ºÝºÝߣ

ºÝºÝߣShare a Scribd company logo
MASALAH PSIKOSOSIAL PADA LANJUT USIA
Kartinah *
Agus Sudaryanto **
Abstract
Elderly population now is tenderly to be higher than 5 or 10 years ago. In the future population of elderly
people in Indonesia will in high amount. The great number of elderly population in this nation have some
consequency for example: economic, social, demografik, and helath care system. Ministry of Health have
program to maintain health status of elderly people. One of common health problem in elderly was
psikososial problem. Elderly people can suffer from many psikososial problem. Psikosial problem in elderly
is varied, for example : depression, low of support system from family and society, Dimensia and other
health problem. Nurses as helath care personil must aware about psikososial aspect or psikososial problem
in elderly, so they can give some direction to family or society.
Key word : elderly , psikososial.
* Kartinah
Dosen Jurusan Keperawatan FIK UMS Jalan A yani Tromol Pos 1 Pabelan
Kartasura **Agus Sudaryanto
Dosen Jurusan Keperawatan FIK UMS jalan A yani TromolPos I pabelan Karatsura
PENDAHULUAN
Proses menua (aging) adalah proses
alami yang disertai adanya penurunan
kondisi fisik, psikologis maupun sosial yang
saling berinteraksi satu sama lain. Keadaan
itu cenderung berpotensi menimbulkan
masalah kesehatan secara umum maupun
kesehatan jiwa secara khusus pada lansia.
Masalah kesehatan jiwa lansia
termasuk juga dalam masalah kesehatan yang
dibahas pada pasien-pasien Geriatri dan
Psikogeriatri yang merupakan bagian dari
Gerontologi, yaitu ilmu yang mempelajari
segala aspek dan masalah lansia, meliputi
aspek fisiologis, psikologis, sosial, kultural,
ekonomi dan lain-lain (Depkes.RI, 1992)
Geriatri adalah cabang ilmu kedokteran
yang mempelajari masalah kesehatan pada
lansia yang menyangkut aspek promotof,
preventif, kuratif dan rehabilitatif serta
psikososial yang menyertai kehidupan lansia.
Sementara Psikogeriatri adalah cabang ilmu
kedokteran jiwa yang mempelajari masalah
kesehatan jiwa pada lansia yang menyangkut
aspek promotof, preventif,
kuratif dan rehabilitatif serta psikososial
yang menyertai kehidupan lansia.
Ada ciri-ciri yang dapat
dikategorikan sebagai pasien Geriatri dan
Psikogeriatri, yaitu : Keterbatasan fungsi
tubuh yang berhubungan dengan makin
meningkatnya usia Adanya akumulasi dari
penyakit-penyakit degeneratif
Lanjut usia secara psikososial yang
dinyatakan krisis bila : a) Ketergantungan pada
orang lain (sangat memerlukan pelayanan
orang lain), b) Mengisolasi diri atau menarik
diri dari kegiatan kemasyarakatan karena
berbagai sebab, diantaranya setelah menajalani
masa pensiun, setelah sakit cukup berat dan
lama, setelah kematian pasangan hidup dan
lain-lain.
Lanjut usis mengalami berbagai
permasalah psikologis yang perlu diperhatikan
oleh perawat, keluarga maupun petugas
kesehatan lainnya. Penanganan maslah secara
dini akan membantu lanjut usia dalam
melakukan strategi pemecahan amsalah
Masalah Psikososial Pada Lanjut Usia ( Kartinah dan Agus Sudaryanto ) 93
tersebut dan dalam beradaptasi untuk
kegiatan sehari hari (Miller, 1995)
MASALAH PSIKOSOSIAL PADA
LANJUT USIA
Hal-hal yang dapat menimbulkan
gangguan keseimbangan (homeostasis)
sehingga membawa lansia kearah kerusakan /
kemerosotan (deteriorisasi) yang progresif
terutama aspek psikologis yang mendadak,
misalnya bingung, panik, depresif, apatis dsb.
Hal itu biasanya bersumber dari munculnya
stressor psikososial yang paling berat, misalnya
kematian pasangan hidup, kematian sanak
keluarga dekat, terpaksa berurusan dengan
penegak hukum, atau trauma psikis.
Ada beberapa faktor yang sangat
berpengaruh terhadap kesehatan jiwa lansia.
Faktor-faktor tersebut hendaklah disikapi
secara bijak sehingga para lansia dapat
menikmati hari tua mereka dengan bahagia.
Adapun beberapa faktor yang dihadapi para
lansia yang sangat mempengaruhi kesehatan
jiwa mereka adalah sebagai berikut:
a. Penurunan Kondisi Fisik
b. Penurunan Fungsi dan Potensi Seksual
c. Perubahan Aspek Psikososial
d. Perubahan yang Berkaitan Dengan
Pekerjaan
e. Perubahan Dalam Peran Sosial di
Masyarakat
f. Penurunan Kondisi Fisik
Setelah orang memasuki masa lansia
umumnya mulai dihinggapi adanya kondisi
fisik yang bersifat patologis berganda
(multiple pathology), misalnya tenaga
berkurang, energi menurun, kulit makin
keriput, gigi makin rontok, tulang makin
rapuh, dsb. Secara umum kondisi fisik
seseorang yang sudah memasuki masa lansia
mengalami penurunan secara berlipat ganda.
Hal ini semua dapat menimbulkan gangguan
atau kelainan fungsi fisik, psikologik
maupun sosial, yang selanjutnya dapat
menyebabkan suatu keadaan ketergantungan
kepada orang lain.
Dalam kehidupan lansia agar dapat tetap
menjaga kondisi fisik yang sehat, maka perlu
menyelaraskan kebutuhan-kebutuhan fisik
dengan kondisi psikologik maupun sosial,
sehingga mau tidak mau harus ada usaha
untuk mengurangi kegiatan yang bersifat
memforsir fisiknya. Seorang lansia harus
mampu mengatur cara hidupnya dengan
baik, misalnya makan, tidur, istirahat dan
bekerja secara seimbang.
Faktor psikologis yang menyertai lansia
antara lain :
a. Rasa tabu atau malu bila
mempertahankan kehidupan seksual
pada lansia
b. Sikap keluarga dan masyarakat yang
kurang menunjang serta diperkuat
oleh tradisi dan budaya
c. Kelelahan atau kebosanan karena
kurang variasi dalam kehidupannya
d. Pasangan hidup telah meninggal
Disfungsi seksual karena perubahan
hormonal atau masalah kesehatan jiwa
lainnya misalnya cemas, depresi, pikun dsb.
Perubahan Aspek Psikososial
Pada umumnya setelah orang
memasuki lansia maka ia mengalami
penurunan fungsi kognitif dan psikomotor.
Fungsi kognitif meliputi proses belajar,
persepsi, pemahaman, pengertian, perhatian
dan lain-lain sehingga menyebabkan reaksi
dan perilaku lansia menjadi makin lambat.
Sementara fungsi psikomotorik (konatif)
meliputi hal-hal yang berhubungan dengan
dorongan kehendak seperti gerakan,
tindakan, koordinasi, yang berakibat bahwa
lansia menjadi kurang cekatan.
Dengan adanya penurunan kedua
fungsi tersebut, lansia juga mengalami
perubahan aspek psikososial yang berkaitan
dengan keadaan kepribadian lansia.
Beberapa perubahan tersebut dapat
dibedakan berdasarkan 5 tipe kepribadian
lansia sebagai berikut:
a. Tipe Kepribadian Konstruktif
(Construction personalitiy), biasanya tipe
ini tidak banyak mengalami gejolak,
tenang dan mantap sampai sangat tua.
b. Tipe Kepribadian Mandiri (Independent
personality), pada tipe ini ada
kecenderungan mengalami post power
sindrome, apalagi jika pada masa lansia
94 Berita Ilmu Keperawatan ISSN 1979-2697,Vol. I. No.1., Juni 2008 93-96
tidak diisi dengan kegiatan yang dapat
memberikan otonomi pada dirinya
c. Tipe Kepribadian Tergantung (Dependent
personalitiy), pada tipe ini biasanya sangat
dipengaruhi kehidupan keluarga, apabila
kehidupan keluarga selalu harmonis maka
pada masa lansia tidak bergejolak, tetapi
jika pasangan hidup meninggal maka
pasangan yang ditinggalkan akan menjadi
merana, apalagi jika tidak segera bangkit
dari kedukaannya.
d. Tipe Kepribadian Bermusuhan (Hostility
personality), pada tipe ini setelah
memasuki lansia tetap merasa tidak puas
dengan kehidupannya, banyak keinginan
yang kadang-kadang tidak diperhitungkan
secara seksama sehingga menyebabkan
kondisi ekonominya menjadi morat-marit.
e. Tipe Kepribadian Kritik Diri (Self Hate
personalitiy), pada lansia tipe ini
umumnya terlihat sengsara, karena
perilakunya sendiri sulit dibantu orang
lain atau cenderung membuat susah
dirinya.
Perubahan yang berkaitan dengan
pekerjaan Pada umumnya perubahan ini
diawali ketika masa pensiun. Meskipun tujuan
ideal pensiun adalah agar para lansia dapat
menikmati hari tua atau jaminan hari tua,
namun dalam kenyataannya sering diartikan
sebaliknya, karena pensiun sering diartikan
sebagai kehilangan penghasilan, kedudukan,
jabatan, peran, kegiatan, status dan harga diri.
Reaksi setelah orang memasuki masa pensiun
lebih tergantung dari model kepribadiannya
(Kuntjoro, 2007)
Bagaimana menyiasati pensiun agar tidak
merupakan beban mental setelah lansia?
Jawabannya sangat tergantung pada sikap
mental individu dalam menghadapi masa
pensiun. Dalam kenyataan ada menerima,
ada yang takut kehilangan, ada yang merasa
senang memiliki jaminan hari tua dan ada
juga yang seolah-olah acuh terhadap pensiun
(pasrah).
Masing-masing sikap tersebut sebenarnya
punya dampak bagi masing-masing individu,
baik positif maupun negatif. Dampak positif
lebih menenteramkan diri lansia dan dampak
negatif akan mengganggu kesejahteraan hidup
lansia. Agar pensiun lebih berdampak positif
sebaiknya ada masa persiapan pensiun yang
benar-benar diisi dengan kegiatan-kegiatan
untuk mempersiapkan diri, bukan hanya diberi
waktu untuk masuk kerja atau tidak dengan
memperoleh gaji penuh. Persiapan tersebut
dilakukan secara berencana, terorganisasi dan
terarah bagi masing-masing orang yang akan
pensiun. Jika perlu dilakukan assessment untuk
menentukan arah minatnya agar tetap memiliki
kegiatan yang jelas dan positif. Untuk
merencanakan kegiatan setelah pensiun dan
memasuki masa lansia dapat dilakukan
pelatihan yang sifatnya memantapkan arah
minatnya masing-masing. Misalnya cara
berwiraswasta, cara membuka usaha sendiri
yang sangat banyak jenis dan macamnya.
Model pelatihan hendaknya bersifat praktis
dan langsung terlihat hasilnya sehingga
menumbuhkan keyakinan pada lansia bahwa
disamping pekerjaan yang selama ini
ditekuninya, masih ada alternatif lain yang
cukup menjanjikan dalam menghadapi masa
tua, sehingga lansia tidak membayangkan
bahwa setelah pensiun mereka menjadi tidak
berguna, menganggur, penghasilan berkurang
dan sebagainya.
Perubahan dalam peran sosial di
masyarakat Akibat berkurangnya fungsi
indera pendengaran, penglihatan, gerak fisik
dan sebagainya maka muncul gangguan
fungsional atau bahkan kecacatan pada
lansia. Misalnya badannya menjadi bungkuk,
pendengaran sangat berkurang, penglihatan
kabur dan sebagainya sehingga sering
menimbulkan keterasingan. Hal itu
sebaiknya dicegah dengan selalu mengajak
mereka melakukan aktivitas, selama yang
bersangkutan masih sanggup, agar tidak
merasa terasing atau diasingkan. Karena jika
keterasingan terjadi akan semakin menolak
untuk berkomunikasi dengan orang lain dan
kdang-kadang terus muncul perilaku regresi
seperti mudah menangis, mengurung diri,
mengumpulkan barang-barang tak berguna
serta merengek-rengek dan menangis bila
ketemu orang lain sehingga perilakunya
seperti anak kecil. (Kuntjoro, 2007)
Masalah Psikososial Pada Lanjut Usia ( Kartinah dan Agus Sudaryanto ) 95
Melihat masalah – masalah yang telah
dikemukakan sudah sewajarnya bahwa
kelompok lansia perlu mendapat pembinaan
untuk meningkatkan derajat kesehatan dan
mutu kehidupan untuk mencapai masa tua
yang bahagia dan berfuna bagi kehidupan
keluarga dan masyarakat sesuai dengan
eksistensinya dalam strata kemasyarakatan.
Direktorat Binkes Keluarga mengeluarkan
beberapa acuan untuk pembinaan usia lanjut
(Depkes 1992).
Permasalah psikologis pada lanjut usia
cenderung menjadi beban kehidupan yang
menjadi hambatan dalam aktifitas sehari hari
dan aktifitas social. Pengkajian dini dan
penanganan yang tepat terhadap
permasalahan psikologis ini akan sangat
berguna (Keltner dan Schwecke,1995).
DAFTAR PUSTAKA
KESIMPULAN DAN SARAN
Para lanjut usia dengen berbagai
gangguan yang ada mempunyai permaslahan
psikosial. Permasalahan psikosialpada lanjut
usia memerlukan penanganan secara baik
dan berkualitas.
Panti Werdha sebagai tempat untuk
pemeliharaan dan perawatan bagi lansia di
samping sebagai long stay rehabilitation yang
tetap memelihara kehidupan bermasyarakat.
Disisi lain perlu dilakukan sosialisasi
kepada masyarakat bahwa hidup dan
kehidupan dalam lingkungan sosial Panti
Werdha adalah lebih baik dari pada hidup
sendirian dalam masyarakat sebagai seorang
lansia.
Deartemen Kesehatan RI, 1992 . Pedoman pelayanan kesehatan Jiwa Usia Lanjut. Cetakan kedua. Jakarta
: Depkes Ditjen Pelayanan medik
Miller, 1995. Nursing Care of Older Adult : Theory and Practise. Second edition. Philadelphia : J.B.
Lippincott.
Keltner, Schwecke, ( 1995). Psychiatri Nursing. Second edition. Philadelphia : Mosby Year Book
Kuntjoro, Zainuddin (2007), Masalah Kesehatan Jiwa Lansia. http://www.e psikologi.com
/epsi/lanjutusia_detail.asp?id=182
96 Berita Ilmu Keperawatan ISSN 1979-2697, Vol. I. No.1., Juni 2008 93-96
2h

More Related Content

2h

  • 1. MASALAH PSIKOSOSIAL PADA LANJUT USIA Kartinah * Agus Sudaryanto ** Abstract Elderly population now is tenderly to be higher than 5 or 10 years ago. In the future population of elderly people in Indonesia will in high amount. The great number of elderly population in this nation have some consequency for example: economic, social, demografik, and helath care system. Ministry of Health have program to maintain health status of elderly people. One of common health problem in elderly was psikososial problem. Elderly people can suffer from many psikososial problem. Psikosial problem in elderly is varied, for example : depression, low of support system from family and society, Dimensia and other health problem. Nurses as helath care personil must aware about psikososial aspect or psikososial problem in elderly, so they can give some direction to family or society. Key word : elderly , psikososial. * Kartinah Dosen Jurusan Keperawatan FIK UMS Jalan A yani Tromol Pos 1 Pabelan Kartasura **Agus Sudaryanto Dosen Jurusan Keperawatan FIK UMS jalan A yani TromolPos I pabelan Karatsura PENDAHULUAN Proses menua (aging) adalah proses alami yang disertai adanya penurunan kondisi fisik, psikologis maupun sosial yang saling berinteraksi satu sama lain. Keadaan itu cenderung berpotensi menimbulkan masalah kesehatan secara umum maupun kesehatan jiwa secara khusus pada lansia. Masalah kesehatan jiwa lansia termasuk juga dalam masalah kesehatan yang dibahas pada pasien-pasien Geriatri dan Psikogeriatri yang merupakan bagian dari Gerontologi, yaitu ilmu yang mempelajari segala aspek dan masalah lansia, meliputi aspek fisiologis, psikologis, sosial, kultural, ekonomi dan lain-lain (Depkes.RI, 1992) Geriatri adalah cabang ilmu kedokteran yang mempelajari masalah kesehatan pada lansia yang menyangkut aspek promotof, preventif, kuratif dan rehabilitatif serta psikososial yang menyertai kehidupan lansia. Sementara Psikogeriatri adalah cabang ilmu kedokteran jiwa yang mempelajari masalah kesehatan jiwa pada lansia yang menyangkut aspek promotof, preventif, kuratif dan rehabilitatif serta psikososial yang menyertai kehidupan lansia. Ada ciri-ciri yang dapat dikategorikan sebagai pasien Geriatri dan Psikogeriatri, yaitu : Keterbatasan fungsi tubuh yang berhubungan dengan makin meningkatnya usia Adanya akumulasi dari penyakit-penyakit degeneratif Lanjut usia secara psikososial yang dinyatakan krisis bila : a) Ketergantungan pada orang lain (sangat memerlukan pelayanan orang lain), b) Mengisolasi diri atau menarik diri dari kegiatan kemasyarakatan karena berbagai sebab, diantaranya setelah menajalani masa pensiun, setelah sakit cukup berat dan lama, setelah kematian pasangan hidup dan lain-lain. Lanjut usis mengalami berbagai permasalah psikologis yang perlu diperhatikan oleh perawat, keluarga maupun petugas kesehatan lainnya. Penanganan maslah secara dini akan membantu lanjut usia dalam melakukan strategi pemecahan amsalah Masalah Psikososial Pada Lanjut Usia ( Kartinah dan Agus Sudaryanto ) 93
  • 2. tersebut dan dalam beradaptasi untuk kegiatan sehari hari (Miller, 1995) MASALAH PSIKOSOSIAL PADA LANJUT USIA Hal-hal yang dapat menimbulkan gangguan keseimbangan (homeostasis) sehingga membawa lansia kearah kerusakan / kemerosotan (deteriorisasi) yang progresif terutama aspek psikologis yang mendadak, misalnya bingung, panik, depresif, apatis dsb. Hal itu biasanya bersumber dari munculnya stressor psikososial yang paling berat, misalnya kematian pasangan hidup, kematian sanak keluarga dekat, terpaksa berurusan dengan penegak hukum, atau trauma psikis. Ada beberapa faktor yang sangat berpengaruh terhadap kesehatan jiwa lansia. Faktor-faktor tersebut hendaklah disikapi secara bijak sehingga para lansia dapat menikmati hari tua mereka dengan bahagia. Adapun beberapa faktor yang dihadapi para lansia yang sangat mempengaruhi kesehatan jiwa mereka adalah sebagai berikut: a. Penurunan Kondisi Fisik b. Penurunan Fungsi dan Potensi Seksual c. Perubahan Aspek Psikososial d. Perubahan yang Berkaitan Dengan Pekerjaan e. Perubahan Dalam Peran Sosial di Masyarakat f. Penurunan Kondisi Fisik Setelah orang memasuki masa lansia umumnya mulai dihinggapi adanya kondisi fisik yang bersifat patologis berganda (multiple pathology), misalnya tenaga berkurang, energi menurun, kulit makin keriput, gigi makin rontok, tulang makin rapuh, dsb. Secara umum kondisi fisik seseorang yang sudah memasuki masa lansia mengalami penurunan secara berlipat ganda. Hal ini semua dapat menimbulkan gangguan atau kelainan fungsi fisik, psikologik maupun sosial, yang selanjutnya dapat menyebabkan suatu keadaan ketergantungan kepada orang lain. Dalam kehidupan lansia agar dapat tetap menjaga kondisi fisik yang sehat, maka perlu menyelaraskan kebutuhan-kebutuhan fisik dengan kondisi psikologik maupun sosial, sehingga mau tidak mau harus ada usaha untuk mengurangi kegiatan yang bersifat memforsir fisiknya. Seorang lansia harus mampu mengatur cara hidupnya dengan baik, misalnya makan, tidur, istirahat dan bekerja secara seimbang. Faktor psikologis yang menyertai lansia antara lain : a. Rasa tabu atau malu bila mempertahankan kehidupan seksual pada lansia b. Sikap keluarga dan masyarakat yang kurang menunjang serta diperkuat oleh tradisi dan budaya c. Kelelahan atau kebosanan karena kurang variasi dalam kehidupannya d. Pasangan hidup telah meninggal Disfungsi seksual karena perubahan hormonal atau masalah kesehatan jiwa lainnya misalnya cemas, depresi, pikun dsb. Perubahan Aspek Psikososial Pada umumnya setelah orang memasuki lansia maka ia mengalami penurunan fungsi kognitif dan psikomotor. Fungsi kognitif meliputi proses belajar, persepsi, pemahaman, pengertian, perhatian dan lain-lain sehingga menyebabkan reaksi dan perilaku lansia menjadi makin lambat. Sementara fungsi psikomotorik (konatif) meliputi hal-hal yang berhubungan dengan dorongan kehendak seperti gerakan, tindakan, koordinasi, yang berakibat bahwa lansia menjadi kurang cekatan. Dengan adanya penurunan kedua fungsi tersebut, lansia juga mengalami perubahan aspek psikososial yang berkaitan dengan keadaan kepribadian lansia. Beberapa perubahan tersebut dapat dibedakan berdasarkan 5 tipe kepribadian lansia sebagai berikut: a. Tipe Kepribadian Konstruktif (Construction personalitiy), biasanya tipe ini tidak banyak mengalami gejolak, tenang dan mantap sampai sangat tua. b. Tipe Kepribadian Mandiri (Independent personality), pada tipe ini ada kecenderungan mengalami post power sindrome, apalagi jika pada masa lansia 94 Berita Ilmu Keperawatan ISSN 1979-2697,Vol. I. No.1., Juni 2008 93-96
  • 3. tidak diisi dengan kegiatan yang dapat memberikan otonomi pada dirinya c. Tipe Kepribadian Tergantung (Dependent personalitiy), pada tipe ini biasanya sangat dipengaruhi kehidupan keluarga, apabila kehidupan keluarga selalu harmonis maka pada masa lansia tidak bergejolak, tetapi jika pasangan hidup meninggal maka pasangan yang ditinggalkan akan menjadi merana, apalagi jika tidak segera bangkit dari kedukaannya. d. Tipe Kepribadian Bermusuhan (Hostility personality), pada tipe ini setelah memasuki lansia tetap merasa tidak puas dengan kehidupannya, banyak keinginan yang kadang-kadang tidak diperhitungkan secara seksama sehingga menyebabkan kondisi ekonominya menjadi morat-marit. e. Tipe Kepribadian Kritik Diri (Self Hate personalitiy), pada lansia tipe ini umumnya terlihat sengsara, karena perilakunya sendiri sulit dibantu orang lain atau cenderung membuat susah dirinya. Perubahan yang berkaitan dengan pekerjaan Pada umumnya perubahan ini diawali ketika masa pensiun. Meskipun tujuan ideal pensiun adalah agar para lansia dapat menikmati hari tua atau jaminan hari tua, namun dalam kenyataannya sering diartikan sebaliknya, karena pensiun sering diartikan sebagai kehilangan penghasilan, kedudukan, jabatan, peran, kegiatan, status dan harga diri. Reaksi setelah orang memasuki masa pensiun lebih tergantung dari model kepribadiannya (Kuntjoro, 2007) Bagaimana menyiasati pensiun agar tidak merupakan beban mental setelah lansia? Jawabannya sangat tergantung pada sikap mental individu dalam menghadapi masa pensiun. Dalam kenyataan ada menerima, ada yang takut kehilangan, ada yang merasa senang memiliki jaminan hari tua dan ada juga yang seolah-olah acuh terhadap pensiun (pasrah). Masing-masing sikap tersebut sebenarnya punya dampak bagi masing-masing individu, baik positif maupun negatif. Dampak positif lebih menenteramkan diri lansia dan dampak negatif akan mengganggu kesejahteraan hidup lansia. Agar pensiun lebih berdampak positif sebaiknya ada masa persiapan pensiun yang benar-benar diisi dengan kegiatan-kegiatan untuk mempersiapkan diri, bukan hanya diberi waktu untuk masuk kerja atau tidak dengan memperoleh gaji penuh. Persiapan tersebut dilakukan secara berencana, terorganisasi dan terarah bagi masing-masing orang yang akan pensiun. Jika perlu dilakukan assessment untuk menentukan arah minatnya agar tetap memiliki kegiatan yang jelas dan positif. Untuk merencanakan kegiatan setelah pensiun dan memasuki masa lansia dapat dilakukan pelatihan yang sifatnya memantapkan arah minatnya masing-masing. Misalnya cara berwiraswasta, cara membuka usaha sendiri yang sangat banyak jenis dan macamnya. Model pelatihan hendaknya bersifat praktis dan langsung terlihat hasilnya sehingga menumbuhkan keyakinan pada lansia bahwa disamping pekerjaan yang selama ini ditekuninya, masih ada alternatif lain yang cukup menjanjikan dalam menghadapi masa tua, sehingga lansia tidak membayangkan bahwa setelah pensiun mereka menjadi tidak berguna, menganggur, penghasilan berkurang dan sebagainya. Perubahan dalam peran sosial di masyarakat Akibat berkurangnya fungsi indera pendengaran, penglihatan, gerak fisik dan sebagainya maka muncul gangguan fungsional atau bahkan kecacatan pada lansia. Misalnya badannya menjadi bungkuk, pendengaran sangat berkurang, penglihatan kabur dan sebagainya sehingga sering menimbulkan keterasingan. Hal itu sebaiknya dicegah dengan selalu mengajak mereka melakukan aktivitas, selama yang bersangkutan masih sanggup, agar tidak merasa terasing atau diasingkan. Karena jika keterasingan terjadi akan semakin menolak untuk berkomunikasi dengan orang lain dan kdang-kadang terus muncul perilaku regresi seperti mudah menangis, mengurung diri, mengumpulkan barang-barang tak berguna serta merengek-rengek dan menangis bila ketemu orang lain sehingga perilakunya seperti anak kecil. (Kuntjoro, 2007) Masalah Psikososial Pada Lanjut Usia ( Kartinah dan Agus Sudaryanto ) 95
  • 4. Melihat masalah – masalah yang telah dikemukakan sudah sewajarnya bahwa kelompok lansia perlu mendapat pembinaan untuk meningkatkan derajat kesehatan dan mutu kehidupan untuk mencapai masa tua yang bahagia dan berfuna bagi kehidupan keluarga dan masyarakat sesuai dengan eksistensinya dalam strata kemasyarakatan. Direktorat Binkes Keluarga mengeluarkan beberapa acuan untuk pembinaan usia lanjut (Depkes 1992). Permasalah psikologis pada lanjut usia cenderung menjadi beban kehidupan yang menjadi hambatan dalam aktifitas sehari hari dan aktifitas social. Pengkajian dini dan penanganan yang tepat terhadap permasalahan psikologis ini akan sangat berguna (Keltner dan Schwecke,1995). DAFTAR PUSTAKA KESIMPULAN DAN SARAN Para lanjut usia dengen berbagai gangguan yang ada mempunyai permaslahan psikosial. Permasalahan psikosialpada lanjut usia memerlukan penanganan secara baik dan berkualitas. Panti Werdha sebagai tempat untuk pemeliharaan dan perawatan bagi lansia di samping sebagai long stay rehabilitation yang tetap memelihara kehidupan bermasyarakat. Disisi lain perlu dilakukan sosialisasi kepada masyarakat bahwa hidup dan kehidupan dalam lingkungan sosial Panti Werdha adalah lebih baik dari pada hidup sendirian dalam masyarakat sebagai seorang lansia. Deartemen Kesehatan RI, 1992 . Pedoman pelayanan kesehatan Jiwa Usia Lanjut. Cetakan kedua. Jakarta : Depkes Ditjen Pelayanan medik Miller, 1995. Nursing Care of Older Adult : Theory and Practise. Second edition. Philadelphia : J.B. Lippincott. Keltner, Schwecke, ( 1995). Psychiatri Nursing. Second edition. Philadelphia : Mosby Year Book Kuntjoro, Zainuddin (2007), Masalah Kesehatan Jiwa Lansia. http://www.e psikologi.com /epsi/lanjutusia_detail.asp?id=182 96 Berita Ilmu Keperawatan ISSN 1979-2697, Vol. I. No.1., Juni 2008 93-96