ºÝºÝߣ

ºÝºÝߣShare a Scribd company logo
Available online at: http://journal.uny.ac.id/index.php/jpms
Jurnal Pendidikan Matematika dan Sains, IV (2), 2017, 163-169
Copyright © 2017, JPMS, ISSN 1410-1866(print), ISSN 2549-1458(online)
Profil Kemampuan Literasi Sains Siswa Materi Pencemaran Lingkungan dan
Pemanasan Global
L. Ulfa 1
*, A. Rusilowati2
, S.E. Nugroho 3
1
Universitas Negeri Semarang, Jl. Taman Siswa, Sekaran, Gunung Pati, Semarang, Indonesia.
2
Universitas Negeri Semarang, Jl. Taman Siswa, Sekaran, Gunung Pati, Semarang, Indonesia.
3
Universitas Negeri Semarang, Jl. Taman Siswa, Sekaran, Gunung Pati, Semarang, Indonesia.
* Korespondensi Penulis. laelaulfa77@gmail.com
Received:10 June 2017; Revised:10 August 2017; Accepted: 10 October 2017
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui profil kemampuan literasi sains siswa pada
materi pencemaran lingkungan dan pemanasan global. Penelitian dilakukan di salah satu SMP
Negeri Semarang dengan jumlah sampel 70 siswa dari dua kelas, yaitu kelas VII D dan VIII
E, yang dipilih menggunakan teknik Simple Random Sampling. Analisis data hasil penelitian
dilakukan menggunakan instrumen penilaian yang dikembangkan. Profil kemampuan literasi
sains siswa materi pencemaran lingkungan dan pemanasan global untuk kategori literasi sains
dari persentase tertinggi hingga terendah adalah sains sebagai batang tubuh pengetahuan
sebesar 70,36%, sains sebagai cara untuk berpikir sebesar 61,71%, interaksi antara sains,
teknologi, dan masyarakat sebesar 61,43% berkategori cukup, dan sains sebagai cara untuk
menyelidiki sebesar 38,21% berkategori kurang sekali.
Kata Kunci: literasi sains, kemampuan literasi sains.
Students’ Science Literacy Ability Profile in Enviromental Pollution and Global
Warming Material
Abstract
This research aimed to know how about the profile of students’ science literacy ability
in environmental pollution and global warming material. The study was conducted in one of
SMP Negeri Semarang with samples of 70 students from grade VII D and VII E which is
choosen by simple random sampling technique. Ata analyisis used evaluation instrument that
developed by researcher. The profile of literacy science of students from the highest
percentage till the lowest was science as a body of a knowledge was 70,36%, science as a way
of thinking was 61,71%, the interaction between science, technology, and society was 61,43%
categorized enough level, and science as a way for investigating was 38,21 categorized too
less.
Keywords: science literacy, scince literacy ability.
How to Cite: Ulfa, L., Rusilowati, A., & Nugroho, S. E. (2017). Profil kemampuan literasi sains siswa materi
pencemaran lingkungan dan pemanasan global. Jurnal Pendidikan Matematika dan Sains, IV(2), 75-81.
doi:http://dx.doi.org/10.21831/jpms.v4i1.10111
Permalink/DOI: DOI: http://dx.doi.org/10.21831/jpms.v4i1.10111
Jurnal Pendidikan Matematika dan Sains, IV (2), 2017, 164
L. Ulfa, A. Rusilowati, S.E. Nugroho
Copyright © 2017, JPMS, ISSN 1410-1866(print), ISSN 2549-1458(online)
PENDAHULUAN
Saat ini, pendidikan sains di Indonesia
masih didominasi oleh pandangan bahwa
pengetahuan sains hanya berupa seperangkat
fakta-fakta yang harus dihafal dan ceramah
menjadi pilihan utama strategi mengajar
(Rusilowati et al., 2016a, p.5719). Kualitas
pendidikan sains harus ditingkatkan karena
pendidikan sains menjadi pondasi penting
dalam membentuk sumber daya manusia yang
berkualitas. Tujuan pendidikan sains atau IPA
secara umum adalah agar siswa memahami
konsep IPA dan keterkaitannya dengan
kehidupan sehari-hari, memiliki keterampilan
tentang alam sekitar untuk mengembangkan
pengetahuan tentang proses alam sekitar,
mampu menerapkan berbagai konsep alam
sekitar, mampu menerapkan berbagai konsep
IPA untuk menjelaskan gejala alam dan
mampu memecahkan masalah dengan
teknologi sederhana yang ditemukan dalam
kehidupan sehari-hari (Hernani & Mudzakir,
2010, p.29). Selain itu, pendidikan sains juga
dapat digunakan sebagai salah satu sarana
untuk mengetahui kemampuan literasi sains
siswa.
Studi lapangan di SMP Negeri 22
Semarang menunjukkan bahwa masih belum
ada pengukuran kemampuan literasi sains
siswa di sekolah. Kemampuan literasi sains
siswa secara internasional diukur melalui
serangkaian tes dalam Programme for
International Student Assesstment (PISA) yang
diselenggarakan oleh Organisation for
Economic Co-operation and Development
(OECD) yang dilaksanakan setiap tiga tahun
sekali. Indonesia secara konsisten ikut dalam
penilaian literasi sains PISA sejak tahun 2000
dan menjadi salah satu partisipan PISA di luar
negara industri maju yang tergabung dalam
OECD (Rusilowati & Maturradiyah, 2015,
p.17). Namun, hasil yang didapatkan masih
jauh dari kata memuaskan. Prestasi Indonesia
selalu berada di bawah standar internasional
yang telah ditetapkan, bahkan cenderung
mengalami penurunan. Peringkat literasi sains
Indonesia sejak tahun 2000-2015 disajikan
pada Tabel 1
Tabel 1 Data Peringkat Literasi Sains
Indonesia
Tahun
Skor
Maks
Skor
Pering-
kat
Jumlah
partisipan
2000 500 393 38 41
2003 500 395 38 40
2006 500 393 50 57
2009 500 383 60 65
2012* 501 382 64 65
2015** 493 403 62 70
(Sumber: Pusat Penilaian Pendidikan
Balitbang, 2012)
*Sumber: (OECD, 2012)
**Sumber: (OECD, 2015)
Tabel di atas menunjukkan bahwa
kemampuan literasi sains siswa Indonesia
masih rendah. Hal ini mengakibatkan perlu
adanya peningkatan kualitas pembelajaran
sains di sekolah. Literasi sains seharusnya
diterapkan karena termasuk salah satu
kemampuan penting yang harus dimiliki oleh
siswa dan dapat digunakan untuk memecahkan
masalah dalam kehidupan sehari-hari yang
menuntut seseorang harus berpikir ilmiah (Liu,
2009).
Studi lapangan dan studi literatur
menunjukkan bahwa kemampuan literasi sains
siswa masih terbatas. Temuan lapangan yang
diperoleh Hernani & Muzakir (2010) dalam
penelitiannya menunjukkan bahwa
kemampuan literasi siswa masih rendah. Hal
ini mendorong penulis untuk mengetahui
profil kemampuan literasi sains siswa. Materi
yang dipilih adalah pencemaran lingkungan
dan pemanasan global. Kecakapan literasi
sains terkait lingkungan harus diperbaiki untuk
mempersiapkan manusia yang memahami dan
dapat memecahkan isu-isu lingkungan, karena
hanya orang-orang yang melek lingkungan saja
yang dapat menemukan solusi terhadap
permasalahan-permasalahan tersebut
(Mukhyati dan Sriyati, 2015, p.151). Oleh
karena itu, peneliti melakukan penelitian
pengukuran kemampuan literasi sains
siswa pada materi pencemaran lingkungan
dan pemanasan global.
METODE
Penelitian dilaksanakan di SMP Negeri
22 Semarang pada bulan Maret hingga April
Jurnal Pendidikan Matematika dan Sains, IV (2), 2017, 165
L. Ulfa, A. Rusilowati, S.E. Nugroho
Copyright © 2017, JPMS, ISSN 1410-1866(print), ISSN 2549-1458(online)
2017. Sampel dalam penelitian ini adalah 70
siswa yang berasal dari kelas VII D dan VII E
di SMP Negeri 22 Semarang. Sampel
penelitian dipilih secara acak tanpa
memperhatikan strata yang ada dalam populasi
atau yang dikenal dengan teknik Simple
Random Sampling (Sugiyono, 2007, p.64).
Soal tes yang digunakan dalam penelitian ini
berkategori mulai dari C1 hingga C5 karena di-
sesuaikan dengan kemampuan siswa yang
digunakan sebagai sampel penelitian.
Analisis data dilakukan untuk me-
ngetahui profil kemampuan literasi sains siswa
pada materi pencemaran lingkungan dan
pemanasan global menggunakan alat evaluasi
literasi sains yang dikembangkan. Profil
kemampuan literasi sains siswa diukur melalui
penguasaan siswa terhadap setiap kategori
literasi sains yaitu sains sebagai batang tubuh
pengetahuan, sains sebagai cara untuk
menyelidiki, sains sebagai cara untuk berpikir,
dan interaksi antara sains, teknologi, dan
masyarakat.
Cara menentukan persentase
kemampuan literasi sains siswa menurut
Purwanto (2009 : 102) adalah sebagai berikut:
Keterangan:
= nilai persentase kemampuan literasi
sains siswa (%)
= jumlah skor siswa yang menjawab
benar pada kategori literasi sains
= skor maksimum pada kategori literasi
sains.
Adapun persentase penguasaan literasi
sains yang dicapai siswa disajikan pada
Tabel 2.
Tabel 2 Kriteria Kemampuan Literasi Sains
Persentase Kriteria
86% 100% Sangat Baik
75% 86% Baik
60% 75% Cukup
54% 60% Kurang
54% Kurang Sekali
HASIL DAN PEMBAHASAN
Penelitian ini bertujuan untuk menge-
tahui profil kemampuan literasi sains siswa
yang dapat dilihat melalui empat kategori
menurut Chiappetta et al. (1991) yaitu sains
sebagai batang tubuh pengetahuan (a body of
knowledge), sains sebagai cara untuk
menyelidiki (way of investigating), sains
sebagai cara untuk berpikir (way of thinking),
dan interaksi antara sains, teknologi, dan
masyarakat (interaction of science, technology,
and society). Profil kemampuan literasi sains
siswa dianalisis berdasarkan hasil skor siswa
yang diperoleh dalam menjawab soal literasi
sains peneliti dan soal literasi sains PISA.
Adapun hasil analisis jawaban siswa dalam
mengerjakan soal tes dapat dilihat pada Tabel
3 dan Tabel 4. Grafik kemampuan literasi sains
siswa dapat dilihat pada Gambar 3.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa re-
rata persentase siswa yang menjawab soal pada
kompetensi sains sebagai batang tubuh penge-
tahuan dengan benar adalah sebesar 70,36%.
Hasil tersebut dapat diinterpretasikan bahwa
terdapat 70,36% siswa yang memiliki kom-
petensi pada kategori sains sebagai batang
tubuh pengetahuan sedangkan 29,63% masih
belum bisa menguasai kompetensi literasi sains
tersebut. Hal ini ditunjukkan dengan pemilihan
jawaban siswa yang masih salah. Kategori
pada penguasaan kompetensi literasi sains
sebagai batang tubuh ini menurut Purwanto
(2009, p.103) terkategori cukup. Persentase
penguasaan kompetensi siswa pada kategori
sains sebagai batang tubuh pengetahuan yang
diperoleh dalam penelilitian ini identik dengan
penelitian yang dilakukan oleh Mawardini,
dkk. (2015) yaitu sebesar 69% dan Rusilowati
et al. (2016b) sebesar 72%. Penguasaan
kompetensi sains sebagai batang tubuh
pengetahuan tidak ada dalam soal PISA pada
materi pencemaran lingkungan dan pemanasan
global sehingga tidak bisa diketahui
persentasenya. Menurut Widyaningtyas (2002,
p.29) pengetahuan yang dimiliki seseorang
pada dasarnya berupa konsep-konsep sebagai
hasil interaksi dengan lingkungan dan dapat
disusun sebagai prinsip yang dapat digunakan
dalam landasan berpikir sehingga penguasaan
siswa pada aspek pengetahuan cukup baik.
Jurnal Pendidikan Matematika dan Sains, IV (2), 2017, 166
L. Ulfa, A. Rusilowati, S.E. Nugroho
Copyright © 2017, JPMS, ISSN 1410-1866(print), ISSN 2549-1458(online)
Tabel 3 Profil Kemampuan Literasi Sains Siswa Berdasarkan Soal Pengembangan
Literasi Sains
Kategori Nomor Soal Skor
Skor
Maksimum
Persentase
Sains sebagai batang tubuh
pengetahuan
1, 6, 9, 12 197 280 70,36%
Sains sebagai cara untuk
menyelidiki
4, 10, 16, 17 107 280 38,21%
Sains sebagai cara untuk
berpikir
5, 13, 14, 15, 18 216 350 61,71%
Interaksi antara sains,
teknologi, dan masyarakat
2, 3, 7, 8, 11 217 350 61,43%
Tabel 4 Profil Kemampuan Literasi Sains Siswa Berdasarkan Soal Literasi Sains PISA
Kategori Nomor Soal Skor
Skor
Maksimum
Persentase
Sains sebagai batang tubuh
pengetahuan
- - - -
Sains sebagai cara untuk
menyelidiki
1, 2 62 140 43,57%
Sains sebagai cara untuk
berpikir
4, 5 91 140 65%
Interaksi antara sains,
teknologi, dan masyarakat
3, 6, 7, 8, 9 210 350 60,29%
Gambar 1 Profil Kemampuan Literasi Sains Siswa
0
10
20
30
40
50
60
70
80
Sains sebagai
Batang
Tubuh
Pengetahuan
Sains sebagai
Cara untuk
Menyelidiki
Sains sebagai
Cara untuk
Berpikir
Interaksi
antara Sains,
Teknologi,
dan
Masyarakat
PERSENTASE(%)
KATEGORI LITERASI SAINS
Grafik Profil Kemampuan Literasi Sains Siswa
Soal Literasi Sains
Pengembangan
Soal literasi sains PISA
Jurnal Pendidikan Matematika dan Sains, IV (2), 2017, 167
L. Ulfa, A. Rusilowati, S.E. Nugroho
Copyright © 2017, JPMS, ISSN 1410-1866(print), ISSN 2549-1458(online)
Kompetensi sains sebagai cara untuk
menyelidiki dapat dinilai dari jawaban siswa
pada soal grafik dan eksperimen yang ada pada
alat evaluasi literasi sains. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa rerata persentase siswa
yang menjawab benar soal yang dikembangkan
pada kompetensi sains sebagai cara untuk
menyelidiki adalah sebesar 38,21%. Rerata
persentase siswa yang menjawab benar pada
soal PISA adalah sebesar 43,57%. Hal ini
menunjukkan kemampuan literasi sains siswa
pada kompetensi sains sebagai cara menyelidiki
masuk ke dalam kategori kurang sekali menurut
Purwanto (2009, p.103). Hasil penelitian ini
identik dengan penelitian yang telah dilakukan
oleh Diana et al. (2015, p.287) yang menyatakan
bahwa penguasaan kompetensi literasi sains
sebagai cara untuk menyelidiki menempati
urutan terendah dengan persentase sebesar 37%.
Selain itu, hasil penelitian ini juga identik
dengan penelitian yang telah dilakukan oleh
Rusilowati et al. (2016b) yaitu memperoleh
persentase sebesar 53% pada kategori sains
sebagai cara untuk menyelidiki.
Baik pada soal literasi sains yang di-
kembangkan peneliti atau soal PISA, persentase
pada kompetensi sains sebagai cara untuk
menyelidiki adalah yang paling rendah. Menurut
Sumintono dkk. (2010) pembelajaran sains di
sekolah seharusnya terbagi dalam dua bagian
besar yaitu sains sebagai produk (pengajaran
tentang fakta, teori, prinsip, dan hukum alam)
dan sains sebagai proses (pengembangan
kemampuan siswa dalam metode ilmiah dan
pemecahan masalah) tetapi guru kurang
memperhatikan hal tersebut karena pada
umumnya terlalu fokus untuk mengejar materi.
Hal ini mengakibatkan kurangnya pemahaman
dan penguasaan siswa ketika melakukan
kegiatan eksperimen atau percobaan.
Kompetensi sains sebagai cara berpikir
pada alat evaluasi literasi sains yang dikembang-
kan peneliti terbagi dalam berpikir sebab-akibat,
klasifikasi, dan analogi. Hasil penelitian me-
nunjukkan rerata persentase siswa yang men-
jawab benar soal yang dikembangkan pada kom-
petensi sains sebagai cara untuk berpikir adalah
sebesar 61,71% sedangkan pada soal PISA
sebesar 65%. Hal ini menunjukkan penguasaan
kompetensi sains sebagai cara untuk berpikir
para siswa terkategori cukup (Purwanto, 2009,
p.103).
Hasil penelitian pada kompetensi sains
sebagai cara untuk berpikir sedikit berbeda
dengan penelitian yang dilakukan Rusilowati et
al. (2016b). Dalam penelitian ini diperoleh
persentase literasi sains untuk kategori sains
sebagai cara berpikir sebanyak 61,71% dan
masuk dalam kategori cukup menurut Purwanto
(2009, p.103) sedangkan dalam penelitian
Rusilowati et al. (2016b, p.) diperoleh
persentase sebanyak 76% dan masuk dalam
kategori baik. Hasil penelitian yang sedikit
berbeda dapat disebabkan oleh berbagai faktor
antara lain perbedaan kemampuan siswa yang
digunakan dalam sampel penelitian, jumlah soal,
dan jenis soal yang digunakan saat penelitian.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa
rerata persentase penguasaan kompetensi siswa
pada kategori interaksi antara sains, teknologi,
dan masyarakat adalah sebesar 61,43% pada
soal literasi sains pengembangan dan 60,29%
pada soal literasi sains PISA. Hasil tersebut me-
nunjukkan bahwa kategori yang diperoleh siswa
dalam penguasaan kompetensi interaksi antara
sains, teknologi, dan masyarakat berada pada
kategori cukup (Purwanto, 2009, p.103). Hasil
penelitian ini identik dengan penelitian yang
dilakukan oleh Diana et al. (2015, p.287)
tentang instrumen literasi sains bahwa untuk
kompetensi interaksi antara sains, teknologi, dan
masyarakat sebesar 64,5%. Sains melandasi
perkembangan teknologi sedangkan teknologi
menunjang perkembangan sains, sains terutama
digunakan dalam upaya memperoleh penjelasan
tentang objek, fenomena alam, serta dalam
aktivitas penemuan, dan teknologi merupakan
aplikasi sains untuk memenuhi kebutuhan
masyarakat (Widyaningtyas, 2002, p.31). Hal ini
mendukung hasil penelitian untuk kategori
sains, teknologi, dan masyarakat yang
berkategori cukup karena erat kaitannya dalam
kehidupan siswa sehari-hari.
Berdasarkan hasil penelitian yang
ditunjukkan pada Tabel 3 dan Tabel 4 dapat di-
lihat bahwa rerata persentase kompetensi literasi
sains siswa saat menggunakan alat evaluasi
literasi sains yang dikembangkan peneliti dan
soal literasi sains PISA adalah sama. Hal ini
menunjukkan bahwa alat evaluasi literasi sains
materi pencemaran lingkungan dan pemanasan
global yang dikembangkan peneliti dapat meng-
ukur kemampuan literasi sains siswa seperti soal
PISA. Hal tersebut didukung juga dengan nilai
korelasi yang tinggi antara soal literasi sains
yang dikembangan peneliti dengan soal asli
PISA.
Kategori sains sebagai batang tubuh
pengetahuan sebenarnya berkaitan dengan
kategori lainnya. Pengetahuan sains dapat di-
Jurnal Pendidikan Matematika dan Sains, IV (2), 2017, 168
L. Ulfa, A. Rusilowati, S.E. Nugroho
Copyright © 2017, JPMS, ISSN 1410-1866(print), ISSN 2549-1458(online)
gunakan seseorang dalam aktivitas berpikir,
menyelidiki, dan berinteraksi dengan teknologi
serta masyarakat. Menurut Robert B. Sund
dalam Widyatiningtyas (2002, p.2), sains
merupakan suatu tubuh pengetahuan (body of
knowledge) dan proses penemuan pengetahuan.
Dengan demikian, pada hakekatnya sains
merupakan suatu produk dan proses.
Produk sains meliputi fakta, konsep,
prinsip, teori dan hukum yang disajikan dalam
kategori sains sebagai batang tubuh
pengetahuan. Proses sains meliputi cara-cara
memperoleh, mengembangkan dan menerapkan
pengetahuan yang mencakup cara kerja, cara
berfikir, cara memecahkan masalah, dan cara
bersikap yang termasuk dalam kategori sains
sebagai cara untuk berpikir dan sains sebagai
cara untuk menyelidiki. Sains melandasi
perkembangan teknologi, sedangkan teknologi
menunjang perkembangan sains dan merupakan
aplikasi sains yang terutama untuk kegiatan
penemuan berupa alat-alat atau barang-barang
untuk memenuhi kebutuhan masyarakat.
Ada temuan dalam penelitian ini terkait
dengan penelitian terdahulu. Temuan tersebut
adalah kategori sains sebagai batang tubuh
pengetahuan memperoleh persentase tertinggi
dan berkategori cukup atau baik. Selain itu,
kategori sains sebagai cara untuk menyelidiki
memiliki persentase terendah dan masuk dalam
kategori kurang sekali.
SIMPULAN
Profil kemampuan literasi sains siswa
pada materi pencemaran lingkungan dan
pemanasan global untuk kategori literasi sains
dari persentase tertinggi hingga terendah adalah
sains sebagai batang tubuh pengetahuan sebesar
70.36%, sains sebagai cara untuk berpikir
sebesar 61,71 %, interaksi antara sains,
teknologi, dan masyarakat sebesar 61,43%
berkategori cukup, serta sains sebagai cara untuk
menyelidiki sebesar 38,21% berkategori kurang
sekali.
Berdasarkan hasil penelitian, saran yang
dapat diberikan terkait alat evaluasi adalah
hendaknya pada ranah kognitif dibuat untuk
kategori C3 ke atas karena literasi sains meng-
ukur kemampuan sains tingkat tinggi. Perlu
dilakukan analisis profil kemampuan literasi
sains siswa sampai pada tahap levelling menurut
PISA agar dapat mengetahui skor dan levelling
siswa Indonesia. Perlu soal literasi sains PISA
pada semua kategori sesuai soal literasi sains
pengembangan agar hasil penelitian lebih baik.
Selain itu, perlu menentukan materi, subjek, dan
waktu penelitian secara teliti agar diperoleh
hasil penelitian yang maksimal.
DAFTAR PUSTAKA
Chiappetta, E. L., Fillman, D. A., & Sethna, G.
H. (1991). A method to quantify major
themes of scientific literacy in science
textbooks. Journal of research in
science teaching, 28(8), 713-725.
Diana, S., Rachmatulloh, A., & Rahmawati, E.
S. (2015). Profil kemampuan literasi
sains siswa SMA berdasarkan instrumen
scientific literacy assesments (SLA).
Prosiding Seminar Nasional XII
Pendidikan Boilogi FKIP UNS 2015.
Solo: Universitas Sebelas Maret.
Hernani, & Mudzakir, A. (2010). Pengaruh
pembelajaran berbasis literasi sains dan
teknologi terhadap ketrampilan proses
sains siswa SMP. Jurnal Pendidikan
Matematika dan Sains, 1(15), 29-34.
Liu, X. (2009). Beyond science literacy: Science
and the public. International Journal of
Environmental & Science Education,
3(4), 301-311.
OECD. (2012). PISA 2012 results in focus what
15-year-olds know and what they can do
with what they not. Paris: OECD-PISA.
Tersedia di http://www.oecd.org/
pisa/keyfindings/pisa-2012-results-
overview.pdf [diakses 15-12-2016].
OECD. (2015). PISA 2015 Result in Focus.
Paris: OECD-PISA. Tersedia di https://
www.oecd.org/pisa/pisa-2015-results-
in-focus.pdf [diakses 15-12-2016].
Mawardini, A., Permanasari, A., & Sanjaya, Y.
(2015). Profil literasi sains siswa smp
pada pembelajaran IPA terpadu tema
pencemaran lingkungan. Prosiding
Seminar Nasional Fisika 2015. Jakarta:
Universitas Negeri Jakarta.
Maturradiyah, N., & Rusilowati, A. (2015).
Analisis buku ajar fisika SMA kelas XII
di kabupaten Pati berdasarkan muatan
literasi sains. Unnes Physics Education
Journal, 4(1), 17.
Jurnal Pendidikan Matematika dan Sains, IV (2), 2017, 169
L. Ulfa, A. Rusilowati, S.E. Nugroho
Copyright © 2017, JPMS, ISSN 1410-1866(print), ISSN 2549-1458(online)
Rusilowati, A., Kurniawati, L., Nugroho, S. E.,
& Widyatmoko, A. (2016a). Developing
an instrument of scientific literacy
asessment on the cycle theme.
International Journal of Environmental
& Science Education, 11(12), 5718-
5727.
Rusilowati, A., Prabowo, H. T., & Nugroho, S.
E. (2016b). Scientific literacy
assessment instrument for measuring the
students’ scientific literacy capability of
interaction theme. Proceedings of
International Conference on
Mathematics, Science, and Education
2016. Semarang: Semarang State
University.
Sugiyono. (2007). Statistika untuk penelitian.
Bandung: Alfabeta.
Sumintono, B., Ibrahim, M. A. & Phang, F. A.
(2010). Pengajaran sains dengan
praktikum laboratorium: Perspektif dari
guru-guru sains SMPN di kota Cimahi.
Jurnal Pengajaran Matematika dan
Ilmu Pengetahuan Alam, 15(2), 120-
127.
Widyaningtyas, R. (2002). Pembentukan
pengetahuan sains, teknologi, dan
masyarakat dalam pandangan
pendidikan IPA. Jurnal Pendidikan
dan Budaya. 2 (1), 29-36.

More Related Content

15428 42110-2-pb

  • 1. Available online at: http://journal.uny.ac.id/index.php/jpms Jurnal Pendidikan Matematika dan Sains, IV (2), 2017, 163-169 Copyright © 2017, JPMS, ISSN 1410-1866(print), ISSN 2549-1458(online) Profil Kemampuan Literasi Sains Siswa Materi Pencemaran Lingkungan dan Pemanasan Global L. Ulfa 1 *, A. Rusilowati2 , S.E. Nugroho 3 1 Universitas Negeri Semarang, Jl. Taman Siswa, Sekaran, Gunung Pati, Semarang, Indonesia. 2 Universitas Negeri Semarang, Jl. Taman Siswa, Sekaran, Gunung Pati, Semarang, Indonesia. 3 Universitas Negeri Semarang, Jl. Taman Siswa, Sekaran, Gunung Pati, Semarang, Indonesia. * Korespondensi Penulis. laelaulfa77@gmail.com Received:10 June 2017; Revised:10 August 2017; Accepted: 10 October 2017 Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui profil kemampuan literasi sains siswa pada materi pencemaran lingkungan dan pemanasan global. Penelitian dilakukan di salah satu SMP Negeri Semarang dengan jumlah sampel 70 siswa dari dua kelas, yaitu kelas VII D dan VIII E, yang dipilih menggunakan teknik Simple Random Sampling. Analisis data hasil penelitian dilakukan menggunakan instrumen penilaian yang dikembangkan. Profil kemampuan literasi sains siswa materi pencemaran lingkungan dan pemanasan global untuk kategori literasi sains dari persentase tertinggi hingga terendah adalah sains sebagai batang tubuh pengetahuan sebesar 70,36%, sains sebagai cara untuk berpikir sebesar 61,71%, interaksi antara sains, teknologi, dan masyarakat sebesar 61,43% berkategori cukup, dan sains sebagai cara untuk menyelidiki sebesar 38,21% berkategori kurang sekali. Kata Kunci: literasi sains, kemampuan literasi sains. Students’ Science Literacy Ability Profile in Enviromental Pollution and Global Warming Material Abstract This research aimed to know how about the profile of students’ science literacy ability in environmental pollution and global warming material. The study was conducted in one of SMP Negeri Semarang with samples of 70 students from grade VII D and VII E which is choosen by simple random sampling technique. Ata analyisis used evaluation instrument that developed by researcher. The profile of literacy science of students from the highest percentage till the lowest was science as a body of a knowledge was 70,36%, science as a way of thinking was 61,71%, the interaction between science, technology, and society was 61,43% categorized enough level, and science as a way for investigating was 38,21 categorized too less. Keywords: science literacy, scince literacy ability. How to Cite: Ulfa, L., Rusilowati, A., & Nugroho, S. E. (2017). Profil kemampuan literasi sains siswa materi pencemaran lingkungan dan pemanasan global. Jurnal Pendidikan Matematika dan Sains, IV(2), 75-81. doi:http://dx.doi.org/10.21831/jpms.v4i1.10111 Permalink/DOI: DOI: http://dx.doi.org/10.21831/jpms.v4i1.10111
  • 2. Jurnal Pendidikan Matematika dan Sains, IV (2), 2017, 164 L. Ulfa, A. Rusilowati, S.E. Nugroho Copyright © 2017, JPMS, ISSN 1410-1866(print), ISSN 2549-1458(online) PENDAHULUAN Saat ini, pendidikan sains di Indonesia masih didominasi oleh pandangan bahwa pengetahuan sains hanya berupa seperangkat fakta-fakta yang harus dihafal dan ceramah menjadi pilihan utama strategi mengajar (Rusilowati et al., 2016a, p.5719). Kualitas pendidikan sains harus ditingkatkan karena pendidikan sains menjadi pondasi penting dalam membentuk sumber daya manusia yang berkualitas. Tujuan pendidikan sains atau IPA secara umum adalah agar siswa memahami konsep IPA dan keterkaitannya dengan kehidupan sehari-hari, memiliki keterampilan tentang alam sekitar untuk mengembangkan pengetahuan tentang proses alam sekitar, mampu menerapkan berbagai konsep alam sekitar, mampu menerapkan berbagai konsep IPA untuk menjelaskan gejala alam dan mampu memecahkan masalah dengan teknologi sederhana yang ditemukan dalam kehidupan sehari-hari (Hernani & Mudzakir, 2010, p.29). Selain itu, pendidikan sains juga dapat digunakan sebagai salah satu sarana untuk mengetahui kemampuan literasi sains siswa. Studi lapangan di SMP Negeri 22 Semarang menunjukkan bahwa masih belum ada pengukuran kemampuan literasi sains siswa di sekolah. Kemampuan literasi sains siswa secara internasional diukur melalui serangkaian tes dalam Programme for International Student Assesstment (PISA) yang diselenggarakan oleh Organisation for Economic Co-operation and Development (OECD) yang dilaksanakan setiap tiga tahun sekali. Indonesia secara konsisten ikut dalam penilaian literasi sains PISA sejak tahun 2000 dan menjadi salah satu partisipan PISA di luar negara industri maju yang tergabung dalam OECD (Rusilowati & Maturradiyah, 2015, p.17). Namun, hasil yang didapatkan masih jauh dari kata memuaskan. Prestasi Indonesia selalu berada di bawah standar internasional yang telah ditetapkan, bahkan cenderung mengalami penurunan. Peringkat literasi sains Indonesia sejak tahun 2000-2015 disajikan pada Tabel 1 Tabel 1 Data Peringkat Literasi Sains Indonesia Tahun Skor Maks Skor Pering- kat Jumlah partisipan 2000 500 393 38 41 2003 500 395 38 40 2006 500 393 50 57 2009 500 383 60 65 2012* 501 382 64 65 2015** 493 403 62 70 (Sumber: Pusat Penilaian Pendidikan Balitbang, 2012) *Sumber: (OECD, 2012) **Sumber: (OECD, 2015) Tabel di atas menunjukkan bahwa kemampuan literasi sains siswa Indonesia masih rendah. Hal ini mengakibatkan perlu adanya peningkatan kualitas pembelajaran sains di sekolah. Literasi sains seharusnya diterapkan karena termasuk salah satu kemampuan penting yang harus dimiliki oleh siswa dan dapat digunakan untuk memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari yang menuntut seseorang harus berpikir ilmiah (Liu, 2009). Studi lapangan dan studi literatur menunjukkan bahwa kemampuan literasi sains siswa masih terbatas. Temuan lapangan yang diperoleh Hernani & Muzakir (2010) dalam penelitiannya menunjukkan bahwa kemampuan literasi siswa masih rendah. Hal ini mendorong penulis untuk mengetahui profil kemampuan literasi sains siswa. Materi yang dipilih adalah pencemaran lingkungan dan pemanasan global. Kecakapan literasi sains terkait lingkungan harus diperbaiki untuk mempersiapkan manusia yang memahami dan dapat memecahkan isu-isu lingkungan, karena hanya orang-orang yang melek lingkungan saja yang dapat menemukan solusi terhadap permasalahan-permasalahan tersebut (Mukhyati dan Sriyati, 2015, p.151). Oleh karena itu, peneliti melakukan penelitian pengukuran kemampuan literasi sains siswa pada materi pencemaran lingkungan dan pemanasan global. METODE Penelitian dilaksanakan di SMP Negeri 22 Semarang pada bulan Maret hingga April
  • 3. Jurnal Pendidikan Matematika dan Sains, IV (2), 2017, 165 L. Ulfa, A. Rusilowati, S.E. Nugroho Copyright © 2017, JPMS, ISSN 1410-1866(print), ISSN 2549-1458(online) 2017. Sampel dalam penelitian ini adalah 70 siswa yang berasal dari kelas VII D dan VII E di SMP Negeri 22 Semarang. Sampel penelitian dipilih secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada dalam populasi atau yang dikenal dengan teknik Simple Random Sampling (Sugiyono, 2007, p.64). Soal tes yang digunakan dalam penelitian ini berkategori mulai dari C1 hingga C5 karena di- sesuaikan dengan kemampuan siswa yang digunakan sebagai sampel penelitian. Analisis data dilakukan untuk me- ngetahui profil kemampuan literasi sains siswa pada materi pencemaran lingkungan dan pemanasan global menggunakan alat evaluasi literasi sains yang dikembangkan. Profil kemampuan literasi sains siswa diukur melalui penguasaan siswa terhadap setiap kategori literasi sains yaitu sains sebagai batang tubuh pengetahuan, sains sebagai cara untuk menyelidiki, sains sebagai cara untuk berpikir, dan interaksi antara sains, teknologi, dan masyarakat. Cara menentukan persentase kemampuan literasi sains siswa menurut Purwanto (2009 : 102) adalah sebagai berikut: Keterangan: = nilai persentase kemampuan literasi sains siswa (%) = jumlah skor siswa yang menjawab benar pada kategori literasi sains = skor maksimum pada kategori literasi sains. Adapun persentase penguasaan literasi sains yang dicapai siswa disajikan pada Tabel 2. Tabel 2 Kriteria Kemampuan Literasi Sains Persentase Kriteria 86% 100% Sangat Baik 75% 86% Baik 60% 75% Cukup 54% 60% Kurang 54% Kurang Sekali HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian ini bertujuan untuk menge- tahui profil kemampuan literasi sains siswa yang dapat dilihat melalui empat kategori menurut Chiappetta et al. (1991) yaitu sains sebagai batang tubuh pengetahuan (a body of knowledge), sains sebagai cara untuk menyelidiki (way of investigating), sains sebagai cara untuk berpikir (way of thinking), dan interaksi antara sains, teknologi, dan masyarakat (interaction of science, technology, and society). Profil kemampuan literasi sains siswa dianalisis berdasarkan hasil skor siswa yang diperoleh dalam menjawab soal literasi sains peneliti dan soal literasi sains PISA. Adapun hasil analisis jawaban siswa dalam mengerjakan soal tes dapat dilihat pada Tabel 3 dan Tabel 4. Grafik kemampuan literasi sains siswa dapat dilihat pada Gambar 3. Hasil penelitian menunjukkan bahwa re- rata persentase siswa yang menjawab soal pada kompetensi sains sebagai batang tubuh penge- tahuan dengan benar adalah sebesar 70,36%. Hasil tersebut dapat diinterpretasikan bahwa terdapat 70,36% siswa yang memiliki kom- petensi pada kategori sains sebagai batang tubuh pengetahuan sedangkan 29,63% masih belum bisa menguasai kompetensi literasi sains tersebut. Hal ini ditunjukkan dengan pemilihan jawaban siswa yang masih salah. Kategori pada penguasaan kompetensi literasi sains sebagai batang tubuh ini menurut Purwanto (2009, p.103) terkategori cukup. Persentase penguasaan kompetensi siswa pada kategori sains sebagai batang tubuh pengetahuan yang diperoleh dalam penelilitian ini identik dengan penelitian yang dilakukan oleh Mawardini, dkk. (2015) yaitu sebesar 69% dan Rusilowati et al. (2016b) sebesar 72%. Penguasaan kompetensi sains sebagai batang tubuh pengetahuan tidak ada dalam soal PISA pada materi pencemaran lingkungan dan pemanasan global sehingga tidak bisa diketahui persentasenya. Menurut Widyaningtyas (2002, p.29) pengetahuan yang dimiliki seseorang pada dasarnya berupa konsep-konsep sebagai hasil interaksi dengan lingkungan dan dapat disusun sebagai prinsip yang dapat digunakan dalam landasan berpikir sehingga penguasaan siswa pada aspek pengetahuan cukup baik.
  • 4. Jurnal Pendidikan Matematika dan Sains, IV (2), 2017, 166 L. Ulfa, A. Rusilowati, S.E. Nugroho Copyright © 2017, JPMS, ISSN 1410-1866(print), ISSN 2549-1458(online) Tabel 3 Profil Kemampuan Literasi Sains Siswa Berdasarkan Soal Pengembangan Literasi Sains Kategori Nomor Soal Skor Skor Maksimum Persentase Sains sebagai batang tubuh pengetahuan 1, 6, 9, 12 197 280 70,36% Sains sebagai cara untuk menyelidiki 4, 10, 16, 17 107 280 38,21% Sains sebagai cara untuk berpikir 5, 13, 14, 15, 18 216 350 61,71% Interaksi antara sains, teknologi, dan masyarakat 2, 3, 7, 8, 11 217 350 61,43% Tabel 4 Profil Kemampuan Literasi Sains Siswa Berdasarkan Soal Literasi Sains PISA Kategori Nomor Soal Skor Skor Maksimum Persentase Sains sebagai batang tubuh pengetahuan - - - - Sains sebagai cara untuk menyelidiki 1, 2 62 140 43,57% Sains sebagai cara untuk berpikir 4, 5 91 140 65% Interaksi antara sains, teknologi, dan masyarakat 3, 6, 7, 8, 9 210 350 60,29% Gambar 1 Profil Kemampuan Literasi Sains Siswa 0 10 20 30 40 50 60 70 80 Sains sebagai Batang Tubuh Pengetahuan Sains sebagai Cara untuk Menyelidiki Sains sebagai Cara untuk Berpikir Interaksi antara Sains, Teknologi, dan Masyarakat PERSENTASE(%) KATEGORI LITERASI SAINS Grafik Profil Kemampuan Literasi Sains Siswa Soal Literasi Sains Pengembangan Soal literasi sains PISA
  • 5. Jurnal Pendidikan Matematika dan Sains, IV (2), 2017, 167 L. Ulfa, A. Rusilowati, S.E. Nugroho Copyright © 2017, JPMS, ISSN 1410-1866(print), ISSN 2549-1458(online) Kompetensi sains sebagai cara untuk menyelidiki dapat dinilai dari jawaban siswa pada soal grafik dan eksperimen yang ada pada alat evaluasi literasi sains. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rerata persentase siswa yang menjawab benar soal yang dikembangkan pada kompetensi sains sebagai cara untuk menyelidiki adalah sebesar 38,21%. Rerata persentase siswa yang menjawab benar pada soal PISA adalah sebesar 43,57%. Hal ini menunjukkan kemampuan literasi sains siswa pada kompetensi sains sebagai cara menyelidiki masuk ke dalam kategori kurang sekali menurut Purwanto (2009, p.103). Hasil penelitian ini identik dengan penelitian yang telah dilakukan oleh Diana et al. (2015, p.287) yang menyatakan bahwa penguasaan kompetensi literasi sains sebagai cara untuk menyelidiki menempati urutan terendah dengan persentase sebesar 37%. Selain itu, hasil penelitian ini juga identik dengan penelitian yang telah dilakukan oleh Rusilowati et al. (2016b) yaitu memperoleh persentase sebesar 53% pada kategori sains sebagai cara untuk menyelidiki. Baik pada soal literasi sains yang di- kembangkan peneliti atau soal PISA, persentase pada kompetensi sains sebagai cara untuk menyelidiki adalah yang paling rendah. Menurut Sumintono dkk. (2010) pembelajaran sains di sekolah seharusnya terbagi dalam dua bagian besar yaitu sains sebagai produk (pengajaran tentang fakta, teori, prinsip, dan hukum alam) dan sains sebagai proses (pengembangan kemampuan siswa dalam metode ilmiah dan pemecahan masalah) tetapi guru kurang memperhatikan hal tersebut karena pada umumnya terlalu fokus untuk mengejar materi. Hal ini mengakibatkan kurangnya pemahaman dan penguasaan siswa ketika melakukan kegiatan eksperimen atau percobaan. Kompetensi sains sebagai cara berpikir pada alat evaluasi literasi sains yang dikembang- kan peneliti terbagi dalam berpikir sebab-akibat, klasifikasi, dan analogi. Hasil penelitian me- nunjukkan rerata persentase siswa yang men- jawab benar soal yang dikembangkan pada kom- petensi sains sebagai cara untuk berpikir adalah sebesar 61,71% sedangkan pada soal PISA sebesar 65%. Hal ini menunjukkan penguasaan kompetensi sains sebagai cara untuk berpikir para siswa terkategori cukup (Purwanto, 2009, p.103). Hasil penelitian pada kompetensi sains sebagai cara untuk berpikir sedikit berbeda dengan penelitian yang dilakukan Rusilowati et al. (2016b). Dalam penelitian ini diperoleh persentase literasi sains untuk kategori sains sebagai cara berpikir sebanyak 61,71% dan masuk dalam kategori cukup menurut Purwanto (2009, p.103) sedangkan dalam penelitian Rusilowati et al. (2016b, p.) diperoleh persentase sebanyak 76% dan masuk dalam kategori baik. Hasil penelitian yang sedikit berbeda dapat disebabkan oleh berbagai faktor antara lain perbedaan kemampuan siswa yang digunakan dalam sampel penelitian, jumlah soal, dan jenis soal yang digunakan saat penelitian. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rerata persentase penguasaan kompetensi siswa pada kategori interaksi antara sains, teknologi, dan masyarakat adalah sebesar 61,43% pada soal literasi sains pengembangan dan 60,29% pada soal literasi sains PISA. Hasil tersebut me- nunjukkan bahwa kategori yang diperoleh siswa dalam penguasaan kompetensi interaksi antara sains, teknologi, dan masyarakat berada pada kategori cukup (Purwanto, 2009, p.103). Hasil penelitian ini identik dengan penelitian yang dilakukan oleh Diana et al. (2015, p.287) tentang instrumen literasi sains bahwa untuk kompetensi interaksi antara sains, teknologi, dan masyarakat sebesar 64,5%. Sains melandasi perkembangan teknologi sedangkan teknologi menunjang perkembangan sains, sains terutama digunakan dalam upaya memperoleh penjelasan tentang objek, fenomena alam, serta dalam aktivitas penemuan, dan teknologi merupakan aplikasi sains untuk memenuhi kebutuhan masyarakat (Widyaningtyas, 2002, p.31). Hal ini mendukung hasil penelitian untuk kategori sains, teknologi, dan masyarakat yang berkategori cukup karena erat kaitannya dalam kehidupan siswa sehari-hari. Berdasarkan hasil penelitian yang ditunjukkan pada Tabel 3 dan Tabel 4 dapat di- lihat bahwa rerata persentase kompetensi literasi sains siswa saat menggunakan alat evaluasi literasi sains yang dikembangkan peneliti dan soal literasi sains PISA adalah sama. Hal ini menunjukkan bahwa alat evaluasi literasi sains materi pencemaran lingkungan dan pemanasan global yang dikembangkan peneliti dapat meng- ukur kemampuan literasi sains siswa seperti soal PISA. Hal tersebut didukung juga dengan nilai korelasi yang tinggi antara soal literasi sains yang dikembangan peneliti dengan soal asli PISA. Kategori sains sebagai batang tubuh pengetahuan sebenarnya berkaitan dengan kategori lainnya. Pengetahuan sains dapat di-
  • 6. Jurnal Pendidikan Matematika dan Sains, IV (2), 2017, 168 L. Ulfa, A. Rusilowati, S.E. Nugroho Copyright © 2017, JPMS, ISSN 1410-1866(print), ISSN 2549-1458(online) gunakan seseorang dalam aktivitas berpikir, menyelidiki, dan berinteraksi dengan teknologi serta masyarakat. Menurut Robert B. Sund dalam Widyatiningtyas (2002, p.2), sains merupakan suatu tubuh pengetahuan (body of knowledge) dan proses penemuan pengetahuan. Dengan demikian, pada hakekatnya sains merupakan suatu produk dan proses. Produk sains meliputi fakta, konsep, prinsip, teori dan hukum yang disajikan dalam kategori sains sebagai batang tubuh pengetahuan. Proses sains meliputi cara-cara memperoleh, mengembangkan dan menerapkan pengetahuan yang mencakup cara kerja, cara berfikir, cara memecahkan masalah, dan cara bersikap yang termasuk dalam kategori sains sebagai cara untuk berpikir dan sains sebagai cara untuk menyelidiki. Sains melandasi perkembangan teknologi, sedangkan teknologi menunjang perkembangan sains dan merupakan aplikasi sains yang terutama untuk kegiatan penemuan berupa alat-alat atau barang-barang untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Ada temuan dalam penelitian ini terkait dengan penelitian terdahulu. Temuan tersebut adalah kategori sains sebagai batang tubuh pengetahuan memperoleh persentase tertinggi dan berkategori cukup atau baik. Selain itu, kategori sains sebagai cara untuk menyelidiki memiliki persentase terendah dan masuk dalam kategori kurang sekali. SIMPULAN Profil kemampuan literasi sains siswa pada materi pencemaran lingkungan dan pemanasan global untuk kategori literasi sains dari persentase tertinggi hingga terendah adalah sains sebagai batang tubuh pengetahuan sebesar 70.36%, sains sebagai cara untuk berpikir sebesar 61,71 %, interaksi antara sains, teknologi, dan masyarakat sebesar 61,43% berkategori cukup, serta sains sebagai cara untuk menyelidiki sebesar 38,21% berkategori kurang sekali. Berdasarkan hasil penelitian, saran yang dapat diberikan terkait alat evaluasi adalah hendaknya pada ranah kognitif dibuat untuk kategori C3 ke atas karena literasi sains meng- ukur kemampuan sains tingkat tinggi. Perlu dilakukan analisis profil kemampuan literasi sains siswa sampai pada tahap levelling menurut PISA agar dapat mengetahui skor dan levelling siswa Indonesia. Perlu soal literasi sains PISA pada semua kategori sesuai soal literasi sains pengembangan agar hasil penelitian lebih baik. Selain itu, perlu menentukan materi, subjek, dan waktu penelitian secara teliti agar diperoleh hasil penelitian yang maksimal. DAFTAR PUSTAKA Chiappetta, E. L., Fillman, D. A., & Sethna, G. H. (1991). A method to quantify major themes of scientific literacy in science textbooks. Journal of research in science teaching, 28(8), 713-725. Diana, S., Rachmatulloh, A., & Rahmawati, E. S. (2015). Profil kemampuan literasi sains siswa SMA berdasarkan instrumen scientific literacy assesments (SLA). Prosiding Seminar Nasional XII Pendidikan Boilogi FKIP UNS 2015. Solo: Universitas Sebelas Maret. Hernani, & Mudzakir, A. (2010). Pengaruh pembelajaran berbasis literasi sains dan teknologi terhadap ketrampilan proses sains siswa SMP. Jurnal Pendidikan Matematika dan Sains, 1(15), 29-34. Liu, X. (2009). Beyond science literacy: Science and the public. International Journal of Environmental & Science Education, 3(4), 301-311. OECD. (2012). PISA 2012 results in focus what 15-year-olds know and what they can do with what they not. Paris: OECD-PISA. Tersedia di http://www.oecd.org/ pisa/keyfindings/pisa-2012-results- overview.pdf [diakses 15-12-2016]. OECD. (2015). PISA 2015 Result in Focus. Paris: OECD-PISA. Tersedia di https:// www.oecd.org/pisa/pisa-2015-results- in-focus.pdf [diakses 15-12-2016]. Mawardini, A., Permanasari, A., & Sanjaya, Y. (2015). Profil literasi sains siswa smp pada pembelajaran IPA terpadu tema pencemaran lingkungan. Prosiding Seminar Nasional Fisika 2015. Jakarta: Universitas Negeri Jakarta. Maturradiyah, N., & Rusilowati, A. (2015). Analisis buku ajar fisika SMA kelas XII di kabupaten Pati berdasarkan muatan literasi sains. Unnes Physics Education Journal, 4(1), 17.
  • 7. Jurnal Pendidikan Matematika dan Sains, IV (2), 2017, 169 L. Ulfa, A. Rusilowati, S.E. Nugroho Copyright © 2017, JPMS, ISSN 1410-1866(print), ISSN 2549-1458(online) Rusilowati, A., Kurniawati, L., Nugroho, S. E., & Widyatmoko, A. (2016a). Developing an instrument of scientific literacy asessment on the cycle theme. International Journal of Environmental & Science Education, 11(12), 5718- 5727. Rusilowati, A., Prabowo, H. T., & Nugroho, S. E. (2016b). Scientific literacy assessment instrument for measuring the students’ scientific literacy capability of interaction theme. Proceedings of International Conference on Mathematics, Science, and Education 2016. Semarang: Semarang State University. Sugiyono. (2007). Statistika untuk penelitian. Bandung: Alfabeta. Sumintono, B., Ibrahim, M. A. & Phang, F. A. (2010). Pengajaran sains dengan praktikum laboratorium: Perspektif dari guru-guru sains SMPN di kota Cimahi. Jurnal Pengajaran Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, 15(2), 120- 127. Widyaningtyas, R. (2002). Pembentukan pengetahuan sains, teknologi, dan masyarakat dalam pandangan pendidikan IPA. Jurnal Pendidikan dan Budaya. 2 (1), 29-36.