ºÝºÝߣ

ºÝºÝߣShare a Scribd company logo
Abses Plantar Pedis
Pembimbing: dr. Sun Siregar, Sp. B
RSUD ENDE
April 2020
Definisi Abses
Insert the title of your subtitle Here
Abses adalah pengumpulan nanah yang
terlokalisir sebagai akibat dari infeksi yang
melibatkan organisme piogenin
Morison, 2004
01
Abses adalah eflurosensi sekunder berupa
kantong berisi nanah dalam jaringan
Siregar, 2005
02
Abses adalah kumpulan pus pada suatu
tempat, yang biasanya dikelilingi oleh suatu
reaksi inflamasi yang hebat
Pierce A, Grace, Neil, 2006
03
Anatomi Pedis
Anatomi Pedis
Struktur Kulit
Epidermis
• Stratum basal
• Stratum
spinosum
• Stratum
granulosum
• Stratum
lusidum
• Stratum
korneum
Dermis
• Stratum
papilaris
• Stratum
retikularis
Subkutan
(Hipodermis)
• Jaringan ikat
longggar
dengan serat
kolagen
• Mengandung
lapisan lemak
(pannikulus
adiposus)
Infeksi
Mikrobial
Reaksi
Hipersensitivitas
Agen Fisik
Bahan Kimia
Iritan dan Korosif
EtiologiEpidemiologi
Usia
• Anak dan Orang tua
Jenis kelamin
• Pria = Wanita
Faktor Predisposisi
Faktor yang Memengaruhi Timbulnya Penyakit
Iklim tropis/
musim panas
Hygiene buruk Diabetes mellitus
Keganasan/
immunocompromised
Malnutrisi
Patofisiologi Infeksi Bakteri
Inokulum Bakteri
Biasanya 100.000 organisme per ml eksudat atau per gram jaringan atau
per mm2 daerah permukaan
01
Lingkungan Rentan terhadap Bakteri
Air, elektrolit, karbohidrat, hasil pencernaan protein, darah
02
Hilangnya Resisten terhadap Penjamu Bakteri
Sawar fisik terganggu, respon biokimiawi/ humoral menurun, respon
selular menurun
03
Sekresi Bakteri
Enzim, eksotoksin, endotoksin
04
Patofisiologi Abses
Patofisiologi
Bakteri gram
positif
Enzim
hyaloronidase
dan koagulase
Merusak
jembatan antar
sel
Transpor nutrisi
antar sel
terganggu
Jaringan rusak/
mati/ nekrosis
Media bakteri
yang baik
Jaringan
terinfeksi dan
terbentuk reaksi
peradangan
(rubor, kalor,
tumor, dolor,
fungsiolesa)
Jaringan menjadi
abses dan berisi
pus
Jika pecah,
terjadi resiko
penyebaran
infeksi
Jika dilakukan
pembedahan/
insisi, terjadi
resiko infeksi
Sumber: Hardjatmo T. dan Hendra U., 2001
Perjalanan Infeksi
Rubor, tumor, dolor, kalor
Respon inflamasi
Reaksi inflmasi menetap
dan infeksi menghilang
Resolusi
Langsung ke jaringan sekitar,
sepanjang daerah jaringan,
melalui sistem limfatik dan
atau aliran darah
Penyebaran Infeksi
Menetapnya organisme
pada jaringan menimbulkan
respon inflamasi kronis
Infeksi Kronis
Terkumpulnya pus pada
suatu tempat
Pembentukan Abses
Fase Penyembuhan Luka
Peradangan
Proliferasi
(pembentukan
jaringan)
Remodelling
Jaringan
Stadium Waktu Kejadian Sel
Peradangan/ inflamasi
(0-4 hari)
• 0-2 jam
• 0-4 hari
• Hemostasis
• Fagositosis
Trombosit, eritrosit, leukosit
, neutrophil, makrofag
Proliferasi
(2-22 hari)
• 1-4 hari
• 2-7 hari
• 2-22 hari
• 2-20 hari
• Epitelisasi
• Neuvaskularisasi
• Sintesis kolagen
• Kontraksi
Keratinosit
Endotel
Fibroblast
Miofibroblas
Pematangan (remodelling)
21 hari – 2 tahun
Remodelling kolagen Fibroblas
Gejala / Menifestasi klinis
Dimulai
dengan
benjolan kecil
Benjolan
meluas ke
samping dan
bawah
Menimbulkan
benjolan
merah berisi
nanah
Status lokalis (eflurosensi/
sifat): tumor, nummular –
plakat, warna merah
kehitaman, fluktuasi +, teraba
hangat, nyeri terkan +
Keluhan tambahan: demam,
malaise, gatal
Pemeriksaan Penunjang
Insert the title of your subtitle Here
Dillakukan untuk mengetahui
apakah terdapat infeksis sistemik
Pemeriksaan Darah Lengkap
Dalam pemeriksaan didapatkan hasil
bakteri kokus gram positif dengan
leukosit polimorfonuklear (PMN)
Gram Strain (pewarnaan gram)
Mengambil cairan nanah untuk
mengisolasi kuman dan uji
resistensi
Kultur Bakteri
USG, Rontgen, CT scan dapat
dilakukan untuk menentukan lokasi,
ukuran, dan komplikasi abses
Pemeriksaan Pencitraan
Kantong berisi sel radang, terutama
polimorfonuklear dan jaringan
nekrosis
Pemeriksaan Histopatologi
Pemeriksaan Penunjang
Tatalaksana
Indikasi pada infeksi jaringan lunak
yang disertai dengan selulitis,
limfadenopati akut, limfangitis,
atau demam
Antibiotika
Terapi tepat untuk abses. Pada
abses terlokalisir yang didrainase
adekuat tidak memerlukan
antibiotik
Insisi dan Drainase
Pemberian kompres hangat dan
meletakkan bagian abses pada
tempat lebih tinggi
Kompres Hangat
Tatalaksana Abses pada trauma
Pencegahan
tetanus
Pencegahan
Infeksi pada
luka
Pencegahan Tetanus
Imunisasi Aktif
• Tetanus toksoid diberikan
dengan dosis sebanyak 0,5
cc IM, 1x/ bulan, selama 3
bulan berturut – turut.
• DPT (Dephteri Pertusis
Tetanus) terutama diberikan
pada anak (usia 2 – 6 bulan
dengan dosis sebesar 0,5
cc IM, 1x/ bulan selama 3
bulan berturut – turut).
Booster diberikan pada usia
12 bulan, 1x0,5 cc IM, dan
antara umur 5 – 6 tahun
1x0,5 cc IM
Tetanus Toksoid
• Imunisasi dasar dengan
dosis 0,5 cc IM, yang
diberikan 1x/bulan selama 3
bulan. Booster diberikan 10
tahun kemudian, dan
selanjutnya setiap 10 tahun
setelah booster
sebelumnya.
Imunisasi Pasif
• ATS (Anti Tetanus Serum),
dapat merupakan
antitoksin bovine maupun
antitoksin equine. Dosis
orang dewasa adalah 1500
IU per IM, dan untuk anak
adalah 750 IU per IM.
• Human Tetanus
Immunoglobuline (asal
manusia). Dosis yang
diberikan untuk orang
dewasa adalah 250 IU per
IM (setara dengan 1500 IU
ATS), sedang untuk anak –
anak adalah 125 IU per IM.
Pencegahan Infeksi pada Luka
Pencucian dan Debridemen
• Merupakan tindakan
terpenting
• Irigasi diperlukan dalam
pengangkatan benda asing
Menutup Luka
Disarankan untuk menutup
luka secara longgar, agar
memudahkan drainase
Antibiotik Profilaksis
• Bermanfaat pada luka
kontaminasi (terutama
tangan), dan luka gigitan
• Antibiotik yang disarankan:
golongan yang resisten
terhadap β-lactamase, yang
efektif terhadap
staphylococcus aureus
koagulase positif
Pemberian Antibiotik
1587128014131 presentasi abses pedis
Antibiotik Topikal
Peningkatan
resistensi antibiotik
Penggunaan sebagai
profilaksis tidak dapat
menurunkan resiko
infeksi secara
signifikan
Menghambat proses
penyembuhan luka
Peningkatan resiko
dermatitis kontak
alergi (DKA)
Pemberian Kortikosteroid
• Menutunkan ekspresi
sitokin, faktor
pertumbuhan, faktor
nekrosis tumor, dan
interleukin 1a
• Menurunkan regulasi
ekspresi sel endotel dari
ICAM 1
• Menurunkan infiltrasi
makrofag ke dalam luka
Fase
Inflamasi
• Menurukan kadar TGF
B dan ekspresi dari
keratinocyte growth
factor (KGF)
• Melemahkan
proliferasi fibroblast
• Merusak epitelisasi
luka
Fase
Proliferatif
• Menghambat proses
turnover kolagen
• Mengurangi
akumulasi kolagen
• Meghambat interaksi
dermal-epidermal
Fase
Remodeling
Prognosis
Quo ad vitam
Bonam
Quo ad sanactionam
Bonam
Quo ad functionam
Bonam
Daftar
Pustaka
Eliastam M, George L, Michael J. 1998. Penuntuk Kedaruratan Medis. Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Kobayashi, S., Natalia, Frank. 2015. Pathogenesis of Staphylocoocus aureus
Abecesses. The American J. of Pathology. 185 (6): 1518-1527
Lavender, M., dkk. 2011. Use of antibiotics as prophylaxis in clean dermatologic
procedures. J Am Acad Dermatol. 12(66):445-451
Morison, Moya J. 2004. Seri Pedoman Praktis: Manajemen Luka. Jakarta: Penerbit
Buku Kedokteran EGC
Pierce A, Neil R. 2006. At a Glance: Ilmu Bedah. Edisi Ketiga. Jakarta: Penerbit
Erlangga
Siregar, R. S. 2005. Atlas Berwarna Saripati Penyakit Kulit. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC.
Smith, Russo, Fiegel, Brogden. 2019. Antibiotic Delivery Strategies to Treat Skin
Infections Ehen Innate Antimicrobial Defense Fails. Antibiotics. 9(56):1-25.
Wang. A., Ehrin J., April W. 2013. Corticosteroids and Wound healing: clinical
considerations in the perioperative period. The American J. of Surgery. 13 (206):
410-417.
Thank you!

More Related Content

1587128014131 presentasi abses pedis

  • 1. Abses Plantar Pedis Pembimbing: dr. Sun Siregar, Sp. B RSUD ENDE April 2020
  • 2. Definisi Abses Insert the title of your subtitle Here Abses adalah pengumpulan nanah yang terlokalisir sebagai akibat dari infeksi yang melibatkan organisme piogenin Morison, 2004 01 Abses adalah eflurosensi sekunder berupa kantong berisi nanah dalam jaringan Siregar, 2005 02 Abses adalah kumpulan pus pada suatu tempat, yang biasanya dikelilingi oleh suatu reaksi inflamasi yang hebat Pierce A, Grace, Neil, 2006 03
  • 5. Struktur Kulit Epidermis • Stratum basal • Stratum spinosum • Stratum granulosum • Stratum lusidum • Stratum korneum Dermis • Stratum papilaris • Stratum retikularis Subkutan (Hipodermis) • Jaringan ikat longggar dengan serat kolagen • Mengandung lapisan lemak (pannikulus adiposus)
  • 6. Infeksi Mikrobial Reaksi Hipersensitivitas Agen Fisik Bahan Kimia Iritan dan Korosif EtiologiEpidemiologi Usia • Anak dan Orang tua Jenis kelamin • Pria = Wanita
  • 7. Faktor Predisposisi Faktor yang Memengaruhi Timbulnya Penyakit Iklim tropis/ musim panas Hygiene buruk Diabetes mellitus Keganasan/ immunocompromised Malnutrisi
  • 8. Patofisiologi Infeksi Bakteri Inokulum Bakteri Biasanya 100.000 organisme per ml eksudat atau per gram jaringan atau per mm2 daerah permukaan 01 Lingkungan Rentan terhadap Bakteri Air, elektrolit, karbohidrat, hasil pencernaan protein, darah 02 Hilangnya Resisten terhadap Penjamu Bakteri Sawar fisik terganggu, respon biokimiawi/ humoral menurun, respon selular menurun 03 Sekresi Bakteri Enzim, eksotoksin, endotoksin 04
  • 10. Patofisiologi Bakteri gram positif Enzim hyaloronidase dan koagulase Merusak jembatan antar sel Transpor nutrisi antar sel terganggu Jaringan rusak/ mati/ nekrosis Media bakteri yang baik Jaringan terinfeksi dan terbentuk reaksi peradangan (rubor, kalor, tumor, dolor, fungsiolesa) Jaringan menjadi abses dan berisi pus Jika pecah, terjadi resiko penyebaran infeksi Jika dilakukan pembedahan/ insisi, terjadi resiko infeksi Sumber: Hardjatmo T. dan Hendra U., 2001
  • 11. Perjalanan Infeksi Rubor, tumor, dolor, kalor Respon inflamasi Reaksi inflmasi menetap dan infeksi menghilang Resolusi Langsung ke jaringan sekitar, sepanjang daerah jaringan, melalui sistem limfatik dan atau aliran darah Penyebaran Infeksi Menetapnya organisme pada jaringan menimbulkan respon inflamasi kronis Infeksi Kronis Terkumpulnya pus pada suatu tempat Pembentukan Abses
  • 12. Fase Penyembuhan Luka Peradangan Proliferasi (pembentukan jaringan) Remodelling Jaringan Stadium Waktu Kejadian Sel Peradangan/ inflamasi (0-4 hari) • 0-2 jam • 0-4 hari • Hemostasis • Fagositosis Trombosit, eritrosit, leukosit , neutrophil, makrofag Proliferasi (2-22 hari) • 1-4 hari • 2-7 hari • 2-22 hari • 2-20 hari • Epitelisasi • Neuvaskularisasi • Sintesis kolagen • Kontraksi Keratinosit Endotel Fibroblast Miofibroblas Pematangan (remodelling) 21 hari – 2 tahun Remodelling kolagen Fibroblas
  • 13. Gejala / Menifestasi klinis Dimulai dengan benjolan kecil Benjolan meluas ke samping dan bawah Menimbulkan benjolan merah berisi nanah Status lokalis (eflurosensi/ sifat): tumor, nummular – plakat, warna merah kehitaman, fluktuasi +, teraba hangat, nyeri terkan + Keluhan tambahan: demam, malaise, gatal
  • 14. Pemeriksaan Penunjang Insert the title of your subtitle Here Dillakukan untuk mengetahui apakah terdapat infeksis sistemik Pemeriksaan Darah Lengkap Dalam pemeriksaan didapatkan hasil bakteri kokus gram positif dengan leukosit polimorfonuklear (PMN) Gram Strain (pewarnaan gram) Mengambil cairan nanah untuk mengisolasi kuman dan uji resistensi Kultur Bakteri USG, Rontgen, CT scan dapat dilakukan untuk menentukan lokasi, ukuran, dan komplikasi abses Pemeriksaan Pencitraan Kantong berisi sel radang, terutama polimorfonuklear dan jaringan nekrosis Pemeriksaan Histopatologi
  • 16. Tatalaksana Indikasi pada infeksi jaringan lunak yang disertai dengan selulitis, limfadenopati akut, limfangitis, atau demam Antibiotika Terapi tepat untuk abses. Pada abses terlokalisir yang didrainase adekuat tidak memerlukan antibiotik Insisi dan Drainase Pemberian kompres hangat dan meletakkan bagian abses pada tempat lebih tinggi Kompres Hangat
  • 17. Tatalaksana Abses pada trauma Pencegahan tetanus Pencegahan Infeksi pada luka
  • 18. Pencegahan Tetanus Imunisasi Aktif • Tetanus toksoid diberikan dengan dosis sebanyak 0,5 cc IM, 1x/ bulan, selama 3 bulan berturut – turut. • DPT (Dephteri Pertusis Tetanus) terutama diberikan pada anak (usia 2 – 6 bulan dengan dosis sebesar 0,5 cc IM, 1x/ bulan selama 3 bulan berturut – turut). Booster diberikan pada usia 12 bulan, 1x0,5 cc IM, dan antara umur 5 – 6 tahun 1x0,5 cc IM Tetanus Toksoid • Imunisasi dasar dengan dosis 0,5 cc IM, yang diberikan 1x/bulan selama 3 bulan. Booster diberikan 10 tahun kemudian, dan selanjutnya setiap 10 tahun setelah booster sebelumnya. Imunisasi Pasif • ATS (Anti Tetanus Serum), dapat merupakan antitoksin bovine maupun antitoksin equine. Dosis orang dewasa adalah 1500 IU per IM, dan untuk anak adalah 750 IU per IM. • Human Tetanus Immunoglobuline (asal manusia). Dosis yang diberikan untuk orang dewasa adalah 250 IU per IM (setara dengan 1500 IU ATS), sedang untuk anak – anak adalah 125 IU per IM.
  • 19. Pencegahan Infeksi pada Luka Pencucian dan Debridemen • Merupakan tindakan terpenting • Irigasi diperlukan dalam pengangkatan benda asing Menutup Luka Disarankan untuk menutup luka secara longgar, agar memudahkan drainase Antibiotik Profilaksis • Bermanfaat pada luka kontaminasi (terutama tangan), dan luka gigitan • Antibiotik yang disarankan: golongan yang resisten terhadap β-lactamase, yang efektif terhadap staphylococcus aureus koagulase positif
  • 22. Antibiotik Topikal Peningkatan resistensi antibiotik Penggunaan sebagai profilaksis tidak dapat menurunkan resiko infeksi secara signifikan Menghambat proses penyembuhan luka Peningkatan resiko dermatitis kontak alergi (DKA)
  • 23. Pemberian Kortikosteroid • Menutunkan ekspresi sitokin, faktor pertumbuhan, faktor nekrosis tumor, dan interleukin 1a • Menurunkan regulasi ekspresi sel endotel dari ICAM 1 • Menurunkan infiltrasi makrofag ke dalam luka Fase Inflamasi • Menurukan kadar TGF B dan ekspresi dari keratinocyte growth factor (KGF) • Melemahkan proliferasi fibroblast • Merusak epitelisasi luka Fase Proliferatif • Menghambat proses turnover kolagen • Mengurangi akumulasi kolagen • Meghambat interaksi dermal-epidermal Fase Remodeling
  • 24. Prognosis Quo ad vitam Bonam Quo ad sanactionam Bonam Quo ad functionam Bonam
  • 25. Daftar Pustaka Eliastam M, George L, Michael J. 1998. Penuntuk Kedaruratan Medis. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. Kobayashi, S., Natalia, Frank. 2015. Pathogenesis of Staphylocoocus aureus Abecesses. The American J. of Pathology. 185 (6): 1518-1527 Lavender, M., dkk. 2011. Use of antibiotics as prophylaxis in clean dermatologic procedures. J Am Acad Dermatol. 12(66):445-451 Morison, Moya J. 2004. Seri Pedoman Praktis: Manajemen Luka. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC Pierce A, Neil R. 2006. At a Glance: Ilmu Bedah. Edisi Ketiga. Jakarta: Penerbit Erlangga Siregar, R. S. 2005. Atlas Berwarna Saripati Penyakit Kulit. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. Smith, Russo, Fiegel, Brogden. 2019. Antibiotic Delivery Strategies to Treat Skin Infections Ehen Innate Antimicrobial Defense Fails. Antibiotics. 9(56):1-25. Wang. A., Ehrin J., April W. 2013. Corticosteroids and Wound healing: clinical considerations in the perioperative period. The American J. of Surgery. 13 (206): 410-417.