Dokumen ini membahas berbagai aksara tradisional di Indonesia seperti aksara Bugis, Batak, Rencong, Jawa Kuno, Lampung, Bali, dan Sunda. Setiap aksara memiliki asal usul dan ciri khas tertentu dalam bentuk huruf dan cara penulisannya.
1 of 20
Download to read offline
More Related Content
Akulturasi Bahasa dan Tulisan ( Kelas 10 SMK/SMA K13)
1. Kelompok :
1. Beti Christiyanti (09)
2. Eli Safitri (14)
3. Eva Ria Safitri (15)
4. Faradila Meyza A. (16)
5. Kairina Sapna D. (19)
6. Siti Rohmah (33)
7. Vera Meilani (35)
6. AKSARA BUGIS/LONTARA
sejarahnya lontara mempunyai dua pengertian
dalam bahasa bugis,yakni
1) lontara sebagai sejarah dan ilmu
pengetahuan, dan
2) lontara sebagai tulisan. Kata lontara berasal
dari bahasa bugis yang berarti daun lontar
karena awalnya ditulis dalam daun lontar. Daun
lontar ini memiliki lebar kira-kira 1 cm
sedangkan panjangnya disesuaikan dengan
panjangnya tulisan. Tiap – tiap daun lontar
disambungkan dengan menggunakan benang
lalu digulung pada jepitan kayu, yang bentuknya
mirip gulungan pita kaset. Cara membacanya
dari kiri ke kanan.aksara lontara biasa juga
disebut dengan sulapaq eppaq.
8. AKSARA BATAK
sistem tradisi penulisan didalam bahasa batak
toba diduga telah ada sejak abad ke-13,dengan
aksara yang mungkin berasal dari aksara jawa
kuno, melalui aksara sumatera kuno. Aksara ini
bersifat silabis artinya tanda untuk
menggambarkan satu suku kata/silaba atau
silabis. Jumlah lambang /tanda itu sebanyak 19
buah huruf yang disebut juga induk huruf dan
ditambah 7 jenis anak huruf.
Pada dasarnya huruf /ka/ tidak pernah
ditemukan dalam bahasa batak toba, misalnya
orang batak toba pada mulanya bila
menyebutkan kopi adalah hopi, dan hoda [bukan
kuda]. Tetapi sekarang ini orang batak tidak lagi
menyebutnya hopi melainkan kopi, itulah
perubahan pelafalan dalam bahasa batak toba.
10. AKSARA RENCONG
Aksara rencong adalah istilah yang mula-mula
digunakan oleh para peneliti belanda untuk
merujuk pada aksara surat ulu yang digunakan di
kawasan ulu (pegunungan) sumatra, khususnya
di kerinci, bengkulu, sumatra selatan, dan
lampung. Bersama dengan aksara-aksara daerah
lain di sumatra, surat ulu merupakan turunan
dari aksara pallawa. Pada masa lalu surat ulu
dituliskan pada bambu, tanduk kerbau, dan kulit
kayu.
Aksara ulu yang kadang-kadang juga dinamakan
aksara kaganga berdasarkan tiga huruf pertama
dalam urutan abjadnya, masih serumpun dengan
surat batak (aksara batak).
12. AKSARA KAWI (JAWA KUNO)
Bahasa Jawa Kuno disebut juga dengan istilah
Bahasa Kawi. Kata kawi berasal dari kata kavya
(Sansekerta) yang artinya puisi/ syair, sama
dengan Kakawin. Pada mulanya kata kawi ( India)
berarti seorang yang mempunyai pengertian luar
biasa, seorang yang bisa melihat hari depan,
seorang yang bijak. Dalam sastra klasik berarti
seorang penyair, pencipta atau pengarang
(Zoutmulder, 1985: 119-120). Berdasarkan
pengertian ini maka Bahasa Kawi berarti
bahasanya pengarang, atau pujangga (bahasa
ragam tulis yang merupakan bagian dari Bahasa
Jawa Kuno.
14. AKSARA LAMPUNG
aksara lampung yang disebut dengan had
lampung adalah bentuk tulisan yang memiliki
hubungan dengan aksara pallawa dari india
selatan. Macam tulisannya fonetik berjenis
suku kata yang merupakan huruf hidup
seperti dalam huruf arab dengan
menggunakan tanda tanda fathah di baris
atas dan tanda tanda kasrah di baris bawah
tapi tidak menggunakan tanda dammah di
baris depan melainkan menggunakan tanda
di belakang, masing-masing tanda
mempunyai nama tersendiri.
16. AKSARA BALI
aksara bali adalah huruf tradisional
masyarakat bali dan berkembang di bali.
Aksara bali merupakan suatu abugida yang
berpangkal pada huruf pallawa. Aksara ini
mirip dengan aksara jawa. Perbedaannya
terletak pada lekukan bentuk huruf.
18. AKSARA SUNDA
Aksara sunda kuna merupakan aksara yang
berkembang di daerah Jawa Barat pada abad
xiv-xviii yang pada awalnya digunakan untuk
menuliskan bahasa sunda kuna. Aksara
sunda kuna merupakan perkembangan dari
aksara pallawa yang mencapai taraf
modifikasi bentuk khasnya sebagaimana yang
digunakan naskah-naskah lontar pada abad
xvi.