ºÝºÝߣ

ºÝºÝߣShare a Scribd company logo
6. elan kemiskinan&ketimpangan fgd-bappenas_juli2018
•
•
•
•
•
•
6. elan kemiskinan&ketimpangan fgd-bappenas_juli2018
Tingkat Kemiskinan dan Jumlah
Penduduk Miskin Nasional, 1999-2018
47,97
38,74
37,87
38,39
37,34
36,15
35,10
39,30
37,17
34,96
32,53
31,02
30,02
29,89
29,13
28,59
28,07
28,55
28,28
27,73
28,59
28,51
28,01
27,76
27,77
26,58
25,95
23,43
19,14
18,41
18,20
17,42
16,66
15,97
17,75
16,58
15,42
14,15
13,33
12,49
12,36
11,96
11,66
11,37
11,47
11,25
10,96
11,22
11,13
10,86
10,70
10,64
10,12
9,82
0
5
10
15
20
25
30
0
10
20
30
40
50
60
1999
2000
2001
2002
2003
2004
2005
2006
2007
2008
2009
2010
Mar-11
Sep-11
Mar-12
Sep-12
Mar-13
Sep-13
Mar-14
Sep-14
Mar-15
Sep-15
Mar-16
Sep-16
Mar-17
Sep-17
Mar-18
Jumlah Penduduk Miskin Presentase Penduduk Miskin
Sumber: Badan Pusat Statistik, 2016
Kemiskinan Perkotaan dan Perdesaan 2016-2018
10,70% 10,64%
10,12%
9,82%
7,73% 7,72% 7,26% 7,02%
13,96% 13,93% 13,47% 13,20%
September 2016 Maret 2017 September 2017 Maret 2018
Kota Desa
Sumber: BPS, 2018
 Inflasi umum pada periode September 2017-Maret 2018: 1,92 persen
 Rata-rata pengeluaran perkapita/bulan untuk rumah tangga yang berada di 40
persen lapisan terbawah selama periode September 2017-Maret 2018 tumbuh
3,06 persen.
 Bantuan sosial tunai dari pemerintah tumbuh 87,6 persen pada Triwulan 1
2018, lebih tinggi dibanding Triwulan 1 2017 yang hanya tumbuh 3,39 persen.
 Program beras sejahtera (Rastra) dan Bantuan Pangan Non Tunai (BPNT) pada
Triwulan I telah tersalurkan sesuai jadwal
 Nilai Tukar Petani (NTP) pada Maret 2018 berada di atas angka 100, yaitu
101,94.
 Kenaikan harga beras yang cukup tinggi yaitu mencapai 8,57 persen pada
periode September 2017-Maret 2018 disinyalir mengakibatkan penurunan
kemiskinan menjadi tidak secepat periode Maret 2017-September 2017. Pada
periode Maret 2017-September 2017 harga beras relatif tidak berubah.
Perbandingan Inflasi Umum (IHK) dan Inflasi Garis Kemiskinan, 2010-2017
Pertumbuhan garis kemiskinan cenderung lebih tinggi dibandingkan dengan rata-rata
inflasi umum. Kondisi ini menambah beban upaya penanggulangan kemiskinan yang
dilakukan oleh pemerintah
5,72
10,40
6,40
9,22
11,45
9,26
7,14
5,67
3,43
6,65
3,97
5,90
7,32
6,38
4,45
3,61
2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017
Inflasi Garis Kemiskinan Inflasi IHK
Sumber: BPS, 2017 Catatan: Inflasi IHK dan Garis Kemiskinan Maret Year on Year
2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017
Kota -0,85 -0,64 -0,45 -0,39 -0,05 -0,05 -0,50 -0,07
Desa -0,79 -0,84 -0,60 -0,80 -0,15 0,04 -0,10 -0,18
Kota+Desa -0,82 -0,84 -0,53 -0,59 -0,12 -0,03 -0,36 -0,22
-0,85
-0,64
-0,45
-0,39
-0,05 -0,05
-0,50
-0,07
-0,90
-0,80
-0,70
-0,60
-0,50
-0,40
-0,30
-0,20
-0,10
0,00
0,10
Kota Desa Kota+Desa
Laju PenurunanAngka Kemiskinan, 2010-2017
Sumber: Susenas, diolah TNP2K
Rasio Gini Nasional:
Perkotaan & Perdesaan, 1996 -2018
0,355
0,308
0,329
0,363
0,364
0,35
0,37
0,38
0,41
0,39
0,41
0,41
0,41
0,41
0,41
0,41
0,41
0,40
0,397
0,394
0,393
0,391
0,389
0,38
0,42
0,40
0,42
0,43
0,43
0,42
0,43
0,43
0,43
0,42
0,410
0,409
0,4070,4040,401
0,32
0,34
0,33
0,33
0,33
0,32
0,32
0,32
0,34
0,33
0,33
0,327
0,316
0,320,32
0,324
0,3
0,35
0,4
0,45
1996
1999
2002
2005
2007
2008
2009
2010
Mar-11
Sep-11
Mar-12
Sep-12
Mar-13
Sep-13
Mar-14
Sep-14
Mar-15
Sep-15
Mar-16
Sep-16
Mar-17
Sept-17
Mar-18
Perkotaan + Perdesaan Perkotaan Perdesaan
Sumber: Badan Pusat Statistik, 2017
14,3
21,6 21,2 20,5
17,2
13,9
11,6
10,3
8,4
12,4
0,0
5,0
10,0
15,0
20,0
25,0
Pertumbuhan Konsumsi Masyarakat
September 2014 – September 2015
Miskin
28 juta
Rentan
70 juta
Menengah
100 juta
Atas
50 juta
PersentaseKenaikanTahunan(%)
±Rp. 344.809/Kap/Bln
11,59 %
rata-rata
13.1
Garis Kemiskinan
40 % 80 %
Sumber: BPS, 2018
6. elan kemiskinan&ketimpangan fgd-bappenas_juli2018
2,69
-3
-2
-1
0
1
2
3
4
5
6
7
1 11 21 31 41 51 61 71 81 91 101
PertumbuhanTahunan(%)
Persentil Pengeluaran
Pertumbuhan Konsumsi Nasional 2014-2016 Rata-Rata Nasional
Kelompok 40% Terbawah mengalami pertumbuhan konsumsi perkapita yang lebih rendah
daripada rerata nasional, menunjukkan pertumbuhan konsumsi belum pro-poor.
Tidak Pro Poor Growth
2,69
3,51
1,41
-6
-4
-2
0
2
4
6
8
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100
PertumbuhanTahunan(%)
Persentil Pengeluaran
Pertumbuhan Konsumsi Nasional 2014-2016 Pertumbuhan Konsumsi Perkotaan 2014-2016
Pertumbuhan Konsumsi Perdesaan 2014-2016 Rata-Rata Nasional
Tidak Pro Poor Growth
Tidak Pro Poor Growth
Tidak Pro Poor Growth
Kelompok 40% terbawah mengalami pertumbuhan yang lebih rendah dari rata-rata nasional,
pertumbuhan wilayah perdesaan cenderung lebih rendah jika dibandingkan dengan wilayah
perkotaan.
2,69
4,01
1,06
-6
-4
-2
0
2
4
6
8
10
12
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100
PertumbuhanTahunan(%)
Persentil Pengeluaran
Pertumbuhan Konsumsi Nasional 2014-2016 Pertumbuhan Konsumsi Jawa 2014-2016
Pertumbuhan Konsumsi Luar Jawa 2014-2016 Rata-Rata Nasional
Tidak Pro Poor Growth
Tidak Pro Poor Growth
Pertumbuhan Kelompok 40% terbawah di wilayah luar jawa lebih rendah jika dibandingkan
dengan wilayah jawa.
Tidak Pro Poor Growth
• Pertumbuhan konsumsi makanan relatif lebih lambat jika dibandingkan dengan konsumsi
bukan makanan
• Terdapat indikasi terjadinya perubahan pola konsumsi dari kelompok 40% termiskin.
Konsumsi bahan makanan berkurang sementara itu terjadi peningkatan konsumsi bahan
bukan makanan.
2,69
-1,19
6,01
-15
-10
-5
0
5
10
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100
PertumbuhanTahunan(%)
Persentil Pengeluaran
Pertumbuhan Konsumsi Nasional 2014-2016 Pertumbuhan Konsumsi Makanan 2014-2016
Pertumbuhan Konsumsi Bukan Makanan 2014-2016 Rata-Rata Nasional
Tidak Pro Poor Growth
Tidak Pro Poor Growth
Tidak Pro Poor Growth
• Simulasi sederhana dilakukan dengan cara menambahkan rupiah pengeluaran per
kapita ke dalam data Susenas Maret 2014 khusus rumah tangga yang tercakup
dalam program KKS (15,5 juta).
• Tambahan pengeluaran per kapita dibuat berdasarkan persentase dari rata-rata
pengeluaran per kapita rumah tangga penerima program KKS. Kemudian dengan
data pengeluaran per kapita yang baru tersebut dihitung kembali tingkat
ketimpangan (Rasio Gini).
• Catatan: Pertumbuhan konsumsi RT di atas 15,5 juta tidak berubah
Rata-Rata Pengeluaran
Per Kapita RT KKS
(15.5juta)
Tambahan Kenaikan
Pengeluaran (dalam %)
Tambahan Rp.
Pengeluaran
Rumah Tangga Tingkat Kesenjangan (Gini)
0 - 0.405
10 29,431 0.395
20 58,861 0.384
30 88,292 0.374
40 117,722 0.364
50 147,153 0.356
Rp. 294.306
Sumber: BPS
ASUMSI
Dampak Kenaikan Garis Kemiskinan
Terhadap Perubahan Jumlah Penduduk Miskin
CATATAN:
1) Tingkat Kemiskinan Maret 2015 sebesar 11,22%
2) Peningkatan GK 5% saja akan meningkatkan kemiskinan menjadi
13,39 % (terjadi penambahan jumlah penduduk miskin 5,5 jt jiwa)
3) Peningkatan GK 10% saja akan meningkatkan kemiskinan menjadi
15,93 % (terjadi penambahan jumlah penduduk miskin 12 jt jiwa)
4) Bila GK naik 20% akan meningkatkan jumlah penduduk miskin
hamper 2x lipat.
Kenaikan GK
Penambahan Jumlah
Penduduk Miskin
Tingkat
Kemiskinan (%)
5 % 5.527.886 13,39
10 % 11.990.859 15,93
15 % 19.149.378 18,83
20 % 26.310.235 21,54
Dampak Kenaikan Harga Beras
Terhadap Perubahan Jumlah Penduduk Miskin
CATATAN:
1) Bobot bahan makanan dalam garis kemiskinan sekitar 65%
2) Bobot konsumsi beras dalam garis kemiskinan sekitar 26%
3) Peningkatan harga beras sebesar 10% berpotensi
meningkatkan:
• Inflasi sebesar 0,9 titik persen (langsung dan tidak
langsung).
• Angka kemiskinan sekitar 1,3 titik persen.
4) Diasumsikan pertumbuhan pengeluaran per kapita riil 5%.
Kenaikan Harga
Beras
Penambahan
Jumlah Penduduk
Miskin
10 % 330.031
20 % 660.062
30 % 990.093
40 % 1.320.123
29%
konsumsi
beras Konsumsi
makanan
Konsumsi
lain
35%
65%
Inflasi Garis
Kemiskinan
Penurunan tingkat
kemiskinan per 1%
pertumbuhan ekonomi *
(% point)
9.2 0.0969
11.5 0.0197
Tingkat
Kemiskinan
(% populasi)
Jumlah
Orang
Miskin (juta)
Maret 2012 11,96 29,13
Maret 2013 11,36 28,17
Maret 2014 11,25 28,28
MENGAPA PENURUNAN TINGKAT KEMISKINAN MELAMBAT?
MENINGKATNYA INFLASI GK DAN MENURUNNYA KUALITAS PERTUMBUHAN
* Pertumbuhan ekonomi (Maret ke Maret)
•
•
•
20
6. elan kemiskinan&ketimpangan fgd-bappenas_juli2018
•
•
•
•
•
-5,64
-1,52
4,12
1,17
-1,52
-0,36
-8,00
-6,00
-4,00
-2,00
0,00
2,00
4,00
6,00
2008-2011 Period 2011-2014 Period
Growth Effect Redistribution Effect Net Effect
Efek Total (Net Effect), Efek Pertumbuhan dan Efek Redistribusi pada Perubahan
Kemiskinan Berdasarkan Dekomposisi Shapley di Indonesia, 2011-2014
Pertumbuhan pendapatan periode 2008-2011 selayaknya mampu menurunkan tingkat
kemiskinan hingga -5,64% jika tidak terjadi perubahan distribusi pendapatan. Perubahan
distribusi pengeluaran justru memberikan efek meningkatkan tingkat kemiskinan sebesar 4,12%,
sehingga efek totalnya tingkat kemiskinan hanya turun sebesar -1,52% pada periode tsb.
6. elan kemiskinan&ketimpangan fgd-bappenas_juli2018
6. elan kemiskinan&ketimpangan fgd-bappenas_juli2018
Periode Pearson Correlation Sig (2 tailed)
2008-2011 -0.747** 0.000
2011-2014 -0.896** 0.000
all period -0.746** 0.000
** correlation is significant at 0.01 level (2 tailed)
Terdapat hubungan negatif dan signifikan antara efek pertumbuhan
dan efek redistribusi pada level provinsi dengan koefisien korelasi
yang semakin besar
Semakin besar pertumbuhan, cenderung disertai ketimpangan
yang semakin besar pula.
3,50
0,70
12,85
2,97
-
2
4
6
8
10
12
14
2008-2011 2011-2014
Pegr Growth
Perkembangan Pertumbuhan Aktual dan Poverty Equivalent Growth
Rate (PEGR) Dimensi Income Nasional, 2008-2011 dan 2011-2014
Growth dan PEGR semakin melambat
Periode Anti-poor growth
( Trickle Down);
0 < PEGR < Growth
Provinsi
Kuadran
Shapley
2008-2011
Kuadran
Shapley
2011-2014
Status Pertumbuhan Periode 2008-
2011
Status Pertumbuhan Periode 2011-
2014
(1) (2) (3) (4) (5)
Aceh 3 4 pro-poor growth immiserizing growth
Sumut 3 2 pro-poor growth strongly pro-poor
Sumbar 4 2 trickle down strongly pro-poor
Riau 3 2 pro-poor growth pro-poor growth
Jambi 4 2 trickle down pro-poor growth
Sumsel 4 4 trickle down immiserizing growth
Bengkulu 4 2 immiserizing growth pro-poor growth
Lampung 2 2 strongly pro-poor strongly pro-poor
Babel 4 2 trickle down pro-poor growth
KepRi 4 4 trickle down trickle down
DKI 4 4 trickle down immiserizing growth
Jabar 4 4 trickle down trickle down
Jateng 4 4 trickle down trickle down
DIY 4 2 trickle down pro-poor growth
Jatim 4 4 trickle down trickle down
Banten 4 2 trickle down strongly pro-poor
Bali 4 4 trickle down trickle down
NTB 4 4 trickle down trickle down
NTT 3 2 pro-poor growth pro-poor growth
Kalbar 4 4 trickle down immiserizing growth
Kalteng 4 4 trickle down trickle down
Kalsel 4 2 trickle down pro-poor growth
Kaltim 3 2 pro-poor growth pro-poor growth
Sulut 4 4 trickle down immiserizing growth
Sulteng 3 2 pro-poor growth pro-poor growth
Sulsel 4 1 trickle down trickle down
Sultra 4 1 trickle down trickle down
Gorontalo 4 4 immiserizing growth immiserizing growth
Sulbar 4 2 trickle down pro-poor growth
Maluku 4 2 trickle down strongly pro-poor
Malut 3 3 pro-poor growth pro-poor growth
Papua Barat 4 4 trickle down immiserizing growth
Papua 3 4 pro-poor growth immiserizing growth
Immiserizing
growth;
Pertumbuhan
yang disertai
dengan
peningkatan
kemiskinan
6. elan kemiskinan&amp;ketimpangan fgd-bappenas_juli2018
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
6. elan kemiskinan&amp;ketimpangan fgd-bappenas_juli2018

More Related Content

6. elan kemiskinan&amp;ketimpangan fgd-bappenas_juli2018

  • 4. Tingkat Kemiskinan dan Jumlah Penduduk Miskin Nasional, 1999-2018 47,97 38,74 37,87 38,39 37,34 36,15 35,10 39,30 37,17 34,96 32,53 31,02 30,02 29,89 29,13 28,59 28,07 28,55 28,28 27,73 28,59 28,51 28,01 27,76 27,77 26,58 25,95 23,43 19,14 18,41 18,20 17,42 16,66 15,97 17,75 16,58 15,42 14,15 13,33 12,49 12,36 11,96 11,66 11,37 11,47 11,25 10,96 11,22 11,13 10,86 10,70 10,64 10,12 9,82 0 5 10 15 20 25 30 0 10 20 30 40 50 60 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 Mar-11 Sep-11 Mar-12 Sep-12 Mar-13 Sep-13 Mar-14 Sep-14 Mar-15 Sep-15 Mar-16 Sep-16 Mar-17 Sep-17 Mar-18 Jumlah Penduduk Miskin Presentase Penduduk Miskin Sumber: Badan Pusat Statistik, 2016
  • 5. Kemiskinan Perkotaan dan Perdesaan 2016-2018 10,70% 10,64% 10,12% 9,82% 7,73% 7,72% 7,26% 7,02% 13,96% 13,93% 13,47% 13,20% September 2016 Maret 2017 September 2017 Maret 2018 Kota Desa Sumber: BPS, 2018
  • 6.  Inflasi umum pada periode September 2017-Maret 2018: 1,92 persen  Rata-rata pengeluaran perkapita/bulan untuk rumah tangga yang berada di 40 persen lapisan terbawah selama periode September 2017-Maret 2018 tumbuh 3,06 persen.  Bantuan sosial tunai dari pemerintah tumbuh 87,6 persen pada Triwulan 1 2018, lebih tinggi dibanding Triwulan 1 2017 yang hanya tumbuh 3,39 persen.  Program beras sejahtera (Rastra) dan Bantuan Pangan Non Tunai (BPNT) pada Triwulan I telah tersalurkan sesuai jadwal  Nilai Tukar Petani (NTP) pada Maret 2018 berada di atas angka 100, yaitu 101,94.  Kenaikan harga beras yang cukup tinggi yaitu mencapai 8,57 persen pada periode September 2017-Maret 2018 disinyalir mengakibatkan penurunan kemiskinan menjadi tidak secepat periode Maret 2017-September 2017. Pada periode Maret 2017-September 2017 harga beras relatif tidak berubah.
  • 7. Perbandingan Inflasi Umum (IHK) dan Inflasi Garis Kemiskinan, 2010-2017 Pertumbuhan garis kemiskinan cenderung lebih tinggi dibandingkan dengan rata-rata inflasi umum. Kondisi ini menambah beban upaya penanggulangan kemiskinan yang dilakukan oleh pemerintah 5,72 10,40 6,40 9,22 11,45 9,26 7,14 5,67 3,43 6,65 3,97 5,90 7,32 6,38 4,45 3,61 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 Inflasi Garis Kemiskinan Inflasi IHK Sumber: BPS, 2017 Catatan: Inflasi IHK dan Garis Kemiskinan Maret Year on Year
  • 8. 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 Kota -0,85 -0,64 -0,45 -0,39 -0,05 -0,05 -0,50 -0,07 Desa -0,79 -0,84 -0,60 -0,80 -0,15 0,04 -0,10 -0,18 Kota+Desa -0,82 -0,84 -0,53 -0,59 -0,12 -0,03 -0,36 -0,22 -0,85 -0,64 -0,45 -0,39 -0,05 -0,05 -0,50 -0,07 -0,90 -0,80 -0,70 -0,60 -0,50 -0,40 -0,30 -0,20 -0,10 0,00 0,10 Kota Desa Kota+Desa Laju PenurunanAngka Kemiskinan, 2010-2017 Sumber: Susenas, diolah TNP2K
  • 9. Rasio Gini Nasional: Perkotaan & Perdesaan, 1996 -2018 0,355 0,308 0,329 0,363 0,364 0,35 0,37 0,38 0,41 0,39 0,41 0,41 0,41 0,41 0,41 0,41 0,41 0,40 0,397 0,394 0,393 0,391 0,389 0,38 0,42 0,40 0,42 0,43 0,43 0,42 0,43 0,43 0,43 0,42 0,410 0,409 0,4070,4040,401 0,32 0,34 0,33 0,33 0,33 0,32 0,32 0,32 0,34 0,33 0,33 0,327 0,316 0,320,32 0,324 0,3 0,35 0,4 0,45 1996 1999 2002 2005 2007 2008 2009 2010 Mar-11 Sep-11 Mar-12 Sep-12 Mar-13 Sep-13 Mar-14 Sep-14 Mar-15 Sep-15 Mar-16 Sep-16 Mar-17 Sept-17 Mar-18 Perkotaan + Perdesaan Perkotaan Perdesaan Sumber: Badan Pusat Statistik, 2017
  • 10. 14,3 21,6 21,2 20,5 17,2 13,9 11,6 10,3 8,4 12,4 0,0 5,0 10,0 15,0 20,0 25,0 Pertumbuhan Konsumsi Masyarakat September 2014 – September 2015 Miskin 28 juta Rentan 70 juta Menengah 100 juta Atas 50 juta PersentaseKenaikanTahunan(%) ±Rp. 344.809/Kap/Bln 11,59 % rata-rata 13.1 Garis Kemiskinan 40 % 80 %
  • 13. 2,69 -3 -2 -1 0 1 2 3 4 5 6 7 1 11 21 31 41 51 61 71 81 91 101 PertumbuhanTahunan(%) Persentil Pengeluaran Pertumbuhan Konsumsi Nasional 2014-2016 Rata-Rata Nasional Kelompok 40% Terbawah mengalami pertumbuhan konsumsi perkapita yang lebih rendah daripada rerata nasional, menunjukkan pertumbuhan konsumsi belum pro-poor. Tidak Pro Poor Growth
  • 14. 2,69 3,51 1,41 -6 -4 -2 0 2 4 6 8 0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 PertumbuhanTahunan(%) Persentil Pengeluaran Pertumbuhan Konsumsi Nasional 2014-2016 Pertumbuhan Konsumsi Perkotaan 2014-2016 Pertumbuhan Konsumsi Perdesaan 2014-2016 Rata-Rata Nasional Tidak Pro Poor Growth Tidak Pro Poor Growth Tidak Pro Poor Growth Kelompok 40% terbawah mengalami pertumbuhan yang lebih rendah dari rata-rata nasional, pertumbuhan wilayah perdesaan cenderung lebih rendah jika dibandingkan dengan wilayah perkotaan.
  • 15. 2,69 4,01 1,06 -6 -4 -2 0 2 4 6 8 10 12 0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 PertumbuhanTahunan(%) Persentil Pengeluaran Pertumbuhan Konsumsi Nasional 2014-2016 Pertumbuhan Konsumsi Jawa 2014-2016 Pertumbuhan Konsumsi Luar Jawa 2014-2016 Rata-Rata Nasional Tidak Pro Poor Growth Tidak Pro Poor Growth Pertumbuhan Kelompok 40% terbawah di wilayah luar jawa lebih rendah jika dibandingkan dengan wilayah jawa. Tidak Pro Poor Growth
  • 16. • Pertumbuhan konsumsi makanan relatif lebih lambat jika dibandingkan dengan konsumsi bukan makanan • Terdapat indikasi terjadinya perubahan pola konsumsi dari kelompok 40% termiskin. Konsumsi bahan makanan berkurang sementara itu terjadi peningkatan konsumsi bahan bukan makanan. 2,69 -1,19 6,01 -15 -10 -5 0 5 10 0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 PertumbuhanTahunan(%) Persentil Pengeluaran Pertumbuhan Konsumsi Nasional 2014-2016 Pertumbuhan Konsumsi Makanan 2014-2016 Pertumbuhan Konsumsi Bukan Makanan 2014-2016 Rata-Rata Nasional Tidak Pro Poor Growth Tidak Pro Poor Growth Tidak Pro Poor Growth
  • 17. • Simulasi sederhana dilakukan dengan cara menambahkan rupiah pengeluaran per kapita ke dalam data Susenas Maret 2014 khusus rumah tangga yang tercakup dalam program KKS (15,5 juta). • Tambahan pengeluaran per kapita dibuat berdasarkan persentase dari rata-rata pengeluaran per kapita rumah tangga penerima program KKS. Kemudian dengan data pengeluaran per kapita yang baru tersebut dihitung kembali tingkat ketimpangan (Rasio Gini). • Catatan: Pertumbuhan konsumsi RT di atas 15,5 juta tidak berubah Rata-Rata Pengeluaran Per Kapita RT KKS (15.5juta) Tambahan Kenaikan Pengeluaran (dalam %) Tambahan Rp. Pengeluaran Rumah Tangga Tingkat Kesenjangan (Gini) 0 - 0.405 10 29,431 0.395 20 58,861 0.384 30 88,292 0.374 40 117,722 0.364 50 147,153 0.356 Rp. 294.306 Sumber: BPS ASUMSI
  • 18. Dampak Kenaikan Garis Kemiskinan Terhadap Perubahan Jumlah Penduduk Miskin CATATAN: 1) Tingkat Kemiskinan Maret 2015 sebesar 11,22% 2) Peningkatan GK 5% saja akan meningkatkan kemiskinan menjadi 13,39 % (terjadi penambahan jumlah penduduk miskin 5,5 jt jiwa) 3) Peningkatan GK 10% saja akan meningkatkan kemiskinan menjadi 15,93 % (terjadi penambahan jumlah penduduk miskin 12 jt jiwa) 4) Bila GK naik 20% akan meningkatkan jumlah penduduk miskin hamper 2x lipat. Kenaikan GK Penambahan Jumlah Penduduk Miskin Tingkat Kemiskinan (%) 5 % 5.527.886 13,39 10 % 11.990.859 15,93 15 % 19.149.378 18,83 20 % 26.310.235 21,54
  • 19. Dampak Kenaikan Harga Beras Terhadap Perubahan Jumlah Penduduk Miskin CATATAN: 1) Bobot bahan makanan dalam garis kemiskinan sekitar 65% 2) Bobot konsumsi beras dalam garis kemiskinan sekitar 26% 3) Peningkatan harga beras sebesar 10% berpotensi meningkatkan: • Inflasi sebesar 0,9 titik persen (langsung dan tidak langsung). • Angka kemiskinan sekitar 1,3 titik persen. 4) Diasumsikan pertumbuhan pengeluaran per kapita riil 5%. Kenaikan Harga Beras Penambahan Jumlah Penduduk Miskin 10 % 330.031 20 % 660.062 30 % 990.093 40 % 1.320.123 29% konsumsi beras Konsumsi makanan Konsumsi lain 35% 65%
  • 20. Inflasi Garis Kemiskinan Penurunan tingkat kemiskinan per 1% pertumbuhan ekonomi * (% point) 9.2 0.0969 11.5 0.0197 Tingkat Kemiskinan (% populasi) Jumlah Orang Miskin (juta) Maret 2012 11,96 29,13 Maret 2013 11,36 28,17 Maret 2014 11,25 28,28 MENGAPA PENURUNAN TINGKAT KEMISKINAN MELAMBAT? MENINGKATNYA INFLASI GK DAN MENURUNNYA KUALITAS PERTUMBUHAN * Pertumbuhan ekonomi (Maret ke Maret) • • • 20
  • 23. -5,64 -1,52 4,12 1,17 -1,52 -0,36 -8,00 -6,00 -4,00 -2,00 0,00 2,00 4,00 6,00 2008-2011 Period 2011-2014 Period Growth Effect Redistribution Effect Net Effect Efek Total (Net Effect), Efek Pertumbuhan dan Efek Redistribusi pada Perubahan Kemiskinan Berdasarkan Dekomposisi Shapley di Indonesia, 2011-2014 Pertumbuhan pendapatan periode 2008-2011 selayaknya mampu menurunkan tingkat kemiskinan hingga -5,64% jika tidak terjadi perubahan distribusi pendapatan. Perubahan distribusi pengeluaran justru memberikan efek meningkatkan tingkat kemiskinan sebesar 4,12%, sehingga efek totalnya tingkat kemiskinan hanya turun sebesar -1,52% pada periode tsb.
  • 26. Periode Pearson Correlation Sig (2 tailed) 2008-2011 -0.747** 0.000 2011-2014 -0.896** 0.000 all period -0.746** 0.000 ** correlation is significant at 0.01 level (2 tailed) Terdapat hubungan negatif dan signifikan antara efek pertumbuhan dan efek redistribusi pada level provinsi dengan koefisien korelasi yang semakin besar Semakin besar pertumbuhan, cenderung disertai ketimpangan yang semakin besar pula.
  • 27. 3,50 0,70 12,85 2,97 - 2 4 6 8 10 12 14 2008-2011 2011-2014 Pegr Growth Perkembangan Pertumbuhan Aktual dan Poverty Equivalent Growth Rate (PEGR) Dimensi Income Nasional, 2008-2011 dan 2011-2014 Growth dan PEGR semakin melambat Periode Anti-poor growth ( Trickle Down); 0 < PEGR < Growth
  • 28. Provinsi Kuadran Shapley 2008-2011 Kuadran Shapley 2011-2014 Status Pertumbuhan Periode 2008- 2011 Status Pertumbuhan Periode 2011- 2014 (1) (2) (3) (4) (5) Aceh 3 4 pro-poor growth immiserizing growth Sumut 3 2 pro-poor growth strongly pro-poor Sumbar 4 2 trickle down strongly pro-poor Riau 3 2 pro-poor growth pro-poor growth Jambi 4 2 trickle down pro-poor growth Sumsel 4 4 trickle down immiserizing growth Bengkulu 4 2 immiserizing growth pro-poor growth Lampung 2 2 strongly pro-poor strongly pro-poor Babel 4 2 trickle down pro-poor growth KepRi 4 4 trickle down trickle down DKI 4 4 trickle down immiserizing growth Jabar 4 4 trickle down trickle down Jateng 4 4 trickle down trickle down DIY 4 2 trickle down pro-poor growth Jatim 4 4 trickle down trickle down Banten 4 2 trickle down strongly pro-poor Bali 4 4 trickle down trickle down NTB 4 4 trickle down trickle down NTT 3 2 pro-poor growth pro-poor growth Kalbar 4 4 trickle down immiserizing growth Kalteng 4 4 trickle down trickle down Kalsel 4 2 trickle down pro-poor growth Kaltim 3 2 pro-poor growth pro-poor growth Sulut 4 4 trickle down immiserizing growth Sulteng 3 2 pro-poor growth pro-poor growth Sulsel 4 1 trickle down trickle down Sultra 4 1 trickle down trickle down Gorontalo 4 4 immiserizing growth immiserizing growth Sulbar 4 2 trickle down pro-poor growth Maluku 4 2 trickle down strongly pro-poor Malut 3 3 pro-poor growth pro-poor growth Papua Barat 4 4 trickle down immiserizing growth Papua 3 4 pro-poor growth immiserizing growth Immiserizing growth; Pertumbuhan yang disertai dengan peningkatan kemiskinan