際際滷

際際滷Share a Scribd company logo
29 rani pujiningtyas-1 c (kusta)
29 rani pujiningtyas-1 c (kusta)
29 rani pujiningtyas-1 c (kusta)
Kusta adalah penyakit yang menahun dan disebabkan oleh kuman kusta
(mikobakterium leprae) yang menyerang syaraf tepi, kulit dan jaringan tubuh
lainnya. (Depkes RI, 1998)
Kusta merupakan penyakit kronik yang disebabkan oleh infeksi
mikobakterium leprae. (Mansjoer Arif, 2000)
Kusta adalah penyakit infeksi kronis yang di sebabkan oleh mycobacterium
lepra yang interseluler obligat, yang pertama menyerang saraf
tepi, selanjutnya dapat menyerang kulit, mukosa mulut, saluran nafas bagian
atas, sistem endotelial, mata, otot, tulang, dan testis ( djuanda, 4.1997 )
Kusta adalah penykit menular pada umunya mempengaruhi ulit dan saraf
perifer, tetapi mempunyai cakupan maifestasi klinis yang luas ( COC, 2003)
Etiologi

Kuman penyebab adalah Mycobacterium leprae
yang ditemukan oleh G.A. HANSEN pada tahun
1874 di Norwegia, yang sampai bekarang belum
juga dapat dibiakkan dalam media artifisial.
Mikobakterium leprae merupakan basil tahan asam
(BTA) bersifat obligat intraseluler, menyerang saraf
perifer, kulit dan organ lain seperti mukosa saluran
nafas bagian atas, hati, sumsum tulang kecuali
susunan saraf pusat. Masa membelah diri
mikobakterium leprae 12-21 hari dan masa
tunasnya antara 40 hari-40 tahun. Kuman kusta
berbentuk batang dengan ukuran panjang 1-8
micro, lebar 0,2-0,5 micro biasanya berkelompok
dan ada yang disebar satu-satu, hidup dalam sel
dan BTA.
K LAS I F I KAS I
Kusta bentuk
kering
(tipe tuberkuloid)

Merupakan bentuk yang tidak
menular.Kelainan kulit berupa
bercak keputihan sebesar uang
logam atau lebih, jumlahnya
biasanya hanya beberapa, sering
di pipi, punggung, pantat, paha
atau lengan. Bercak tampak
kering, perasaan kulit hilang sama
sekali, kadang-kadang tepinya
meninggi.Pada tipe ini lebih
sering didapatkan kelainan urat
saraf tepi pada, sering gejala kulit
tak begitu menonjol tetapi
gangguan saraf lebih jelas.

Merupakan bentuk menular
karena banyak kuman dapat
ditemukan baik di selaput lendir
hidung, kulit maupun organ tubuh
lain.Jumlahnya lebih sedikit
dibandingkan kusta bentuk kering
dan terjadi pada orang yang daya
tahan tubuhnya rendah dalam
menghadapi kuman
kusta.Kelainan kulit bisa berupa
bercak kamarahan, bisa kecil-kecil
dan tersebar diseluruh badan
ataupun sebagai penebalan kulit
yang luas (infiltrat) yang tampak
mengkilap dan berminyak.

Kusta bentuk basah
(tipe lepromatosa)
PATOFISIOLOGI
Mikrobakterium leprae masuk kedalam tubuh.
Setelah mikobakterium leprae masuk kedalam
tubuh, perkembangan penyakit kusta bergantung pada
kerentanan seseorang. Respon setelah masa tunas dilampaui
tergantung pada derajat sistem imunitas seluler (celuler
midialet immune) pasien. Kalau sistem imunitas seluler
tinggi, penyakit berkembang kearah tuberkoloid dan bila
rendah berkembang kearah lepromatosa.
Mikobakterium leprae berpredileksi didaerah-daerah
yang relatif dingin, yaitu daerah akral dengan vaskularisasi
yang sedikit. Derajat penyakit tidak selalu sebanding dengan
derajat infeksi karena imun pada tiap pasien berbeda. Gejala
klinis lebih sebanding dengan tingkat reaksi seluler dari pada
intensitas infeksi oleh karena itu penyakit kusta disebut
penyakit imonologik.
Manifestasi Klinis
Pada kulit

Bercak/kelaina
n kulit yang
merah atau
putih dibagian
tubuh

bagian tubuh
yang tidak
berkeringat
atau tidak
berambut

Bercak yang
tidak gatal
dan Kulit
mengkilap

Lepuh
tidaknyeri.

Pada saraf

Rasa
kesemutan

Nyeri pada
anggota
badan atau
muka

Gangguan
gerakan
anggota
badan atau
bagian muka

cacat
(deformitas)
danluka
(ulkus)
Pemeriks
Indeks
aan
Bakteri
Bakteriol
(IB)
ogi
Indeks
Morfolo
gi (IM)
akibat invasi
masif M.
Leprae

akibat reaksi

akibat imunitas
yang menurun

akibat resisten
terhadap obat
kusta

akibat
kerusakan
saraf
Rehabilitasi
kusta

Perawatan
luka Kusta

Perawatan tangan
yang mati rasa
(anestesi)

Pengobatan
pada penderita
kusta

Perawatan tangan
yang bengkok (
kontraktur )

Perawatan mata
yang tidak
tertutup rapat
(lagoptalmus)
Latihan fisioterapi pada otot yang mengalami
kelumpuhan untuk mencegah terjadinya kontraktur.
Bedah rekonstruksi untuk koreksi otot yang mengalami
kelumpuhan agar tidak mendapat tekanan yang
berlebihan.
Bedah plastik untuk mengurangi perluasan infeksi.
 Terapi okupsi (kegiatan hidup sehari-hari) dilakukan
bila gerakan normal terbatas pada tangan.
Konseling dilakukan untuk mengurangi depresi pada
penderita cacat.
Prinsip dari perawatan luka adalah
imobilisasi dengan
mengistirahatkan kaki yang luka (
misalnya : tongkat, bidai
), merawat luka setiap hari dengan
membersihkannya, membuang
jaringan mati, dan menipiskan
penebalan kulit yang selanjutnya di
kompres.

Perawatan luka
Kusta
Gunakan cermin setiap hari
untuk melihat apakah ada
mata merah, bila ada segera
laporan ke petugas
puskesmas.
Tariklah kulit di sudut mata
ke arah luar dengan jari
tangan sebanyak 10 kali
setiap latihan, lakukan 3 kali
sehari.
Lindungi mata dari sinar
matahari, debu dan angin.

Perawatan mata yang
tidak tertutup rapat
(lagoptalmus)
Perawatan tangan yang mati
rasa (anestesi)

Lindungilah tangan yang mati
rasa dari panas, benda kasar
dan tajam untuk mencegah
luka.

Rendamlah tangan setiap hari
dengan air bersih dalam
baskom selama 30 menit untuk
menjadikan kulit lembab.

Olesi dengan minyak kelapa
bersih dalam keadaan lembab.

Setelah di rendam gosok kulit
menebal dengan batu apung
untuk menjadikan kulit
melembut.
Perawatan tangan yang bengkok
( kontraktur )
Latih jari tangan yang bengkok 3 kali
sehari, supaya jari-jari tangan tidak menjadi
kaku.
Rendamlah tangan 3 kali sehari dengan air
bersih selama 30 menit dan olesi tangan yang
bengkok dengan minyak kelapa bersih dalam
keadaan basah.
Luruskan jari-jari tangan yang bengkok dengan
tangan yang lain sebanyak 20 kali setiap
latihan, lakukan 3 kali sehari.
Pengobatan pada penderita
kusta untuk memutuskan
mata rantai
penularan, menyembuhkan
penyakit
penderita, mencegah
terjadinya cacat atau
mencegah bertambahnya
cacat yang sudah ada
sebelum pengobatan.
Pemberian Multi drug
therapy pada penderita kusta
terutama pada tipe
Multibaciler karena tipe
tersebut merupakan sumber
kuman menularkan kepada
orang lain
DIAGNOSA KEPERAWATAN
 1. integritas kulit yang
berhubungan dengan
lesi dan proses
inflamasi.

 2. Gangguan rasa
nyaman, nyeri yang
berhubungan
dengan proses
inflamasi jaringan

 4.Gangguan konsep diri (citra
diri) yang berhubungan
dengan ketidakmampuan dan
kehilangan fungsi tubuh.

 3.Intoleransi aktivitas
yang berhubungan
dengan kelemahan
fisik.
29 rani pujiningtyas-1 c (kusta)
Diagnosa 1
Tujuan : setelah dilakukan
tindakan keperawatan
proses inflamasi berhenti
dan berangsur-angsur
sembuh.
Kriteria hasil :
1) Menunjukkan regenerasi
jaringan
2) Mencapai penyembuhan
tepat waktu pada lesi

1. Kaji/ catat warna lesi,perhatikan jika ada
jaringan nekrotik dan kondisi sekitar luka
Rasional: Memberikan inflamasi dasar tentang
terjadi proses inflamasi dan atau mengenai
sirkulasi daerah yang terdapat lesi.
2. Berikan perawatan khusus pada daerah yang
terjadi inflamasi
Rasional: Menurunkan terjadinya penyebaran
inflamasi pada jaringan sekitar.
3. Evaluasi warna lesi dan jaringan yang terjadi
inflamasi perhatikan adakah penyebaran pada
jaringan sekitar
Rasional: Mengevaluasi perkembangan lesi dan
inflamasi dan mengidentifikasi terjadinya
komplikasi.
4. Bersihan lesi dengan sabun pada waktu
direndam
Rasional: Kulit yang terjadi lesi perlu perawatan
khusus untuk mempertahankan kebersihan lesi
5. Istirahatkan bagian yang terdapat lesi dari
tekanan
Rasional:Tekanan pada lesi bisa maenghambat
proses penyembuhan
Tujuan : Setelah dilakukan
tindakan keperawatan proses
inflamasi berhenti dan
berangsur-angsur hilang
Kriteria hasil : Setelah
dilakukan tindakan keperawatan
proses inflamasi dapat
berkurang dan nyeri berkurang
dan beraangsur-angsur hilang

1. Observasi lokasi, intensitas dan
penjalaran nyeri
Rasional: Memberikan informasi untuk
membantu dalam memberikan intervensi.
2. Observasi tanda-tanda vital
Rasional: Untuk mengetahui
perkembangan atau keadaan pasien
3. Ajarkan dan anjurkan melakukan tehnik
distraksi dan relaksasi
Rasional: Dapat mengurangi rasa nyeri
4.Atur posisi senyaman mungkin
Rasional: Posisi yang nyaman dapat
menurunkan rasa nyeri
5. kolaborasi untuk pemberian analgesik
sesuai indikasi
Rasional: Menghilangkan rasa nyeri
1. Pertahankan posisi tubuh yang nyaman
Rasional: Meningkatkan posisi fungsional pada
ekstremitas
2.Perhatikan sirkulasi, gerakan, kepekaan pada kulit
Rasional: Oedema dapat mempengaruhi sirkulasi
pada ekstremitas
3.Lakukan latihan rentang gerak secara konsisten,
diawali dengan pasif kemudian aktif
Rasional: Mencegah secara progresif
mengencangkan jaringan, meningkatkan
pemeliharaan fungsi otot/ sendi
4.Jadwalkan pengobatan dan aktifitas perawatan
untuk memberikan periode istirahat
Rasional: Meningkatkan kekuatan dan toleransi
pasien terhadap aktifitas
5.Dorong dukungan dan bantuan keluaraga/ orang
yang terdekat pada latihan
Rasional: Menampilkan keluarga / oarng terdekat
untuk aktif dalam perawatan pasien dan
memberikan terapi lebih konstan

Diagnosa 3

Tujuan
:
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan kelemahan
fisik dapat
teratasi dan aktivitas dapat
dilakukan

Kriteria hasil:
1) Pasien dapat
melakukan
aktivitas sehari-hari,
2) Kekuatan otot penuh
D
I
A
G
N
O
S
A
4

Tujuan
:
setelah dilakukan tindakan
keperawatan tubuh dapat
berfungsi secara
optimal dan konsep diri
meningkat

Kriteria hasil
:
1) Pasien menyatakan penerimaan
situasi diri
2) Memasukkan perubahan dalam
konsep diri tanpa harga diri negatif

1.Kaji makna perubahan pada pasien
Rasional: Episode traumatik mengakibatkan perubahan tiba-tiba. Ini
memerlukan dukungan dalam perbaikan optimal
2.Terima dan akui ekspresi frustasi, ketergantungan dan kemarahan.
Perhatikan perilaku menarik diri.
Rasional: penerimaan perasaan sebagai respon normal terhadap apa yang
terjadi membantu perbaikan
3.Berikan harapan dalam parameter situasi individu, jangan memberikan
kenyakinan yang salah
Rasional: meningkatkan perilaku positif dan memberikan kesempatan
untuk menyusun tujuan dan rencana untuk masa depan berdasarkan
realitas
4.Berikan penguatan positif
Rasional: Kata-kata penguatan dapat mendukung terjadinya perilaku koping
positif
5.Berikan kelompok pendukung untuk orang terdekat
Rasional: meningkatkan ventilasi perasaan dan memungkinkan respon yang
lebih membantu pasien
29 rani pujiningtyas-1 c (kusta)

More Related Content

29 rani pujiningtyas-1 c (kusta)

  • 4. Kusta adalah penyakit yang menahun dan disebabkan oleh kuman kusta (mikobakterium leprae) yang menyerang syaraf tepi, kulit dan jaringan tubuh lainnya. (Depkes RI, 1998) Kusta merupakan penyakit kronik yang disebabkan oleh infeksi mikobakterium leprae. (Mansjoer Arif, 2000) Kusta adalah penyakit infeksi kronis yang di sebabkan oleh mycobacterium lepra yang interseluler obligat, yang pertama menyerang saraf tepi, selanjutnya dapat menyerang kulit, mukosa mulut, saluran nafas bagian atas, sistem endotelial, mata, otot, tulang, dan testis ( djuanda, 4.1997 ) Kusta adalah penykit menular pada umunya mempengaruhi ulit dan saraf perifer, tetapi mempunyai cakupan maifestasi klinis yang luas ( COC, 2003)
  • 5. Etiologi Kuman penyebab adalah Mycobacterium leprae yang ditemukan oleh G.A. HANSEN pada tahun 1874 di Norwegia, yang sampai bekarang belum juga dapat dibiakkan dalam media artifisial. Mikobakterium leprae merupakan basil tahan asam (BTA) bersifat obligat intraseluler, menyerang saraf perifer, kulit dan organ lain seperti mukosa saluran nafas bagian atas, hati, sumsum tulang kecuali susunan saraf pusat. Masa membelah diri mikobakterium leprae 12-21 hari dan masa tunasnya antara 40 hari-40 tahun. Kuman kusta berbentuk batang dengan ukuran panjang 1-8 micro, lebar 0,2-0,5 micro biasanya berkelompok dan ada yang disebar satu-satu, hidup dalam sel dan BTA.
  • 6. K LAS I F I KAS I
  • 7. Kusta bentuk kering (tipe tuberkuloid) Merupakan bentuk yang tidak menular.Kelainan kulit berupa bercak keputihan sebesar uang logam atau lebih, jumlahnya biasanya hanya beberapa, sering di pipi, punggung, pantat, paha atau lengan. Bercak tampak kering, perasaan kulit hilang sama sekali, kadang-kadang tepinya meninggi.Pada tipe ini lebih sering didapatkan kelainan urat saraf tepi pada, sering gejala kulit tak begitu menonjol tetapi gangguan saraf lebih jelas. Merupakan bentuk menular karena banyak kuman dapat ditemukan baik di selaput lendir hidung, kulit maupun organ tubuh lain.Jumlahnya lebih sedikit dibandingkan kusta bentuk kering dan terjadi pada orang yang daya tahan tubuhnya rendah dalam menghadapi kuman kusta.Kelainan kulit bisa berupa bercak kamarahan, bisa kecil-kecil dan tersebar diseluruh badan ataupun sebagai penebalan kulit yang luas (infiltrat) yang tampak mengkilap dan berminyak. Kusta bentuk basah (tipe lepromatosa)
  • 8. PATOFISIOLOGI Mikrobakterium leprae masuk kedalam tubuh. Setelah mikobakterium leprae masuk kedalam tubuh, perkembangan penyakit kusta bergantung pada kerentanan seseorang. Respon setelah masa tunas dilampaui tergantung pada derajat sistem imunitas seluler (celuler midialet immune) pasien. Kalau sistem imunitas seluler tinggi, penyakit berkembang kearah tuberkoloid dan bila rendah berkembang kearah lepromatosa. Mikobakterium leprae berpredileksi didaerah-daerah yang relatif dingin, yaitu daerah akral dengan vaskularisasi yang sedikit. Derajat penyakit tidak selalu sebanding dengan derajat infeksi karena imun pada tiap pasien berbeda. Gejala klinis lebih sebanding dengan tingkat reaksi seluler dari pada intensitas infeksi oleh karena itu penyakit kusta disebut penyakit imonologik.
  • 9. Manifestasi Klinis Pada kulit Bercak/kelaina n kulit yang merah atau putih dibagian tubuh bagian tubuh yang tidak berkeringat atau tidak berambut Bercak yang tidak gatal dan Kulit mengkilap Lepuh tidaknyeri. Pada saraf Rasa kesemutan Nyeri pada anggota badan atau muka Gangguan gerakan anggota badan atau bagian muka cacat (deformitas) danluka (ulkus)
  • 11. akibat invasi masif M. Leprae akibat reaksi akibat imunitas yang menurun akibat resisten terhadap obat kusta akibat kerusakan saraf
  • 12. Rehabilitasi kusta Perawatan luka Kusta Perawatan tangan yang mati rasa (anestesi) Pengobatan pada penderita kusta Perawatan tangan yang bengkok ( kontraktur ) Perawatan mata yang tidak tertutup rapat (lagoptalmus)
  • 13. Latihan fisioterapi pada otot yang mengalami kelumpuhan untuk mencegah terjadinya kontraktur. Bedah rekonstruksi untuk koreksi otot yang mengalami kelumpuhan agar tidak mendapat tekanan yang berlebihan. Bedah plastik untuk mengurangi perluasan infeksi. Terapi okupsi (kegiatan hidup sehari-hari) dilakukan bila gerakan normal terbatas pada tangan. Konseling dilakukan untuk mengurangi depresi pada penderita cacat.
  • 14. Prinsip dari perawatan luka adalah imobilisasi dengan mengistirahatkan kaki yang luka ( misalnya : tongkat, bidai ), merawat luka setiap hari dengan membersihkannya, membuang jaringan mati, dan menipiskan penebalan kulit yang selanjutnya di kompres. Perawatan luka Kusta
  • 15. Gunakan cermin setiap hari untuk melihat apakah ada mata merah, bila ada segera laporan ke petugas puskesmas. Tariklah kulit di sudut mata ke arah luar dengan jari tangan sebanyak 10 kali setiap latihan, lakukan 3 kali sehari. Lindungi mata dari sinar matahari, debu dan angin. Perawatan mata yang tidak tertutup rapat (lagoptalmus)
  • 16. Perawatan tangan yang mati rasa (anestesi) Lindungilah tangan yang mati rasa dari panas, benda kasar dan tajam untuk mencegah luka. Rendamlah tangan setiap hari dengan air bersih dalam baskom selama 30 menit untuk menjadikan kulit lembab. Olesi dengan minyak kelapa bersih dalam keadaan lembab. Setelah di rendam gosok kulit menebal dengan batu apung untuk menjadikan kulit melembut.
  • 17. Perawatan tangan yang bengkok ( kontraktur ) Latih jari tangan yang bengkok 3 kali sehari, supaya jari-jari tangan tidak menjadi kaku. Rendamlah tangan 3 kali sehari dengan air bersih selama 30 menit dan olesi tangan yang bengkok dengan minyak kelapa bersih dalam keadaan basah. Luruskan jari-jari tangan yang bengkok dengan tangan yang lain sebanyak 20 kali setiap latihan, lakukan 3 kali sehari.
  • 18. Pengobatan pada penderita kusta untuk memutuskan mata rantai penularan, menyembuhkan penyakit penderita, mencegah terjadinya cacat atau mencegah bertambahnya cacat yang sudah ada sebelum pengobatan. Pemberian Multi drug therapy pada penderita kusta terutama pada tipe Multibaciler karena tipe tersebut merupakan sumber kuman menularkan kepada orang lain
  • 19. DIAGNOSA KEPERAWATAN 1. integritas kulit yang berhubungan dengan lesi dan proses inflamasi. 2. Gangguan rasa nyaman, nyeri yang berhubungan dengan proses inflamasi jaringan 4.Gangguan konsep diri (citra diri) yang berhubungan dengan ketidakmampuan dan kehilangan fungsi tubuh. 3.Intoleransi aktivitas yang berhubungan dengan kelemahan fisik.
  • 21. Diagnosa 1 Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan proses inflamasi berhenti dan berangsur-angsur sembuh. Kriteria hasil : 1) Menunjukkan regenerasi jaringan 2) Mencapai penyembuhan tepat waktu pada lesi 1. Kaji/ catat warna lesi,perhatikan jika ada jaringan nekrotik dan kondisi sekitar luka Rasional: Memberikan inflamasi dasar tentang terjadi proses inflamasi dan atau mengenai sirkulasi daerah yang terdapat lesi. 2. Berikan perawatan khusus pada daerah yang terjadi inflamasi Rasional: Menurunkan terjadinya penyebaran inflamasi pada jaringan sekitar. 3. Evaluasi warna lesi dan jaringan yang terjadi inflamasi perhatikan adakah penyebaran pada jaringan sekitar Rasional: Mengevaluasi perkembangan lesi dan inflamasi dan mengidentifikasi terjadinya komplikasi. 4. Bersihan lesi dengan sabun pada waktu direndam Rasional: Kulit yang terjadi lesi perlu perawatan khusus untuk mempertahankan kebersihan lesi 5. Istirahatkan bagian yang terdapat lesi dari tekanan Rasional:Tekanan pada lesi bisa maenghambat proses penyembuhan
  • 22. Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan proses inflamasi berhenti dan berangsur-angsur hilang Kriteria hasil : Setelah dilakukan tindakan keperawatan proses inflamasi dapat berkurang dan nyeri berkurang dan beraangsur-angsur hilang 1. Observasi lokasi, intensitas dan penjalaran nyeri Rasional: Memberikan informasi untuk membantu dalam memberikan intervensi. 2. Observasi tanda-tanda vital Rasional: Untuk mengetahui perkembangan atau keadaan pasien 3. Ajarkan dan anjurkan melakukan tehnik distraksi dan relaksasi Rasional: Dapat mengurangi rasa nyeri 4.Atur posisi senyaman mungkin Rasional: Posisi yang nyaman dapat menurunkan rasa nyeri 5. kolaborasi untuk pemberian analgesik sesuai indikasi Rasional: Menghilangkan rasa nyeri
  • 23. 1. Pertahankan posisi tubuh yang nyaman Rasional: Meningkatkan posisi fungsional pada ekstremitas 2.Perhatikan sirkulasi, gerakan, kepekaan pada kulit Rasional: Oedema dapat mempengaruhi sirkulasi pada ekstremitas 3.Lakukan latihan rentang gerak secara konsisten, diawali dengan pasif kemudian aktif Rasional: Mencegah secara progresif mengencangkan jaringan, meningkatkan pemeliharaan fungsi otot/ sendi 4.Jadwalkan pengobatan dan aktifitas perawatan untuk memberikan periode istirahat Rasional: Meningkatkan kekuatan dan toleransi pasien terhadap aktifitas 5.Dorong dukungan dan bantuan keluaraga/ orang yang terdekat pada latihan Rasional: Menampilkan keluarga / oarng terdekat untuk aktif dalam perawatan pasien dan memberikan terapi lebih konstan Diagnosa 3 Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan kelemahan fisik dapat teratasi dan aktivitas dapat dilakukan Kriteria hasil: 1) Pasien dapat melakukan aktivitas sehari-hari, 2) Kekuatan otot penuh
  • 24. D I A G N O S A 4 Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan tubuh dapat berfungsi secara optimal dan konsep diri meningkat Kriteria hasil : 1) Pasien menyatakan penerimaan situasi diri 2) Memasukkan perubahan dalam konsep diri tanpa harga diri negatif 1.Kaji makna perubahan pada pasien Rasional: Episode traumatik mengakibatkan perubahan tiba-tiba. Ini memerlukan dukungan dalam perbaikan optimal 2.Terima dan akui ekspresi frustasi, ketergantungan dan kemarahan. Perhatikan perilaku menarik diri. Rasional: penerimaan perasaan sebagai respon normal terhadap apa yang terjadi membantu perbaikan 3.Berikan harapan dalam parameter situasi individu, jangan memberikan kenyakinan yang salah Rasional: meningkatkan perilaku positif dan memberikan kesempatan untuk menyusun tujuan dan rencana untuk masa depan berdasarkan realitas 4.Berikan penguatan positif Rasional: Kata-kata penguatan dapat mendukung terjadinya perilaku koping positif 5.Berikan kelompok pendukung untuk orang terdekat Rasional: meningkatkan ventilasi perasaan dan memungkinkan respon yang lebih membantu pasien