Abses plantar pedis adalah pengumpulan nanah yang terlokalisir di kaki akibat infeksi. Abses dapat disebabkan oleh berbagai faktor seperti bakteri, virus, jamur, atau trauma. Gejalanya berupa benjolan merah yang mengandung nanah dan nyeri pada kaki. Pemeriksaan laboratorium seperti kultur bakteri dapat membantu diagnosis. Pengobatan abses meliputi drainase nanah, antibiotik, dan kompres hangat untuk mencegah ko
2. Definisi Abses
Insert the title of your subtitle Here
Abses adalah pengumpulan nanah yang
terlokalisir sebagai akibat dari infeksi yang
melibatkan organisme piogenin
Morison, 2004
01
Abses adalah eflurosensi sekunder berupa
kantong berisi nanah dalam jaringan
Siregar, 2005
02
Abses adalah kumpulan pus pada suatu
tempat, yang biasanya dikelilingi oleh suatu
reaksi inflamasi yang hebat
Pierce A, Grace, Neil, 2006
03
7. Faktor Predisposisi
Faktor yang Memengaruhi Timbulnya Penyakit
Iklim tropis/
musim panas
Hygiene buruk Diabetes mellitus
Keganasan/
immunocompromised
Malnutrisi
8. Patofisiologi Infeksi Bakteri
Inokulum Bakteri
Biasanya 100.000 organisme per ml eksudat atau per gram jaringan atau
per mm2 daerah permukaan
01
Lingkungan Rentan terhadap Bakteri
Air, elektrolit, karbohidrat, hasil pencernaan protein, darah
02
Hilangnya Resisten terhadap Penjamu Bakteri
Sawar fisik terganggu, respon biokimiawi/ humoral menurun, respon
selular menurun
03
Sekresi Bakteri
Enzim, eksotoksin, endotoksin
04
10. Patofisiologi
Bakteri gram
positif
Enzim
hyaloronidase
dan koagulase
Merusak
jembatan antar
sel
Transpor nutrisi
antar sel
terganggu
Jaringan rusak/
mati/ nekrosis
Media bakteri
yang baik
Jaringan
terinfeksi dan
terbentuk reaksi
peradangan
(rubor, kalor,
tumor, dolor,
fungsiolesa)
Jaringan menjadi
abses dan berisi
pus
Jika pecah,
terjadi resiko
penyebaran
infeksi
Jika dilakukan
pembedahan/
insisi, terjadi
resiko infeksi
Sumber: Hardjatmo T. dan Hendra U., 2001
11. Perjalanan Infeksi
Rubor, tumor, dolor, kalor
Respon inflamasi
Reaksi inflmasi menetap
dan infeksi menghilang
Resolusi
Langsung ke jaringan sekitar,
sepanjang daerah jaringan,
melalui sistem limfatik dan
atau aliran darah
Penyebaran Infeksi
Menetapnya organisme
pada jaringan menimbulkan
respon inflamasi kronis
Infeksi Kronis
Terkumpulnya pus pada
suatu tempat
Pembentukan Abses
12. Fase Penyembuhan Luka
Peradangan
Proliferasi
(pembentukan
jaringan)
Remodelling
Jaringan
Stadium Waktu Kejadian Sel
Peradangan/ inflamasi
(0-4 hari)
• 0-2 jam
• 0-4 hari
• Hemostasis
• Fagositosis
Trombosit, eritrosit, leukosit
, neutrophil, makrofag
Proliferasi
(2-22 hari)
• 1-4 hari
• 2-7 hari
• 2-22 hari
• 2-20 hari
• Epitelisasi
• Neuvaskularisasi
• Sintesis kolagen
• Kontraksi
Keratinosit
Endotel
Fibroblast
Miofibroblas
Pematangan (remodelling)
21 hari – 2 tahun
Remodelling kolagen Fibroblas
13. Gejala / Menifestasi klinis
Dimulai
dengan
benjolan kecil
Benjolan
meluas ke
samping dan
bawah
Menimbulkan
benjolan
merah berisi
nanah
Status lokalis (eflurosensi/
sifat): tumor, nummular –
plakat, warna merah
kehitaman, fluktuasi +, teraba
hangat, nyeri terkan +
Keluhan tambahan: demam,
malaise, gatal
14. Pemeriksaan Penunjang
Insert the title of your subtitle Here
Dillakukan untuk mengetahui
apakah terdapat infeksis sistemik
Pemeriksaan Darah Lengkap
Dalam pemeriksaan didapatkan hasil
bakteri kokus gram positif dengan
leukosit polimorfonuklear (PMN)
Gram Strain (pewarnaan gram)
Mengambil cairan nanah untuk
mengisolasi kuman dan uji
resistensi
Kultur Bakteri
USG, Rontgen, CT scan dapat
dilakukan untuk menentukan lokasi,
ukuran, dan komplikasi abses
Pemeriksaan Pencitraan
Kantong berisi sel radang, terutama
polimorfonuklear dan jaringan
nekrosis
Pemeriksaan Histopatologi
16. Tatalaksana
Indikasi pada infeksi jaringan lunak
yang disertai dengan selulitis,
limfadenopati akut, limfangitis,
atau demam
Antibiotika
Terapi tepat untuk abses. Pada
abses terlokalisir yang didrainase
adekuat tidak memerlukan
antibiotik
Insisi dan Drainase
Pemberian kompres hangat dan
meletakkan bagian abses pada
tempat lebih tinggi
Kompres Hangat
18. Pencegahan Tetanus
Imunisasi Aktif
• Tetanus toksoid diberikan
dengan dosis sebanyak 0,5
cc IM, 1x/ bulan, selama 3
bulan berturut – turut.
• DPT (Dephteri Pertusis
Tetanus) terutama diberikan
pada anak (usia 2 – 6 bulan
dengan dosis sebesar 0,5
cc IM, 1x/ bulan selama 3
bulan berturut – turut).
Booster diberikan pada usia
12 bulan, 1x0,5 cc IM, dan
antara umur 5 – 6 tahun
1x0,5 cc IM
Tetanus Toksoid
• Imunisasi dasar dengan
dosis 0,5 cc IM, yang
diberikan 1x/bulan selama 3
bulan. Booster diberikan 10
tahun kemudian, dan
selanjutnya setiap 10 tahun
setelah booster
sebelumnya.
Imunisasi Pasif
• ATS (Anti Tetanus Serum),
dapat merupakan
antitoksin bovine maupun
antitoksin equine. Dosis
orang dewasa adalah 1500
IU per IM, dan untuk anak
adalah 750 IU per IM.
• Human Tetanus
Immunoglobuline (asal
manusia). Dosis yang
diberikan untuk orang
dewasa adalah 250 IU per
IM (setara dengan 1500 IU
ATS), sedang untuk anak –
anak adalah 125 IU per IM.
19. Pencegahan Infeksi pada Luka
Pencucian dan Debridemen
• Merupakan tindakan
terpenting
• Irigasi diperlukan dalam
pengangkatan benda asing
Menutup Luka
Disarankan untuk menutup
luka secara longgar, agar
memudahkan drainase
Antibiotik Profilaksis
• Bermanfaat pada luka
kontaminasi (terutama
tangan), dan luka gigitan
• Antibiotik yang disarankan:
golongan yang resisten
terhadap β-lactamase, yang
efektif terhadap
staphylococcus aureus
koagulase positif
23. Pemberian Kortikosteroid
• Menutunkan ekspresi
sitokin, faktor
pertumbuhan, faktor
nekrosis tumor, dan
interleukin 1a
• Menurunkan regulasi
ekspresi sel endotel dari
ICAM 1
• Menurunkan infiltrasi
makrofag ke dalam luka
Fase
Inflamasi
• Menurukan kadar TGF
B dan ekspresi dari
keratinocyte growth
factor (KGF)
• Melemahkan
proliferasi fibroblast
• Merusak epitelisasi
luka
Fase
Proliferatif
• Menghambat proses
turnover kolagen
• Mengurangi
akumulasi kolagen
• Meghambat interaksi
dermal-epidermal
Fase
Remodeling
25. Daftar
Pustaka
Eliastam M, George L, Michael J. 1998. Penuntuk Kedaruratan Medis. Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Kobayashi, S., Natalia, Frank. 2015. Pathogenesis of Staphylocoocus aureus
Abecesses. The American J. of Pathology. 185 (6): 1518-1527
Lavender, M., dkk. 2011. Use of antibiotics as prophylaxis in clean dermatologic
procedures. J Am Acad Dermatol. 12(66):445-451
Morison, Moya J. 2004. Seri Pedoman Praktis: Manajemen Luka. Jakarta: Penerbit
Buku Kedokteran EGC
Pierce A, Neil R. 2006. At a Glance: Ilmu Bedah. Edisi Ketiga. Jakarta: Penerbit
Erlangga
Siregar, R. S. 2005. Atlas Berwarna Saripati Penyakit Kulit. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC.
Smith, Russo, Fiegel, Brogden. 2019. Antibiotic Delivery Strategies to Treat Skin
Infections Ehen Innate Antimicrobial Defense Fails. Antibiotics. 9(56):1-25.
Wang. A., Ehrin J., April W. 2013. Corticosteroids and Wound healing: clinical
considerations in the perioperative period. The American J. of Surgery. 13 (206):
410-417.