ºÝºÝߣ

ºÝºÝߣShare a Scribd company logo
1. Amoksisilin
a. Indikasi
Amoksisilin digunakan untuk mengatasi Infeksi saluran nafas, saluran pencernaan,
saluran kemih dan kelamin, kulit & jaringan lunak yang disebabkan oleh bakteri gram
negatif (Haemophilus Influenza, Escherichia coli, Proteus mirabilis, Salmonella,
Shigella, D. Pneumoniae, dan stafilokokus bukan penghasil penisilinase). Amoksisilin
juga dapat digunakan untuk mengatasi infeksi yang disebabkan oleh bakteri positif
(seperti; Streptococcus pneumoniae, enterococci, nonpenicilinase-producing
staphylococci, Listeria) tetapi walaupun demikian, aminophenisilin, amoksisilin secara
umum tidak dapat digunakan secara sendirian untuk pengobatan yang disebabkan oleh
infeksi streprococcus dan staphilococcal (Anonim, 2013).
b. Kontra Indikasi
Kontraindikasi untuk pasien yang hipersensitif terhadap amoksisilin, penisilin, atau
komponen lain dalam obat. Hati-hati pada pasien yang fungsi hati dan ginjalnya
terganggu, terutama pada pengobatan jangka panjang (Anonim, 2013).
c. Efek Samping
Susunan Saraf Pusat : Hiperaktif, agitasi, ansietas, insomnia, konfusi, kejang, perubahan
perilaku, pening. Kulit : Acute exanthematous pustulosis, rash, erytema multiform,
sindrom stevens-johnson, dermatitis, tixic ephidermal necrolisis, hypersensitif
vasculitis, urticaria. GI : Mual, muntah, diare, hemorrhagic colitis, pseudomembranous
colitis, hilangnya warna gigi. Hematologi : Anemia, anemia hemolitik, trombisitopenia,
trombositopenia purpura, eosinophilia, leukopenia, agranulositosi. Hepatic : AST
(SGOT) dan ALT (SGPT) meningkat, cholestatic joundice, hepatic cholestatis, acute
cytolitic hepatitis. Renal : Cristalluria (Anonim, 2013).
d. Dosis dan Cara Pemberian
Dosis Oral Anak : Umum : Anak < 3 bulan : 20-30 mg/kg/hari terpisah setiap 12 jam.
Anak >3 bulan dan < 40kg : dosis antara 20-50 mg/kg/hari dosis terpisah setiap 8-12
jam. Khusus : Infeksi hidung, tenggorokan, telinga, saluran kemih dan kulit : ringan
sampai sedang : 25 mg/kg/hari terbagi setiap 12 jam atau 20 mg/kg/hari setiap 8 jam.
Gawat : 45 mg/kg/hari setiap 12 jam atau 40 mg/kg/hari setiap 8 jam. Otitis media akut :
80-90 mg/kg/hari setiap 12 jam. Infeksi saluran nafas bawah : 45 mg/kg/hari terbagi
setiap 12 jam atau 40 mg/kg/hari setiap 8 jam.
Dosis Dewasa : Umum : Rentang dosis antara 250 mg - 500 mg setiap 8 jam atau 500
mg - 875 mg dua kali sehari. Khusus : Infeksi telinga, hidung, tenggorokan, saluran
kemih, kulit : Ringan sampai sedang : 500 mg setiap 12 jam atau 250 mg setiap 8 jam.
Berat : 875 mg setiap 12 jam atau 500 mg setiap 8 jam. Infeksi saluran nafas bawah :
875 mg setiap 12 jam atau 500 mg setiap 8 jam. Endocarditis profilaxis : 2 g sebelum
prosedur operasi. Eradikasi Helicobacter pylori : 1000 mg dua kali sehari,
dikombinasikan dengan satu antibiotik lain dan dengan proton pump inhibitor atau H2
bloker.
Dosis Berdasarkan Fungsi Ginjal : Dosis 875 mg tidak diberikan pada pasien dengan
: Clcr < 30 mL/menit; Clcr 10-30 mL/menit; 250-500 mg setiap 12 jam; Clcr < 10
mL/menit : 250 mg - 500 mg setiap 24 jam.
Pemberian : Antibiotik amoksisilin termasuk antibiotik time deppendent sehingga
untuk menjaga konsentrasi obat dalam plasma tetap berada pada kadar puncak, maka
obat diberikan sesuai dengan jadwal waktu yang telah dibuat. Obat akan bekerja dengan
baik bila diberikan saat perut kosong tetapi apabila pasien memiliki gangguan pada GI,
obat dapat diberikan bersamaan dengan makanan.
(Tatro, 2003)
e. Lama Pemberian
Tergantung pada jenis dan tingkat kegawatan dari infeksinya, juga tergantung pada
respon klinis dan respon bakteri penginfeksi. Sebagai contoh untuk infeksi yang
persisten, obat ini digunakan selama beberapa minggu. Jika amoksisilin digunakan
untuk penanganan infeksi yang disebabkan oleh grup hemolitic streptococci, terapi
digunakan tidak kurang dari 10 hari guna menurunkan potensi terjadinya demam
reumatik dan glomerulonephritis. Jika amoksisilin digunakan untuk pengobatan ISK
(infeksi saluran kemih) maka kemungkinan bisa lebih lama, bahkan beberapa bulan
setelah menjalani terapi pun, tetap direkomendasikan untuk diberikan (Anonim, 2013).
f. Mekanisme Kerja
Termasuk golongan penisilina. Tahan asam, penetrasinya kuat masuk ke dalam sputum
yang mukous, sehingga baik untuk mengeliminasi mikroorganisme penyebab bronkitis
kronis. Mekanisme kerjanya adalah berdasarkan kemampuan menghambat sintesis
dinding sel bakteri dengan mengikat satu atau lebih pada ikatan penisilin-protein,
sehingga menyebabkan penghambatan pada tahapan akhir transpeptidase sintesis
peptidoglikan dalam dinding sel bakteri, akibatnya biosintesis dinding sel terhambat,
dan sel bakteri menjadi pecah (lisis) (Anonim, 1990).
g. Interaksi
Meningkatkan efek toksik:
1. Disulfiram dan probenezid kemungkinan meningkatkan kadar amoksisilin.
2. Warfarin kemungkinan dapat meningkatkan kadar amoksisilin.
3. Secara teori, jika diberikan dengan allopurinol dapat meningkatkan efek ruam kulit.
Menurunkan efek:
1. Kloramfenikol dan tetrasiklin secara efektif dapat menurunkan kadar amoksisilin.
2. Dicurigai amoksisilin juga dapat menurunkan efek obat kontrasepsi oral.
3. Antasida/asam dapat menurunkan aktivitas amoksisilin.
h. Parameter Monitoring
Pengamatan rutin terhadap : Fungsi ginjal (ClCr), Fungsi Hepar (SGPT, SGOT),
Hematologi (Hb), Indikator infeksi (Suhu badan, kultur).
i. Stabilitas Penyimpanan
Stabilitas obat : amoksilin 125 dan 250 mg kapsul, chewable tablet, dan serbuk suspensi
oral harus disimpan dalam suhu 20¡ãC atau lebih rendah. Amosisilin 200 dan 400 mg
chewable tablet dan salut tipis disimpan pada suhu 25¡ãC atau lebih rendah.
j. Hal-hal yang perlu diinformasikan kepada pasien :
1. Obat dimakan dalam keadaan perut kosong, kira-kira 1 jam sebelum makan atau 2
jam sesudah makan.
2. Kocok baik-baik agar obat terbagi rata dalam pelarutnya (bila bentuk sediaannya
suspensi).
3. Simpan di tempat yang dingin, namun jangan dalam freezer.
4. Jangan hentikan pemakaian obat sebelum habis, walaupun telah merasa sembuh
untuk menghindari resistensi.
5. Kadang-kadang obat ini akan menyebabkan diare, dan bila diarenya berkepanjangan,
pergilah ke dokter.
6. Bila sehabis minum obat ini timbul rasa mual dan gatal-gatal segeralah konsultasi ke
dokter.
7. Perhatikan tanggal kadaluwarsa (tertulis Exp. Date.), bila telah lewat jangan
dipergunakan.
8. Jauhkan dari jangkauan anak.
9. Jika masih belum memahami tentang penggunaan obat, harap menghubungi apoteker.
10. Jika keadaan klinis belum ada perubahan setelah menggunakan obat, maka harap
menghubungi dokter.
(Anonim, 1990)

More Related Content

Amoksisillin

  • 1. 1. Amoksisilin a. Indikasi Amoksisilin digunakan untuk mengatasi Infeksi saluran nafas, saluran pencernaan, saluran kemih dan kelamin, kulit & jaringan lunak yang disebabkan oleh bakteri gram negatif (Haemophilus Influenza, Escherichia coli, Proteus mirabilis, Salmonella, Shigella, D. Pneumoniae, dan stafilokokus bukan penghasil penisilinase). Amoksisilin juga dapat digunakan untuk mengatasi infeksi yang disebabkan oleh bakteri positif (seperti; Streptococcus pneumoniae, enterococci, nonpenicilinase-producing staphylococci, Listeria) tetapi walaupun demikian, aminophenisilin, amoksisilin secara umum tidak dapat digunakan secara sendirian untuk pengobatan yang disebabkan oleh infeksi streprococcus dan staphilococcal (Anonim, 2013). b. Kontra Indikasi Kontraindikasi untuk pasien yang hipersensitif terhadap amoksisilin, penisilin, atau komponen lain dalam obat. Hati-hati pada pasien yang fungsi hati dan ginjalnya terganggu, terutama pada pengobatan jangka panjang (Anonim, 2013). c. Efek Samping Susunan Saraf Pusat : Hiperaktif, agitasi, ansietas, insomnia, konfusi, kejang, perubahan perilaku, pening. Kulit : Acute exanthematous pustulosis, rash, erytema multiform, sindrom stevens-johnson, dermatitis, tixic ephidermal necrolisis, hypersensitif vasculitis, urticaria. GI : Mual, muntah, diare, hemorrhagic colitis, pseudomembranous colitis, hilangnya warna gigi. Hematologi : Anemia, anemia hemolitik, trombisitopenia, trombositopenia purpura, eosinophilia, leukopenia, agranulositosi. Hepatic : AST (SGOT) dan ALT (SGPT) meningkat, cholestatic joundice, hepatic cholestatis, acute cytolitic hepatitis. Renal : Cristalluria (Anonim, 2013). d. Dosis dan Cara Pemberian Dosis Oral Anak : Umum : Anak < 3 bulan : 20-30 mg/kg/hari terpisah setiap 12 jam. Anak >3 bulan dan < 40kg : dosis antara 20-50 mg/kg/hari dosis terpisah setiap 8-12 jam. Khusus : Infeksi hidung, tenggorokan, telinga, saluran kemih dan kulit : ringan sampai sedang : 25 mg/kg/hari terbagi setiap 12 jam atau 20 mg/kg/hari setiap 8 jam.
  • 2. Gawat : 45 mg/kg/hari setiap 12 jam atau 40 mg/kg/hari setiap 8 jam. Otitis media akut : 80-90 mg/kg/hari setiap 12 jam. Infeksi saluran nafas bawah : 45 mg/kg/hari terbagi setiap 12 jam atau 40 mg/kg/hari setiap 8 jam. Dosis Dewasa : Umum : Rentang dosis antara 250 mg - 500 mg setiap 8 jam atau 500 mg - 875 mg dua kali sehari. Khusus : Infeksi telinga, hidung, tenggorokan, saluran kemih, kulit : Ringan sampai sedang : 500 mg setiap 12 jam atau 250 mg setiap 8 jam. Berat : 875 mg setiap 12 jam atau 500 mg setiap 8 jam. Infeksi saluran nafas bawah : 875 mg setiap 12 jam atau 500 mg setiap 8 jam. Endocarditis profilaxis : 2 g sebelum prosedur operasi. Eradikasi Helicobacter pylori : 1000 mg dua kali sehari, dikombinasikan dengan satu antibiotik lain dan dengan proton pump inhibitor atau H2 bloker. Dosis Berdasarkan Fungsi Ginjal : Dosis 875 mg tidak diberikan pada pasien dengan : Clcr < 30 mL/menit; Clcr 10-30 mL/menit; 250-500 mg setiap 12 jam; Clcr < 10 mL/menit : 250 mg - 500 mg setiap 24 jam. Pemberian : Antibiotik amoksisilin termasuk antibiotik time deppendent sehingga untuk menjaga konsentrasi obat dalam plasma tetap berada pada kadar puncak, maka obat diberikan sesuai dengan jadwal waktu yang telah dibuat. Obat akan bekerja dengan baik bila diberikan saat perut kosong tetapi apabila pasien memiliki gangguan pada GI, obat dapat diberikan bersamaan dengan makanan. (Tatro, 2003) e. Lama Pemberian Tergantung pada jenis dan tingkat kegawatan dari infeksinya, juga tergantung pada respon klinis dan respon bakteri penginfeksi. Sebagai contoh untuk infeksi yang persisten, obat ini digunakan selama beberapa minggu. Jika amoksisilin digunakan untuk penanganan infeksi yang disebabkan oleh grup hemolitic streptococci, terapi digunakan tidak kurang dari 10 hari guna menurunkan potensi terjadinya demam reumatik dan glomerulonephritis. Jika amoksisilin digunakan untuk pengobatan ISK (infeksi saluran kemih) maka kemungkinan bisa lebih lama, bahkan beberapa bulan setelah menjalani terapi pun, tetap direkomendasikan untuk diberikan (Anonim, 2013).
  • 3. f. Mekanisme Kerja Termasuk golongan penisilina. Tahan asam, penetrasinya kuat masuk ke dalam sputum yang mukous, sehingga baik untuk mengeliminasi mikroorganisme penyebab bronkitis kronis. Mekanisme kerjanya adalah berdasarkan kemampuan menghambat sintesis dinding sel bakteri dengan mengikat satu atau lebih pada ikatan penisilin-protein, sehingga menyebabkan penghambatan pada tahapan akhir transpeptidase sintesis peptidoglikan dalam dinding sel bakteri, akibatnya biosintesis dinding sel terhambat, dan sel bakteri menjadi pecah (lisis) (Anonim, 1990). g. Interaksi Meningkatkan efek toksik: 1. Disulfiram dan probenezid kemungkinan meningkatkan kadar amoksisilin. 2. Warfarin kemungkinan dapat meningkatkan kadar amoksisilin. 3. Secara teori, jika diberikan dengan allopurinol dapat meningkatkan efek ruam kulit. Menurunkan efek: 1. Kloramfenikol dan tetrasiklin secara efektif dapat menurunkan kadar amoksisilin. 2. Dicurigai amoksisilin juga dapat menurunkan efek obat kontrasepsi oral. 3. Antasida/asam dapat menurunkan aktivitas amoksisilin. h. Parameter Monitoring Pengamatan rutin terhadap : Fungsi ginjal (ClCr), Fungsi Hepar (SGPT, SGOT), Hematologi (Hb), Indikator infeksi (Suhu badan, kultur). i. Stabilitas Penyimpanan Stabilitas obat : amoksilin 125 dan 250 mg kapsul, chewable tablet, dan serbuk suspensi oral harus disimpan dalam suhu 20¡ãC atau lebih rendah. Amosisilin 200 dan 400 mg chewable tablet dan salut tipis disimpan pada suhu 25¡ãC atau lebih rendah.
  • 4. j. Hal-hal yang perlu diinformasikan kepada pasien : 1. Obat dimakan dalam keadaan perut kosong, kira-kira 1 jam sebelum makan atau 2 jam sesudah makan. 2. Kocok baik-baik agar obat terbagi rata dalam pelarutnya (bila bentuk sediaannya suspensi). 3. Simpan di tempat yang dingin, namun jangan dalam freezer. 4. Jangan hentikan pemakaian obat sebelum habis, walaupun telah merasa sembuh untuk menghindari resistensi. 5. Kadang-kadang obat ini akan menyebabkan diare, dan bila diarenya berkepanjangan, pergilah ke dokter. 6. Bila sehabis minum obat ini timbul rasa mual dan gatal-gatal segeralah konsultasi ke dokter. 7. Perhatikan tanggal kadaluwarsa (tertulis Exp. Date.), bila telah lewat jangan dipergunakan. 8. Jauhkan dari jangkauan anak. 9. Jika masih belum memahami tentang penggunaan obat, harap menghubungi apoteker. 10. Jika keadaan klinis belum ada perubahan setelah menggunakan obat, maka harap menghubungi dokter. (Anonim, 1990)