ݺߣ

ݺߣShare a Scribd company logo
‫: دسدياكن اوليه‬
‫ذاتي بياني بنت محمد جعفر‬
Biodata lengkap
• Sulaiman bin al-Asy'as bin Ishaq bin Basyir bin
  Syidad bin 'Amr al-Azdi as-Sijistani
‫• سليمان بن العشعص بن اسحاق بن بصير بن‬
         ‫عشداد بن عمر الدزدي السجيستاني‬
• imam ahli hadith yang sangat teliti
• tokoh terkemuka para ahli hadith setelah dua
  imam hadith Bukhari dan Muslim
• pengarang kitab Sunan
• dilahirkan pada tahun 202 H/817 M di Sijistan.
Perkembangan Dan
                     Perlawatannya
•   Sejak kecilnya Abu Dawud sudah mencintai ilmu dan para ulama, bergaul dengan
    mereka untuk dapat mereguk dan menimba ilmunya.
•   Belum lagi mencapai usia dewasa, ia telah mempersiapkan dirinya untuk
    mengadakan perlawatan, mengelilingi berbagai negeri.
•    Ia belajar hadith dari para ulama yang tidak sedikit jumlahnya, yang dijumpainya
    di Hijaz, Syam, Mesir, Iraq, Jazirah, Sagar, Khurasan dan negeri-negeri lain.
•    Perlawatannya ke berbagai negeri ini membantu dia untuk memperoleh
    pengetahuan luas tentang hadith, kemudian hadith-hadith yang diperolehnya itu
    disaring dan hasil penyaringannya dituangkan dalam kitab As-Sunan.
•   Abu Dawud mengunjungi Baghdad berkali-kali. Di sana ia mengajarkan hadith dan
    fiqh kepada para penduduk dengan memakai kitab Sunan sebagai pegangannya.
•   Kitab Sunan karyanya itu diperlihatkannya kepada tokoh ulama hadith, Ahmad bin
    Hanbal.
•   Abu Dawud menetap di Basrah atas permintaan gabenor setempat yang
    menghendaki supaya Basrah menjadi "Ka'bah" bagi para ilmuwan dan peminat
    hadith
Guru-Gurunya
•   Ahmad bin Hanbal,
•   al-Qa'nabi,
•   Abu 'Amr ad-Darir,
•   Muslim bin Ibrahim,
•   Abdullah bin Raja',
•   Abu'l Walid at-Tayalisi

Sebahagian gurunya ada pula yang menjadi guru Imam
Bukhari dan Imam Muslim, seperti Ahmad bin Hanbal,
   Usman
bin Abi Syaibah dan Qutaibah bin Sa'id.
Murid-Muridnya (Para Ulama Yang
          Mewarisi Hadithnya)
•   Abu 'Isa at-Tirmidzi,
•   Abu Abdur Rahman an-Nasa'i,
•   Abu Bakar bin Abu Dawud (anak)
•   Abu Awanah,
•   Abu Sa'id al-A'rabi,
•   Abu Ali al-Lu'lu'i,
•   Abu Bakar bin Dassah,
•   Abu Salim Muhammad bin Sa'id al-Jaldawi
Akhlak Dan Sifat-Sifatnya Yang
              Terpuji
• ulama yang mengamalkan ilmunya dan mencapai darjat tinggi
  dalam ibadah, kesucian diri, wara' dan kesalehannya.
• “Abu Dawud menyerupai Ahmad bin Hanbal dalam perilakunya,
  ketenangan jiwa dan kebagusan pandangannya serta
  keperibadiannya. Ahmad dalam sifat-sifat ini menyerupai Waki',
  Waki menyerupai Sufyan as-Sauri, Sufyan menyerupai Mansur,
  Mansur menyerupai Ibrahim an-Nakha'i, Ibrahim menyerupai
  'Alqamah dan ia menyerupai Ibn Mas'ud. Sedangkan Ibn Mas'ud
  sendiri menyerupai Nabi SAW dalam sifat-sifat tersebut.”
• Abu Dawud mempunyai pandangan dan falsafah sendiri dalam
  cara berpakaian. Salah satu lengan bajunya lebar namun yang
  satunya lebih kecil dan sempit. Seseorang yang melihatnya
  bertanya tentang kenyentrikan ini, ia menjawab:
  "Lengan baju yang lebar ini digunakan untuk membawa kitab-
  kitab, sedang yang satunya lagi tidak diperlukan. Jadi, kalau
  dibuat lebar, hanyalah berlebih-lebihan.
Pujian Para Ulama Kepadanya
•   Abu Dawud adalah juga merupakan "bendera Islam" dan seorang hafiz
    yang sempurna, ahli fiqh dan berpengetahuan luas terhadap hadith
    dan ilat-ilatnya. Ia memperoleh penghargaan dan pujian dari para
    ulama, terutama dari gurunya sendiri, Ahmad bin Hanbal. Al-Hafiz
    Musa bin Harun berkata mengenai Abu Dawud:



    "Abu Dawud diciptakan di dunia hanya untuk hadith, dan di akhirat
    untuk syurga. Aku tidak melihat orang yang lebih utama melebihi dia."



    Sahal bin Abdullah At-Tistari, seorang yang alim mengunjungi Abu
    Dawud. Lalu dikatakan kepadanya: "Ini adalah Sahal, datang
    berkunjung kepada tuan."
•   Abu Dawud pun menyambutnya dengan hormat dan mempersilahkan duduk. Kemudian Sahal
    berkata: "Wahai Abu Dawud, saya ada keperluan keadamu." Ia bertanya: "Keperluan apa?" "Ya,
    akan saya utarakan nanti, asalkan engkau berjanji akan memenuhinya sedapat mungkin," jawab
    Sahal. "Ya, aku penuhi maksudmu selama aku mampu," tandan Abu Dawud. Lalu Sahal berkata:
    "Jujurkanlah lidahmu yang engkau pergunakan untuk meriwayatkan hadith dari Rasulullah SAW.
    sehingga aku dapat menciumnya." Abu Dawud pun lalu menjulurkan lidahnya yang kemudian
    dicium oleh Sahal.



    Ketika Abu Dawud menyusun kitab Sunan, Ibrahim al-Harbi, seorang ulama ahli hadith berkata:
    "Hadith telah dilunakkan bagi Abu Dawud, sebagaimana besi dilunakkan bagi Nabi Dawud."
    Ungkapan ini adalah kata-kata simbolik dan perumpamaan yang menunjukkan atas keutamaan
    dan keunggulan seseorang di bidang penyusunan hadith. Ia telah mempermudah yang sulit,
    mendekatkan yang jauh dan memudahkan yang masih rumit dan pelik.



    Abu Bakar al-Khallal, ahli hadith dan fiqh terkemuka yang bermadzhab Hanbali, menggambarkan
    Abu Dawud sebagai berikut; Abu Dawud Sulaiman bin al-Asy'as, imam terkemuka pada zamannya
    adalah seorang tokoh yang telah menggali beberapa bidang ilmu dan mengetahui tempat-
    tempatnya, dan tiada seorang pun pada masanya yang dapat mendahului atau menandinginya.
    Abu Bakar al-Asbihani dan Abu Bakar bin Sadaqah senantiasa menyinggung-nyingung Abu Dawud
    kerana ketinggian darjatnya, dan selalu menyebut-nyebutnya dengan pujian yang tidak pernah
    mereka berikan kepada siapa pun pada masanya.

More Related Content

رواية امام ابو داود 6.9.2012

  • 1. ‫: دسدياكن اوليه‬ ‫ذاتي بياني بنت محمد جعفر‬
  • 2. Biodata lengkap • Sulaiman bin al-Asy'as bin Ishaq bin Basyir bin Syidad bin 'Amr al-Azdi as-Sijistani ‫• سليمان بن العشعص بن اسحاق بن بصير بن‬ ‫عشداد بن عمر الدزدي السجيستاني‬ • imam ahli hadith yang sangat teliti • tokoh terkemuka para ahli hadith setelah dua imam hadith Bukhari dan Muslim • pengarang kitab Sunan • dilahirkan pada tahun 202 H/817 M di Sijistan.
  • 3. Perkembangan Dan Perlawatannya • Sejak kecilnya Abu Dawud sudah mencintai ilmu dan para ulama, bergaul dengan mereka untuk dapat mereguk dan menimba ilmunya. • Belum lagi mencapai usia dewasa, ia telah mempersiapkan dirinya untuk mengadakan perlawatan, mengelilingi berbagai negeri. • Ia belajar hadith dari para ulama yang tidak sedikit jumlahnya, yang dijumpainya di Hijaz, Syam, Mesir, Iraq, Jazirah, Sagar, Khurasan dan negeri-negeri lain. • Perlawatannya ke berbagai negeri ini membantu dia untuk memperoleh pengetahuan luas tentang hadith, kemudian hadith-hadith yang diperolehnya itu disaring dan hasil penyaringannya dituangkan dalam kitab As-Sunan. • Abu Dawud mengunjungi Baghdad berkali-kali. Di sana ia mengajarkan hadith dan fiqh kepada para penduduk dengan memakai kitab Sunan sebagai pegangannya. • Kitab Sunan karyanya itu diperlihatkannya kepada tokoh ulama hadith, Ahmad bin Hanbal. • Abu Dawud menetap di Basrah atas permintaan gabenor setempat yang menghendaki supaya Basrah menjadi "Ka'bah" bagi para ilmuwan dan peminat hadith
  • 4. Guru-Gurunya • Ahmad bin Hanbal, • al-Qa'nabi, • Abu 'Amr ad-Darir, • Muslim bin Ibrahim, • Abdullah bin Raja', • Abu'l Walid at-Tayalisi Sebahagian gurunya ada pula yang menjadi guru Imam Bukhari dan Imam Muslim, seperti Ahmad bin Hanbal, Usman bin Abi Syaibah dan Qutaibah bin Sa'id.
  • 5. Murid-Muridnya (Para Ulama Yang Mewarisi Hadithnya) • Abu 'Isa at-Tirmidzi, • Abu Abdur Rahman an-Nasa'i, • Abu Bakar bin Abu Dawud (anak) • Abu Awanah, • Abu Sa'id al-A'rabi, • Abu Ali al-Lu'lu'i, • Abu Bakar bin Dassah, • Abu Salim Muhammad bin Sa'id al-Jaldawi
  • 6. Akhlak Dan Sifat-Sifatnya Yang Terpuji • ulama yang mengamalkan ilmunya dan mencapai darjat tinggi dalam ibadah, kesucian diri, wara' dan kesalehannya. • “Abu Dawud menyerupai Ahmad bin Hanbal dalam perilakunya, ketenangan jiwa dan kebagusan pandangannya serta keperibadiannya. Ahmad dalam sifat-sifat ini menyerupai Waki', Waki menyerupai Sufyan as-Sauri, Sufyan menyerupai Mansur, Mansur menyerupai Ibrahim an-Nakha'i, Ibrahim menyerupai 'Alqamah dan ia menyerupai Ibn Mas'ud. Sedangkan Ibn Mas'ud sendiri menyerupai Nabi SAW dalam sifat-sifat tersebut.” • Abu Dawud mempunyai pandangan dan falsafah sendiri dalam cara berpakaian. Salah satu lengan bajunya lebar namun yang satunya lebih kecil dan sempit. Seseorang yang melihatnya bertanya tentang kenyentrikan ini, ia menjawab: "Lengan baju yang lebar ini digunakan untuk membawa kitab- kitab, sedang yang satunya lagi tidak diperlukan. Jadi, kalau dibuat lebar, hanyalah berlebih-lebihan.
  • 7. Pujian Para Ulama Kepadanya • Abu Dawud adalah juga merupakan "bendera Islam" dan seorang hafiz yang sempurna, ahli fiqh dan berpengetahuan luas terhadap hadith dan ilat-ilatnya. Ia memperoleh penghargaan dan pujian dari para ulama, terutama dari gurunya sendiri, Ahmad bin Hanbal. Al-Hafiz Musa bin Harun berkata mengenai Abu Dawud: "Abu Dawud diciptakan di dunia hanya untuk hadith, dan di akhirat untuk syurga. Aku tidak melihat orang yang lebih utama melebihi dia." Sahal bin Abdullah At-Tistari, seorang yang alim mengunjungi Abu Dawud. Lalu dikatakan kepadanya: "Ini adalah Sahal, datang berkunjung kepada tuan."
  • 8. Abu Dawud pun menyambutnya dengan hormat dan mempersilahkan duduk. Kemudian Sahal berkata: "Wahai Abu Dawud, saya ada keperluan keadamu." Ia bertanya: "Keperluan apa?" "Ya, akan saya utarakan nanti, asalkan engkau berjanji akan memenuhinya sedapat mungkin," jawab Sahal. "Ya, aku penuhi maksudmu selama aku mampu," tandan Abu Dawud. Lalu Sahal berkata: "Jujurkanlah lidahmu yang engkau pergunakan untuk meriwayatkan hadith dari Rasulullah SAW. sehingga aku dapat menciumnya." Abu Dawud pun lalu menjulurkan lidahnya yang kemudian dicium oleh Sahal. Ketika Abu Dawud menyusun kitab Sunan, Ibrahim al-Harbi, seorang ulama ahli hadith berkata: "Hadith telah dilunakkan bagi Abu Dawud, sebagaimana besi dilunakkan bagi Nabi Dawud." Ungkapan ini adalah kata-kata simbolik dan perumpamaan yang menunjukkan atas keutamaan dan keunggulan seseorang di bidang penyusunan hadith. Ia telah mempermudah yang sulit, mendekatkan yang jauh dan memudahkan yang masih rumit dan pelik. Abu Bakar al-Khallal, ahli hadith dan fiqh terkemuka yang bermadzhab Hanbali, menggambarkan Abu Dawud sebagai berikut; Abu Dawud Sulaiman bin al-Asy'as, imam terkemuka pada zamannya adalah seorang tokoh yang telah menggali beberapa bidang ilmu dan mengetahui tempat- tempatnya, dan tiada seorang pun pada masanya yang dapat mendahului atau menandinginya. Abu Bakar al-Asbihani dan Abu Bakar bin Sadaqah senantiasa menyinggung-nyingung Abu Dawud kerana ketinggian darjatnya, dan selalu menyebut-nyebutnya dengan pujian yang tidak pernah mereka berikan kepada siapa pun pada masanya.