1. Konsep Al-Wala' Wal-Bara' Dalam Aqidah Islam I
"Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil orang-orang Yahudi dan Nasrani
menjadi pemimpin-pemimmpin (mu): sebahagian mereka adalah pemimpin bagi sebahagiaa yang
lain. Barangsiapa diantara kamu mengambil mereka sebagai pemimpin, maka sesungguhnya
orang itu termasuk golongan mereka. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada oarngorang yang zalim " (QS. Al-Maidah: 51)
Definisi Al-Wala' Wal-Bara'
Kata al-wala' menurut bahasa berarti; mencintai, menolong, mengikuti, mendekat kepada sesuatu. Kata
al-wala' menurut terminologi syariat berarti; penyesuaian diri seorang hamba terhadap apa yang disukai
dan diridhoi Allah berupa perkataan, perbuatan, kepercayaan, dan oarng. Wilayah al-wala'; apa yang
dicintai Allah. Ciri utama wali Allah; mencintai apa yang dicintai Allah dan membenci apa yang dibenci
Allah, ia condong dan melakukan semua itu dengan penuh komitmen.
Kata al-bara' menurut bahasa berarti; menjauhi, membersihkan diri, melepaskan diri, memusuhi. Kata albara' menurut terminologi syariat berarti; penyesuaian diri seorang hamba terhadap apa yang dibenci dan
dimurkai Allah dari perkataan, perbuatan, kepercayaan serta orang. Wilayah al-bara'; apa yang dibenci
Allah. Ciri utama al-bara'; membenci apa yang dibenci Allah secara menerus dan penuh komitmen.
Aqidah Al-Wala' Wal-Bara' adalah penyesuaian diri seorang hamba terhadap apa yang dicintai dan
diridhoi Allah serta apa yang dibenci dan dimurkai Allah dalam perkataan, perbuatan, kepercayaan dan
orang.
Kaitan-kaitan Al-Wala' Wal-Bara dibagi menjadi 4
1. Perkataan; zikir dicintai Allah, mencela dan menuduh dibenci Allah.
2. Perbuatan; (sholat, puasa, zakat, sedekah, dan berbuat kebajikan) dicintai Allah, (riba, zina,
minum khamr) dibenci Allah.
3. Kepercayaan; (iman, tauhid) dicintai Allah, (kufur, syirik) dibenci Allah.
4. Orang; orang beriman yang mengesakan Allah dicintai Allah, orang kafir dan musrik dibenci
Allah
2. Kedudukan Aqidah Al-Wala' Wal-Bara' dalam Syariat Islam.
1. Bagian penting dari makna syahadat
2. Bgaian dari ikatan iman yang terkuat
3. Sebab utama hati bisa rasakan manisnya iman
4. Tali hubungan di atas mana masyarakat Islam dibangun
5. Meraih pahala yang sangat besar
6. Perintah syariat untuk dahulukan hubungan ini daripada hubungan lain
7. Jika konsep ini teraplikasi, akan memperoleh walayatullah (lindungan dan kewalian dari Allah)
8. Tali penghubung yang kekal di antara manusia hingga hari kiamat
9. Syarat sahnya ucapan syahadat
10. Jika konsep ini tidak dijalankan, menjadi kafir.
11. Penyempurna keimanan
Aqidah Al-Wala' Wal-Bara'
Wajib; 9:24, 2:165, 3:128, 3:141, 5:51
Salah satu konsekuensi dan syarat sahnya syahadat
Pembagian manusia berdasarkan Aqidah Al-Wala' Wal-Bara' ada 3 bagian
1. Orang yang berhak mendapatkan wala' (loyalitas) mutlak:
Orang mukmin yang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya, menjalankan perintah Allah dan
meninggalkan larangan Allah dengan ikhlas karena Allah.
2. Orang yang berhak mendapat wala' di satu sisi dan bara' di sisi lain:
Muslim yang melakukan maksiat, yang melalaikan sebagian kewajiban agama, melakukan
sebagian perbuatan yang diharamkan Allah namun tidak menyebabkan ia menjadi kufur dengan
tingkatan kufur besar.
3. Orang yang berhak mendapat bara' mutlak:
Orang musyrik, kafir (Yahudi, Nasrani, Majusi, dll)
Syarat mendapat 'Kewalian' dari Allah
1. Berakal
2. Baligh
3. Kesesuaiannya dengan apa yang dicintai dan dibenci Allah
4. Mengetahui dasar-dasar agama
3. 5. Mengetahui masalah-masalah furu' dalam syariat Islam
6. Mempunyai akhlak terpuji
7. Takut kepada Allah
Tingkat Wali-Wali Allah (Faatir:32)
1. As-Sabiquun Fil Khairat
2. Al-Muqtashid
3. Az-Zhalimu Linafsihi
Hak-Hak Al-Wala'
1. Hijrah
2. Membantu dan menolong kaum muslimin
3. Terlibat dalam permasalahan kaum muslimin
4. Mencintai kaum muslimin seperti mencintai diri sendiri
5. Tidak mengejek, melecehkan, mencari aib dan berghibah serta menyebarkan namimah kepada
kaum muslimin
6. Mencintai dan selalu berusaha berkumpul bersama kaum muslimin
7. Melakukan apa yang menjadi hak kaum muslimin (menjenguk yang sakit, mengantar jenazah, dll)
8. Bersikap lembut, mendoakan serta memohon ampun bagi kaum muslimin
9. Amar ma'ruf nahi munkar serta menasehati kaum muslimin
10. Tidak cari-cari aib dan kesalahan kaum muslimin serta buka rahasia mereka kepada musuh
Islam
11. Memperbaiki hubungan di antara kaum muslimin
12. Tidak menyakiti kaum muslimin
13. Bermusyawarah dengan kaum muslimin
14. Ihsan dalam perkataan dan perbuatan
15. Bergabung dalam jamaah kaum muslimin dan tidak berpisah dengan mereka
16. Tolong menolong dalam kebaikan dan ketakwaan.
17. Al-wala' wal bara'
18. Wednesday, May 11, 2005
19. Kitab Tauhid 1
oleh: Dr.Shalih bin Fauzan bin Abdullah Al fauzan
Definisi al-wala' wal bara'
Wala' adalah kata mashdar dari fi'il "waliya" yang artinya dekat. Yang dimaksud
4. dengan wala' di sini adalah dekat kepada kaum muslimin dengan mencintai
mereka, membantu dan menolong mereka atas musuh-musuh mereka dan
bertempat tinggal bersama mereka.
Sedangkan bara' adalah mashdar dari bara'ah yang berarti memutus atau
memotong. Maksudnya di sini ialah memutus hubungan atau ikatan hati dengan
orang-orang kafir, sehingga tidak lagi mencintai mereka, membantu dan
menolong mereka serta tidak tinggal bersama mereka.
Kedudukan Al-Wala' Wal Bara' Dalam Islam
Di antara hak tauhid adalah mencintai ahlinya yaitu para muwahhidin, serta
memutuskan hubungan dengan para musuhnya yaitu kaum musyrikin. Allah
Subhannahu wa Ta'ala berfirman: "Sesungguhnya penolong kamu hanyalah
Allah, RasulNya, dan orang-orang yang beriman, yang mendirikan shalat dan
menunaikan zakat, seraya mereka tunduk (kepada Allah). Dan barang-siapa
mengambil Allah, RasulNya dan orang-orang yang beri-man menjadi
penolongnya, maka sesungguhnya pengikut (agama) Allah itulah yang pasti
menang." (Al-Maidah: 55-56)
"Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil orang-orang Yahudi
dan Nasrani menjadi pemimpin-pemimpin (mu); sebahagian mereka adalah
pemimpin bagi sebahagian yang lain. Barangsiapa di antara kamu mengambil
mereka men-jadi pemimpin, maka sesungguhnya orang itu termasuk golongan
mereka. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang
zalim." (Al-Maidah: 51)
"Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil musuhKu dan
musuhmu menjadi teman-teman setia ..." (Al-Mumtahanah: 1)
"Adapun orang-orang yang kafir, sebagian mereka menjadi pe-lindung bagi
sebagian yang lain." (Al-Anfal: 73)
"Kamu tidak akan mendapati sesuatu kaum yang beriman kepada Allah dan hari
akhirat, saling berkasih sayang dengan orang-orang yang menentang Allah dan
RasulNya, sekalipun orang-orang itu bapak-bapak, atau anak-anak atau
saudara-saudara ataupun keluarga mereka." (Al-Mujadilah: 22)
Dari ayat-ayat di atas jelaslah tentang wajibnya loyalitas kepada orang-orang
mukmin, dan memusuhi orang-orang kafir; serta kewajiban menjelaskan bahwa
loyal kepada sesama umat Islam adalah ke-bajikan yang amat besar, dan loyal
kepada orang kafir adalah bahaya besar.
Kedudukan al-wala' wal bara' dalam Islam sangatlah tinggi, karena dialah tali
iman yang paling kuat. Sebagaimana sabda Rasulullah Shallallaahu alaihi wa
Salam: "Tali iman paling kuat adalah cinta karena Allah dan benci karena
Allah." (HR. Ibnu Jarir)
5. Dan dengan al-wala' wal bara'-lah kewalian Allah dapat tergapai. Diriwayatkan
oleh Abdullah Ibnu Abbas Radhiallaahu anhu: "Siapa yang mencintai karena
Allah, membenci karena Allah, memberi wala' karena Allah dan memusuhi
karena Allah maka sesungguhnya dapat diperoleh kewalian Allah hanya dengan
itu. Dan seorang hamba itu tidak akan merasakan lezatnya iman, sekali pun
banyak shalat dan puasanya, sehingga ia melakukan hal tersebut. Dan telah
menjadi umum persaudaraan manusia berdasarkan kepentingan duniawi, yang
demikian itu tidaklah bermanfaat sedikit pun bagi para pelakunya." (HR.
Thabrani dalam Al-Kabir)
Al Wala' wa Al Bara' :
Satu Aplikasi Harmoni
di Era Pakatan Rakyat
Siri Pertama :
惡 愕 悋 悋 惘忰 悋 惘忰
悋 忰惆 悋 惶 悋 悸 悋 愕 悋 惺 惘 愕 悋 惺 悛 悖 惶忰悋惡 惶惘 悋
1.0 Muqaddimah
Konsep al Wala dan al Bara perlu difahami malah dihayati oleh setiap individu muslim amnya
dan pemimpin Gerakan Islam khasnya. Asasnya ialah untuk meletakkan kita jernih aqidah , tulen
ibadah , benar amalan dan jelas fikrah bersama perjuangan Islam yang kita dokong biarpun kita
berhadapan dengan apa jua situasi .
2.0 Pengertian Al Wala dan Al Bara
2.1 Pengertian Al Wala dari segi bahasa
Berasal daripada perkataan , - -hisak ,taked duskam awabmem gnay 悋 悋 惠 悋悄
mengikut, memberi pertolongan, memberi perlindungan dan sebagainya[1].
2.2 Pengertian Al Bara dari segi bahasa
Berasal daripada perkataan , - 惡惘悖 -悧惘惡natagnirep ,sabeb duskam awabmem gnay 惡 惘悋悄 惡 惘悋悄悸
tajarrud atau berlepas diri[2].
2.3 Pengertian Al Wala dari segi istilah
6. Tidak ada satu kalimah dalam bahasa Melayu yang dapat mengungkapkan secara keseluruhan
makna wala. Al Wala biasa ditakrifkan sebagai meletakkan kecintaan yang sebenar serta
kesetiaan dan penghormatan yang tinggi kepada pimpinan yang disertakan dengan sokongan dan
bantuan sama ada berbentuk nyata atau tidak.
Secara tepatnya kalimah wala terangkum di dalamnya beberapa pengertian iaitu;
Memberikan kasih-sayang
Memberikan taat-setia yang tidak berbelah-bagi
Mengangkat sebagai pemimpin,
Mengormati,
Menjadikannya sebagai teman-rapat atau sekutu,
Memberi kepercayaan,
Tempat mencurahkan bantuan dan pertolongan
2.4 Al Bara dari segi istilah
Syaikh Muhammad Al Qahtani menyebutkan Al Bara adalah[3]:
Menjauhkan dan mengasingkan diri, bermusuhan setelah memberi peringatan
Ia juga boleh difahami sebagai, tidak meletakkan kecintaan yang sebenar serta kesetiaan dan
penghormatan yang tinggi kepada pimpinan, seterusnya membenci, menamatkan hubungan dan
mengadakan permusuhan sama ada berbentuk nyata atau tidak
3.0 Konsep Al Wala dan Al Bara dalam Jamaah Islam
3.1 Kepentingan Al Wala dan Al Bara dalam Jamaah Islam
Wala merupakan asas terpenting dalam sesebuah jamaah Islam. Setiap orang yang berada di
dalam jamaah tersebut mestilah memberikan wala kepada pimpinan kerana tanpa wala,
sesebuah jamaah akan hancur dan mudah diperkotak-katikkan oleh pihak musuh yang akan
mengakibatkan matlamat untuk menegakkan agama Allah SWT tinggal angan-angan sahaja.
Saidina Umar ada menyatakan:
悴悋惺惠 悋 悴悋惺惠 惡 悋 悖 惘 悋 悖 惘 惡 悋 愀悋惺惠悋 悒 愕 悋 惡 悋
Tiada Islam tanpa jamaah, tiada jamaah tanpa pemimpin, tiada pemimpin tanpa ketaatan.
Islam mewajibkan penganutnya memberikan wala, ketaatan dan kesetiaan yang sepenuhnya
kepada pimpinan dan haram sama sekali menderhaka atau enggan menurut perintah. Perkara ini
dijelaskan oleh Allah SWT di dalam Al-Quran:
7. Wahai orang-orang yang beriman, taatlah kamu kepada Allah dan taatlah kamu kepada Rasul
dan kepada "Ulil-Amri" dari kalangan kamu[4].
Rasulullah juga menjelaskannya di dalam hadis Baginda:
損.
Dengar dan taatilah, walaupun kamu dipimpin oleh seorang hamba Habasyi yang rambutnya
seperti kismis.[5]
Di dalam kitab 悋愕悋悋 愕悋愕悋 悋惴悋Doktor Muhammad Abdul Qodir Abu Faris ada
menyatakan tentang empat rukun utama kepada siasah atau pemerintahan Islam yang sebenar.
Setiap pentadbiran atau kerajaan yang tidak memenuhi ciri-ciri tersebut, tidak boleh dinamakan
dengan pentadbiran atau kerajaan Islam.
Rukun tersebut ialah:
1- 悋 忰悋 惠
2- 悋 惺惆 悋 愕悋悋悸
3- 悋 愀悋惺惠
4- 悋 愆惘
3.2 Syarat-syarat Al Wala
Di sini jelas menunjukkan kepada kita bahawa Al Wala dan Al Bara merupakan suatu perkara
yang sangat ditekankan oleh Islam. Namun, wala kepada pimpinan bukan berbentuk mutlak
seperti Al-Wala yang diberikan kepada Allah S.W.T. dan Rasulullah S.A.W. Ia perlu memenuhi
syarat-syarat berikut:
1- Pemimpin tersebut hendaklah menjalankan syariat Islam. Mana-mana pemimpin yang
menolak hukum Allah SWT, maka haram kita memberikan wala kepada mereka. Firman Rabbul
Izzati:
Wahai orang-orang yang beriman, taatlah kamu kepada Allah dan taatlah kamu kepada
Rasulullah dan kepada "Ulil-Amri" dari kalangan kamu. Kemudian jika kamu berbantah-bantah
(berselisihan) dalam sesuatu perkara, maka hendaklah kamu mengembalikannya kepada Allah
dan Rasul-Nya jika kamu benar beriman kepada Allah dan hari Akhirat. Yang demikian adalah
lebih baik, dan lebih elok pula kesudahannya[6].
8. Ulamak tafsir menyatakan bahawa perkataan 悋惺愀悖tidak diletakkan sebelum perkataan 悖
erem aynsureteS .itaatid itsem nipmimep aumes kadit anarek 悋悖 惘ka menyatakan bahawa
sekiranya pemimpin tidak mengikut syariat Islam maka rakyat yang berada di bawah tidak boleh
taat dan hendaklah kembali kepada Allah S.W.T. dan Rasulullah S.A.W.
2- Pemimpin tersebut mestilah memerintah dengan adil dan saksama bertepatan dengan
Al-Quran dan Al-Sunnah. Maka kita hendaklah berlepas diri (bara) daripada pemimpin yang
zalim, melakukan penyelewengan dan tidak memerintah dengan adil. Kata Khaliq Azza Wa
Jalla:
Sesungguhnya Allah memerintahkan kamu supaya menyerahkan amanah kepada ahlinya, dan
apabila kamu menjalankan hukum di antara manusia, kamu menghukum dengan adil.
Sesungguhnya Allah dengan (suruhan-Nya) itu memberi pengajaran yang sebaik-baiknya
kepada kamu. Sesungguhnya Allah sentiasa Mendengar, lagi sentiasa Melihat[7].
3- Pemimpin tersebut hendaklah sentiasa menyuruh rakyatnya melakukan kebaikan dan
melarang mereka daripada melakukan maksiat. Ketaatan tidak boleh diberikan kepada
pemimpin yang menyuruh atau menggalakkan rakyatnya melakukan maksiat seperti mendirikan
pusat-pusat pelacuran, hiburan, judi dan sebagainya.
Imam Muslim meriwayatkan satu kisah yang berlaku kepada utusan Nabi Muhammad S.A.W.
yang diperintahkan oleh pemimpin mereka untuk masuk ke dalam api yang dinyalakan:
Nabi bersabda kepada golongan yang ingin mentaati perintah tersebut: Sekiranya kamu masuk
ke dalamnya nescaya kamu akan kekal di dalamnya sehingga hari kiamat. Dan bersabda
kepada mereka yang mengingkarinya dengan kata-kata yang baik: Tiada ketaatan pada
maksiat kepada Allah. Sesungguhnya ketaatan hanya kepada yang makruf.[8]
-
-Syahid Hasan Al-Banna ada menyatakan:
"Apabila kerajaan itu dapat menunaikan kewajipan-kewajipan ini dengan sempurna, maka
wajiblah ke atas rakyat seluruhnya menumpahkan taat setia yang tidak berbelah bagi kepadanya
serta memberikan pelbagai pertolongan dengan jiwa raga dan harta benda. Kita juga harus
memahami bahawa pemimpin berhak menyuruh orang bawahannya melakukan perkara-perkara
yang wajib, sunat dan harus. Manakala dalam masalah khilafiyah, rakyat wajib akur kepada
arahan atau ijtihad pimpinan meskipun arahan atau ijtihad tersebut bercanggah dengan pendapat
9. mereka supaya jamaah Islam tetap utuh dan tidak tergolong ke dalam mereka-mereka yang di
murkai oleh Allah SWT dan Rasulullah SAW".
Sabda Rasulullah SAW:
Sesiapa yang melihat pemimpinnya perkara yang tidak disukainya, maka hendaklah dia
bersabar. Sesungguhnya sesiapa yang memecah-belahkan jamaah walaupun sejengkal lalu mati,
maka tidaklah matinya itu kecuali mati dalam keadaan jahiliyyah.[9]
Dan sabdanya lagi:
...
Aku menyuruh kamu dengan lima perkara yang Allah memerintahkan aku dengannya: Dengar,
taat, jihad, hijrah dan jamaah. Sesungguhnya sesiapa yang memecah belahkan jamaah walau
sejengkal, maka ia telah mencabut Islam dari lehernya, kecuali jika dia kembali. Sesiapa yang
menyeru dengan seruah jahiliyyah, maka sesungguhnya dia sedang berjengket di atas neraka.
Lalu berkata seorang lelaki: Wahai Rasulallah, walaupun dia solat dan puasa? Jawab
baginda: Walaupun dia solat dan puasa. Serulah Allah yang menamakan kamu sekalian
Muslimin Mukminin sebagai hamba-hamba Allah.[10]
Kaedah menyebutkan:
悋 悋悄 悖 悋 忰 悋 惡惘悋悄 悖 悋 惡悋愀
al Wala' bagi ahli Haq ( orang yang perjuangkan kebenaran ) dan al Bara' daripada ahli batil (
orang yang melakukan kebatilan )
Penyusun: Ummu Abdirrahman
10. Allah Azza wa Jalla telah menetapkan kebahagiaan hakiki bagi orang yang mengikuti dan
melaksanakan agama Islam dengan sungguh-sungguh sebagaimana Allah Azza wa Jalla telah
menetapkan kesengsaraan dan kehinaan bagi orang yang memerangi agama Islam.
Sesungguhnya pokok agama Islam adalah kalimat tauhid Laa ilaha illallah, tidak ada ilah yang
berhak disembah kecuali Allah. Dengan mengucapkan dan mengamalkan kalimat inilah
dibedakan muslim dan kafir, dipaparkan keindahan surga dan panasnya neraka.
Dan tidaklah tauhid seseorang sempurna sampai ia mencintai karena Allah dan membenci karena
Allah, memberi karena Allah dan tidak memberi karena Allah. Inilah yang disebut al wala wal
baro.
Mengenal Al Wala dan Al Baro
Al Wala secara bahasa berarti dekat, sedangkan secara istilah berarti memberikan pemuliaan
penghormatan dan selalu ingin bersama yang dicintainya baik lahir maupun batin. Dan al baro
secara bahasa berarti terbebas atau lepas, sedangkan secara istilah berarti memberikan
permusuhan dan menjauhkan diri.
Wahai saudariku, ketahuilah bahwa seorang muslimah yang mencintai Allah dituntut untuk
membuktikan cintanya kepada Allah yaitu dengan mencintai hal yang Allah cintai dan membenci
hal yang Allah benci. Hal yang dicintai Allah adalah ketaatan terhadap perintah Allah dan orangorang yang melakukan ketaatan, sedangkan hal yang dibenci Allah adalah kemaksiatan
(pelanggaran terhadap larangan Allah) dan orang-orang yang melakukan kemaksiatan dan
kesyirikan.
Oleh karena itu, hendaklah engkau wala terhadap ketaatan dan orang-orang yang melakukan
ketaatan dan baro terhadap maksiat dan kesyirikan dan orang-orang yang mempraktekkannya.
Siapa yang Berhak Mendapatkan Wala dan Baro ?
1. Orang yang mendapat wala secara mutlak, yaitu orang-orang mukmin yang beriman
kepada Allah dan Rasul-Nya, menjalankan kewajiban dan meninggalkan larangan di atas
tauhid.
2. Orang yang mendapat wala dari satu segi dan mendapat baro dari satu segi, yaitu
muslim yang bermaksiat, menyepelekan sebagian kewajiban dan melakukan sebagian
yang diharamkan.
3. Orang yang mendapat baro secara mutlak, yaitu orang musyrik dan kafir serta muslim
yang murtad, melakukan kesyirikan, meninggalkan shalat wajib dan pembatal keislaman
lain.
Sebagian Tanda Al Wala
1. Hijrah, yaitu pindah dari lingkungan syirik ke lingkungan islami, dari lingkungan maksiat
ke lingkungan orang-orang yang taat.
11. 2. Wajib mencintai saudara muslim sebagaimana mencintai diri sendiri dan senang kebaikan
ada pada mereka sebagaimana senang kebaikan ada pada diri sendiri serta tidak dengki
dan angkuh terhadap mereka.
3. Wajib memprioritaskan bergaul dengan kaum muslimin.
4. Menunaikan hak mereka: menjenguk yang sakit, mengiring jenazah, tidak curang dalam
muamalah, tidak mengambil harta dengan cara yang bathil, dsb.
5. Bergabung dengan jamaah mereka dan senang berkumpul bersama mereka.
6. Lemah lembut dan berbuat baik terhadap kaum muslimin, mendoakan dan memintakan
ampun kepada Allah bagi mereka.
Di Antara Tanda Al Baro
1. Membenci kesyirikan dan kekufuran serta orang yang melakukannya, walau dengan
menyembunyikan kebencian tersebut.
2. Tidak mengangkat orang-orang kafir sebagai pemimpin dan orang kepercayaan untuk
menjaga rahasia dan bertanggungjawab terhadap pekerjaan yang penting.
3. Tidak memberikan kasih sayang kepada orang kafir, tidak bergaul dan bersahabat dengan
mereka.
4. Tidak meniru mereka dalam hal yang merupakan ciri dan kebiasaan mereka baik yang
berkaitan dengan keduniaan (misalnya cara berpakaian, cara makan) maupun agama
(misalnya merayakan hari raya mereka).
5. Tidak boleh menolong, memuji dan mendukung mereka dalam menyempitkan umat
Islam.
6. Tidak memintakan ampunan kepada Allah bagi mereka dan tidak bersikap lunak terhadap
mereka.
7. Tidak berhukum kepada mereka atau ridha dengan hukum mereka sementara mereka
meninggalkan hukum Allah dan Rasul-Nya.
Buah Al Wala wal Baro
1. Mendapatkan kecintaan Allah
Allah berfirman, Telah menjadi wajib kecintaanKu bagi orang-orang yang saling mencintai
karena Aku. (HR. Malik, Ahmad, Ibnu Hibban, Hakim)
2 Mendapatkan naungan Arsy Allah pada hari kiamat
Sesungguhnya Allah berfirman pada hari kiamat: Mana orang-orang yang saling mencintai
karena kemuliaan-Ku? Hari ini Aku lindungi mereka di bawah naunganKu pada hari yang tidak
ada naungan kecuali naungan-Ku. (Hadits Qudsi riwayat Muslim)
3. Meraih manisnya iman
Barangsiapa yang ingin meraih manisnya iman, hendaklah dia mencintai seseorang yang mana
dia tidak mencintainya kecuali karena Allah. (HR. Ahmad)
12. 4. Masuk surga
Tidaklah kalian masuk surga sehingga kalian beriman dan tidaklah kalian beriman sehingga
kalian saling mencintai. (HR. Muslim)
5. Menyempurnakan iman
Barangsiapa yang mencintai dan membenci, memberi dan menahan karena Allah maka telah
sempurnalah imannya. (HR. Abu Dawud dan Tirmidzi, Hadits Hasan)
Hal yang Perlu Diperhatikan dalam Al Wala wal Baro
1. Seorang muslimah yang memiliki orang tua kafir hendaknya tetap berbuat baik pada
orang tua. Dan tidak diperbolehkan menaati orang tua dalam meninggalkan perintah
Allah dan melanggar larangan-Nya.
2. Diharamkan bagi muslimah untuk menikah dengan laki-laki kafir karena agama seorang
wanita mengikuti agama suaminya.