Teks tersebut merupakan ringkasan hasil penelitian tentang uji kualitas fisik dan bakteriologis air sumur gali berdasarkan konstruksi sumur di Desa Diloniyohu, Gorontalo. Penelitian ini menunjukkan bahwa konstruksi sumur sebagian besar sudah memenuhi syarat, namun jarak sumber pencemar masih kurang memenuhi syarat. Hasil uji kualitas fisik menunjukkan beberapa sampel air sumur masih berwarna dan berasa, sedang
1 of 10
Downloaded 11 times
More Related Content
158 128-1-pb
1. 1
UJI KUALITAS FISIK DAN BAKTERIOLOGIS AIR SUMUR GALI
BERDASARKAN KONSTRUKSI SUMUR DI DESA DILONIYOHU
KECAMATAN BOLIYOHUTO KABUPATEN GORONTALO.
Oleh : Novrianti Kaharu
Jurusan Kesehatan Masyarakat, Fakultas Ilmu – ilmu Kesehatan dan
Keolahragaan,
Universitas Negeri Gorontalo
ABSTRAK
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui kualitas fisik dan
bakteriologis air sumur gali berdasarkan konstruksi sumur yang digunakan oleh
masyarakat Desa Diloniyohu Kecamatan Boliyohuto Kabupaten Gorontalo.
Penelitian ini adalah penelitian observasional dengan desain deskriptif yaitu
menggambarkan kualitas fisik dan bakterilogis air sumur gali berdasarkan
konstruksi sumur di Desa Diloniyohu. Jumlah populasi dalam penelitian adalah
sebanyak 97 sumur. Metode pengambilan sampel menggunakan metode Cluster
Random sampling sehingga diperoleh sampel sebanyak 53 sumur untuk uji kualitas
fisik air dan untuk bakteriologis air menggunakan metode Purposive Sampling
sehingga diperoleh sampel sebanyak 10 sumur. Kualitas air sumur gali disesuaikan
dengan baku mutu air bersih sesuai dengan Permenkes RI No.
416/Menkes/per/IX/1990.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa keadaan konstruksi sumur gali di desa
Diloniyohu dari aspek dinding sumur, bibir dan lantai sebagian besar sudah
memenuhi syarat. Akan tetapi jika ditinjau dari aspek jarak sumber pencemar masih
sebanyak 76% tidak memenuhi syarat. Kualitas fisik air sumur gali, ditinjau dari
bau dan TDS 100% sudah memenuhi syarat baik pada konstruksi sumur yang
memenuhi syarat maupun yang tidak memenuhi syarat, kekeruhan 2% tidak
memenuhi syarat, warna 32% tidak memenuhi syarat, dan rasa 28% tidak memenuhi
syarat. Parameter warna dan rasa yang tidak memenuhi syarat banyak terdapat pada
konstruksi sumur (jarak sumber pencemar, SPAL, dan lantai) yang tidak memenuhi
syarat dan pada dinding sumur dan bibir yang memenuhi syarat. Untuk kualitas
baketriologis air sumur gali di Desa Diloniyohu 90% sudah memenuhi syarat sesuai
baku mutu dari Permenkes RI No. 416/Menkes/per/IX/1990.
Untuk itu perlu adanya perhatian dari masyarakat dan pemerintah dalam
membuat sarana air bersih yang memenuhi syarat terutama untuk sumur gali agar
diperoleh kualitas dan kuantitas air yang memenuhi syarat kesehatan sehingga
kebutuhan masyarakat akan air bersih dapat terpenuhi.
2. 2
Kata kunci : konstruksi sumur gali, kualitas fisik air, kualitas bakteriologis
air
3. 3
I. PENDAHULUAN
Air merupakan sumber daya yang mutlak harus ada bagi kehidupan. Hal ini
dibuktikan dengan keberadaan air dalam tubuh organisme. Tubuh manusia kurang
lebih 70% terdiri atas air, karena air merupakan pelarut yang universal. Sebaliknya,
di dalam badan air terdapat benda – benda hidup yang sangat menentukan
karakteristik air tersebut, baik secara kimia maupun secara fisis, dan biologi
(Soemirat, 2011: 96-
97).
Saat ini, masalah utama yang dihadapi oleh sumber daya air meliputi
kuantitas air yang sudah tidak mampu memenuhi kebutuhan yang terus meningkat
dan kualitas air untuk keperluan domestik yang semakin menurun. Kegiatan
industri, domestik, dan kegiatan lain berdampak negatif terhadap sumber daya air,
antara lain menyebabkan penurunan kualitas air. Kondisi ini dapat menimbulkan
gangguan, kerusakan, dan bahaya bagi semua makhluk hidup yang bergantung
pada sumber daya air (Marsono, 2009).
Standard kualitas air bersih dapat diartikan sebagai ketentuan-ketentuan
berdasarkan Permenkes RI No. 416/Menkes/per/IX/1990 yang biasanya dituangkan
dalam bentuk pernyataan atau angka yang menunjukkan persyaratan–persyaratan
yang harus dipenuhi agar air tersebut tidak menimbulkan gangguan kesehatan,
penyakit, gangguan teknis, serta gangguan dalam segi estetika. Peraturan ini dibuat
dengan maksud bahwa air yang memenuhi syarat kesehatan mempunyai
peranan penting dalam rangka pemeliharaan, perlindungan serta mempertinggi
derajat kesehatan masyarakat. Dengan peraturan ini telah diperoleh landasan hukum
dan landasan teknis dalam hal pengawasan kualitas air bersih.
Salah satu jenis sarana penyediaan air bersih pedesaan yang banyak
diusahakan oleh pemerintah sebagai sumber air bersih adalah sumur gali. Sarana
ini mengambil air tanah dangkal sehingga keberadaan dipandang efisien dan efektif
guna memenuhi kebutuhan hidup keluarga. Air tanah lebih banyak
penggunaannya karena lebih mudah mendapatkannya dan relatif lebih aman dari
pencemaran apabila dibandingkan dengan air permukaan.
Kualitas air sumur gali dapat tercemar yang disebabkan oleh bermacam
- macam faktor, diantaranya oleh limbah rumah tangga/industri, sampah, tinja
dan oleh karena pembuatan jamban yang kurang baik/tidak memenuhi kaidah teknis
dan terbuka. Sumur gali yang sudah digunakan dalam waktu relatif lama lebih besar
kemungkinan mengalami pencemaran, karena selain bertambahnya sumber
pencemar juga lebih mudahnya sumber pencemar merembes ke dalam sumur
mengikuti aliran air tanah yang berbentuk memusat ke arah sumur (Marsono, 2009).
Desa Diloniyohu termasuk dalam kecamatan Boliyohuto, merupakan
desa yang mempunyai tingkat pertumbuhan penduduk yang sangat tinggi.
Berdasarkan data dari Puskesmas Sidomulyo kecamatan Boliyohuto bahwa
pemanfaatan sumur gali sebagai sumber air minum di kecamatan Boliyohuto masih
mencapai 40,80%. Dari 13 Desa yang ada di kecamatan Boliyohuto, Desa
Diloniyohu termasuk salah satu desa yang tinggi penggunaan air sumur gali
5. 5
mencapai 38,38%. Hal ini disebabkan karena belum terjangkaunya wilayah tersebut
oleh PDAM (Puskesmas Sidomulyo, 2011).
Berdasarkan hasil survey pendahuluan ke desa tersebut, penulis melihat bahwa
secara fisik 46,39% air sumur gali di Desa Diloniyohu masih berwarna dan berasa
dan sumur gali di desa tersebut sebagian tidak dilakukan pengolahan
(disaring) terlebih dahulu.
Salah satu penyakit yang disebabkan karena kondisi sanitasi yang buruk dan
kondisi air sumur yang tidak memenuhi syarat kesehatan adalah diare. Berdasarkan
data kejadian penyakit berbasis lingkungan dari Puskesmas Sidomulyo kecamatan
Boliyohuto tahun 2011, kejadian diare mencapai 544 kasus (15,54%). Angka tersebut
menduduki peringkat kedua setelah Infeksi Saluran Pernafasan Atas, kemudian
untuk penyakit dermatitis mencapai 524 kasus (14,97%). Untuk Desa Diloniyohu
jumlah kejadian diare mencapai 21,17% dan dermatitis mencapai 22,94%
(Puskesmas Sidomulyo, 2011).
II. METODE PENELITIAN
Penelitian ini dilaksanakan di Desa Diloniyohu Kecamatan Boliyohuto
Kabupaten Gorontalo. Jenis penelitian ini adalah penelitian observasional dengan
desain deskriptif yaitu penelitian yang menggunakan data-data hasil
observasi/penelitian untuk mendeskripsikannya kedalam tabel distribusi frekuensi.
Variabel utama dalam penelitian ini adalah parameter fisik air dan
bakteriologi. Parameter fisik air terdiri dari parameter warna, rasa, bau, kekeruhan
dan jumlah zat padat terlarut (TDS). Populasi dalam penelitian ini berjumlah 97
sumur gali dan teknik pengambilan sampel menggunakan metode Cluster Random
sampling yaitu pengambilan sampel berdasarkan kelompok/dusun secara acak. Dari
teknik tersebut diperoleh total sampel sebanyak 53 sumur gali yang tersebar
dimasing – masing dusun yang ada di Desa Diloniyohu. Untuk uji kualitas
bakteriologi air diambil sampel dengan menggunakan metode Puposive Sampling
maka diperoloeh sampel sebanyak 10 sampel.
III. HASIL PENELITIAN
Berdasarkan hasil penelitian, dari 53 sampel sumur yang diobservasi, lebih dari
50% sudah memiliki konstruksi sumur gali yang memenuhi syarat akan tetapi masih
banyak sumber pencemar yang jaraknya dari sumur tidak memenuhi syarat
yaitu masih mencapai 76%. Hasil ini memberi indikasi bahwa jarak sumber
pencemar ke sumber air (sumur gali) di desa Diloniyohu sebagian besar t idak
memenuhi syarat kesehatan sesuai standar yang telah ditetapkan. Sumber pencemar
yang terdapat di daerah penelitian tersebut meliputi jamban/septic tank, tempat
sampah, kandang ternak dan lubang galian untuk air limbah.
6. 6
Tidak memenuhinya syarat kontruksi sumur khususnya jarak lokasi sumur
dengan sumber pencemar di Desa Diloniyohu dapat disebabkan oleh banyak faktor
diantaranya adalah aspek pengetahuan yang dimiliki si pemilik sumur terhadap
dampak konstruksi sumur gali yang tidak memenuhi syarat. Selain itu, aspek
pengetahuan yang lain mencakup ketidaktahuan pemilik sumur yaitu tentang
konstruksi sumur yang memenuhi syarat juga turut mempengaruhi. Hal ini dapat
dilihat dari tingkat pendidikan penduduk Desa Diloniyohu yang didominasi oleh
tingkat Sekolah Dasar (SD) yaitu sebesar 47,39 %. Aspek lain yang mempengaruhi
konstruksi sumur tidak memenuhi syarat adalah keadaan perekonomian masyarakat
yang menggunakan sumur sebagai sumber air dimana untuk membuat sumur dengan
konstruksi sumur yang memenuhi syarat membutuhkan dana yang lebih besar
seperti pengadaan semen terutama dalam pembuatan lantai SPAL.
Pemeriksaan fisik air berdasarkan warna air sumur yang digunakan oleh
masyarakat desa Diloniyohu secara keseluruhan terdapat 17 sampel sumur
yang berwarna. Pada dinding yang memenuhi syarat terdapat 16 sampel (31%)
yang berwarna, pada bibir yang memenuhi syarat terdapat 13 sampel (28%)
berwarna, sedangkan pada lantai yang memenuhi syarat hanya terdapat 7 sampel
(24%) yang berwarna, pada SPAL yang memenuhi syarat tidak terdapat yang
berwarna hanya terdapat pada SPAL yang tidak memenuhi syarat yaitu sebanyak 17
sampel. Sedangkan dari aspek jarak sumber pencemar terdapat 4 sampel
(40%) yang berwarna.
Di Desa Diloniyohu masih terdapat air yang berwarna, selain disebabkan oleh
konstruksi sumur yang tidak memenuhi syarat dapat juga disebabkan oleh jenis
tanah yang ada di Desa tersebut, karena jenis tanah merupakan salah satu faktor
yang mempengaruhi kualitas air sumur gali. Meskipun demikian sebagian
masyarakat Desa Diloniyohu yang memilki air sumur berwarna tetap menggunakan
air tesebut untuk dimasak. Namun, mereka telah memiliki cara untuk mengatasi
warna air tersebut yaitu dengan mengolahnya (disaring) terlebih dahulu sebelum
dimasak.
Berdasarkan hasil peneltian untuk parameter rasa berdasarkan konstruksi sumur
secara keseluruhan diperoleh 15 sampel sumur yang airnya berasa. Pada dinding
yang memenuhi syarat terdapat 15 sampel (29%) berasa, dari 47 bibir sumur yang
memenuhi syarat terdapat 14 sampel (30%) berasa, dari aspek lantai sumur air yang
berasa lebih banyak terdapat pada lantai yang tidak memenuhi syarat yaitu
sebanyak
9 sampel (37,5%), begitu pula pada SPAL dan jarak sumber pencemar. Pada aspek
SPAL yang tidak memenuhi syarat terdapat 14% (32%) berasa dan pada jarak
sumber pencemar yang tidak memenuhi syarat terdapat 8 sampel (25%) yang berasa.
Meskipun pada kosntruksi sumur sudah memenuhi syarat akan tetapi masih
terdapat air yang berasa. Hal ini bisa saja dipengaruhi oleh jenis tanah
dilokasi tersebut karena sebagian jenis tanah di Desa Diloniyohu merupakan jenis
tanah padat sehingga berpengaruh padarasa air tersebut.
Seperti kita ketahui bahwa mengkonsumsi air yang berasa
7. 7
tidak baik untuk kesehatan. Meskipun demikian masih terdapat masyarakat di Desa
Diloniyohu yang tetap mengkonsumsi air yang berasa.
8. 8
Berdasarkan hasil penelitian, air sumur yang digunakan oleh masyarakat Desa
Diloniyohu baik pada konstruksi sumur yang memenuhi syarat maupun yang tidak
memenuhi syarat 100% tidak berbau.
Air yang baik memiliki ciri tidak berbau bila dicium dari jauh maupun dari
dekat. Air yang berbau busuk mengandung bahan – bahan organik yang
sedang mengalami dekomposisi (penguraian) oleh mikroorganisme air (Hartanto,
2007 dalam Suleman).Menurut PeraturanMenteri Kesehatan Republik
Indonesia Nomor
416/Menkes/Per/IX/1990 air bersih yang layak dikonsumsi adalah air yang
tidak berbau.
Sedangkan ditinjau dari kekeruhan, air yang digunakan oleh masyarakat desa
Diloniyohu sebagian besar tidak keruh karena dari 53 sampel yang diuji
hanya
terdapat 1 sampel (2%) yang airnya
keruh.
Sesuai penelitian tersebut maka dapat dikatakan bahwa kualitas air sumur di
Desa Diloniyohu ditinjau dari tingkat kekeruhan sebagian besar masih memenuhi
syarat.
Padatan terlarut total (Total Dissolved Solid - TDS) adalah bahan – bahan
terlarut (diameter < 10
-6
) dan koloid (diameter < 10
-6
– 10
-3
mm) yang
berupa senyawa – senyawa kimia dan bahan – bahan lain. Bila TDS bertambah maka
kesadahan akan naik. Kesadahan yang tinggi dapat mengakibatkan terjadinya
endapan/kerak pada system perpipaan (Mulia, 2005 : 60). Menurut Peraturan Menteri
Kesehatan Republik Indonesia Nomor 416/Menkes/Per/IX/1990 air bersih yang
layak dikonsumsi adalah air yang tidak berbau dan tidak mengandung zat
padat yang melebihi batas normal yaitu 1500 mg/L.
Air sumur yang ada di desa Diloniyohu tidak terdapat satupun yang
mengandung zat padat yang melebihi batas normal, hal ini disebabkan oleh lokasi
penelitian yaitu Desa Diloniyohu tidak memiliki pabrik – pabrik industri yang
merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi kualitas air sumur gali
karena mengingat limbah – limbah industri tersebut akan menjadi sumber pencemar
terhadap sumber air.
Berdasarkan pemeriksaan mikroba yang telah dilakukan dari 10 sampel
sebanyak 9 sampel (90%) memenuhi syarat dan hanya terdapat 1 sampel yang tidak
memenuhi syarat.
Sampel sumur yang terdeteksi kualitas bakteriologinya melebihi ambang batas
merupakan sumur umum yaitu sumur yang digunakan oleh lebih dari 1 keluarga.
Maka kemugkinan adanya bakteri yang melebihi ambang batas tersebut disebabkan
oleh jumlah pemakai sumur yang terlalu banyak karena salah satu faktor yang
mempengaruhi kualitas air secara bakteriologis yaitu jumlah pemakai sumber air.
Semakin banyak yang menggunakan sumber air maka semakin banyak pula
kontaminasi bakteri terhadap sumber air tersebut.
9. 9
IV. SIMPULAN DAN SARAN
Konstruksi sumur gali di desa Diloniyohu lebih dari 50% sudah memenuhi
syarat tetapi dari aspek jarak sumber pencemar 76% tidak memenuhi syarat.
Air sumur gali di desa Diloniyohu dari kualitas fisiknya, dari 53 sampel yang diteliti
terdapat 17 sampel (32%) berwarna, 15 sampel (28%) berasa, dan hanya terdapat 1
sampel yang keruh. Ditinjau dari parameter bau dan TDS, kualitas fisik air di desa
Diloniyohu sudah memenuhi syarat karena tidak terdapat yang berbau dan yang
mengandung zat padat yang melebihi batas normal.
Sesuai hasil penelitian konstruksi sumur gali yang memenuhi syarat sebagian
besar kualitas fisik airnya pun juga memenuhi
syarat.
Kualitas bakteriologis sumur gali di desa Diloniyohu dari 10 sampel yang
diteliti menunjukkan hasil sebanyak 9 sampel (90%) kualitas bakteriologis air
sumur memenuhi syarat dan 1 sampel (10%) kualitas bakteriologis air sumur
tidak memenuhi syarat.
Oleh karena itu, sebaiknya masyarakat melakukan perbaikan konstruksi sumur
gali yang belum memenuhi syarat dalam hal ini lantai dan SPAL yang kedap air
dan menempatkan jarak sumber pencemar seperti tempat sampah, lubang galian
untuk air limbah dan septic tank minimal 10 meter dari sumur agar kualitas air
sumur dapat terjaga.
10. 9
IV. SIMPULAN DAN SARAN
Konstruksi sumur gali di desa Diloniyohu lebih dari 50% sudah memenuhi
syarat tetapi dari aspek jarak sumber pencemar 76% tidak memenuhi syarat.
Air sumur gali di desa Diloniyohu dari kualitas fisiknya, dari 53 sampel yang diteliti
terdapat 17 sampel (32%) berwarna, 15 sampel (28%) berasa, dan hanya terdapat 1
sampel yang keruh. Ditinjau dari parameter bau dan TDS, kualitas fisik air di desa
Diloniyohu sudah memenuhi syarat karena tidak terdapat yang berbau dan yang
mengandung zat padat yang melebihi batas normal.
Sesuai hasil penelitian konstruksi sumur gali yang memenuhi syarat sebagian
besar kualitas fisik airnya pun juga memenuhi
syarat.
Kualitas bakteriologis sumur gali di desa Diloniyohu dari 10 sampel yang
diteliti menunjukkan hasil sebanyak 9 sampel (90%) kualitas bakteriologis air
sumur memenuhi syarat dan 1 sampel (10%) kualitas bakteriologis air sumur
tidak memenuhi syarat.
Oleh karena itu, sebaiknya masyarakat melakukan perbaikan konstruksi sumur
gali yang belum memenuhi syarat dalam hal ini lantai dan SPAL yang kedap air
dan menempatkan jarak sumber pencemar seperti tempat sampah, lubang galian
untuk air limbah dan septic tank minimal 10 meter dari sumur agar kualitas air
sumur dapat terjaga.