2. Biografi
Sosial
Nama aslinya Abu Yusuf Yakub ibn
Ishaq ibn al-Shabbah ibn Imran ibn
Muhammad ibn al-Asyas ibn Qais al-
Kindi
Ia lahir di Kuffah sekitar 185 H (801 M)
tidak ada kepastian tentang tanggal
kelahiran, kematian, dan siapa saja yang
pernah menjadi gurunya.
3. Sekilas Tentang Kecerdasan al-
Kindi
Termasuk dalam Golongan Dokter dalam buku Thabaqat al-
Athibba karya ibn Juljul.
Menjelaskan dan menyingkap berbagai permasalahan yang sulit
dipahami.
menguasai ilmu yang berkembang pada waktu itu.
kedokteran, filsafat, semantik, geometri,
aljabar, ilmu falak, astronomi, dan musik.
4. Karya-karya al-
Kindi
Lebih dari 270 buku, antara lain:
Kitab al-Kindi ila al-Mutashim billah fi al-Falsafah al-Ula (tentang filsafat pertama)
Kitab al-falsafah al-dakhilat wa al-masail al-manthiqiyyah wa al-muqtashah wa mafawka al
thabiiyyah (tentang filsafat yang diperkenalkan dan masalah-masalah logika dan muskil dan serta
metafisika).
Kitab fi annahu laa tanalu al-falsafah illa bi ilm al-riyadhiyyah (tentang filsafat tidak dapat dicapai
kecuali dengan ilmu pengetahuan dan matematika).
Kitab fi qashd aristhathalis fi al-maqulat (tentang maksud-maksud aristoteles dalam kategori-
kategorinya).
Kitab fi maiyyah al-ilm wa aqsamihi (tentang sifat ilmu pengetahuan dan klasifikasinya).
Dan lain-lain.
5. Pemikiran-pemikiran
Filsafat dan Agama
Metafisika
Keabadian
Psikologi
Moral
Ilmu Pengetahuan
Tidur dan Mimpi
Psikoterapi
Kebahagiaan
6. a. Filsafat dan Agama
Al-Kindi berusaha memadukan antara agama dan filsafat.
Menurutnya, filsafat adalah pengetahuan yang benar. Al-Quran
yang membawa argumen-argumen yang lebih meyakinkan dan
benar tidak mungkin bertentangan dengan kebenaran yang
dihasilkan filsafat. Karena itu, mempelajari filsafat dan berfilsafat
tidak dilarang, bahkan teologi adalah bagian dari filsafat,
sedangkan umat islam diwajibkan mempelajari teologi.
7. Pengingkaran terhadap hasil-hasil filsafat karena adanya hal-hal yang
bertentangan dengan apa yang menurut mereka telah mutlak
digariskan al-Quran. Hal semacam ini, menurut al-Kindi, tidak
dapat dijadikan alasan untuk menolak filsafat, karena hal itu dapat
dilakukan tawil.
8. Perbedaan Filsafat dengan Agama:
1. Filsafat termasuk humaniora yang dicapai filsuf dengan berpikir,
belajar, sedangkan agama adalah ilmu ketuhanan yang menempati
tingkat tertinggi karena diperoleh tanpa melalui proses belajar, dan
hanya diterima secara langsung oleh para rasul dalam bentuk wahyu.
2. Jawaban filsafat menunjukkan ketidakpastian (semu) dan
memerlukan berpikir atau perenungan. Sedangkan agama lewat dalil-
dalilnya yang dibawa al-Quran memberi jawaban secara pasti dan
meyakinkan dengan mutlak. Bandingkan dengan Qs. Yasin: 79-81.
3. Filsafat menggunakan metode logika, sedangkan agama
mendekatinya dengan keimanan.
9. b. Metafisika
Di dalam alam terdapat benda-benda yang dapat ditangkap oleh
panca indera. Benda-benda itu merupakan juziyah (particulars).
Yang penting bagi filsafat, kata al-Kindi, bukan juziyah yang tak
terhingga banyaknya itu, tetapi hakikat yang terdapat didalam
juziyah itu, yaitu kulliah (universals). Tiap-tiap benda mempunyai
dua hakikat, hakikat sebagai juzi dan ini disebut aniah, dan
hakikat sebagai kulli dan ini disebut mahiyah yaitu hakikat yang
bersifat universal dalam bentuk genus dan spesies.
10. c. Keabadian
Dalam hal membuktikan adanya Tuhan, al-Kindi mengemukakan
dalil empiris, yaitu
1. Dalil baharu alam
2. Dalil keragaman dan kesatuan
3. Dalil pengendalian alam
12. jiwa adalah tunggal, tidak tersusun, tidak panjang, dalam dan
lebar.
Jiwa mempunyai arti penting , sempurna, dan mulia.
Subtansinya berasal dari subtansi Allah.
Pada jiwa manusia terdapat tiga daya: daya bernafsu (yang
terdapat di perut), daya marah (terdapat di dada), dan daya pikir
(berputar pada kepala).
Jiwa
13. Menurut al-Kindi akal dibagi menjadi tiga macam: akal yang bersifat
potensil; akal yang keluar dari sifat potensil dan aktual; dan akal yang
telah mencapai tingkat kedua dari aktualitas.
Sifat-sifat akal yang ketiga:
a. Merupakan akal pertama
b. Selamanya dalam aktualitas
c. Merupakan spesies dan genus
d. Membuat akal potensil menjadi aktual berpikir
e. Tidak sama dengan akal potensil tetapi lain dari padanya
Akal
14. Al kindi membagi akal menjadi empat yaitu
1. Akal yang berada dalam potensialitas atau akal potensial atau
materiil
2. Akal yang selalu berubah dari potensialitas ke aktualitas
3. Akal manifest
4. Akal yang selalu actual
Teori
Pengetahuan
15. e. Moral
Menurut al-Kindi, filsafat harus memperdalam pengetahuan
manusia tentang diri dan bahwa seorang filsuf wajib menempuh
hidup susila. Hikmah sejati membawa serta pengetahuan serta
pelaksanaan keutamaan. Kebijaksanaan tidak dicari untuk diri
sendiri (aristoteles), melainkan untuk hidup bahagia (stoa). Tabiat
manusia baik, tetapi ia digoda oleh nafsu. Konflik itu dihapuskan
oleh pengetahuan (paradoks Socrates). Manusia harus
menjauhkan diri dari keserakahan. Milik memberatkan jiwa.
16. f. Ilmu Pengetahuan
pengetahuan manusia itu pada dasarnya terbagi menjadi tiga
bagian besar, yaitu :
(a) Pengetahuan yang diperoleh dengan menggunakan indera disebut
pengetahuan inderawi
(b) Pengetahuan yang diperoleh dengan menggunakan akal disebut
pengetahuan rasional,
(c) pengetahuan yang diperoleh
langsung dari Tuhan disebut dengan
pengetahuan isyraqi atau iluminatif.
17. g. Tidur dan Mimpi
Tidur adalah membiarkan pengunaan jiwa untuk semua alat
indera. Jika kita tidak melihat, tidak mendengar, tidak merasa,
tidak mencium, tidak meraba, tanpa sebab penyakit yang biasa
dan kita dalam keadaan normal, maka kita disebut sedang tidur
proses pemanfaatan pikiran oleh jiwa dan proses peniadaan
pemanfaatan pikiran oleh indera. Al-Kindi mengembalikan
perilaku mimpi kepada proses daya fantasi atau imajinasi, yaitu
daya yang memahami bentuk-bentuk indrawi yang bebas dari
materinya dan ia menjalankan fungsinya pada situasi tidur dan
sadar secara bersama-sama.
18. h. Psikoterapi
Al-Kindi memiliki buku kecil tentang obat duka yang berjudul fii al-
Hiilah li Dafi al-Ahzan (Kiat Melawan Kesedihan). Ia mendefiniskan
kesedihan sebagai gangguan psikis (neurosis) yang terjadi karena
kehilangan hal-hal yang dicintai dan yang diinginkan.
Oleh karena itu, orang yang menjadikan kecintaan dan keinginannya
bersifat indrawi, maka ia aka menjadi sasaran perasaan bagi gangguan
kesedihan. Lalu lantaran keinginan dan kecintaan yang bersifat indrawi
mengalami kehancuran dan kemusnahan, maka orang akan bersedih
karenanya. Sedangkan kecintaan dan keinginan yang bersifat rasional
selalu abadi dan konstan serta tidak mengalami kehancuran dan
kehilangan. Itu sebabnya, orang yang ingin bahagia dan mencegah
dirinya dari gangguan kesedihan, maka ia harus menjadikan kecintaan
dan keinginannya didunia rasional, bukan pada dunia indrawi.
19. i. Kebahagiaan
kebahagiaan dalam pandangan al-Kindi bukanlah dengan mencapai keinginan dan
kesukaan yang bersifat inderawi, duniawi, dan artifisial. Tetapi kebahagiaan
diperoleh melalui pencapaian keinginan dan kesukaan yang bersifat rasional,
baik dalam meneliti, memikirkan, membedakan dan mengenal hakikat segala
sesuatu.
Jadi, kebahagiaan sejati bagi manusia ialah berupa kenikmatan yang bersifat
Illahiah dan ruhaniah, yang dapat dicapai manusia jika dalam keadaan suci
dari noda syahwat dan kenikmatan indrawi. Serta mendekatkan diri kepada
Allah sehingga Dia memancarkan cahaya dan rahmat-Nya. Alhasil pada saat
itu manusia merasakan kenikmatan abadi di atas segala kenikmatan indrawi
yang dapat dicapai dari kenikmatan hidup duniawi.
20. Referensi
Nasution, Harun. 1973. Falsafat dan Mistisisme dalam Islam. Jakarta:
Bulan Bintang.
Nasution, Hasyimsyah. 1997. Filsafat Islam. Jakarta: Gaya Media
Pratama.
Utsman Najati, Muhammad. 1993. Jiwa dalam Pandangan Filosof
Muslim. Bandung: Pustaka Hidayah
22. Pertanyaan
1. Apa yang dimaksud dengan Tawil?
2. Bagaimana pendapat al-Kindi tentang waktu terkait dengan juzi dan
aniah?
3. Mengapa al-Kindi mengatakan pusat indrawi berada di otak?
Sedangkan dalam al-Quran di hati
4. Contoh ilmu pengetahuan indrawi, rasional, dan illumitatif?
5. Yang dimaksud illuminati?
6. Maksud dari akal yang berada dalam potensialitas?
7. Bedanya sekte illuminati dengan atheis?