2. Profil Mahasiswa
Nama : Muciana, S.Pd.
Universitas: Universitas Pakuan Bogor
No.UKG : 201502373524
Asal Sekolah : SD Negeri Kedawung 2 Sragen
3. Setelah saya mempelajari materi Pembelajaran Sosial Emosinal di Platform Merdeka
Mengajar
(PMM) untuk peserta Piloting Pendidikan Profesi Guru (PPG) untuk Guru Tertentu,
saya
berencana untuk menerapkan pembelajaran berbasis sosial emosional di kelas saya
sesuai dengan
wawasan baru yang sudah saya dapatkan.
Pembelajaran Sosial dan Emosional (PSE) adalah proses penting yang membantu
peserta didik
mengembangkan keterampilan dan sikap untuk memahami diri sendiri, mengelola
emosi,
berempati, dan membangun hubungan positif. Dengan mengintegrasikan PSE
dalam kegiatan
pembelajaran, saya yakin dapat menciptakan lingkungan belajar yang mendukung
perkembangan
holistik peserta didik serta meningkatkan kesejahteraan psikologis seluruh warga
sekolah.
Pembelajaran yang didasari prinsip sosial emosional ini tidak hanya fokus pada
aspek akademis,
tetapi juga pada pengembangan keterampilan sosial emosional yang esensial untuk
Ide Apa yang Bapak/Ibu Guru
Dapatkan Setelah Mempelajari Modul
ini?
4. Pembelajaran Sosial Emosional
Pengertian Pembelajaran Sosial Emosional (PSE)
Pembelajaran Sosial dan Emosional (PSE) adalah sebuah
proses di mana kita dapat memperoleh
dan menerapkan pengetahuan, keterampilan, dan sikap
untuk mengembangkan identitas yang
sehat, mengelola emosi, mencapai tujuan pribadi dan
kolektif, merasakan dan menunjukkan
empati terhadap orang lain, membangun dan
memelihara hubungan yang mendukung, serta
membuat keputusan yang bertanggung jawab dan penuh
rasa kepedulian. PSE sendiri mencakup
lima kompetensi utama: kesadaran diri, manajemen diri,
kesadaran sosial, keterampilan
berhubungan, dan pengambilan keputusan yang
bertanggung jawab.
5. Rancangan Pembelajaran dengan
Prinsip Pembelajaran Sosial
Emosional Mata Pelajaran: Bahasa IndonesiaKelas: 1 SD
Topik: Penggunaan Kata Sapaan
Tujuan Pembelajaran:
1. Siswa dapat mengenal dan menggunakan kata sapaan dalam percakapan sehari-hari.
2. Siswa dapat menunjukkan kesadaran diri dan kesadaran sosial dengan menggunakan
kata
sapaan yang sopan.
3. Siswa dapat membangun dan memelihara hubungan yang baik dengan teman-
temannya
melalui interaksi yang sopan.
Pembukaan (10 menit)
• Kegiatan: Pembukaan yang Hangat
o Guru menyapa setiap siswa dengan senyuman dan kata sapaan seperti "Selamat
pagi, [Nama Siswa]!".
o Guru mengajak siswa untuk duduk dalam lingkaran dan menyapa teman di
sebelahnya dengan kata sapaan yang sopan.
6. Rancangan Pembelajaran dengan
Prinsip Pembelajaran Sosial
Emosional Mata Pelajaran: Bahasa IndonesiaKelas: 1 SD
Topik: Penggunaan Kata Sapaan
Kegiatan 2: Bermain Peran (10 menit)
o Guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok kecil.
o Setiap kelompok diberikan situasi tertentu (misalnya, bertemu teman di taman,
datang ke sekolah, bertemu guru di kelas) dan diminta untuk bermain peran
menggunakan kata sapaan yang telah diajarkan.
o Setiap kelompok akan menampilkan hasil bermain peran mereka di depan kelas.
• Kegiatan 3: Diskusi Kelompok (10 menit)
o Siswa duduk dalam lingkaran besar dan mendiskusikan pengalaman mereka
menggunakan kata sapaan.
o Guru mengajukan pertanyaan seperti "Bagaimana perasaanmu ketika disapa
dengan sopan?", "Apa yang kamu lakukan jika temanmu tidak menyapamu dengan
baik?".
o Siswa diminta untuk berbagi pengalaman dan memberikan pendapat mereka
7. Dari kondisi yang saya hadapi,saya jadi tahu bahwa siswa kelas
1 yang saya ampu sangat responsi terhadap pendekatan
pembelajaran yang interaktif dan menyenangkan. Mereka lebih
muda memahami konsep melalui visualisasi dan bermain peran.
Dan yang paling penting, mereka menunjukkan peningkatan
dalam kesadaran sosial dan empati dari kegiatan yang saya
lakukan. Berdasarkan hal tersebut, saya akan terus
menggunakan pendekatan pembelajaran yang interaktif dan
melibatkan siswa secara aktif. Saya akan mencoba memperluas
metode pembelajaran dengan menambahkan lebih banyak
aktivitas bermain peran dan diskusi kelompok. Pendekatan ini
akan membantu siswa mengembangkan kesadaran diri,
manajemen diri, dan keterampilan sosial mereka, serta
mendukung pengembangan karakter yang baik sesuai dengan
Profil PelajarPancasila
Penerapan
8. REFLEKSI
Ketika saya menerapkan rancangan
pembelajaran di atas di kelas 1 SD,
siswa tampak antusias dan terlibat
aktif dalam setiap kegiatan. Mereka
berhasil menggunakan kata sapaan
dengan benar dan menunjukkan
peningkatan dalam kesadaran diri
dan sosial mereka. Suasana kelas
menjadi lebih positif dan
mendukung.
10. Umpan balik
Ibu Lussy (Guru kelas
bawah)
Implementasi Pembelajaran Sosial Emosional
yang dilakukan oleh Ibu Muciana sudah
berlangsung baik dan efektif, semoga melalui
pembelajaran ini pemahaman siswa meningkat
lebih baik
Bapak Heru (Guru kelas atas)
Implementasi Pembelajaran Sosial Emosional
yang dilakukan oleh Ibu Muciana sudah
berlangsung baik sesuai dengan langkah
pembelajaran.
Bapak Bambang (Kepala Sekolah)
Pembelajaran Sosial Emosional yang di
terapkan sudah berjalan dengan baik,
pengelolaan kelas sudah lebih baik dari
sebelumnya, semoga Bu Muciana tetap
konsisten
11. Refleksi Kegiatan
Menurut saya pengalaman belajar yang berguna dan menarik pada
mata kuliah ini ialah pada materi dan tugas-tugas yang diberikan.
Materi dan tugas pada mata kuliah ini membantu saya
mengembangkan keterampilan sosial emosional yang membantu
profesi saya sebagai guru di kemudian hari. Materi pada mata kuliah
ini terdiri dai 5 topik namun yang telah kami pelajari 2 topik. Topik
yang telah dipelajari yakni: Pertama, kompetensi sosial emosional
berdasar kerangka collaborative for academic, sosial, and emotional
learning (casel). Pada bagian ini saya belajar tentang mengelola
aspek sosial dan emosional dan mengelola kemampuan sosial
emosional dalam lingkup kelas, lingkungan kelas dan masyarakat.
Kedua, peran guru sebagai teladan pembelajaran sosial emosional
(casel). Pada topik ini saya belajar tentang menerapkan konsep
kompetensi sosial emosional menurut casel pada diri sendiri dan
pada murid, merencanakan tujuan pengembangan kompetensi
sosial emosional diri sendiri dan siswa dengan memahami
perbedaan individu, bekerja sebagai guru yang menunjukkan
kompetensi sosial emosional.