ºÝºÝߣ

ºÝºÝߣShare a Scribd company logo
SEMINAR NASIONAL II : THE APPLICATION OF TECHNOLOGY TOWARD A BETTER LIFE
I. 85 Universitas Teknologi Yogyakarta
APLIKASI KONSEP RE-INVENTING TRADITION DALAM
ARSITEKTUR KONTEMPORER
STUDI KASUS: AUDITORIUM DENGAN PENERAPAN ARSITEKTUR
VERNAKULAR BATAK KARO
FX Teddy Badai Samodra
Jurusan Arsitektur
Institut Teknologi Sepuluh Nopember
Kampus ITS – Sukolilo, Surabaya 60111
E-mail: franxatebas@yahoo.com
Abstrak
Desain arsitektur kontemporer dengan objek auditorium dalam bahasan ini
ditentukan dengan pendekatan non fisik sustainability pada paradigma tradition based.
Konsep ini diungkapkan oleh Tan Hock Beng dalam menekankan evoke tradition
dalam desain tropis. Hal penting dari pandangan tropis ini adalah menghindari
hegemoni dari pengaruh globalisasi dan menjaga kekayaaan tradisi lokal. Upaya
mengembangkan arsitektur tardisional ditunjang dengan pemberian strategi atau
channel re-inventing tradition. Konsep ini diarahkan untuk mencari paradigma baru
dengan hibridisasi (dalam sense yang sama).
Dalam studi kasus desain auditorium, konsep arsitektur vernakular Batak karo
diterapkan berdasarkan variabel waktu (time) dengan transformasi faktor tempat
(place). Penerapan aturan-aturan tradisional pada bangunan modern diterjemahkan
dengan cara-cara baru tanpa harus menghilangkan ikatan tersebut. Aplikasi konsep re-
inventing tradition dapat diilustrasikan pada desain tingkat tapak (village pattern,
bangunan (form dan layout), dan detail (decoration dan construction). Cakupan konsep
ini ditekankan pada kosmologi tapak (orientasi), hierarki tapak, bangunan, dan ruang,
konsep harmoni (sosial dan fisik), dan estetika (dekorasi).
Pendeteksian pada aspek sustainability non arsitektur (politik, ekonomi, sosial,
budaya, dan fisik) diterapkan penanda survive (S) dan lost (L), sehingga transformasi
arsitektur vernakular Batak Karo ke dalam bangunan auditorium dapat diterapkan
dalam desain. Proses desain ini di deskripsikan dalam re-inventing tradition sebagai
social cultural, symbol level, dan translation.
Kata kunci: arsitektur kontemporer, arsitektur vernakular, re-inventing tradition,
sustainability
KONSEP SPESIFIK SUSTAINABILTY
Konsep spesifik dalam bahasan ini diarahkan pada pendekatan paradigma
sustainability dalam konteks non fisik. Dari bebepa kajian teori di atas ada dua kategori
non fisik yang bisa dikaji, pertama Cultural Sustainability. Menurut Rapoport (1994),
aspek sustainability ini mengarah pada referensi survival of cultures dan aspek yang
bisa ditekankan cultural spesificity dan variability, ability to combine core element.
Kedua, Social Sustainability, aspek sosial menurut terarah pada konsentrasi
supportiveness dan acceptability. Arahan penekanan ini adalah: roles, family and
kinship form, form of social organization, activity systems, lifestyle, values, ideals,
images.
SEMINAR NASIONAL II : THE APPLICATION OF TECHNOLOGY TOWARD A BETTER LIFE
I. 86 Universitas Teknologi Yogyakarta
Gambar 1 Pola Perancangan dengan Pendekatan channel re-inventing tradition
PENDEKATAN TRADITION BASED PARADIGM
Dari konsep non fisik sustainability kita mengarahkan pembahasan dengan
spesifikasi pendekatan pada paradigma tradition based. Paradigma ini diungkapkan
oleh Tan Hock Beng dalam memberikan konsep evoke tradition dalam desain tropis.
Hal penting dari pandangan tropis ini adalah menghindari hegemoni dari pengaruh
globalisasi dan menjaga kekayaaan tradisi lokal. Upaya mengembangkan arsitektur
tardisional ditunjang dengan pemberian strategi/channel Reinventing tradition untuk
mencari paradigma baru dengan hibridisasi/persilangan dalam sense yang sama
(Tzonis, 2001). Pada channel tradition based re-inventing, prinsip desain berada pada
tatanan sosial budaya, dengan peluang untuk memodifikasi ke arah fisik (Gambar 1).
Simbol yang diaplikasikan berada pada nilai sedang sedangkan proses terjemahan
berada pada zona modern dan tradisional. Prinsip merupakan faktor yang paling
mendepatkan porsi lebih tinggi dari pada hal fisik (material dan konstruksi). Ketika
simbol tertentu dihadirkan pada suatu bangunan, maka yang dapat dideteksi adalah
prinsip symbol tersebut, bukan adopsi fisiknya. Re-inventing pada konteks tertentu
merupakan metode kreativitas desain yang mengarah pada konsep transformasi
dengan metafora.
KONSEP PERANCANGAN
Konsep perancangan gedung serbaguna, dilakukan dengan membuat
transformasi arsitektur vernakular Batak Karo dengan pilihan channel re-inventing
tradition (Tabel 1). Konsep non arsitektur / filosofis arsitektur vernacular (Batak Karo)
SEMINAR NASIONAL II : THE APPLICATION OF TECHNOLOGY TOWARD A BETTER LIFE
I. 87 Universitas Teknologi Yogyakarta
dijadikan dasar tematik untuk menetapkan konsep desain bagi bangunan kontemporer
(auditorium).
Tabel 1 Konsep Transformasi Arsitektur Vernakular
NO.
KONSEP NON ARSITEKTUR -
ASPEK FILOSOFIS
ASPEK ARSITEKTUR
Village
Pattern
BuildingForm
Building
Lay-out
Construction
Decoration/
RagamHias
1. Politik S S S S L
2. Ekonomi L L L L L
3. Sosial L L S L L
4. Budaya S S S S S
5. Fisik S S S S S
PENDEKATAAN RE-INVENTING TRADITION
1. SOCIAL CULTURAL S L S L S
2. SYMBOL LEVEL S L S L S
3. TRANSLATION L L L L L
S = SURVIVE
L = LOSE
Penetapan aspek arsitektur dari dasar berpikir filosofis ditunjukkan dengan
pendeteksian nilai yang survive (bertahan) dan lose (dihilangkan). Aspek yang survival
merupakan faktor yang harus dipertahankan karena memiliki image. Image ini
merupakan kondisi yang sustainable. Sedangkan faktor yang lose, merupakan aspek
yang bisa dimodifikasi tanpa menghilangkan karakteristik arsitektur vernakular.
Tabel 2 Analisis Tapak dan Bangunan
1. ANALISIS TAPAK
KOMPONEN
TAPAK
ARS. VERNAKULAR BATAK
KARO
GEDUNG SERBAGUNA
SURABAYA (standard &
lokasi)
DESIGN
PROBLEM
(pola
transformasi)
Faktor alam:
1. Bentuk
lahan
Tidak ada regulasi, sesuai distribusi
masss bangunan
Semua bentuk lahan dapat
diakomodasi
SEMINAR NASIONAL II : THE APPLICATION OF TECHNOLOGY TOWARD A BETTER LIFE
I. 88 Universitas Teknologi Yogyakarta
KOMPONEN
TAPAK
ARS. VERNAKULAR BATAK
KARO
GEDUNG SERBAGUNA
SURABAYA (standard &
lokasi)
DESIGN
PROBLEM
(pola
transformasi)
2. Topografi Memiliki kemiringan relatif tinggi
(berada pada area lereng
pegunungan)
Kemiringan rendah pada
lokasi site di Surabaya
Transformasi
tapak dengan
slope tinggi ke
slope rendah
3. Tanah Tidak ada kriteria khusus Tidak ada kriteria khusus -
4. vegetasi &
satwa liar
Tidak ada kriteria khusus Tidak ada kriteria khusus -
5. Faktor-
faktor iklim
(temperatur,
radiasi,
kelembaban,
curah hujan,
angin)
Radiasi, kelembaban, curah hujan,
kecepatan angin tinggi, sedang
temperatur rendah (dingin)
Radiasi, kelembaban, curah
hujan, kecepatan angin
tinggi, sedang temperatur
tinggi (panas)
Transformasi
daerah
bertemperatur
rendah (dingin)
ke temperatur
tinggi (panas)
Faktor
kultur:
1. Sirkulasi Sirkulasi umum tidak teratur, tetapi
ada ketentuan khusus dengan
adanya pola distribusi massa
Rumah Adat, Lesung, Lumbung,
Geriten (mengarah ke cluster)
Sirkulasi tapak mendukung
sirkulasi bangunan, yaitu
linier terpusat, dengan
pusat sirkulasi berupa
auditorium dan stage.
Transformasi
cluster ke linier
SEMINAR NASIONAL II : THE APPLICATION OF TECHNOLOGY TOWARD A BETTER LIFE
I. 89 Universitas Teknologi Yogyakarta
KOMPONEN
TAPAK
ARS. VERNAKULAR BATAK
KARO
GEDUNG SERBAGUNA
SURABAYA (standard &
lokasi)
DESIGN
PROBLEM
(pola
transformasi)
2. Layout:
Zoning Terbagi atas kelompok yang
masing-masing terdiri atas Rumah
Adat, Lesung, Lumbung, Geriten
dengan pola hierarki:
Benua bawah (kuburan)
Benua tengan (daerah hunian)
Benua atas (daerah geriten)
Terbagi atas tiga komponen
ruang utama:
Zona penerimaan
Zona auditorium
Zona stage
Transformasi
zoning
berkarakter
kosmologi ke
arah fisik
bangunan
serbaguna
Orientasi Ke arah Julu (hulu) Tidak ada ketentuan -
3. Hubungan Tapak bersifat tertutup terhadap
akses dari luar (adanya gundukan
tanah/rumpun bambu yang rapat
pada batas site-konsep defence)
Tapak bersifat
terbuka/memberikan akses
dari luar
Transformasi
karakter tapak
yang tertutup
ke arah tapak
yang
memberikan
aksesibilitas.
2. ANALISIS BANGUNAN
KOMPONEN
BANGUNAN
ARS. VERNAKULAR
BATAK KARO (hunian)
GEDUNG SERBAGUNA
SURABAYA (standard &
lokasi)
DESIGN
PROBLEM (pola
transformasi)
1. Organisasi
ruang/buildi
ng lay out
Linier dengan heart ruang
jabu (keluarga)
Linier dengan heart ruang
stage
Memiliki
kemiripan, tetapi
perlu adanya
transformasi
hierarki secara
fisik dan non fisik
SEMINAR NASIONAL II : THE APPLICATION OF TECHNOLOGY TOWARD A BETTER LIFE
I. 90 Universitas Teknologi Yogyakarta
KOMPONEN
BANGUNAN
ARS. VERNAKULAR
BATAK KARO (hunian)
GEDUNG SERBAGUNA
SURABAYA (standard &
lokasi)
DESIGN
PROBLEM (pola
transformasi)
2. Bentuk
bangunan
Dibentuk oleh aspek
kosmologi dengan analogi
tubuh manusia: (atap-kepala,
hunian-badan, kolong-kaki)
Tidak ada ketentuan
khusus
-
3. Sistem
konstruksi
Hunian dengan bentang
pendek dengan material
lokal
Bangunan dengan bentang
lebar dengan materilal yang
tidak ada pembatasan
Transformasi
sistem konstruksi
bentang pendek
ke bentang lebar.
4. Dekorasi Aplikasi konsep tektonika,
dengan ragam hias
tradisional Batak Karo
HIASAN CUPING, SEBAGAI
PENYOKONG KOLOM DAN
DEKORASI
Ragam hias Perrgeret-ret
Jenis ragam hias yang
berfungsi sehagai hiasan dan
struktur
Tidak ada ketentuan
khusus, image diarahkan
ke fungsi (music dan
speech)
Transformasi
tektonika dan
ragam hias ke
image fungsi
bangunan
serbaguna
SEMINAR NASIONAL II : THE APPLICATION OF TECHNOLOGY TOWARD A BETTER LIFE
I. 91 Universitas Teknologi Yogyakarta
DISKUSI
Konsep perancangan arsitektur kontemporer, secara fundamental dapat
dilakukan tanpa harus membawa aspek place, artinya setiap lokasi dapat diterapkan
konsep-kosnep arsitektur vernakular. Seperti pada Tabel 2 dan 3, transformasi
arsitektur vernakular dengan cara baru, termasuk lokasi, dianalisis dengan
menetapkan design problem pada skala tapak maupun bangunan.
Secara umum pemilihan lokasi dalam penerapan desain yang berkelanjutan
juga menjadi pertimbangan kritis ketika dalam analisis tapak, komponen seperti
pemilihan lokasi arsitektur tradisional atau vernakular, orientasi, dan ebagainya
menjadi faktor yang bertahan atau survival (harus diterapkan pada bangunan baru).
Dalam Gambar 2, diilustrasikan bagaimana arsitektur vernakular tampil dengan
muka baru, dengan penemuan kembali aspek arsitektur tradisional pada aristektur
kontemporer. Secara visual, karakteristik arsitektur vernakular sudah bisa dideteksi
dari bangunan baru. Penerapan dalam konsep re-inventing ini, dilakukan dengan
persilangan, bukan sekedar makna saja seperti konsep re-interpreting tradition, namun
juga fenomena realistisnya meskupun tidak apa adanya seperti konsep re-invigoration
tradition.
Tabel 3 Transformasi Desain
KOM
PON
EN
DESIGN PROBLEM
(pola transformasi)
PENDEKATAN SUSTAINABLE
ARCHITECTURE
(Re-inventing tradition)
1.TAPAK
• Transformasi tapak dengan
slope tinggi ke slope rendah
Prinsip ditekankan dengan mengakomodasi
aspek vernakular yang dituangkan dengan cara
baru.
• Transformasi daerah
bertemperatur rendah (dingin)
ke temperatur tinggi (panas)
Transformasi dapat dilakukan sesuai cara
modern (kondisi lingkungan bangunan
serbaguna), prinsip channel tetap memberikan
toleransi cara fisik dan tidak hanya mengarah
pada aspek sosisal budaya.saja.
• Transformasi cluster ke linier Prinsip ditekankan dengan mengakomodasi
aspek vernakular yang dituangkan dengan cara
baru atau dengan hibridisasi.
• Transformasi zoning
berkarakter kosmologi ke arah
fisik bangunan serbaguna
Bangunan modern bisa memetaforakan simbol
yang dimiliki arsitektur vernakular dengan cara
fisik.
• Transformasi banyak massa
ke satu massa
Transformasi dapat dilakukan dengan pola
persilangan.
• Transformasi karakter tapak
yang tertutup ke arah tapak
yang memberikan
aksesibilitas.
Transformasi dapat dilakukan sesuai cara
modern (fungsi bangunan serbaguna), prinsip
channel tetap memberikan toleransi cara fisik
dan tidak hanya mengarah pada aspek sosial
budaya.saja.
2.BANGUNAN
• Memiliki kemiripan, tetapi perlu
adanya transformasi hierarki
secara fisik dan non fisik
Bangunan modern bisa memetaforakan simbol
yang dimiliki arsitektur vernakular dengan cara
fisik.
• Transformasi sistem konstruksi
bentang pendek ke bentang
lebar.
Prinsip ditekankan dengan mengakomodasi
aspek vernakular yang dituangkan dengan cara
baru atau dengan hibridisasi.
• Transformasi tektonika dan
ragam hias ke image fungsi
bangunan serbaguna
Bangunan modern bisa memetaforakan simbol
yang dimiliki arsitektur vernakular dengan cara
fisik.
SEMINAR NASIONAL II : THE APPLICATION OF TECHNOLOGY TOWARD A BETTER LIFE
I. 92 Universitas Teknologi Yogyakarta
Gambar 2 Ilustrasi Desain
SEMINAR NASIONAL II : THE APPLICATION OF TECHNOLOGY TOWARD A BETTER LIFE
I. 93 Universitas Teknologi Yogyakarta
DAFTAR PUSTAKA
Abel, C. Architecture and Identity. Architectural Press. Oxford: 1997
Crowe, N. Nature and The Idea Of Man-made world. The MIT Pres. Massachusetts :
1995
Day, Christhoper. Spirit ande Place. Architectural Press.oxford: 2002
Departemen Depdikbud. Arsitektur Tradisional Sumatra Utara. CV. Eka Dharma.
Jakarta: 1997
Lim, S.W. William. Contemporary Vernacular. Select Books. Singapore:1998
Mangunwijaya. Wastu Citra. PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta : 1995
Meiss, P. Elements of Architecture. E & FN Spon. London : 1991
Olivier, P. Dwelling. Phaidon Press Limited. Oxfor: 1987
Rapoport, Amos. Sustainability Meaning and Traditional Environment. IASTE.
California: 1994
Schulz. N.C. The Concept of Dwelling. Rizolli. New York: 1984
Stevent, Garry. The Reasoning Architect. McGraw Hill. US : 1990
Tuan, Yi Fu. Space and Place. University of Minnesota Press. Menneapolis : 1995
Tzonis, Alexander. Tropical Architecture. Wiley Academy. West Susse : 2001
Unwin, Simon. Analyzing Architecture. Butler and Tanner Ltd. London : 1997
Waterson, Roxana. The Living House. Oxford University Press. Singapore: 1989

More Related Content

1307 fxteddybs-arch-fx tedd-ybs-snuty2_2005-b

  • 1. SEMINAR NASIONAL II : THE APPLICATION OF TECHNOLOGY TOWARD A BETTER LIFE I. 85 Universitas Teknologi Yogyakarta APLIKASI KONSEP RE-INVENTING TRADITION DALAM ARSITEKTUR KONTEMPORER STUDI KASUS: AUDITORIUM DENGAN PENERAPAN ARSITEKTUR VERNAKULAR BATAK KARO FX Teddy Badai Samodra Jurusan Arsitektur Institut Teknologi Sepuluh Nopember Kampus ITS – Sukolilo, Surabaya 60111 E-mail: franxatebas@yahoo.com Abstrak Desain arsitektur kontemporer dengan objek auditorium dalam bahasan ini ditentukan dengan pendekatan non fisik sustainability pada paradigma tradition based. Konsep ini diungkapkan oleh Tan Hock Beng dalam menekankan evoke tradition dalam desain tropis. Hal penting dari pandangan tropis ini adalah menghindari hegemoni dari pengaruh globalisasi dan menjaga kekayaaan tradisi lokal. Upaya mengembangkan arsitektur tardisional ditunjang dengan pemberian strategi atau channel re-inventing tradition. Konsep ini diarahkan untuk mencari paradigma baru dengan hibridisasi (dalam sense yang sama). Dalam studi kasus desain auditorium, konsep arsitektur vernakular Batak karo diterapkan berdasarkan variabel waktu (time) dengan transformasi faktor tempat (place). Penerapan aturan-aturan tradisional pada bangunan modern diterjemahkan dengan cara-cara baru tanpa harus menghilangkan ikatan tersebut. Aplikasi konsep re- inventing tradition dapat diilustrasikan pada desain tingkat tapak (village pattern, bangunan (form dan layout), dan detail (decoration dan construction). Cakupan konsep ini ditekankan pada kosmologi tapak (orientasi), hierarki tapak, bangunan, dan ruang, konsep harmoni (sosial dan fisik), dan estetika (dekorasi). Pendeteksian pada aspek sustainability non arsitektur (politik, ekonomi, sosial, budaya, dan fisik) diterapkan penanda survive (S) dan lost (L), sehingga transformasi arsitektur vernakular Batak Karo ke dalam bangunan auditorium dapat diterapkan dalam desain. Proses desain ini di deskripsikan dalam re-inventing tradition sebagai social cultural, symbol level, dan translation. Kata kunci: arsitektur kontemporer, arsitektur vernakular, re-inventing tradition, sustainability KONSEP SPESIFIK SUSTAINABILTY Konsep spesifik dalam bahasan ini diarahkan pada pendekatan paradigma sustainability dalam konteks non fisik. Dari bebepa kajian teori di atas ada dua kategori non fisik yang bisa dikaji, pertama Cultural Sustainability. Menurut Rapoport (1994), aspek sustainability ini mengarah pada referensi survival of cultures dan aspek yang bisa ditekankan cultural spesificity dan variability, ability to combine core element. Kedua, Social Sustainability, aspek sosial menurut terarah pada konsentrasi supportiveness dan acceptability. Arahan penekanan ini adalah: roles, family and kinship form, form of social organization, activity systems, lifestyle, values, ideals, images.
  • 2. SEMINAR NASIONAL II : THE APPLICATION OF TECHNOLOGY TOWARD A BETTER LIFE I. 86 Universitas Teknologi Yogyakarta Gambar 1 Pola Perancangan dengan Pendekatan channel re-inventing tradition PENDEKATAN TRADITION BASED PARADIGM Dari konsep non fisik sustainability kita mengarahkan pembahasan dengan spesifikasi pendekatan pada paradigma tradition based. Paradigma ini diungkapkan oleh Tan Hock Beng dalam memberikan konsep evoke tradition dalam desain tropis. Hal penting dari pandangan tropis ini adalah menghindari hegemoni dari pengaruh globalisasi dan menjaga kekayaaan tradisi lokal. Upaya mengembangkan arsitektur tardisional ditunjang dengan pemberian strategi/channel Reinventing tradition untuk mencari paradigma baru dengan hibridisasi/persilangan dalam sense yang sama (Tzonis, 2001). Pada channel tradition based re-inventing, prinsip desain berada pada tatanan sosial budaya, dengan peluang untuk memodifikasi ke arah fisik (Gambar 1). Simbol yang diaplikasikan berada pada nilai sedang sedangkan proses terjemahan berada pada zona modern dan tradisional. Prinsip merupakan faktor yang paling mendepatkan porsi lebih tinggi dari pada hal fisik (material dan konstruksi). Ketika simbol tertentu dihadirkan pada suatu bangunan, maka yang dapat dideteksi adalah prinsip symbol tersebut, bukan adopsi fisiknya. Re-inventing pada konteks tertentu merupakan metode kreativitas desain yang mengarah pada konsep transformasi dengan metafora. KONSEP PERANCANGAN Konsep perancangan gedung serbaguna, dilakukan dengan membuat transformasi arsitektur vernakular Batak Karo dengan pilihan channel re-inventing tradition (Tabel 1). Konsep non arsitektur / filosofis arsitektur vernacular (Batak Karo)
  • 3. SEMINAR NASIONAL II : THE APPLICATION OF TECHNOLOGY TOWARD A BETTER LIFE I. 87 Universitas Teknologi Yogyakarta dijadikan dasar tematik untuk menetapkan konsep desain bagi bangunan kontemporer (auditorium). Tabel 1 Konsep Transformasi Arsitektur Vernakular NO. KONSEP NON ARSITEKTUR - ASPEK FILOSOFIS ASPEK ARSITEKTUR Village Pattern BuildingForm Building Lay-out Construction Decoration/ RagamHias 1. Politik S S S S L 2. Ekonomi L L L L L 3. Sosial L L S L L 4. Budaya S S S S S 5. Fisik S S S S S PENDEKATAAN RE-INVENTING TRADITION 1. SOCIAL CULTURAL S L S L S 2. SYMBOL LEVEL S L S L S 3. TRANSLATION L L L L L S = SURVIVE L = LOSE Penetapan aspek arsitektur dari dasar berpikir filosofis ditunjukkan dengan pendeteksian nilai yang survive (bertahan) dan lose (dihilangkan). Aspek yang survival merupakan faktor yang harus dipertahankan karena memiliki image. Image ini merupakan kondisi yang sustainable. Sedangkan faktor yang lose, merupakan aspek yang bisa dimodifikasi tanpa menghilangkan karakteristik arsitektur vernakular. Tabel 2 Analisis Tapak dan Bangunan 1. ANALISIS TAPAK KOMPONEN TAPAK ARS. VERNAKULAR BATAK KARO GEDUNG SERBAGUNA SURABAYA (standard & lokasi) DESIGN PROBLEM (pola transformasi) Faktor alam: 1. Bentuk lahan Tidak ada regulasi, sesuai distribusi masss bangunan Semua bentuk lahan dapat diakomodasi
  • 4. SEMINAR NASIONAL II : THE APPLICATION OF TECHNOLOGY TOWARD A BETTER LIFE I. 88 Universitas Teknologi Yogyakarta KOMPONEN TAPAK ARS. VERNAKULAR BATAK KARO GEDUNG SERBAGUNA SURABAYA (standard & lokasi) DESIGN PROBLEM (pola transformasi) 2. Topografi Memiliki kemiringan relatif tinggi (berada pada area lereng pegunungan) Kemiringan rendah pada lokasi site di Surabaya Transformasi tapak dengan slope tinggi ke slope rendah 3. Tanah Tidak ada kriteria khusus Tidak ada kriteria khusus - 4. vegetasi & satwa liar Tidak ada kriteria khusus Tidak ada kriteria khusus - 5. Faktor- faktor iklim (temperatur, radiasi, kelembaban, curah hujan, angin) Radiasi, kelembaban, curah hujan, kecepatan angin tinggi, sedang temperatur rendah (dingin) Radiasi, kelembaban, curah hujan, kecepatan angin tinggi, sedang temperatur tinggi (panas) Transformasi daerah bertemperatur rendah (dingin) ke temperatur tinggi (panas) Faktor kultur: 1. Sirkulasi Sirkulasi umum tidak teratur, tetapi ada ketentuan khusus dengan adanya pola distribusi massa Rumah Adat, Lesung, Lumbung, Geriten (mengarah ke cluster) Sirkulasi tapak mendukung sirkulasi bangunan, yaitu linier terpusat, dengan pusat sirkulasi berupa auditorium dan stage. Transformasi cluster ke linier
  • 5. SEMINAR NASIONAL II : THE APPLICATION OF TECHNOLOGY TOWARD A BETTER LIFE I. 89 Universitas Teknologi Yogyakarta KOMPONEN TAPAK ARS. VERNAKULAR BATAK KARO GEDUNG SERBAGUNA SURABAYA (standard & lokasi) DESIGN PROBLEM (pola transformasi) 2. Layout: Zoning Terbagi atas kelompok yang masing-masing terdiri atas Rumah Adat, Lesung, Lumbung, Geriten dengan pola hierarki: Benua bawah (kuburan) Benua tengan (daerah hunian) Benua atas (daerah geriten) Terbagi atas tiga komponen ruang utama: Zona penerimaan Zona auditorium Zona stage Transformasi zoning berkarakter kosmologi ke arah fisik bangunan serbaguna Orientasi Ke arah Julu (hulu) Tidak ada ketentuan - 3. Hubungan Tapak bersifat tertutup terhadap akses dari luar (adanya gundukan tanah/rumpun bambu yang rapat pada batas site-konsep defence) Tapak bersifat terbuka/memberikan akses dari luar Transformasi karakter tapak yang tertutup ke arah tapak yang memberikan aksesibilitas. 2. ANALISIS BANGUNAN KOMPONEN BANGUNAN ARS. VERNAKULAR BATAK KARO (hunian) GEDUNG SERBAGUNA SURABAYA (standard & lokasi) DESIGN PROBLEM (pola transformasi) 1. Organisasi ruang/buildi ng lay out Linier dengan heart ruang jabu (keluarga) Linier dengan heart ruang stage Memiliki kemiripan, tetapi perlu adanya transformasi hierarki secara fisik dan non fisik
  • 6. SEMINAR NASIONAL II : THE APPLICATION OF TECHNOLOGY TOWARD A BETTER LIFE I. 90 Universitas Teknologi Yogyakarta KOMPONEN BANGUNAN ARS. VERNAKULAR BATAK KARO (hunian) GEDUNG SERBAGUNA SURABAYA (standard & lokasi) DESIGN PROBLEM (pola transformasi) 2. Bentuk bangunan Dibentuk oleh aspek kosmologi dengan analogi tubuh manusia: (atap-kepala, hunian-badan, kolong-kaki) Tidak ada ketentuan khusus - 3. Sistem konstruksi Hunian dengan bentang pendek dengan material lokal Bangunan dengan bentang lebar dengan materilal yang tidak ada pembatasan Transformasi sistem konstruksi bentang pendek ke bentang lebar. 4. Dekorasi Aplikasi konsep tektonika, dengan ragam hias tradisional Batak Karo HIASAN CUPING, SEBAGAI PENYOKONG KOLOM DAN DEKORASI Ragam hias Perrgeret-ret Jenis ragam hias yang berfungsi sehagai hiasan dan struktur Tidak ada ketentuan khusus, image diarahkan ke fungsi (music dan speech) Transformasi tektonika dan ragam hias ke image fungsi bangunan serbaguna
  • 7. SEMINAR NASIONAL II : THE APPLICATION OF TECHNOLOGY TOWARD A BETTER LIFE I. 91 Universitas Teknologi Yogyakarta DISKUSI Konsep perancangan arsitektur kontemporer, secara fundamental dapat dilakukan tanpa harus membawa aspek place, artinya setiap lokasi dapat diterapkan konsep-kosnep arsitektur vernakular. Seperti pada Tabel 2 dan 3, transformasi arsitektur vernakular dengan cara baru, termasuk lokasi, dianalisis dengan menetapkan design problem pada skala tapak maupun bangunan. Secara umum pemilihan lokasi dalam penerapan desain yang berkelanjutan juga menjadi pertimbangan kritis ketika dalam analisis tapak, komponen seperti pemilihan lokasi arsitektur tradisional atau vernakular, orientasi, dan ebagainya menjadi faktor yang bertahan atau survival (harus diterapkan pada bangunan baru). Dalam Gambar 2, diilustrasikan bagaimana arsitektur vernakular tampil dengan muka baru, dengan penemuan kembali aspek arsitektur tradisional pada aristektur kontemporer. Secara visual, karakteristik arsitektur vernakular sudah bisa dideteksi dari bangunan baru. Penerapan dalam konsep re-inventing ini, dilakukan dengan persilangan, bukan sekedar makna saja seperti konsep re-interpreting tradition, namun juga fenomena realistisnya meskupun tidak apa adanya seperti konsep re-invigoration tradition. Tabel 3 Transformasi Desain KOM PON EN DESIGN PROBLEM (pola transformasi) PENDEKATAN SUSTAINABLE ARCHITECTURE (Re-inventing tradition) 1.TAPAK • Transformasi tapak dengan slope tinggi ke slope rendah Prinsip ditekankan dengan mengakomodasi aspek vernakular yang dituangkan dengan cara baru. • Transformasi daerah bertemperatur rendah (dingin) ke temperatur tinggi (panas) Transformasi dapat dilakukan sesuai cara modern (kondisi lingkungan bangunan serbaguna), prinsip channel tetap memberikan toleransi cara fisik dan tidak hanya mengarah pada aspek sosisal budaya.saja. • Transformasi cluster ke linier Prinsip ditekankan dengan mengakomodasi aspek vernakular yang dituangkan dengan cara baru atau dengan hibridisasi. • Transformasi zoning berkarakter kosmologi ke arah fisik bangunan serbaguna Bangunan modern bisa memetaforakan simbol yang dimiliki arsitektur vernakular dengan cara fisik. • Transformasi banyak massa ke satu massa Transformasi dapat dilakukan dengan pola persilangan. • Transformasi karakter tapak yang tertutup ke arah tapak yang memberikan aksesibilitas. Transformasi dapat dilakukan sesuai cara modern (fungsi bangunan serbaguna), prinsip channel tetap memberikan toleransi cara fisik dan tidak hanya mengarah pada aspek sosial budaya.saja. 2.BANGUNAN • Memiliki kemiripan, tetapi perlu adanya transformasi hierarki secara fisik dan non fisik Bangunan modern bisa memetaforakan simbol yang dimiliki arsitektur vernakular dengan cara fisik. • Transformasi sistem konstruksi bentang pendek ke bentang lebar. Prinsip ditekankan dengan mengakomodasi aspek vernakular yang dituangkan dengan cara baru atau dengan hibridisasi. • Transformasi tektonika dan ragam hias ke image fungsi bangunan serbaguna Bangunan modern bisa memetaforakan simbol yang dimiliki arsitektur vernakular dengan cara fisik.
  • 8. SEMINAR NASIONAL II : THE APPLICATION OF TECHNOLOGY TOWARD A BETTER LIFE I. 92 Universitas Teknologi Yogyakarta Gambar 2 Ilustrasi Desain
  • 9. SEMINAR NASIONAL II : THE APPLICATION OF TECHNOLOGY TOWARD A BETTER LIFE I. 93 Universitas Teknologi Yogyakarta DAFTAR PUSTAKA Abel, C. Architecture and Identity. Architectural Press. Oxford: 1997 Crowe, N. Nature and The Idea Of Man-made world. The MIT Pres. Massachusetts : 1995 Day, Christhoper. Spirit ande Place. Architectural Press.oxford: 2002 Departemen Depdikbud. Arsitektur Tradisional Sumatra Utara. CV. Eka Dharma. Jakarta: 1997 Lim, S.W. William. Contemporary Vernacular. Select Books. Singapore:1998 Mangunwijaya. Wastu Citra. PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta : 1995 Meiss, P. Elements of Architecture. E & FN Spon. London : 1991 Olivier, P. Dwelling. Phaidon Press Limited. Oxfor: 1987 Rapoport, Amos. Sustainability Meaning and Traditional Environment. IASTE. California: 1994 Schulz. N.C. The Concept of Dwelling. Rizolli. New York: 1984 Stevent, Garry. The Reasoning Architect. McGraw Hill. US : 1990 Tuan, Yi Fu. Space and Place. University of Minnesota Press. Menneapolis : 1995 Tzonis, Alexander. Tropical Architecture. Wiley Academy. West Susse : 2001 Unwin, Simon. Analyzing Architecture. Butler and Tanner Ltd. London : 1997 Waterson, Roxana. The Living House. Oxford University Press. Singapore: 1989