2. MENGUKUR KETIMPANGAN DAN
KEMISKINAN
Penanggulangan kemiskinan dan ketimpangan distribusi pendapatan.
Inti dari semua masalah pembangunan
Tujuan utama kebijakan pembangunan
Kemiskinan ekonomi dan ketimpangan dalam hal distribusi
pendapatan dan aset merupakan masalah ketimpangan kecil dalam
masalah ketimpangan sebenarnya.
Ketimpangan yang mungkin lebih penting adalah ketimpangan
kekuasaan, prestise, status, gender, kepuasan kerja, kondisi kerja,
derajat pertisipasi, kebebasan memilih dan berbagai dimensi lain
yang berkaitan dengan komponen makna pembangunan.
3. Dua ukuran pokok untuk membedakan distribusi pendapatan:
1. Distribusi pendapatan perseorangan (personal distribution of
income) atau distribusi ukuran pendapatan (size distribution of
income)
 Menghitung secara langsung jumlah penghasilan yang diterima
oleh setiap individu atau rumah tangga
 Sumber penghasilan tidak dipermasalahkan (berasal dari gaji
tempatnya berkerja, bunga deposito, hasil sewa, hadiah,
ataupun warisan)
 Lokasi sumber penghasilan (desa/kota) maupun sektor bidang
kegiatan yang menjadi sumber penghasilan (pertanian,
manufaktur, perdagangan, jasa) diabaikan
4. Metode:
1) Tabel distribusi ukuran pendapatan perseorangan
Mengurutkan semua individu/rumah tengga berdasarkan
pendapatan yang diterimanya, kemudian membagi total
populasi menjadi sejumlah kelompok atau ukuran, dengan
lima kelompok atau kuintil (quintiles) dan sepuluh
kelompok atau desil (decile)
2) Kurva Lorenz (Lorenz Curve)
Memperlihatkan hubungan kuantitatif aktual antara
persentase penerima pendapatan dengan persentase
pendapatan total yang benar-benar diterima individu/rumah
tangga, misalnya satu tahun
3) Koefisien gini dan ukuran ketimpangan agregat
Menghitung rasio bidang yang terletak antara garis
diagonal dan Kurva Lorenz dibagi dengan luas separuh
segi empat dimana Kurva Lorenz itu berada
5. Perhatikan Contoh
Masing-masing Metode
1) Tabel distribusi ukuran pendapatan perseorangan
Tabel 1. Distribusi Ukuran Pendapatan Perseorangan di Sebuah
Negara Berkembang Berdasarkan Pangsa Pendapatan–
Kuintil dan Desil
7. Keterangan:
a. Kuintil
 Rumah
tangga
digolongkan
menjadi 5
kelompok
yang masing-
masing terdiri
4 dari
individu/ruma
h tangga
(kolom 3)
b.
Desil Kuintil
 Desil pertama, 10% populasi terbawah (2 individu pertama
paling miskin)
(individu 1-4)
hanya menerima 1,8% dari pendapatan total, sedangkan 10%
menunjukkan
kelompok teratas (2 individu terkaya) menerima 28,5%
 Ukuran ketimpangan = rasio 20% terkaya dibagi20% populasi
dengan 40%
termiskin = 22,5/5,1 = 4,41 terbawah
pada skala
pendapatan.
9. Keterangan:
 Kurva Lorenz menggunakan data desil (populasi terbagi menjadi
10 kelompok, dengan kata lain sumbu horisontal dan sumbu
vertikal dibagi menjadi 10 kelompok desil
 Titik A menunjukkan bahwa 10% kelompok terbawah (termiskin)
dari total penduduk hanya menerima 1,8% dari pendapatan total,
titik B menunjukkan bahwa 20% kelompok terbawah hanya
menerima 5% dari pendapatan total
 Semakin jauh jarak Kurva Lorenz dari garis diagonal (yang
merupakan garis pemerataan sempurna), semakin timpang atau
tidak merata distribusi pendapatannya
10. Gambar 2. Distribusi Pendapatan yang Relatif Merata (a) dan Distribusi
Pendapatan yang Relatif tidak Merata (b)
11. 3) Koefisien gini dan ukuran ketimpangan pendapatan
Gambar 3. Memperkirakan Koefisien Gini
12. Keterangan:
Koefisien gini = ukuran ketimpangan agregat yang angkanya berkisar
antara nol (pemerataan sempurna) hingga satu (ketimpangan
sempurna). Koefisien gini untuk negara-negara yang derajat
ketimpangannya tinggi berkisar antara 0,5 – 0,70. Untuk negara-
negara yang distribusi pendapatannya relatif merata berkisar antara
0,20 – 0,35.
Beberapa kriteria untuk memenuhi koefisien gini:
1. Prinsip Anonimitas (Anonimity Principle) = ukuran ketimpangan
tidak tergantung pada siapa yang mendapatkan pendapatan yang
lebih tinggi
2. Prinsip Independensi Skala (Scale Independence Principle) =
ukuran ketimpangan tidak tergantung pada ukuran perekonomian
suatu negara
3. Prinsip Independensi Populasi (Population Independence
Principle) = pengukuran ketimpangan tidak didasarkan pada
jumlah penerima pendapatan (jumlah penduduk)
4. Prinsip Transfer (Transfer Principle) = mengasumsikan semua
pendapatan yang lain konstan, jika kita mentransfer sejumlah
pendapatan dari orang kaya ke orang miskin, maka akan dihasilkan
distribusi pendapatan baru yang lebih merata
13. 2. Distribusi pendapatan fungsional atau pangsa distribusi
pendapatan per faktor produksi (functional or factor share
distribution of income)
 Ukuran ini berfokus pada bagian dari pendapatan nasional total
yang diterima oleh masing-masing faktor produksi (tanah,
tenaga kerja, dan modal)
 Pada dasarnya ukuran ini mempersoalkan persentase
penghasilan tenaga kerja secara keseluruhan, bukan sebagai
unit-unit usaha atau faktor produksi yang terpisah secara
individual, dan membandingkannya dengan persentase
pendapatan total yang dibagikan dalam bentuk sewa, bunga,
dan laba
 Analisis pendekatan fungsional ini tidak memperhatikan
penerimaan individu yang berasal dari seluruh sumberdaya
yang dimilikinya
14. Cakupan kemiskinan absolut = sejumlah penduduk yang tidak mampu
mendapatkan sumberdaya yang cukup untuk memenuhi kebutuhan
dasar
Pengukuran kemiskinan absolut dapat dihitung dengan menggunakan
tiga buah pendekatan, yaitu:
1) Melihat tingkat pendapatan riil yang diterima Bank Dunia
Masyarakat yang hidup di bawah tingkat pendapatan riil minimum
tertentu atau di bawah garis kemiskinan internasional
Rumus:
Keterangan:
TPG = Jurang Kemiskinan Total (Total Poverty Gap) = jumlah uang
per hari yang diperlukan untuk mengangkat perekonomian setiap
orang miskin di suatu negara sampai pada standar pendapatan
minimum yang telah ditentukan
Yi = Jumlah pendapatan orang miskin
Yp = Jumlah pendapatan yang berada di bawah garis kemiskinan
absolut
15. Rumus: APG = TPG/N
Keterangan:
APG = Jurang Kemiskinan Rata-rata (Average Poverty Gap)
TPG = sda
N = Populasi total
Rumus: AIS = TPG/H
Keterangan:
AIS = Jumlah rata-rata pendapatan kaum miskin yang berada di
bawah garis (Average Income Shortfall)
TPG = sda
H = Kaum miskin per kapita
Rumus: NIS = AIS/Yp
Keterangan:
NIS = Garis kemiskinan yang menghasilkan ukuran fraksional
(dapat dipilah) (Normalized Income Shortfall)
AIS = sda
Yp = Kaum miskin per kapita
16. 2) Ukuran Foster-Greer-Thorbecke
Kemiskinan absolut dapat dihitung dengan melihat ketimpangan
distribusi pendapatan dari orang miskin
Rumus:
Keterangan:
Pα = Indeks Foster-Greer-Thorbecke (FGT)
N = Jumlah penduduk (populasi)
Yi = Jumlah pendapatan orang miskin
Yp = Jumlah pendapatan yang berada di bawah garis kemiskinan
absolut
H = Kaum miskin per kapita
Indeks Pα mempunyai bentuk yang berbeda-beda, tergantung pada
nilai α
17. Jika α = 2, ukuran yang dihasilkan P2, dapat ditulis sebagai berikut:
P2 = (H/N) [NIS2 + (1 – NIS)2 (CVp)2]
Keterangan:
 Jika P2 meningkat, maka H/N, NIS, dan CVp (variasi pendapatan
antar kaum miskin) meningkat
 Pada rumus tersebut terdapat penekanan yang lebih besar pada
distribusi pendapatan diantara kaum miskin (CVp) jika NIS kecil
dan penekanan yang lebih kecil bila NIS besar
 Ukuran P2 banyak digunakan sebagai ukuran kemiskinan
standar oleh Bank Dunia, Bank Pembangunan Regional, dan
sebagian besar lembaga PBB, dan untuk penelitian empiris
mengenai kemiskinan karena sensitivitasnya terhadap
kedalaman dan parahnya kemiskinan
18. 3) Indeks Kemiskinan Manusia (Human Poverty Index – HPI)
Indeks Pembangunan Manusia (Human Development
Index – HDI)
Kemiskinan manusia harus diukur dalam satuan hilangnya tiga hal
utama (three key deprivations), yaitu:
1. Kehidupan (lebih dari 30% penduduk negara-negara yang
paling miskin cenderung hidup kurang dari 40 tahun)
2. Pendidikan dasar (diukur oleh persentase penduduk dewasa
yang buta huruf)
3. Keseluruhan ketetapan ekonomi (economic provisioning,
diukur oleh persentase penduduk yang tidak memiliki akses
terhadap pelayanan kesehatan dan air bersih ditambah
persentase anak-anak di bawah usia 5 tahun yang kekurangan
berat badan)
19. KEMISKINAN, KETIMPANGAN, DAN
KESEJAHTERAAN SOSIAL
Kesejahteraan sosial berhubungan positif dengan pendapatan per
kapita, namun berhubungan negatif dengan kemiskinan dan tingkat
ketimpangan distribusi pendapatan
Persamaan: W = W (Y, I, P)
Keterangan:
W = Kesejahteraan sosial
Y = Pendapatan per kapita (berhubungan (+))
I = Ketimpangan distribusi pendapatan (berhubungan (-))
P = Kemiskinan absolut (berhubungan (-))
Pentingnya mempelajari ketimpangan distribusi pendapatan yang
terjadi diantara orang-orang yang berada di atas garis kemiskinan:
1. Ketimpangan yang ekstrim menyebabkan inefisiensi ekonomi
 Ketimpangan yang semakin tinggi akan menyebabkan semakin
kecilnya bagian populasi yang memenuhi syarat untuk
mendapatkan pinjaman atau sumber kredit yang lain
20. 2. Disparitas (perbedaan) pendapatan yang ekstrim melemahkan
stabilitas sosial dan solidaritas
 Ketimpangan yang tinggi akan memperkuat kekuatan politis
golongan kaya dan kekuatan tawar-menawar ekonomi mereka
 Kekuatan yang dimiliki golongan kaya akan digunakan untuk
mengarahkan berbagai hasil pembangunan demi
kepentingannya sendiri
3. Ketimpangan distribusi pendapatan dipandang tidak adil
 Seandainya manusia bisa memilih dalam hidupnya, maka dia
akan memilih dalam keadaan memiliki tingkat pendapatan yang
tinggi dan tinggal di daerah yang mempunyai tingkat
ketimpangan distribusi pendapatan yang merata
21. KEMISKINAN ABSOLUT
Kemiskinan di dunia diharapkan bisa hilang selamanya dengan
bergantinya abad. Hasil ini tergantung pada:
1. Tingkat pertumbuhan ekonomi
 Pertumbuhan ekonomi dapat berjalan secara
berkesinambungan
2. Jumlah sumberdaya yang dialokasikan untuk program-program
pengentasan kemiskinan dan kualitas dari program-program
tersebut
Keterangan: Pertumbuhan yang cepat dan berkesinambungan, serta
program pengentasan kemiskinan yang terancang baik dan
dilaksanakan tepat waktu benar-benar dapat mengurangi kemiskinan
absolut dengan lebih cepat, namun tanpa kedua faktor ini tujuan
tersebut tidak akan tercapai sama sekali
22. KARAKTERISTIK EKONOMI KELOMPOK
MASYARAKAT MISKIN
Paling miskin: pengeluaran kurang dari 180 kg beras bagi penduduk
pedesaan dan 270 kg beras penduduk pedesaan dan 270 kg beras
bagi penduduk perkotaan
Miskin sekali: batas tingkat pengeluaran per kapita per tahun kurang
dari 240 kg beras bagi penduduk pedesaan dan 360 kg beras bagi
penduduk perkotaan
Miskin: mereka yang mempunyai tingkat pengeluaran kurang dari
320 kg beras bagi penduduk pedesaan dan 480 kg beras untuk
penduduk perkotaan
23. Beberapa pendekatan kebijakan atas masalah kemiskinan terkait
dengan ketimpangan distribusi pendapatan di negara-negara
berkembang:
1. Serangkaian kebijakan yang dirancang guna mengoreksi
berbagai distorsi harga-harga relatif dari masing-masing faktor
produksi untuk menjamin pembentukan harga-harga pasar,
Tujuan:
yang selanjutnya akan mampu memberikan sinyal-sinyal dan
insentif yang tepat (sesuai dengan kepentingan sosial),
bagi para produsen maupun pemasok sumber-sumber daya
2. Serangkaian kebijakan yang khusus dibuat untuk memodifikasi
ukuran distribusi pendapatan:
 Pada kelompok masyarakat berpenghasilan tinggi, melalui
pajak progresif atas pendapatan dan kekayaan mereka
 Pada kelompok masyarakat berpendapatan rendah, melalui:
tunjangan langsung, upaya-upaya penyediaan berbagai
macam barang konsumsi, peningkatan jasa-jasa pelayanan
yang dibiayai oleh pemerintah, misalnya program
ketenagakerjaan
3. Seperangkat target kebijakan yang secara langsung memperbaiki
kaum miskin dan komunitasnya, melalui skema jaring pengaman
yang menawarkan program pengembangan kapabilitas serta
modal manusia dan sosial dari kaum miskin, antara lain:
keuangan mikro, kesehatan, pendidikan, pembangunan pertanian,
keberlangsungan lingkungan, program pengembangan dan
pemberdayaan
24. BAHAN
DISKUSI
MENURUT SAUDARA/I KEBIJAKAN-KEBIJAKAN
PEMERINTAH INDONESIA DALAM MENANGGULANGI
KEMISKINAN APAKAH SUDAH EFEKTIF ATAU TIDAK?
25. DAFTAR PUSTAKA
Todaro, M.P. dan Stephen C.S. 2011. Pembangunan Ekonomi Edisi
Kesembilan. Erlangga. Jakarta.
www.almasdi.unri.ac.id