel ditimbang 50 gram dan
ditempatkan dalam suatu wadah, kemudian diteteskan air setetes demi tetes dari
buret sampai adonan tidak lengket di tangan. Air yang dibutuhkan agar adonan
tidak lengket di tangan (kalis) dicatat lalu dihutung kadar daya serap air (%)
dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
Daya serap air (%) =
x 100%.
Berdasarkan Tabel 1.3 dapat diketahui bahwa tepung terigu merk
Cakra Kembar memiliki kadar DSA yang dilakukan oleh kelompok 1, 5 dan
9 berturut-turut sebesar 53,939% dan 41,000% dengan volume air yang
dibutuhkan sebesar 27 ml dan 20,5 ml. Tepung terigu dengan merk Segitiga
Biru yang dilpraktikumkan oleh kelompok 2, 6 dan 9 mempunyai kadar DSA
berturut-turut sebesar 49,993% dan 42,600% dengan volume air yang
dibutuhkan sebesar 25 ml, dan 21,3 ml. Tepung terigu dengan merk Kunci Biru
yang dipraktikumkan kelompok 3,7 dan 11 memeliki kadar DSA sebesar
51,689% dan 45,600% dengan volume air yang dibutuhkan sebesar 26 ml dan
22,8 ml. Tepung terigu dengan merk sania yang dipraktikumkan kelompok
4,8 dan 12 memeliki kadar DSA sebesar 57,825% dan 44,600% dengan volume
air yang dibutuhkan sebesar 29 ml dan 22,3 ml. Rata-rata kadar daya serap air
tepung terigu segitiga biru sebesar 46,296%, cakra kembar sebesar 47,469%,
6. kunci biru sebesar 48,645%, sedangkan sania sebesar 51,213%. Urutan daya
serap air tepung terigu dari tertinggi ke terendah yaitu sania, kunci biru, cakra
kembar dan segitiga biru. Hal ini tidak sesuai dengan teori Normasari (2010),
yang menyatakan bahwa kunci biru merupakan merk tepung terigu lemah yang
memiliki kandungan protein sekitar 6-8%. Penyimpangan ini terjadi karena
beberapa sampel tepung terigu dihentikan penetesan air dari buret sebelum
tepung benar-benar kalis dan beberapa terlalu banyak memberikan tetesan air.
Menurut Sipos (2014), tepung terigu rendah protein memiliki gluten
yang rendah dan seharusnya daya serap airnya juga rendah. Daya serap air ini
menunjukkan kualitas terigu dan adonan yang akan dihasilkan. Semakin tinggi
daya serap air semakin baik kualitas tepung. Daya serap air akan semakin tinggi
seiring dengan tingginya kandungan amilosa dan kandungan gluten di dalam
tepung tersebut. Adonan yang dihasilkan apabila tepung memiliki gluten tinggi
antara lain elastis, mudah diuleni, dan mudah digiling. Gluten terbentuk akibat
reaksi antara protein dengan air.
Faktor yang paling mempengaruhi daya serap air pada tepung adalah
kandungan gluten/ protein dari tepung itu sendiri. Semakin tinggi kandungan
gluten/ protein dalam tepung maka gugus hidroksil dari molekul pati juga
semakin tinggi sehingga kemampuan menyerap air semakin tinggi pula. Kadar
air dalam tepung yang semakin tinggi akan mengurangi daya serap air pada
tepung tersebut (Kurniasari, 2015).
Faktor-faktor lain yang mempengaruhi daya serap air pada tepung
terigu adalah jenis tepung terigu yang digunakan, banyaknya tepung (gram) dan
banyaknya air yang ditambahkan (ml). Tepung terigu berprotein tinggi
mempunyai daya serap air lebih tinggi daripada tepung terigu berprotein
rendah. Dan semakin banyak air yang ditambahkan, maka semakin tinggi daya
serap air tepung terigu (Husni, 2012).
E. Kesimpulan
7. Berdasarkan praktikum sub Acara I Uji Daya Serap Air pada Tepung
Terigu dapat diambil kesimpulan yaitu:
1. Rata-rata kadar daya serap air tepung terigu segitiga biru sebesar 46,296%,
cakra kembar sebesar 47,469%, kunci biru sebesar 48,645%, sedangkan
sania sebesar 51,213%.
2. Urutan daya serap air tepung terigu dari tertinggi ke terendah yaitu sania,
kunci biru, cakra kembar dan segitiga biru.
LAMPIRAN PERHITUNGAN
8. Kelompok 1 dan 5 Tepung Cakra Kembar
% DSA =
$
x 100%
=
27,0
50,052
x 100%
= 53,939 %
Kelompok 2 dan 6 Tepung Segitiga Biru
% DSA =
$
x 100%
=
25,0
50,007
x 100%
= 49,993 %
Kelompok 3 Tepung Kunci Biru
% DSA =
$
x 100%
=
26,0
50,300
x 100%
= 51,689 %
Kelompok 4 Tepung Sania
% DSA =
$
x 100%
=
29,0
50,151
x 100%
= 57,825 %
Kelompok 9 Tepung Cakra Kembar
% DSA =
$
x 100%
=
20,5
50,000
x 100%
= 41,000 %
Kelompok 10 Tepung Segitiga Biru
% DSA =
$
x 100%
=
21,3
50,000
x 100%
= 42,600 %
Kelompok 7 dan 11 Tepung Kunci Biru
9. % DSA =
$
x 100%
=
22,8
50,000
x 100%
= 45,600 %
Kelompok 8 dan 12 Tepung Sania
% DSA =
$
x 100%
=
22,3
50,000
x 100%
= 44,600 %