1. Alkisah, di sebuah lereng pegunungan, ada sebuah desa yang permai. Hampir
seluruh penduduk desa di sana bermata pencaharian sebagai pencari kayu di hutan. Di
hutan itu, pohon-pohonnya besar dan berdaun lebat. Awalnya, mereka hanya mau
menebang pohon yang sudah tua. Akan tetapi, akhirnya mereka menjadi lupa diri. Para
penebang kayu itu sudah tak peduli lagi. Meskipun usia pohonnya masih muda, mereka
tetap saja menebangnya.
Suatu ketika, Riri dan Nena bermain-main ke bukit. Dua gadis cilik itu ingin
mencari bunga dan kupu-kupu di sana. Akan tetapi, alangkah kagetnya kdeua gadis itu.
Bukit yang dulu mereka kenal, kini sudah tandus. Bunga-bunga yang indah dan kupu-kupu
sudah tidak ada lagi.
Riri dan Nena kecewa sekali. Bunga dan kupu-kupu cantik tak mereka temui. Siang
itu, matahari bersinar dengan sangat terik. Dua gadis cilik itu mencari pohon besar yang
cukup rindang. Setelah sekian lama berkeliling, akhirnya mereka menemukannya.
Rupanya, pohon ini satu-satunya pohon besar yang belum ditebang.
Riri dan Nena berteduh di bawah pohon tua itu. Sejenak kemudian, mereka
mendongak ke atas. Banyak sekali burung membuat sarang disana. Riri dan Nena melihat
beberapa ekor kupu-kupu terbang kian kemari. Tiba-tiba, ada suara menyapa mereka.
dua gadis cilik ini terhenyak. Mereka mencari sumber suara itu
Jangan panik, gadis-gadis manis! Aku didekat kalian! Astaga! Ternyata, pohon
besar itu yang berbicara. Ia tersenyum kepada Riri dan Nena. Sorot matanya bersahabat.
Tolonglah kairi dan Nena kembali terkejut. Tak hanya pohon tua itu yang mampu bicara.
Ternyata, burung-burung kecil, kupu-kupu, dan hewan-hewan lainnya pun mampu
berbicara seperti manusia.
Aku adalah satu-satunya pohon yang belum ditebang penduduk. Tetapi, mungkin
sebentar lagi mereka akan melakukannya. Seperti halnya manusia, kami juga makhluk
Tuhan yang punya hak untk hidup di bumi ini. Coba kalian lihat betapa banyak burung-burung,
kupu-kupu, dan hewan-hewan lain yang mencoba bertahanhidup di sini. Hanya
kalian yang mampu menyampaikanpesan ini kepada mereka. tolong katakana jika mereka
merawat kami, pasti kami pun akan melindungi mereka! tutur pohon tua itu kepada Riri
dan Nena.
2. Riri dan Nena segera menyampaikan pesan pohon tua itu kepada keluarga mereka.
akan tetapi, cerita dua bocah ini dianggap angin lalu saja. Mereka mengira dua gadis kecil
ini bermimpi.
Esok harinya, penduduk desa beramai-ramai naik ke puncak bukit. Mereka
menebang pohon tua itu seketika. Beberapa saat kemudian, pohon besar itu pun tumbang.
Penduduk beramai-ramai memecah-belah pohon besar itu menjadi potongan-potongan
kayu.
Riri dan Nena menangis melihat peristiwa itu. Burung-burung dan kupu-kupu
terbang katakutan tak tentu arah. Sebagian mati tertimpa pohon besar itu.
Sejak tumbangnya pohon besar itu, bukit itu semakin panas dan tandus . Beberapa
saat kemudian, seluruh penduduk desa tertimpa kekeringan. Sumur-sumur mereka
kering. Banyak tanaman dan hewan ternak mati kekurangan air. Kemudian, mereka
berdoa kepada Tuhan agar secepatnya hujan turun. Tuhan yang Maha Pemurah
mendengar doa mereka.
Tiba-tiba hujan turun dengan derasnya selama satu hari penuh. Air sungai meluap
dan bukit yang tandus itu tak mampu menahan curahan air hujan yang begitu deras.
Sekejap kemudian, bukit tandus itu pun longsor. Lumpur dan bebatuan menghajar
pemukiman warga desa. Mereka pontang-panting menyelamatkan diri. Air bah dan
longsor kini benar-benar menghancurkan desa itu.
Rumah-rumah hancur dan banyak penduduk harus kehilangan orang-orang yang
mereka sayangi. Keluarga mereka banyak yang meninggal dan tercerai-berai entah ke
mana. Riri dan Nena berhasil menyelamatkan diri. Akan tetapi, dua gadis malang ini
harus rela kehilangan keluarga mereka. dua gadis cilik ini hanya bisa menangis saat
teringat pesan-pesan pohon tua itu.
Penduduk desa termakan perbuatan mereka sendiri. Mereka telah merusak alam
dan lingkungan. Itulah akibatnya jika hutan dan pohon tidak mereka rawat dengan baik.
Ibu guru : Nah sekarang tugasnya dikerjakan di buku latihan masing-masing ya,
soalnya silakan juga ditulis yang dipapan tulis itu!
3. ALAM ABDI
Sagara dumadakan ramai
deburan ombak terseret angin
ka tengah samudera 辿ta
keur di biwir basisir
jelema wa辿 menari-nari
Sagara ngondang sehamparan gunung samudera
datanglah ti penjuru sagala
nempo kami menari
nyanghareupan ahir sodorkan cai
sabot awak bermandi peluh
tapi ulah suguhkan seudati
sabab man辿hna geus mati
Datang,
datanglah ti penjuru sagala
ramaikan sagara kami anu sepi
kalayan lagu anjeun anu sarat asih
Nama: Siti Sofiah
Kelas: B
Alamat: Kp.Rengat Tengah, Cikedal