際際滷

際際滷Share a Scribd company logo
Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 6 No. 7
ISSN 2354-614X
PENGGUNAAN METODE EKSPERIMEN PADA MATA PELAJARAN
IPA UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR
SISWA KELAS IV SDN OLOBOJU
Abdullah Untu
Mahasiswa Program Guru Dalam Jabatan
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Tadulako
ABSTRAK
Permasalahan utama pada penelitian ini adalah rendahnya hasil belajar
siswa kelas IV SDN Oloboju pada mata pelajaran IPA. Tujuan yang ingin dicapai
dalam penelitian ini adalah untuk meningkatkan hasil belajar siswa kelas IV SDN
Oloboju melalui penerapan metode eksperimen. Jenis penelitian adalah Penelitian
Tindakan Kelas (PTK) yang dilaksanakan dalam dua siklus. Desain penelitian ini
mengacu pada desain penelitian model Kemmis dan Mc.Taggart. Adapun
rancangan penelitian ini terdiri dari tahap perencanaan, pelaksanaan tindakan,
observasi dan refleksi. Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas IV yang
berjumlah 17 orang siswa. Hasil observasi kegiatan guru pada siklus I
memperoleh nilai rata-rata 55% berada pada kategori cukup, pada siklus II
diperoleh nilai rata-rata 90% berada dalam kategori sangat baik. Hasil observasi
kegiatan siswa pada siklus I memperoleh nilai rata-rata 46,7%, berada dalam
kategori kurang, pada siklus II memperoleh nilai rata-rata 91,1%, berada dalam
kategori sangat baik. Hasil belajar siswa pada siklus I ketuntasan belajar klasikal
64,70%. Pada siklus II ketuntasan belajar klasikal 94,12%. Hal ini berarti
pembelajaran pada siklus II telah memenuhi indikator keberhasilan penelitian
dengan ketuntasan belajar klasikal memperoleh nilai minimal 85%, maka dapat
disimpulkan bahwa penerapan metode eksperimen dapat meningkatkan hasil
belajar siswa kelas IV pada mata pelajaran IPA di SDN Oloboju.
Kata Kunci: Hasil Belajar, Ilmu Pengetahuan Alam, Eksperimen.
Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 6 No. 7
ISSN 2354-614X
PENDAHULUAN
Pendidikan adalah investasi masa depan bangsa. Salah satu pendidikan
yang harus dikuasai pada saat ini adalah pendidikan sains (IPA) dan teknologi.
Pendidikan IPA memiliki potensi besar untuk memainkan peran strategis dalam
menyiapkan sumber daya manusia untuk menghadapi era industrialisasi dan
globalisasi. Potensi tersebut dapat terwujud jika pendidikan IPA berorientasi pada
pengembangan kemampuan berfikir dan berbahasa, menyiapkan peserta didik
menghadapi isu sosial dampak penerapan IPTEK, penanaman nilai-nilai etika dan
estetika, kemampuan memecahkan masalah, pengembangan sikap kemandirian,
kreatif serta tanggung jawab. Namun kenyataan dilapangan, ditemukan bahwa
pembelajaran IPA menjadi rendah yang berpengaruh pada pembelajaran dan hasil
belajar.
Interaksi guru dan murid sekedar transfer pengetahuan dari seorang guru
terhadap murid. Pembelajaan IPA bertujuan untuk menumbuhkan kemampuan
berfikir, bekerja, dan bersikap ilmiah serta mengkomunikasikannya sebagai aspek
penting kecakapan hidup. Maka untuk menumbuhkan kemampuan tersebut perlu
adanya pembelajaran yang lebih menekankan pada pemberian pengalaman belajar
secara langsung melalui penggunaan dan pengembangan keterampilan proses dan
ilmiah.
Sehubungan dengan ketentuan yang saat ini digunakan di kelas IV SDN
Oloboju, maka hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA di sekolah tersebut
harus memenuhi standar kriteria ketuntasan minimal yakni 65, tetapi hal ini belum
dapat tercapai. Perolehan ketuntasan belajar baik secara individu maupun secara
klasikal, berdasarkan hasil observasi awal sebelum penelitian, ketuntasan klasikal
hanya mencapai 40 %. Hal inilah yang melatar belakangi untuk melakukan
penelitian tindakan kelas pada mata pelajaran IPA.
Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 6 No. 7
ISSN 2354-614X
Peran guru sebagai pembimbing dan pendidik sangat besar artinya bagi
peningkatan prestasi belajar siswa, karena belajar merupakan suatu proses
merubah tingkah laku baru (Priyatno, 2008:29). Dengan demikian hakikat belajar
bukan saja siswa mengikuti kegiatan pembelajaran dengan menerimah sejumlah
pesan dari guru saja melainkan lebih dari itu anak diharapkan aktif, dinamis untuk
menemukan suatu yang baru dengan perubahan tingkah laku baik secara kognitif,
afektif maupun psikomotor.
Permasalahan utama dalam penelitian ini adalah rendahnya hasil belajar
siswa pada mata pelajaran IPA di kelas IV SDN Oloboju. Hal ini ditunjukkan oleh
hasil ujian semester pada 3 (tiga) tahun terakhir untuk mata pelajaran IPA rata-
rata 60, menunjukkan bahwa nilai rata-rata siswa pada mata pelajaran IPA masih
jauh di bawah rata-rata yang diharapkan yaitu 65.
Rendahnya hasil belajar siswa tersebut disebabkan oleh beberapa
faktor antara lain: kurangnya ketepatan pendidik didalam menerapkan tehnik
pembelajaan pada saat pelajaran IPA berlangsung. Pada saat proses pembelajaran
berlangsung pendidik tidak menerapkan teknik yang sesuai dengan kebutuhan
siswa yakni tidak menggunakan media, dan kegiatan pembelajaran masih
didominasi oleh guru, menggunakan metode ceramah sehingga anak mudah jenuh
dan tidak mau mengikuti proses pembelajaran.
Beberapa upaya yang telah dilakukan oleh guru untuk meningkatkan hasil
belajar siswa pada mata pelajaran IPA, baik penggunaan metode pembelajaran
diskusi maupun penggunaan metode pembelajaran pemberian tugas. Namun
demikian, belum memperlihatkan hasil yang optimal. Sehubungan dengan hal
tersebut, perlu suatu upaya yang dapat mengatasi masalah rendahnya hasil belajar
Sains antara lain melalui penerapan metode eksperimen.
Metode eksperimen perlu digunakan agar dapat membantu dan
memudahkan siswa memahami materi sehingga pembelajaran menjadi aktif,
menarik, komunikatif, bermakna dan tidak menjenuhkan. Menurut Mbulu
(2001:58), metode eksperimen adalah cara penyajian bahan penyajian bahan
pelajaran dimana siswa melakukan eksperimen dengan mengalami dan
membuktikan sendiri sesuatu yang dipelajari.
Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 6 No. 7
ISSN 2354-614X
Manfaat metode eksperimen adalah siswa dapat memahami konsep
melalui pengamatan langsung dan dapat belajar menyimpulkan hasilnhya
brdasarkan pengamatan. Siswa mampu mencari dan menemukan sendiri berbagai
jawaban atas persoalan-persoalan yang dihadapinya dengan percobaan sendiri,
dapat melatih siswa berfikir ilmiah dan melalui penerapan metode eksperimen,
siswa akan menemukan buktu kebenaran dari suatu teori yang sedang
dipelajarinya, serta dapat menarik kesimpulan.
Berdasarkan latar belakang di atas penulis tertarik untuk membuat suatu
karya ilmiah dengan judul Penggunaan Metode Eksperimen pada Mata Pelajaran
IPA untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas IV SDN Oloboju.
METODELOGI PENELITIAN
Desain penelitian mengacu pada desain penelitian tindakan kelas yang
dikemukakan oleh Kemmis dan Mc.Taggart (Suharsimi, 2002:84) yaitu meliputi 4
tahap: (i) perencanaan (ii) pelaksanaan tindakan (iii) observasi, dan (iv) refleksi.
Setting penelitian dilaksanakan di kelas IV SDN Oloboju dengan jumlah
siswa 17 orang. Keseluruhan siswa dijadikan sebagai sasaran atau target
penelitian tindakan kelas. Penelitian Tindakan kelas menggunakan metode
eksperimen yang dilaksanakan secara bersiklus, setiap siklus dilaksanakan sesuai
kompetensi yang dicapai. Jenis data dalam penelitian yaitu data kualitatif dan data
kuantitatif. Data kualitatif diperoleh dari hasil observasi penilaian aktivitas
mengajar guru dan aktivitas belajar siswa dalam proses pembelajaran. Data
kuantitatif yaitu data yang diperoleh dari hasil tes yang diberikan kepada siswa.
Kedua jenis data tersebut diperoleh melalui pengamatan observer dan hasil
evaluasi belajar siswa. Teknik analisis data dalam penelitian, yaitu: teknik analisis
data kuantitatif, dan teknik analisis data kualitatif. Teknik analisa data kuantitatif
digunakan untuk menghitung data pengukuran ketercapaian hasil evaluasi belajar
siswa, sedangkan teknik analisa data kualitatif digunakan untuk menganalisis data
hasil penilaian aktivitas mengajar guru dan aktivitas belajar siswa dalam proses
pembelajaran.
Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 6 No. 7
ISSN 2354-614X
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil Penelitian
Hasil analisis penelitian pada setiap siklus yang dicapai pada penerapan
metode eksperimen pada materi gaya diklasifikasikan atas tiga bagian yaitu:
analisis hasil pengamatan aktivitas guru, analisis hasil pengamatan aktivitas siswa,
dan analisis hasil belajar siswa. Hasil penelitian siklus I dan siklus II dapat dilihat
pada tabel 1 berikut ini :
Tabel 1. Hasil Penelitian
Siklus
Ketuntasan Belajar
Klasikal (%)
Aktivitas Mengajar
Guru (%)
Aktivitas Belajar
Siswa (%)
I 64,70% 55% Cukup 46,7% Kurang
II 94,12% 90% Sangat Baik 91,1%
Sangat
Baik
Peningkatan 29,42% 45% 44,4%
Berdasarkan tabel di atas, bahwa metode eksperimen pada pembelajaran
IPA sangat efektif untuk meningkatkan hasil belajar klasikal, aktivitas belajar
siswa, dan aktivitas mengajar guru. Hal ini dibuktikan oleh peningkatan
ketuntasan belajar klasikal sebesar 29,42%, aktivitas mengajar guru sebesar 45%
dan aktivitas belajar siswa sebesar 44,4%. Hasil penilaian tersebut sesuai dengan
hasil pengamatan pada siklus I dan siklus II. Siklus I, berdasarkan 8 aspek
penilaian aktivitas mengajar guru yang diamati diperoleh nilai persentase 55%
dengan kriteria taraf keberhasilan tindakan yaitu cukup. Siklus II, nilai persentase
observasi aktivitas mengajar guru menjadi 90% dengan kriteria taraf keberhasilan
tindakan yaitu sangat baik. Hasil penilaian aktivitas belajar siswa siklus I,
berdasarkan 8 aspek penilaian diperoleh persentase sebesar 46,7% dengan kriteria
taraf keberhasilan tindakan yaitu kurang. Siklus II, hasil penilaian aktivitas belajar
siswa meningkat menjadi 91,1%. Ketuntasan belajar klasikal siswa pada siklus I
sebesar 64,70%, terdapat 11 orang siswa yang dinyatakan tuntas dan 6 orang
siswa dinyatakan belum tuntas. Siklus II, ketuntasan belajar klasikal siswa
mengalami peningkatan, siswa yang tuntas berjumlah 16 orang dan yang belum
tuntas berjumlah 1 orang, persentase ketuntasan klasikal 94,12%. Peningkatan
Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 6 No. 7
ISSN 2354-614X
persentase aktivitas mengajar guru, aktivitas belajar siswa, dan ketuntasan belajar
klasikal terjadi karena kelemahan-kelamahan yang terdapat pada siklus I dapat
diperbaiki.
Pembahasan
Penerapan metode eksperimen dalam pembelajaran, bagi siswa yang baru
melaksanakannya memerlukan waktu untuk beradaptasi. Keadaan ini terlihat
dalam pelaksanaan tindakan siklus I dimana para siswa terlihat kaku dalam
melakukan eksperimen dan belajar kelompok sehingga aktivitas belajar kelompok
kurang berjalan sesuai yang diharapkan karena dipengaruhi oleh perilaku dan
sikap dari setiap siswa. Perilaku yang ditampilkan oleh siswa, siswa tersebut
bukan sikap yang dibuat-buat tetapi belum terbiasanya belajar dengan metode
eksperimen, hal ini sesuai dengan hasil observasi pada siklus I yang persentase
nilai rata-rata aktivitas siswa adalah 46,7% dan persentase nilai rata-rata aktivitas
guru adalah 55%.
Hal yang menarik pada siklus I adalah hanya siswa yang berkemampuan
tinggi yang aktif berdiskusi tanpa memperhatikan anggota kelompok
lainnya/teman satu timnya sehingga diskusi kelompok kurang aktif. Siswa yang
berkemampuan sedang selalu bertanya kepada siswa yang berkemampuan tinggi,
keadaan ini membuat siswa yang berkemampuan rendah termotivasi untuk
bertanya kepada siswa yang berkemampuan tinggi sehingga merupakan
keuntungan bagi peningkatan pemahaman kelompoknya terhadap materi
pelajaran.
Pada pelaksanaan tindakan siklus II diskusi kelompok dimulai dengan
lebih memperhatikan siswa yang berkemampuan rendah. Hal ini dilakukan
berdasarkan pertimbangan karakter dari masing-masing kelompok agar
komunikasi dalam kelompok dapat berjalan dengan baik dan meningkat. Dalam
pelaksanaan interaksi antar kelompok pada siklus II telah terlihat adanya
kemajuan hal ini sesuai dengan hasil observasi siklus II yaitu persentase nilai rata-
rata perolehan aktivitas siswa adalah 91,1% dan persentase nilai rata-rata aktivitas
guru adalah 90%. Pada siklus ini terlihat mulai terbiasanya siswa menghargai
pendapat orang lain dan saling memberikan motivasi.
Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 6 No. 7
ISSN 2354-614X
Dalam pelaksanaan interaksi antar kelompok pada siklus II telah terlihat
adanya kemajuan hal ini sesuai dengan hasil obsrvasi siklus II yaitu persentase
nilai rata-rata perolehan aktivitas siswa adalah 91,1% dan persentase nilai rata-rata
aktivitas guru adalah 90%. Pada siklus ini terlihat mulai terbiasanya siswa
menghargai pendapat orang lain dan saling memberikan motivasi. Keadaan lain
yang yang terjadi dari diskusi antar kelompok adalah adanya peningkatan
pemahaman materi dari hampir semua siswa. Ini terjadi karena adanya perhatian
siswa dalam menyimak tanggapan dari kelompok lain. Dari jawaban yang
diberikan dari kelompok penyaji maupun oleh kelompok yang memberikan
tanggapan, secara tidak langsung melibatkan semua siswa untuk memikirkan
jawaban yang benar.
Hasil pengamatan di kelas diperoleh bahwa metode eksperimen telah
meningkatkan hasil belajar siswa yang berkemampuan rendah dan mengaktifkan
semua siswa atau memberikan motivasi kepada siswa. Hal ini karena metode
pembelajaran eksperimen, semua siswa dapat mempraktekan, membuiktikan
langsung teori yang berhubungan dengan meteri. Berdasarkan analisis tes siklus I
dapat memberikan gambaran bahwa siswa yang memperoleh ketuntasan belajar
secara individual berjumlah 11 orang, sedangkan yang belum tuntas berjumlah 6
orang dengan persentase nilai daya serap klasikal 69,41% dan persentase
ketuntasan belajar klasikal adalah 64,70%. Hasil tersebut bila dibandingkan nilai
ketuntasan belajar klasikal sebelum tindakan yaitu sebesar 35,29%. Secara
keseluruhan dalam mengerjakan soal, siswa terlihat semakin baik walaupun masih
ada kesalahan ataupun kekeliruan. Hal ini disebabkan karena terburu-buru
menyelesaikan soal dan kurangnya perhatian siswa terhadap eksperimen yang
dilakukan. Pada siklus I ketuntasan klasikal belum mencapai indikator
keberhasilan yaitu 80% sehingga peneliti perlu melanjutkan ke siklus II.
Pelaksanaan tindakan siklus II jika ditinjau dari proses interaksi dalam
kelompok maupun maupun antar kelompok dalam pembelajaran semakin
meningkat bila dibandingkan dengan pelaksanaan sebelumnya. Hal ini membawa
pengaruh terhadap peningkatan hasil belajar siswa. Dalam proses pembelajaran
hasil belajar merupakan hal yang penting karena dapat menjadi petunjuk untuk
Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 6 No. 7
ISSN 2354-614X
mengetahui sejauh mana keberhasilan siswa dalam kegiatan pembelajaran. Hasil
belajar dapat diketahui melalui evaluasi untuk mengukur dan menilai apakah
siswa sudah memahami materi yang dipelajari sesuai dengan tujuan yang
dirumuskan. Siswa dikatakan tuntas belajar secara individu jika mereka
mendapatkan nilai minimal 65.
Pada siklus II hasil yang diperoleh lebih baik dibandingkan dari hasil pada
siklus I. Dari analisis hasil belajar siswa pada siklus II, diketahui bahwa dari 17
orang jumlah siswa terdapat 16 orang siswa yang tuntas secara individu, dan 1
orang siswa yang belum tuntas atau dengan persentase ketuntasan belajar klasikal
sebesar 94,12%. Siswa yang belum tuntas tersebut akan mendapatkan bimbingan
khusus untuk lebih meningkatkan dan mempertahankan hasil belajarnya. Hasil
penelitian mengenai adanya peningkatan hasil belajar siswa dalam penguasaan
materi melalui metode eksperimen relevan dengan pendapat Djamarah dan Zain
(2002:40) mengemukakan bahwa dalam mengajar, guru harus pandai
menggunakan pendekatan secara arif dan bijaksana, bukan sembarangan yang bisa
merugikan siswa. Dari analisis hasil belajar pada siklus II tersebut menunjukan
pencapaian tujuan pembelajaran dan hasil belajar dan sudah memenuhi indikator
kinerja yang ditentukan.
Metode eksperimen merupakan bagian dasar proses interaksi dengan
mangamati berbagai objek yang menjadi materi pembelajaran, karena pada
dasarnya pembelajaran merupakan proses interaksi untuk memperoleh
pengetahuan. Hal ini berpengaruh terhadap aktivitas siswa dalam proses
pembelajaran. Pernyataan tersebut dapat dibuktikan dari hasil analisis aktivitas
guru dan siswa yang diperoleh, menunjukan bahwa penelitian tindakan kelas ini,
semua kriteria aktivitas guru dan siswa serta analisi tes hasil belajar siswa dari
siklus I ke siklus II mengalami peningkatan dan telah memenuhi kriteria yang
ditetapkan pada indikator kinerja. Siswa merasa senang dan termotifasi untuk
mengikuti pembelajaran, memudahkan siswa memahami pelajaran yang
dipelajari, serta meningkatkan sikap positif terhadap belajar dan pengalaman
belajar. Berdasarkan uraian tersebut, membuktikan bahwa penerapan metode
Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 6 No. 7
ISSN 2354-614X
eksperimen dapat menigkatkan hasil belajar siswa serta motivasi siswa, sehingga
siswa lebih aktif dalam pembelajaran, memahami pelajaran.
Berdasarkan hasil penelitian, menunjukan bahwa penerapan metode
eksperimen dalam pembelajaran, merupakan salah satu alternatif dalam upaya
meningkatkan hasil belajar dan aktivitas belajar siswa dalam pembelajaran IPA.
Siswa mendapatkan peluang besar untuk mengasah pengetahuan dan membantu
dalam mengembangkan potensi siswa. Hal ini membuktikan bahwa melalui
penerapan metode eksperimen dalam pembelajaran Sains, maka masalah dan
kesulitan siswa dalam meningkatkan hasil belajarnya dapat diatasi.
Berdasarkan hasil nilai rata-rata daya serap klasikal siswa dan ketuntasan
belajar klasikal pada kegiatan pembelajaran siklus II, maka perbaikan
pembelajaran ini dianggap berhasil. Dengan demikian perbaikan pembelajaran
melalui penerapan metode eksperimen dapat meningkatkan hasil belajar siswa
pada pembelajaran IPA materi gaya. Sehingga hipotesis yang menyatakan bahwa
dengan menggunakan metode pembelajaran eksperimen, hasil belajar siswa pada
pembelajaran IPA dengan materi gaya di kelas IV SD akan meningkat, diterima.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, disimpulkan bahwa dengan
menggunakan metode eksperimen dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas
IV SDN Oloboju. Hasil penelitian menunjukan pada siklus I dengan jumlah siswa
17 orang diperoleh siswa yang tuntas secara individu sebanyak 11 orang dan 6
orang belum tuntas dengan persentase ketuntasan belajar klasikal 64,70% dan
persentase daya serap klasikal 69,41%. Pada siklus II siswa yang tuntas sebanyak
16 orang dan terdapat 1 orang yang tidak tuntas dengan persentase ketuntasan
belajar klasikal 94,12% terdapat peningkatan 29,42% dari persentase ketuntasan
belajar klasikal siklus I dan persentase daya serap klasikal 78,24% terdapat
peningkatan 8,83% dari persentase daya serap klasikal siklus I. Hal ini
menunjukkan penggunaan metode eksperimen dapat meningkatkan hasil belajar
siswa kelas IV SDN Oloboju pada pembelajaran IPA.
Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 6 No. 7
ISSN 2354-614X
Saran
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, saran yang dapat diberikan
yaitu dalam pembelajaran IPA di SD, siswa diharapkan lebih aktif utamanya
memahami konsep yang dipelajari. Guru hendaknya lebih aktif memberi dan
menemukan ide-ide baru dalam memilih metode pembelajaran yang tepat,
sehingga siswa mudah memahami konsep yang dipelajari.
DAFTAR RUJUKAN
Aswan Zain dan Syaiful Bahri Djamarah.. (2002). Strategi Belajar Mengajar.
Jakarta:Rineka Cipta
Mbulu, Joseph. (2001). Active Learning, 101 Cara Belajar Siswa Aktif. Bandung:
Nusamedia dan Nuansa
Priyatno. (2008). Dasar-dasar proses belajar mengajar. Bandung: Remaja Karya.
Suharsimi, Arikunto. (2002). Revisi V. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan
Praktek. Jakarta: Rineka Cipta.

More Related Content

5464 17940-1-pb

  • 1. Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 6 No. 7 ISSN 2354-614X PENGGUNAAN METODE EKSPERIMEN PADA MATA PELAJARAN IPA UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS IV SDN OLOBOJU Abdullah Untu Mahasiswa Program Guru Dalam Jabatan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Tadulako ABSTRAK Permasalahan utama pada penelitian ini adalah rendahnya hasil belajar siswa kelas IV SDN Oloboju pada mata pelajaran IPA. Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk meningkatkan hasil belajar siswa kelas IV SDN Oloboju melalui penerapan metode eksperimen. Jenis penelitian adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang dilaksanakan dalam dua siklus. Desain penelitian ini mengacu pada desain penelitian model Kemmis dan Mc.Taggart. Adapun rancangan penelitian ini terdiri dari tahap perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi dan refleksi. Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas IV yang berjumlah 17 orang siswa. Hasil observasi kegiatan guru pada siklus I memperoleh nilai rata-rata 55% berada pada kategori cukup, pada siklus II diperoleh nilai rata-rata 90% berada dalam kategori sangat baik. Hasil observasi kegiatan siswa pada siklus I memperoleh nilai rata-rata 46,7%, berada dalam kategori kurang, pada siklus II memperoleh nilai rata-rata 91,1%, berada dalam kategori sangat baik. Hasil belajar siswa pada siklus I ketuntasan belajar klasikal 64,70%. Pada siklus II ketuntasan belajar klasikal 94,12%. Hal ini berarti pembelajaran pada siklus II telah memenuhi indikator keberhasilan penelitian dengan ketuntasan belajar klasikal memperoleh nilai minimal 85%, maka dapat disimpulkan bahwa penerapan metode eksperimen dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas IV pada mata pelajaran IPA di SDN Oloboju. Kata Kunci: Hasil Belajar, Ilmu Pengetahuan Alam, Eksperimen.
  • 2. Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 6 No. 7 ISSN 2354-614X PENDAHULUAN Pendidikan adalah investasi masa depan bangsa. Salah satu pendidikan yang harus dikuasai pada saat ini adalah pendidikan sains (IPA) dan teknologi. Pendidikan IPA memiliki potensi besar untuk memainkan peran strategis dalam menyiapkan sumber daya manusia untuk menghadapi era industrialisasi dan globalisasi. Potensi tersebut dapat terwujud jika pendidikan IPA berorientasi pada pengembangan kemampuan berfikir dan berbahasa, menyiapkan peserta didik menghadapi isu sosial dampak penerapan IPTEK, penanaman nilai-nilai etika dan estetika, kemampuan memecahkan masalah, pengembangan sikap kemandirian, kreatif serta tanggung jawab. Namun kenyataan dilapangan, ditemukan bahwa pembelajaran IPA menjadi rendah yang berpengaruh pada pembelajaran dan hasil belajar. Interaksi guru dan murid sekedar transfer pengetahuan dari seorang guru terhadap murid. Pembelajaan IPA bertujuan untuk menumbuhkan kemampuan berfikir, bekerja, dan bersikap ilmiah serta mengkomunikasikannya sebagai aspek penting kecakapan hidup. Maka untuk menumbuhkan kemampuan tersebut perlu adanya pembelajaran yang lebih menekankan pada pemberian pengalaman belajar secara langsung melalui penggunaan dan pengembangan keterampilan proses dan ilmiah. Sehubungan dengan ketentuan yang saat ini digunakan di kelas IV SDN Oloboju, maka hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA di sekolah tersebut harus memenuhi standar kriteria ketuntasan minimal yakni 65, tetapi hal ini belum dapat tercapai. Perolehan ketuntasan belajar baik secara individu maupun secara klasikal, berdasarkan hasil observasi awal sebelum penelitian, ketuntasan klasikal hanya mencapai 40 %. Hal inilah yang melatar belakangi untuk melakukan penelitian tindakan kelas pada mata pelajaran IPA.
  • 3. Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 6 No. 7 ISSN 2354-614X Peran guru sebagai pembimbing dan pendidik sangat besar artinya bagi peningkatan prestasi belajar siswa, karena belajar merupakan suatu proses merubah tingkah laku baru (Priyatno, 2008:29). Dengan demikian hakikat belajar bukan saja siswa mengikuti kegiatan pembelajaran dengan menerimah sejumlah pesan dari guru saja melainkan lebih dari itu anak diharapkan aktif, dinamis untuk menemukan suatu yang baru dengan perubahan tingkah laku baik secara kognitif, afektif maupun psikomotor. Permasalahan utama dalam penelitian ini adalah rendahnya hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA di kelas IV SDN Oloboju. Hal ini ditunjukkan oleh hasil ujian semester pada 3 (tiga) tahun terakhir untuk mata pelajaran IPA rata- rata 60, menunjukkan bahwa nilai rata-rata siswa pada mata pelajaran IPA masih jauh di bawah rata-rata yang diharapkan yaitu 65. Rendahnya hasil belajar siswa tersebut disebabkan oleh beberapa faktor antara lain: kurangnya ketepatan pendidik didalam menerapkan tehnik pembelajaan pada saat pelajaran IPA berlangsung. Pada saat proses pembelajaran berlangsung pendidik tidak menerapkan teknik yang sesuai dengan kebutuhan siswa yakni tidak menggunakan media, dan kegiatan pembelajaran masih didominasi oleh guru, menggunakan metode ceramah sehingga anak mudah jenuh dan tidak mau mengikuti proses pembelajaran. Beberapa upaya yang telah dilakukan oleh guru untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA, baik penggunaan metode pembelajaran diskusi maupun penggunaan metode pembelajaran pemberian tugas. Namun demikian, belum memperlihatkan hasil yang optimal. Sehubungan dengan hal tersebut, perlu suatu upaya yang dapat mengatasi masalah rendahnya hasil belajar Sains antara lain melalui penerapan metode eksperimen. Metode eksperimen perlu digunakan agar dapat membantu dan memudahkan siswa memahami materi sehingga pembelajaran menjadi aktif, menarik, komunikatif, bermakna dan tidak menjenuhkan. Menurut Mbulu (2001:58), metode eksperimen adalah cara penyajian bahan penyajian bahan pelajaran dimana siswa melakukan eksperimen dengan mengalami dan membuktikan sendiri sesuatu yang dipelajari.
  • 4. Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 6 No. 7 ISSN 2354-614X Manfaat metode eksperimen adalah siswa dapat memahami konsep melalui pengamatan langsung dan dapat belajar menyimpulkan hasilnhya brdasarkan pengamatan. Siswa mampu mencari dan menemukan sendiri berbagai jawaban atas persoalan-persoalan yang dihadapinya dengan percobaan sendiri, dapat melatih siswa berfikir ilmiah dan melalui penerapan metode eksperimen, siswa akan menemukan buktu kebenaran dari suatu teori yang sedang dipelajarinya, serta dapat menarik kesimpulan. Berdasarkan latar belakang di atas penulis tertarik untuk membuat suatu karya ilmiah dengan judul Penggunaan Metode Eksperimen pada Mata Pelajaran IPA untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas IV SDN Oloboju. METODELOGI PENELITIAN Desain penelitian mengacu pada desain penelitian tindakan kelas yang dikemukakan oleh Kemmis dan Mc.Taggart (Suharsimi, 2002:84) yaitu meliputi 4 tahap: (i) perencanaan (ii) pelaksanaan tindakan (iii) observasi, dan (iv) refleksi. Setting penelitian dilaksanakan di kelas IV SDN Oloboju dengan jumlah siswa 17 orang. Keseluruhan siswa dijadikan sebagai sasaran atau target penelitian tindakan kelas. Penelitian Tindakan kelas menggunakan metode eksperimen yang dilaksanakan secara bersiklus, setiap siklus dilaksanakan sesuai kompetensi yang dicapai. Jenis data dalam penelitian yaitu data kualitatif dan data kuantitatif. Data kualitatif diperoleh dari hasil observasi penilaian aktivitas mengajar guru dan aktivitas belajar siswa dalam proses pembelajaran. Data kuantitatif yaitu data yang diperoleh dari hasil tes yang diberikan kepada siswa. Kedua jenis data tersebut diperoleh melalui pengamatan observer dan hasil evaluasi belajar siswa. Teknik analisis data dalam penelitian, yaitu: teknik analisis data kuantitatif, dan teknik analisis data kualitatif. Teknik analisa data kuantitatif digunakan untuk menghitung data pengukuran ketercapaian hasil evaluasi belajar siswa, sedangkan teknik analisa data kualitatif digunakan untuk menganalisis data hasil penilaian aktivitas mengajar guru dan aktivitas belajar siswa dalam proses pembelajaran.
  • 5. Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 6 No. 7 ISSN 2354-614X HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Penelitian Hasil analisis penelitian pada setiap siklus yang dicapai pada penerapan metode eksperimen pada materi gaya diklasifikasikan atas tiga bagian yaitu: analisis hasil pengamatan aktivitas guru, analisis hasil pengamatan aktivitas siswa, dan analisis hasil belajar siswa. Hasil penelitian siklus I dan siklus II dapat dilihat pada tabel 1 berikut ini : Tabel 1. Hasil Penelitian Siklus Ketuntasan Belajar Klasikal (%) Aktivitas Mengajar Guru (%) Aktivitas Belajar Siswa (%) I 64,70% 55% Cukup 46,7% Kurang II 94,12% 90% Sangat Baik 91,1% Sangat Baik Peningkatan 29,42% 45% 44,4% Berdasarkan tabel di atas, bahwa metode eksperimen pada pembelajaran IPA sangat efektif untuk meningkatkan hasil belajar klasikal, aktivitas belajar siswa, dan aktivitas mengajar guru. Hal ini dibuktikan oleh peningkatan ketuntasan belajar klasikal sebesar 29,42%, aktivitas mengajar guru sebesar 45% dan aktivitas belajar siswa sebesar 44,4%. Hasil penilaian tersebut sesuai dengan hasil pengamatan pada siklus I dan siklus II. Siklus I, berdasarkan 8 aspek penilaian aktivitas mengajar guru yang diamati diperoleh nilai persentase 55% dengan kriteria taraf keberhasilan tindakan yaitu cukup. Siklus II, nilai persentase observasi aktivitas mengajar guru menjadi 90% dengan kriteria taraf keberhasilan tindakan yaitu sangat baik. Hasil penilaian aktivitas belajar siswa siklus I, berdasarkan 8 aspek penilaian diperoleh persentase sebesar 46,7% dengan kriteria taraf keberhasilan tindakan yaitu kurang. Siklus II, hasil penilaian aktivitas belajar siswa meningkat menjadi 91,1%. Ketuntasan belajar klasikal siswa pada siklus I sebesar 64,70%, terdapat 11 orang siswa yang dinyatakan tuntas dan 6 orang siswa dinyatakan belum tuntas. Siklus II, ketuntasan belajar klasikal siswa mengalami peningkatan, siswa yang tuntas berjumlah 16 orang dan yang belum tuntas berjumlah 1 orang, persentase ketuntasan klasikal 94,12%. Peningkatan
  • 6. Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 6 No. 7 ISSN 2354-614X persentase aktivitas mengajar guru, aktivitas belajar siswa, dan ketuntasan belajar klasikal terjadi karena kelemahan-kelamahan yang terdapat pada siklus I dapat diperbaiki. Pembahasan Penerapan metode eksperimen dalam pembelajaran, bagi siswa yang baru melaksanakannya memerlukan waktu untuk beradaptasi. Keadaan ini terlihat dalam pelaksanaan tindakan siklus I dimana para siswa terlihat kaku dalam melakukan eksperimen dan belajar kelompok sehingga aktivitas belajar kelompok kurang berjalan sesuai yang diharapkan karena dipengaruhi oleh perilaku dan sikap dari setiap siswa. Perilaku yang ditampilkan oleh siswa, siswa tersebut bukan sikap yang dibuat-buat tetapi belum terbiasanya belajar dengan metode eksperimen, hal ini sesuai dengan hasil observasi pada siklus I yang persentase nilai rata-rata aktivitas siswa adalah 46,7% dan persentase nilai rata-rata aktivitas guru adalah 55%. Hal yang menarik pada siklus I adalah hanya siswa yang berkemampuan tinggi yang aktif berdiskusi tanpa memperhatikan anggota kelompok lainnya/teman satu timnya sehingga diskusi kelompok kurang aktif. Siswa yang berkemampuan sedang selalu bertanya kepada siswa yang berkemampuan tinggi, keadaan ini membuat siswa yang berkemampuan rendah termotivasi untuk bertanya kepada siswa yang berkemampuan tinggi sehingga merupakan keuntungan bagi peningkatan pemahaman kelompoknya terhadap materi pelajaran. Pada pelaksanaan tindakan siklus II diskusi kelompok dimulai dengan lebih memperhatikan siswa yang berkemampuan rendah. Hal ini dilakukan berdasarkan pertimbangan karakter dari masing-masing kelompok agar komunikasi dalam kelompok dapat berjalan dengan baik dan meningkat. Dalam pelaksanaan interaksi antar kelompok pada siklus II telah terlihat adanya kemajuan hal ini sesuai dengan hasil observasi siklus II yaitu persentase nilai rata- rata perolehan aktivitas siswa adalah 91,1% dan persentase nilai rata-rata aktivitas guru adalah 90%. Pada siklus ini terlihat mulai terbiasanya siswa menghargai pendapat orang lain dan saling memberikan motivasi.
  • 7. Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 6 No. 7 ISSN 2354-614X Dalam pelaksanaan interaksi antar kelompok pada siklus II telah terlihat adanya kemajuan hal ini sesuai dengan hasil obsrvasi siklus II yaitu persentase nilai rata-rata perolehan aktivitas siswa adalah 91,1% dan persentase nilai rata-rata aktivitas guru adalah 90%. Pada siklus ini terlihat mulai terbiasanya siswa menghargai pendapat orang lain dan saling memberikan motivasi. Keadaan lain yang yang terjadi dari diskusi antar kelompok adalah adanya peningkatan pemahaman materi dari hampir semua siswa. Ini terjadi karena adanya perhatian siswa dalam menyimak tanggapan dari kelompok lain. Dari jawaban yang diberikan dari kelompok penyaji maupun oleh kelompok yang memberikan tanggapan, secara tidak langsung melibatkan semua siswa untuk memikirkan jawaban yang benar. Hasil pengamatan di kelas diperoleh bahwa metode eksperimen telah meningkatkan hasil belajar siswa yang berkemampuan rendah dan mengaktifkan semua siswa atau memberikan motivasi kepada siswa. Hal ini karena metode pembelajaran eksperimen, semua siswa dapat mempraktekan, membuiktikan langsung teori yang berhubungan dengan meteri. Berdasarkan analisis tes siklus I dapat memberikan gambaran bahwa siswa yang memperoleh ketuntasan belajar secara individual berjumlah 11 orang, sedangkan yang belum tuntas berjumlah 6 orang dengan persentase nilai daya serap klasikal 69,41% dan persentase ketuntasan belajar klasikal adalah 64,70%. Hasil tersebut bila dibandingkan nilai ketuntasan belajar klasikal sebelum tindakan yaitu sebesar 35,29%. Secara keseluruhan dalam mengerjakan soal, siswa terlihat semakin baik walaupun masih ada kesalahan ataupun kekeliruan. Hal ini disebabkan karena terburu-buru menyelesaikan soal dan kurangnya perhatian siswa terhadap eksperimen yang dilakukan. Pada siklus I ketuntasan klasikal belum mencapai indikator keberhasilan yaitu 80% sehingga peneliti perlu melanjutkan ke siklus II. Pelaksanaan tindakan siklus II jika ditinjau dari proses interaksi dalam kelompok maupun maupun antar kelompok dalam pembelajaran semakin meningkat bila dibandingkan dengan pelaksanaan sebelumnya. Hal ini membawa pengaruh terhadap peningkatan hasil belajar siswa. Dalam proses pembelajaran hasil belajar merupakan hal yang penting karena dapat menjadi petunjuk untuk
  • 8. Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 6 No. 7 ISSN 2354-614X mengetahui sejauh mana keberhasilan siswa dalam kegiatan pembelajaran. Hasil belajar dapat diketahui melalui evaluasi untuk mengukur dan menilai apakah siswa sudah memahami materi yang dipelajari sesuai dengan tujuan yang dirumuskan. Siswa dikatakan tuntas belajar secara individu jika mereka mendapatkan nilai minimal 65. Pada siklus II hasil yang diperoleh lebih baik dibandingkan dari hasil pada siklus I. Dari analisis hasil belajar siswa pada siklus II, diketahui bahwa dari 17 orang jumlah siswa terdapat 16 orang siswa yang tuntas secara individu, dan 1 orang siswa yang belum tuntas atau dengan persentase ketuntasan belajar klasikal sebesar 94,12%. Siswa yang belum tuntas tersebut akan mendapatkan bimbingan khusus untuk lebih meningkatkan dan mempertahankan hasil belajarnya. Hasil penelitian mengenai adanya peningkatan hasil belajar siswa dalam penguasaan materi melalui metode eksperimen relevan dengan pendapat Djamarah dan Zain (2002:40) mengemukakan bahwa dalam mengajar, guru harus pandai menggunakan pendekatan secara arif dan bijaksana, bukan sembarangan yang bisa merugikan siswa. Dari analisis hasil belajar pada siklus II tersebut menunjukan pencapaian tujuan pembelajaran dan hasil belajar dan sudah memenuhi indikator kinerja yang ditentukan. Metode eksperimen merupakan bagian dasar proses interaksi dengan mangamati berbagai objek yang menjadi materi pembelajaran, karena pada dasarnya pembelajaran merupakan proses interaksi untuk memperoleh pengetahuan. Hal ini berpengaruh terhadap aktivitas siswa dalam proses pembelajaran. Pernyataan tersebut dapat dibuktikan dari hasil analisis aktivitas guru dan siswa yang diperoleh, menunjukan bahwa penelitian tindakan kelas ini, semua kriteria aktivitas guru dan siswa serta analisi tes hasil belajar siswa dari siklus I ke siklus II mengalami peningkatan dan telah memenuhi kriteria yang ditetapkan pada indikator kinerja. Siswa merasa senang dan termotifasi untuk mengikuti pembelajaran, memudahkan siswa memahami pelajaran yang dipelajari, serta meningkatkan sikap positif terhadap belajar dan pengalaman belajar. Berdasarkan uraian tersebut, membuktikan bahwa penerapan metode
  • 9. Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 6 No. 7 ISSN 2354-614X eksperimen dapat menigkatkan hasil belajar siswa serta motivasi siswa, sehingga siswa lebih aktif dalam pembelajaran, memahami pelajaran. Berdasarkan hasil penelitian, menunjukan bahwa penerapan metode eksperimen dalam pembelajaran, merupakan salah satu alternatif dalam upaya meningkatkan hasil belajar dan aktivitas belajar siswa dalam pembelajaran IPA. Siswa mendapatkan peluang besar untuk mengasah pengetahuan dan membantu dalam mengembangkan potensi siswa. Hal ini membuktikan bahwa melalui penerapan metode eksperimen dalam pembelajaran Sains, maka masalah dan kesulitan siswa dalam meningkatkan hasil belajarnya dapat diatasi. Berdasarkan hasil nilai rata-rata daya serap klasikal siswa dan ketuntasan belajar klasikal pada kegiatan pembelajaran siklus II, maka perbaikan pembelajaran ini dianggap berhasil. Dengan demikian perbaikan pembelajaran melalui penerapan metode eksperimen dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada pembelajaran IPA materi gaya. Sehingga hipotesis yang menyatakan bahwa dengan menggunakan metode pembelajaran eksperimen, hasil belajar siswa pada pembelajaran IPA dengan materi gaya di kelas IV SD akan meningkat, diterima. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, disimpulkan bahwa dengan menggunakan metode eksperimen dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas IV SDN Oloboju. Hasil penelitian menunjukan pada siklus I dengan jumlah siswa 17 orang diperoleh siswa yang tuntas secara individu sebanyak 11 orang dan 6 orang belum tuntas dengan persentase ketuntasan belajar klasikal 64,70% dan persentase daya serap klasikal 69,41%. Pada siklus II siswa yang tuntas sebanyak 16 orang dan terdapat 1 orang yang tidak tuntas dengan persentase ketuntasan belajar klasikal 94,12% terdapat peningkatan 29,42% dari persentase ketuntasan belajar klasikal siklus I dan persentase daya serap klasikal 78,24% terdapat peningkatan 8,83% dari persentase daya serap klasikal siklus I. Hal ini menunjukkan penggunaan metode eksperimen dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas IV SDN Oloboju pada pembelajaran IPA.
  • 10. Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 6 No. 7 ISSN 2354-614X Saran Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, saran yang dapat diberikan yaitu dalam pembelajaran IPA di SD, siswa diharapkan lebih aktif utamanya memahami konsep yang dipelajari. Guru hendaknya lebih aktif memberi dan menemukan ide-ide baru dalam memilih metode pembelajaran yang tepat, sehingga siswa mudah memahami konsep yang dipelajari. DAFTAR RUJUKAN Aswan Zain dan Syaiful Bahri Djamarah.. (2002). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta:Rineka Cipta Mbulu, Joseph. (2001). Active Learning, 101 Cara Belajar Siswa Aktif. Bandung: Nusamedia dan Nuansa Priyatno. (2008). Dasar-dasar proses belajar mengajar. Bandung: Remaja Karya. Suharsimi, Arikunto. (2002). Revisi V. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta.