2. Biodata lengkap
• Sulaiman bin al-Asy'as bin Ishaq bin Basyir bin
Syidad bin 'Amr al-Azdi as-Sijistani
• سليمان بن العشعص بن اسحاق بن بصير بن
عشداد بن عمر الدزدي السجيستاني
• imam ahli hadith yang sangat teliti
• tokoh terkemuka para ahli hadith setelah dua
imam hadith Bukhari dan Muslim
• pengarang kitab Sunan
• dilahirkan pada tahun 202 H/817 M di Sijistan.
3. Perkembangan Dan
Perlawatannya
• Sejak kecilnya Abu Dawud sudah mencintai ilmu dan para ulama, bergaul dengan
mereka untuk dapat mereguk dan menimba ilmunya.
• Belum lagi mencapai usia dewasa, ia telah mempersiapkan dirinya untuk
mengadakan perlawatan, mengelilingi berbagai negeri.
• Ia belajar hadith dari para ulama yang tidak sedikit jumlahnya, yang dijumpainya
di Hijaz, Syam, Mesir, Iraq, Jazirah, Sagar, Khurasan dan negeri-negeri lain.
• Perlawatannya ke berbagai negeri ini membantu dia untuk memperoleh
pengetahuan luas tentang hadith, kemudian hadith-hadith yang diperolehnya itu
disaring dan hasil penyaringannya dituangkan dalam kitab As-Sunan.
• Abu Dawud mengunjungi Baghdad berkali-kali. Di sana ia mengajarkan hadith dan
fiqh kepada para penduduk dengan memakai kitab Sunan sebagai pegangannya.
• Kitab Sunan karyanya itu diperlihatkannya kepada tokoh ulama hadith, Ahmad bin
Hanbal.
• Abu Dawud menetap di Basrah atas permintaan gabenor setempat yang
menghendaki supaya Basrah menjadi "Ka'bah" bagi para ilmuwan dan peminat
hadith
4. Guru-Gurunya
• Ahmad bin Hanbal,
• al-Qa'nabi,
• Abu 'Amr ad-Darir,
• Muslim bin Ibrahim,
• Abdullah bin Raja',
• Abu'l Walid at-Tayalisi
Sebahagian gurunya ada pula yang menjadi guru Imam
Bukhari dan Imam Muslim, seperti Ahmad bin Hanbal,
Usman
bin Abi Syaibah dan Qutaibah bin Sa'id.
5. Murid-Muridnya (Para Ulama Yang
Mewarisi Hadithnya)
• Abu 'Isa at-Tirmidzi,
• Abu Abdur Rahman an-Nasa'i,
• Abu Bakar bin Abu Dawud (anak)
• Abu Awanah,
• Abu Sa'id al-A'rabi,
• Abu Ali al-Lu'lu'i,
• Abu Bakar bin Dassah,
• Abu Salim Muhammad bin Sa'id al-Jaldawi
6. Akhlak Dan Sifat-Sifatnya Yang
Terpuji
• ulama yang mengamalkan ilmunya dan mencapai darjat tinggi
dalam ibadah, kesucian diri, wara' dan kesalehannya.
• “Abu Dawud menyerupai Ahmad bin Hanbal dalam perilakunya,
ketenangan jiwa dan kebagusan pandangannya serta
keperibadiannya. Ahmad dalam sifat-sifat ini menyerupai Waki',
Waki menyerupai Sufyan as-Sauri, Sufyan menyerupai Mansur,
Mansur menyerupai Ibrahim an-Nakha'i, Ibrahim menyerupai
'Alqamah dan ia menyerupai Ibn Mas'ud. Sedangkan Ibn Mas'ud
sendiri menyerupai Nabi SAW dalam sifat-sifat tersebut.”
• Abu Dawud mempunyai pandangan dan falsafah sendiri dalam
cara berpakaian. Salah satu lengan bajunya lebar namun yang
satunya lebih kecil dan sempit. Seseorang yang melihatnya
bertanya tentang kenyentrikan ini, ia menjawab:
"Lengan baju yang lebar ini digunakan untuk membawa kitab-
kitab, sedang yang satunya lagi tidak diperlukan. Jadi, kalau
dibuat lebar, hanyalah berlebih-lebihan.
7. Pujian Para Ulama Kepadanya
• Abu Dawud adalah juga merupakan "bendera Islam" dan seorang hafiz
yang sempurna, ahli fiqh dan berpengetahuan luas terhadap hadith
dan ilat-ilatnya. Ia memperoleh penghargaan dan pujian dari para
ulama, terutama dari gurunya sendiri, Ahmad bin Hanbal. Al-Hafiz
Musa bin Harun berkata mengenai Abu Dawud:
"Abu Dawud diciptakan di dunia hanya untuk hadith, dan di akhirat
untuk syurga. Aku tidak melihat orang yang lebih utama melebihi dia."
Sahal bin Abdullah At-Tistari, seorang yang alim mengunjungi Abu
Dawud. Lalu dikatakan kepadanya: "Ini adalah Sahal, datang
berkunjung kepada tuan."
8. • Abu Dawud pun menyambutnya dengan hormat dan mempersilahkan duduk. Kemudian Sahal
berkata: "Wahai Abu Dawud, saya ada keperluan keadamu." Ia bertanya: "Keperluan apa?" "Ya,
akan saya utarakan nanti, asalkan engkau berjanji akan memenuhinya sedapat mungkin," jawab
Sahal. "Ya, aku penuhi maksudmu selama aku mampu," tandan Abu Dawud. Lalu Sahal berkata:
"Jujurkanlah lidahmu yang engkau pergunakan untuk meriwayatkan hadith dari Rasulullah SAW.
sehingga aku dapat menciumnya." Abu Dawud pun lalu menjulurkan lidahnya yang kemudian
dicium oleh Sahal.
Ketika Abu Dawud menyusun kitab Sunan, Ibrahim al-Harbi, seorang ulama ahli hadith berkata:
"Hadith telah dilunakkan bagi Abu Dawud, sebagaimana besi dilunakkan bagi Nabi Dawud."
Ungkapan ini adalah kata-kata simbolik dan perumpamaan yang menunjukkan atas keutamaan
dan keunggulan seseorang di bidang penyusunan hadith. Ia telah mempermudah yang sulit,
mendekatkan yang jauh dan memudahkan yang masih rumit dan pelik.
Abu Bakar al-Khallal, ahli hadith dan fiqh terkemuka yang bermadzhab Hanbali, menggambarkan
Abu Dawud sebagai berikut; Abu Dawud Sulaiman bin al-Asy'as, imam terkemuka pada zamannya
adalah seorang tokoh yang telah menggali beberapa bidang ilmu dan mengetahui tempat-
tempatnya, dan tiada seorang pun pada masanya yang dapat mendahului atau menandinginya.
Abu Bakar al-Asbihani dan Abu Bakar bin Sadaqah senantiasa menyinggung-nyingung Abu Dawud
kerana ketinggian darjatnya, dan selalu menyebut-nyebutnya dengan pujian yang tidak pernah
mereka berikan kepada siapa pun pada masanya.